• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI

FAST FOOD

DAN

SOFT DRINK

PADA

ANAK OBESITAS DI USIA

SEKOLAH DASAR

YULI DWI SETYOWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink dengan Anak Obesitas di Usia Sekolah Dasar benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Yuli Dwi Setyowati

(3)
(4)

ABSTRAK

YULI DWI SETYOWATI. Hubungan aktivitas fisik, konsumsi fast food dan soft

drink pada anak obesitas di usia sekolah dasar. Dibimbing oleh RIMBAWAN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara aktifitas fisik, konsumsi fast food dan soft drink pada anak yang mengalami obesitas di sekolah dasar. Penelitian dilakukan di SD Eka Wijaya Cibinong. Total keseluruhan sampel umur 9-12 tahun yang terdiri 289 anak. Berdasarkan IMT, 70 murid mengalami obesitas dan selanjutnya dipilih 60 orang anak dipilih menjadi subyek penelitian. Frekuensi konsumsi fast food dan soft drink berhubungan secara signifikan dengan tingkat pendapatan orang tua pada anak. Meskipun demikian tidak ditemukan adanya hubungan antara aktifitas fisik, konsumsi fast food dan soft

drink pada anak obesitas dilokasi penelitian. Akan tetapi terdapat kecenderungan

peningkatan status gizi jika konsumsi fast food dan soft drink yang meningkat juga.

Kata kunci: aktivitas fisik, fast food, soft drink, obesitas

ABSTRACT

Yuli Dwi Setyowati. The relationship between physical activity, fast food and soft drink consumption among primary school children with obesity. Supervised by RIMBAWAN.

This study aims to analyze the relationship between physical activity, consumption of fast food and soft drinks to the incidence of obesity in primary school children. The study was conducted in SD Eka Wijaya Cibinong. The total sample in this study was 289 pupils aged 9-12 years old. Based on BMI, a total of 70 pupils from the school are obese and 60 of them were selected as subjects of this study, comprising 42 boys and 18 girls. Frequency of fast foodand soft drink significantly associated with the level of fathers education and income of the parents. However, there is no relationship between physical activity, consumption of fast food and soft drink on the nutritional and obesity in children. Morever, samples have trend positive to increased consumpted fast food and soft drink between BMI among children obesity.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI

FAST FOOD

DAN

SOFT DRINK

PADA ANAK OBESITAS DI USIA

SEKOLAH DASAR

YULI DWI SETYOWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Hubungan antara Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft

Drink pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

Nama : Yuli Dwi Setyowati

NIM : I14100066

Disetujui oleh

Dr Rimbawan Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah gizi lebih, dengan judul Hubungan Aktifitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing skripsi dan Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah selaku dosen pembimbing akademik atas waktu, bimbingan, motivasi, serta saran/masukannya dalam membantu proses penyelesaian penyusunan karya ilmiah ini.

2. Keluarga tercinta: Ayahanda (Bapak Satal), Ibunda (Ibu Sri Susilowati, SPd), Devy Ika Lismawati, Amd.Per. (kakak), Handy Cahyono, SEc (kakak), serta seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan moril, dan kasih sayang yang telah diberikan.

3. Kepala SD Eka Wijaya Cibinong yang telah memberikan izin lokasi penelitian, kepada para staf dewan guru yang telah membantu dan mendampingi selama proses pengambilan data, serta siswa-siswi yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

4. Teman-teman tercinta: Hayu Ning Dewi, Mellia Aghnie Anggita, Yosep Andrew Tao, Putri Monicha, Nana Rodiana, Elok Nalurita, Kharisma Tamimi yang telah memberi doa dan semangat yang luar biasa.

5. Teman-teman enumerator: Elok Nalurita, Imelda Saputri, Yazid, Nurrahma Sri Fitayani, dan Reyfan Ambrian yang banyak membantu dalam proses pengambilan data.

6. Teman-teman Gizi Masyarakat 47, teman-teman KKP Desa Sukamakmur Bogor 2013 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(8)

DAFTAR ISI

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran ix

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 3

Metode Penelitian 5

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5

Teknik Penarikan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

Hasil dan Pembahasan 9

Keadaan Umum Lokasi 9

Karakteristik Contoh 9

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga 12

Kebiasaan Makan 15

Kebiasaan Konsumsi Fast Food 20

Kebiasaan Konsumsi Soft Drink 26

Konsumsi Energi dan Zat Gizi 30

Aktifitas Fisik 33

Hubungan dengan Frekuensi Konsumsi Fast Food 35 Hubungan dengan Frekuensi Konsumsi Soft Drink 36

Hubungan dengan Status Gizi Anak 37

Simpulan dan Saran 38

Simpulan 38

Saran 39

Daftar Pustaka 39

(9)

DAFTAR TABEL

1. Jenis dan cara pengumpulan data 6

2. Kategori data yang dilakukan scoring 7

3. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi 10

4. Sebaran anak menurut umur 10

5. Sebaran data uang saku menurut jenis kelamin 11 6. Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga 12 7. Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua 12 8. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua 13 9. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua 14 10. Sebaran contoh berdasarkan status gizi orang tua 15

11. Frekuensi makan dalam sehari 15

12. Kebiasaan sarapan 16

13. Waktu saat mengemil 17

14. Fast food yang dibeli di sekolah 18

15. Fast food yang dikonsumsi di rumah 19

16. Ukuran soft drink yang sering dibeli 19

17. Tingkat kesukaan terhadap fast food 20

18. Waktu mengunjungi restoran fast food 20

19. Informasi menganai fast food 21

20. Sebaran data alasan konsumsi fast food 22 21. Restoran fast food yang paling sering dikunjungi 22 22. Jenis fast foodyang paling sering dikonsumsi 23

23. Frekuensi konsumsi fast Food 23

24. Sebaran frekuensi konsumsi fast food dan jenis kelamin 24

25. Tingkat kesukaan terhadap fast food 26

26. Waktu membeli soft drink 26

27. Informasi menganai soft drink 27

28. Faktor kesukaan terhdap soft drink 27

29. Jenis soft drink yang paling disukai 28

30. Frekuensi konsumsi soft drink 28

31. Sebaran frekuensi konsumsi soft drink dan jenis kelamin 29 32. Sebaran rata-rata konsumsi energi dan zat gizi berdasarkan

Status gizi 30

33. Rata-rata konsumsi hari libur dan hari sekolah 31 34. Kontribusi energi fast food terhadap total konsumsi energi contoh 32 35. Kontribusi energi soft drink terhadap total konsumsi energi contoh 32

36. Tingkat kecukupan energi anak obesitas 32

37. Tingkat kecukupan protein anak obesitas 33

38. Tingkat kecukupan lemak anak obesitas 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangkan pemikiran konsumsi fast food dan soft drink serta sosial ekonomi keluarga yang berhubungan dengan obesitas 4 2. Jenis makanan yang dikonsumsi untuk camilan di sekolah 17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 43

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi. Masalah kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi membawa pengaruh pada timbulnya masalah gizi ganda di Indonesia, yakni masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi lebih terjadi bersamaan dengan kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu, seperti masyarakat di daerah perkotaan. Salah satu masalah gizi yang sering terjadi bersamaan dengan kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu, seperti masyarakat di daerah perkotaan. Salah satu masalah gizi yang sering terjadi dan perlu mendapat perhatian adalah obesitas.

Obesitas terjadi sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan. Perkembangan teknologi yang tinggi juga dapat menyebabkan anak-anak SD cenderung kurang melakukan aktivitas fisik dan lebih memilih menonton televisi, bermain game, maupun bermain komputer yang membutuhkan sedikit energi. Ketidakseimbangan yang tejadi akibat jumlah energi yang masuk lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas fisik menyebabkan masalah kegemukan (Heird 2002). Status gizi lebih pada anak akan menyebabkan pertambahan jumlah sel lemak di dalam tubuh, apabila hal ini berlanjut secara terus menerus akan menyebabkan anak cenderung mengalami obesitas ketika mereka dewasa.

Daya beli masyarakat yang meningkat berdampak pula kepada sikap orang tua yang memanjakan anak-anaknya dalam hal pemberian makanan, khususnya makanan berenergi tinggi dan dapat diartikan sebagai makanan tinggi lemak dan karbohidrat namun rendah serat sperti fast food dan soft drink (Do Wendt 2009). Umumnya fast food disajikan dalam jumlah besar dengan frekuesi yang lebih sering sehingga berkontribusi pada terjadinya kegemukan dan obesitas. Makanan olahan yang serba instan tersebut misalnya fast food (burger, pizza, hot dog, fried

chicken, kentang goreng, nugget dan spagheti) dan soft drink serta makanan siap

saji lainnya yang tersedia di gerai makanan (Suryaalamsah 2009). Menurut Prancis (2001), di Amerika Serikat konsumsi harian rata-rata minuman ringan adalah hampir dua kaleng standar (24 oz/700ml) untuk anak laki-laki dan lebih dari satu kaleng standar bisa dikonsumsi anak perempuan (12 oz/350 ml), sedangkan rata-rata konsumsi soft drink Indonesia pada tahun 2010 adalah 2,4 liter per minggunya (Riskesdas 2010).

(12)

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian: 1) Adakah hubungan antara konsumsi fast food dengan risiko obesitas; 2) Adakah hubungan antara konsumsi soft drink

terhadap peningkatan resiko obesitas; 3) Adakah hubungan konsumsi fast food

dan soft drink terhadap perbedaan jenis kelamin pada usia yang 9-12 tahun dalam

peningkatan resiko obesitas.

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara aktivitas fisik, konsumsi fast food dan soft drink pada anak obesitas di usia sekolah dasar.

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui kebiasaan konsumsi fast food dan soft drink usia 9-12 tahun. 2. Untuk mengukur adakah perbedaan dan hubungan kebiasaan makan, karakteristik sosial ekonomi keluarga dan contoh dengan konsumsi fast food

dan soft drink usia 9-12 tahun.

3. Untuk mengukur hubungan obesitas dengan aktivitas fisik, frekuensi konsumsi

fast food dan soft drink, dan aktivitas fisik anak usia 9-12 tahun.

4. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan konsumsi fast food dan soft

drink usia 9-12 tahun.

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan antara konsumsi karbohidrat, protein, lemak, fast food,

soft drink, jajanan, dan aktivitas fisik siswa gizi obesitas pada status jenis

kelamin berbeda.

2. Terdapat perbedaan antara frekuensi konsumsi fast food dan soft drink siswa obesitas jenis kelamin yang berbeda.

3. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial-ekonomi, tingkat kesukaan dan sumber informasi terhadap frekuensi konsumsi fast food dan soft drink.

4. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik, frekuensi konsumsi fast food dan

soft drink terhadap status gizi siswa obesitas.

Manfaat Penelitian

(13)

KERANGKA PEMIKIRAN

Prevalensi anak yang menderita obesitas di Indonesia semakin meningkat. Banyak faktor yang memicu semakin meningkatnya angka obesitas pada anak, di antaranya adalah pengaruh parental fatness, karakteristik anak, karakteristik keluarga, aktivitas fisik dan kebiasaan makan pada anak. Apabila tidak segera diterapi, maka di masa yang akan datang, dunia ini akan dipenuhi olehorang-orang berberat badan lebih atau olehorang-orang-olehorang-orang yang memiliki kandungan lemak yang berlebih.

Seseorang mengalami obesitas dapat terjadi karena salah satu atau kedua orang tuanya mengalami obesitas pula. Menurut Effendi (2003) faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi. Bila kedua orang tua tidak gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9 persen. Bila salah satu orang tua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-51persen, sedangkan bila kedua orang tua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk sebesar 66-80 persen. Faktor timbulnya kegemukan juga disebabkan oleh asupan energi yang tinggi, contoh makanan berenergi tinggi adalah fast food dan soft drink.

Fast Food merupakan salah satu jenis makanan yang disukai oleh

anak-anak, kaum muda sampai orang dewasa. Makanan ini merupakan makanan cepat saji yang mengandung energi tinggi. Biasanya konsumsi fast food dibarengi oleh konsumsi soft drink, karena restaurant cepat saji menjual dalam satu paket bersamaan. Soft drink merupakan salah satu jenis minuman yang mengandung energi yang tinggi karena didalamnya terdapat gula sebagai pemanis. Saat ini fast

food dan soft drink telah menjadi bagian perilaku konsumsi sebagian anak dan

remaja di luar rumah di berbagai kota dan diperkirakan cenderung akan semakin meningkat (Bowman 2004).

Konsumsi fast food dan soft drink dipengerauhi oleh keadaan sosial ekonomi keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar. Jenis pekerjaan orang tua akan mempengaruhi pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi meningkatkan kemampuan untuk membeli fast food dan soft drink yang harganya relatif mahal. Sedangkan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap pemilihan makanan dan penentuan jumlah makanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Kecenderungan anak sekolah dalam mengkonsumsi fast food

dan soft drink semakin meningkat seiring dengan perubahan pola konsumsi

keluarga. Hal ini terjadi karena keluarga merupakan sumber informasi pangan yang penting berkaitan dengan kebiasaan makan dan sikap pemilihan makanan. Anak-anak biasanya meniru bagaimana ayah, ibu dan anggota keluarganya makan.

Karakteristik anak meliputi jenis kelamin, berat badan lahir, berat badan sekarang, dan tinggi badan sekarang. Karakteristik keluarga meliputi pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, dan pola konsumsi keluarga. Pengetahuan gizi ibu diukur dengan memberikan pertanyaan pada kuesioner yang ditujukan untuk ibu. Kebiasaan makan mencakup riwayat makan anak dan konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang diteliti adalah konsumsi cemilan, konsumsi makanan berlemak, konsumsi fast food, dan konsumsi soft

(14)

diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi pada anak yang nantinya berhubungan dengan terjadinya obesitas pada anak. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam skema berikut:

Keterangan :

Diteliti Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangkan pemikiran konsumsi fast food dan soft drink serta sosial ekonomi keluarga yang berhubungan dengan obesitas

Sosial ekonomi:

- Pendidikan orang tua - Pendapatan keluarga - Besar keluarga

Kebiasaan makan:

- Frekuensi makan sehari - Kebiasaan jajan, mengemil - Konsumsi makanan berlemak

Konsumsi Fast Food dan Soft drink

- Frekuensi

Informasi pangan: - Sumber Informasi

Kesukaan

Konsumsi Pangan

Status Gizi: - Normal - Kegemukan - Obesitas

Status Gizi Orang Tua Aktivitas fisik

Infeksi Penyakit

(15)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Eka Wijaya Cibinong, dengan pertimbangan status ekonomi orang tua siswa sebagian besar tergolong menengah keatas dan banyaknya jumlah anak yang mengalami obesitas. Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan Mei-Juli 2014 yang disesuaikan dengan kalender akademik SD Eka Wijaya Cibinong agar tidak menganggu kegiatan belajar mengajar.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi contoh penelitian ini adalah siswa-siswi SD Eka Wijaya Cibinong yang duduk di kelas 4 sampai 6. Pemilihan populasi contoh dilakukan secara purposive. Seluruh anak kelas 4 hingga 6 diukur berat dan tingginya secara langsung, sehingga dapat diperoleh nilai z-score masing-masing. Selanjutnya sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti, yaitu siswa kelas 4 hingga 6 sekolah dasar di lokasi penelitian dengan status gizi lebih (nilai Z-Score>+2 SD menurut Riskesdas 2013), bersedia, dan hadir pada saat penelitian dilaksanakan. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus (Chandra 1996):

n = Z2(1-α/2) P(1-P) d2

keterangan:

n = jumlah contoh

Z = nilai sebaran baku pada taraf nyata 0.95 = 1.96

P = proporsi kejadian gemukdi Provinsi Jawa Barat menurut Atmarita RISKESDAS (2013) = 8.8%

d = kesalahan yang dapat ditaksir = 0.1 (10%)

Jumlah minimal contoh sebanyak 30.83 orang yang digenapi menjadi 31 anak dan tersebar dari semua kelas. Jumlah sampel yang obese di SD Eka Wijaya sebanyak 70 anak namun terdapat 10 anak yang datanya yang datanya tidak lengkap dan selanjutnya dikeluarkan dari kriteria sampel, sehingga sampel yang diteliti sebanyak 60 orang. Contoh yang masuk kedalam kriteria inklusi, dengan jumlah laki-laki sebanyak 42 anak dan perempuan sebanyak 18 anak.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data penelitian yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer meliputi data karakteristik anak (usia, jenis kelamin dan uang saku), karakteristik sosial ekonomi keluarga (pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga), sumber informasi pangan, tingkat kesukaan, konsumsi fast food dan

(16)

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Data frekuensi konsumsi fast food dan soft drink

dikumpulkan dengan menggunakan food frequency questionnaire (FFQ). Untuk data konsumsi pangan digunakan metode recall 2 x 24 jam pada 1 hari sekolah dan 1 hari libur.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No Variabel Alat dan cara

pengumpulan

Jenis data yang dikumpulkan Data Primer

1. Karakteristik contoh

Wawancara dengan langsung contoh menggunakan

kuisioner

Nama Tanggal lahir Jenis kelamin Urutan kelahiran Uang saku Umur (tahun) 2. Karakteristik

keluarga (ayah dan ibu)

Wawancara dengan ibu contoh menggunakan kuisioner

Umur (tahun) Pendidikan Pekerjaan

Pendapatan (bulan) Besar keluarga 3. Status gizi contoh Pengukuran TB

menggunakan stature meter , dan BB menggunakan timbangan injak dan Software WHO Anthroplus

BB dan TB sekarang

4. Frekuensi dan jumlah konsumsi pangan contoh

Wawancara dengan contoh menggunakan Semi Quantitative FFQ (Food Frequency Questionaire)

Jumlah dan jenis bahan pangan yang dikonsumsi Frekuensi konsumsi bahan pangan

5. Kesukaan dan kebiasaan makan

Wawancara dengan kuisioner Sangat suka sampai tidak suka fast food dan soft drink Frekuensi makan fast food dan soft drink

Pengukuran antropometri (IMT/U) dilakukan dengan menggunakan standar Kemenkes (2013), diawali dengan penentuan umur anak dalam bulan. Menimbang umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Selanjutnya berat badan anak ditimbang menggunakan timbangan injak (kapasitas 200 kg dengan ketelitian 1 kg). Tinggi badan diukur menggunakan Microtoise

(panjang 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm). Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah tempat penelitian berlangsung. Frekuensi konsumsi fast food dan

soft drink dikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-2x/hari, 1-2x/minggu,

3-5x/minggu, dan 1-2x/bulan (Gibson 2005).

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data yang dilakukan terhadap data primer meliputi

coding, entry, cleaning, grouping dan dilanjutkan dengan analisis data. Data

(17)

Tabel 2 Kategori data yang dilakukan scoring

No Variabel Kategori Pengukuran

I. Karakteristik Keluarga

1 Usia

(Depkes 2009)

 Remaja (<18 tahun)

 Dewasa awal (18-40 tahun)

 Dewasa madya (40-60 tahun)

 Dewasa akhir (>60 tahun) 2 Besar keluarga

(BKKBN 1998)

 Kecil (≤ 4 orang)

 Sedang (5-6 orang)

 Besar (> 6 orang) 3 Pendapatan

(BPS Jawa Barat 2014)

 Miskin (≤ Rp 302 735/ bulan/kapita)

 Tidak miskin (> Rp 302 735/ bulan/kapita) 4 Status gizi

(WHO 2005)

Underweight

 Normal

Overweight

 Obesitas

II. Karakteristik Contoh

1 Usia  9 tahun

 10 tahun

 11 tahun

 12 tahun 2 Jenis kelamin  Laki-laki

 Perempuan 3 Uang saku

(sebaran data)

 Rendah (<Rp 8 000 per hari)

 Sedang (Rp 8 000– 14 000 per hari)

 Tinggi (Rp 14 000- Rp 50 000 per hari) 4 Status gizi (IMT/U)

(WHO 2005)

 Sangat kurus (z < -3 SD)

 Kurus (-3 SD ≤ z < -2 SD)

 Normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD)

 Gemuk (+1 SD < z ≤ +2 SD)

Obese (z > +2 SD) III. Kebiasaan Konsumsi Pangan Contoh

1 2

Fast food Soft Drink

(Modifikasi Gibson 2005)

 Tidak pernah

 6-7x/bulan

 1-2x/minggu

 3-5x/minggu

 1-2x/hari

IV. Kecukupan Gizi Contoh

1 2 3

Tingkat kecukupan energi Tingkat kecukupan protein Tingkat kecukupan lemak (Gibson 2005)

 Defisit berat (<70% AKG)

 Defisit sedang (70-79% AKG)

 Defisit ringan (80-89% AKG)

 Normal (90-119% AKG)

 Kelebihan (≥ 120% AKG)

V. Aktivitas Fisik

1 Aktivitas Fisik (WHO 2001)

 Sangat ringan (<1.40)

 Ringan (1.40-1.69)

 Sedang (1.70-1.99)

(18)

Uji statistik yang dilakukan antara lain analisis deskriptif, uji beda Mann

Whitney, dan uji korelasi Spearman. Syarat melakukan uji beda Mann Whitney

adalah data berskala ordinal,interval atau rasio, terdiri dari dua kelompok yang independendent atau saling bebas, data kelompok satu dan dua tidak harus sama banyaknya, data tidak harus berdistribusi normal. Hasil recall makanan total sehari-hari selama 2 hari yang dikonsumsi anak perhari dicatat, dikonsevrsi beratnya dalam gram, dirata-ratakan kemudian dihitung kandungan energi dan zat gizinya.

Kebiasaan mengkonsumsi camilan, sarapan, fast food dan soft drink

(tingkat kesukaan, informasi, waktu mengunjungi restoran dan jenis minuman) ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Uji beda (Mann Whitney) dilakukan untuk menganalisis perbedaan uang saku, frekuensi konsumsi fast food dan soft

drink, konsumsi fast food dan soft drink, konsumsi energi, status gizi orang tua.

Sedangkan uji Mann Whitney untuk menganalisis perbedaan karakteristik sosial ekonomi keluarga, sumber informasi, tingkat kesukaan dan kebiasaan makan. Untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga, sumber informasi fast food dan soft drink serta tingkat kesukaan dengan frekuensi konsumsi fast food dan soft drink digunakan uji korelasi Spearman. Analisis korelasi Spearman digunakan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kegemukan anak sekolah di SD Eka Wijaya Cibinong.

Definisi Operasional

Contoh adalah siswi-siswi yang duduk di kelas IV sampai dengan VI SD Eka Wijaya Cibinong yang berstatus gizi gemuk dan normal.

Fast Food adalah makanan cepat saji (ayam goreng, kentang goreng, burger,

pizza, spaghetti dan nugget) yang berasal dari restoran-restoran fast

food : McDonald’s, Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried

Chicken (CFC), Pizza Hut, Texas, Hoka-Hoka Bento dan A&W. Frekuensi konsumsi Fast Food adalah seberapa sering anak gemuk

mengonsumsi fast food selama 1 minggu yang dibeli di restoran fast food.

Kegemukan adalah status gizi lebih dengan IMT/U lebih besar sama dengan persentil ke-95 menurut CDC (2000) yang termasuk ke dalam status gizi overweight dan obese.

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi anak gemuk dalam satu hari dengan cara recall 2 x 24 jam pada satu hari kuliah dan satu hari libur.

Kebiasaan makan adalah perilaku makan anak gemuk yang terdiri dari frekuensi makan dalam sehari, kebiasaan sarapan, kebiasaan minum susu, kebiasaan makan sayur dan buah, kebiasaan makan camilan, kebiasaan jajan di rumah dan di sekolah.

Kesukaan adalah pilihan terhadap salah satu jenis fast food (aroma, tekstur dan rasa) yang paling disukai anak.

(19)

Besar keluarga adalah jumlah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, akak atau adik dan anggota keluarga lainnya yang tinggal satu rumah dengan anak gemuk dan normal.

Pendapatan orang tua adalah jumlah seluruh uang yang dihasilkan oleh kedua orang tua dari usaha atau pekerjaan dalam waktu satu bulan.

Status gizi orang tua adalah keadaan gizi kedua orang tua anak gemuk dan normal yang dinalai dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) Soft Drink adalah jenis minuman berkarbonasi yang mengandung air (90%), gula,

pewarna, karbondioksida, zat pengatur asam yang dijual dalam kemasan botol maupun kaleng.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi

Sekolah Dasar Eka Wijaya adalah salah salahh satu sekolah swasta favorit yang terletak di Jalan Mayor Oking, Cibinong, Jawa Barat. Sekolah ini terletak di pusat kota dekat dengan mall, mudah dilalui oleh beragam alat transportasi. Sekolah ini berdiri sejak 1992 yang diselenggarakan oleh Yayasan Eka Wijaya dan berdiri di atas areal tanah seluas 12 321 m2. Jumlah staf pengajar (guru) di SD Eka Wijaya adalah 30 orang dan staf tata usaha sebanyak 5 orang. Siswa kelas 4 sampai dengan kelas 6 berjumlah 127 siswa laki-laki dan 162 siswa perempuan. Tiap tingkatan kelas memiliki jumlah kelas yang sama dimana kelas 4 sampai dengan kelas 6 masing-masing memiliki tiga kelas. Jumlah siswa kelas 4 yaitu 97 siswa, kelas 5 sebanyak 97 siswa dan kelas 6 sebanyak 96 siswa. Waktu belajar kelas 4-6 dimulai dari pukul 07.00-12.30 untuk hari Senin-Kamis dan hari Jumat dari pukul 07.00-11.00. Kelas 6 memulai pembelajaran dari pukul 07.00-15.00 untuk hari Senin-Kamis dan hari Jumat dari pukul 07.00-11.00.

Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah meliputi fasilitas fisik, lahan, dan non fisik. Fasilitas fisik yang dimiliki meliputi ruang kelas, ruang guru, ruang TU, ruang bidang kurikulum, perpustakaan multimedia, lab komputer, UKS, kantin, musholla, aula, gudang, toilet dan ruang remedial. Fasilitas lahan yang ada terdiri dari halaman, lapangan olah raga, kebun, dan lapangan parkir. Fasilitas non fisik/ekstrakurikuler yang ada di sekolah meliputi pramuka, English club, sains club dan basket. SD Eka Wijaya terletak di daerah yang stategis yaitu terletak ditengah kota yang relatif dekat dengan mall dan tempat-tempat untuk mengkonsumsi fast food dan soft drink. Sekolah menjual makanan fast food dan

soft drink seperti jamur crispy, kentang goreng, fried chicken, nugget, ice cream,

dan soft drink.

Karakteristik Contoh Jenis Kelamin

(20)

siswa dan kelas VI sebanyak 96 siswa. Jumlah anak yang mengalami obesitas sebagian berjumlah 70 orang dari kelas 5-6 SD. Akan tetapi, terdapat 10 orang yang drop out, sehingga jumlah sampel hanya berjumlah 60 orang. Keluarnya sampel dari penelitian dikarenakan terdapat data yang bias, tidak bersedianya sampel sebagai responden dan berhenti ditengah jalan. Proporsi jumlah sampel tidak didasarkan pada jumlah yang proporsional, dikarenakan sampel obesitas tidak merata di setiap kelasnya. Tabel 3 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi khususnya kelas 4 sampai kelas 6 SD Eka Wijaya Cibinong.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi

Status Gizi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Underweight Normal Overweight Obesitas

2.00 48.00 32.00 45.00

1.57 37.80 25.20 35.43

5.00 100.00

39.00 18.00

3.09 61.73 24.07 11.11

7.00 148.00

71.00 63.00

2.42 51.21 24.57 21.80

Total 127 100.00 162 100.00 289 100.00

Contoh yang berstatus gizi obesitas sebanyak 35.43% dan sebagian besar adalah laki-laki, sedangkan contoh yang berstatus gizi normal sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 61.73%. Persentase anak berstatus gizi obesitas yang besar juga ditemukan pada penelitian Padmiari dan Hadi (2003). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prevalensi anak obesitas di Sekolah Dasar Denpasar yaitu 13.6%, sedangkan penelitian Suryaalamsah (2009) pada siswa/ siswi SD menunjukkan prevalensi anak berstatus gizi lebih pada SD (SD Bina Insani) di Bogor yaitu 55%. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) antara status gizi dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Hal ini terbukti pada anak laki-laki (77 anak) yang lebih banyak memiliki status gizi lebih (overweight dan obesitas) dibandingkan anak perempuan (57 anak). Menurut hasil uji Chi-Square, terdapat hubungan yang nyata (p<0.05) antara status gizi dan jenis kelamin.

Usia Anak

Persentase anak obesitas terbanyak ada pada umur 11 tahun (35.71%). Aktaria (2004) melaporkan bahwa sebagian besar contoh dalam penelitiannya berada pada rentang usia 11 tahun dengan status gizi obesitas sebesar 76.7%.

Tabel 4 Sebaran anak menurut umur

Kelompok umur (tahun) Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

12 11 10 9

7 15 12 8

16.67 35.71 28.57 19.05

4 5 6 3

22.22 27.78 33.33 16.67

11 20 18 11

18.33 33.33 30.00 18.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

(21)

tahun. Jumlah lemak pada wanita lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Biasanya jumlah lemak dalam tubuh akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Kecenderungan obesitas akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak laki-laki memiliki prevalensi obesitas yang lebih besar dibanding anak perempuan. Hal ini disebabkan anak laki-laki lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi energi namun aktivitas fisiknya rendah. Aktivitas fisik yang rendah ini disebabkan anak laki-laki lebih memilih menonton televisi dan bermain game (handphone/

computer) di waktu luang mereka dibandingkan bermain bersama dengan teman.

Anak perempuan (rata-rata nilai aktivitas fisik= 1.37) memiliki kecenderungan beraktivitas lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki (rata-rata nilai aktivitas fisik = 1.26). Berdasarkan analisis statistik (Mann Whitney), tidak ada (p=0.125) perbedaan yang nyata antara umur anak laki-laki dan perempuan yang obesitas. Uang Saku

Uang saku contoh dalam penelitian ini merupakan uang saku per hari yang digunakan contoh untuk jajan di sekolah. Uang saku tidak termasuk uang transportasi (jemputan, angkot dan bensin motor), uang buku dan uang SPP. Tabel 5 di bawah ini menunjukkan besarnya jumlah uang saku anak per hari.

Tabel 5 Sebaran data uang saku menurut jenis kelamin

Uang saku Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

<8 000 8 000-14 000 >14 000

17.00 11.00 14.00

40.48 26.19 33.33

2.00 9.00 7.00

11.11 50.00 38.89

19 20 21

31.67 33.33 35.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Uang saku contoh yang tergolong tinggi pada laki-laki obesitas yaitu sebesar 33.33% dan untuk perempuan obesitas sebesar 35%. Secara keseluruhan lebih banyak siswa yang mendapatkan uang saku yang tergolong tinggi yakni 35%. Hasil penelitian Mardayanti (2008) tentang alokasi uang saku pada siswa Sekolah Dasar di Bogor juga menunjukkan hasil serupa. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima oleh anak. Tidak terdapat perbedaan nyata dalam hal besar uang saku yang diperoleh contoh menurut jenis kelamin. Hasil analisis korelasi Spearman

menunjukkan tidak ada hubungan (p>0.095) antara uang saku dengan jenis kelamin contoh.

Besar Keluarga

(22)

Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga Kategori besar keluarga Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Keluarga kecil (< 4 orang) Keluarga sedang (5-6 orang)

35 7

83.33 16.67

13 5

72.22 27.78

48 12

80.00 20.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Jumlah anggota keluarga juga akan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis makanan yang tersedia dalam keluarga. Akan tetapi dalam penelitian ini besar keluarga sebenarnya bukanlah aspek yang besar pengaruhnya terhadap konsumsi pangan anak, karena tingkat pendapatan keluarga yang rata-rata tinggi. Hal tersebut menyebabkan distribusi pangan dalam keluarga diharapkan dapat menjangkau semua anggotanya. Berbeda kenyataannya jika terjadi pada keluarga yang penghasilan rendah. Seperti yang dinyatakan Suhardjo (2004) bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi khususnya bagi keluarga yang berpenghasilan rendah pemenuhan makan akan lebih mudah jika jumlah anggota keluarganya sedikit

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

Umur Orang Tua

Sebagian besar contoh memiliki orang tua dengan rentang usia dewasa madya (40-60 tahun), dimana usia rata-rata ayah adalah 42.7± 4.6 tahun dan ibu 38.3 ± 4.6 tahun. Persentase usia Ayah berada pada tingkat dewasa madya (40-60 tahun) yakni sebesar 72%. Umur ibu pada tingkatan dewasa awal (18-40 tahun) yakni sebesar 60%. Hasil uji Mann-Whitney antara usia orang tua kedua kelompok contoh menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan dimana nilai p>0.05. Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal dari ayah dan ibu. Sebanyak empat orang anak yang tidak mempunyai Ayah (meninggal), sehingga jumlah sampel Ayah dari anak laki-laki menjadi 54 orang. Tabel 7 memperlihatkan persentase terbesar tingkat pendidikan Ayah dan Ibu siswa obesitas adalah SMA dengan persentase masing-masing 38.89% dan 48.30%. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) baik tingkat pendidikan ayah maupun ibu pada kedua anak.

Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan Ayah Ibu

n % n %

Tidak tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma Sarjana S2/S3

0 0 2 21 11 20 2

0.00 0.00 3.70 38.89 20.37 37.04 3.73

0 1 3 29 14 11 2

0.00 1.70 5.00 48.30 23.33 18.33 3.33

Total 54* 100.00 60 100.00

(23)

Menurut Yudesti (2012) dan Ernawati (2006) semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin baik pertumbuhan anaknya. Setidaknya ada lima upaya yang merupakan imbas dari pendidikan ibu dan ayah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu pendidikan akan meningkatkan sumberdaya keluarga, pendapatan keluarga, alokasi waktu untuk pemeliharaan kesehatan anak, produktivitas dan efektivitas pemeliharaan kesehatan, dan referensi kehidupan keluarga. Tingkat pendidikan orang tua contoh tidak terlalu berpengaruh dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh jumlah pendapatan perkapita yang tergolong tinggi, sehingga asumsinya setiap kebutuhan setiap anggota keluarga akan terpenuhi dengan baik.

Pekerjaan Orang Tua

Ayah anak obesitas yaitu sebanyak empat orang tidak diketahui jenis pekerjaannya disebabkan mereka sudah meninggal sehingga jumlah Ayah anak menjadi 54 orang. Jenis pekerjaan ayah yang paling banyak pada kedua jenis kelamin siswa obesitas adalah sebagai wiraswasta. Jenis pekerjaan orang tua anak dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah %

n % n %

Ayah Tidak bekerja Sekolah/Guru Wiraswasta Petani Pedagang Buruh Pegawai Swasta Pegawai Negeri Jumlah 0 0 20 0 3 0 13 3 38* 0.00 0.00 51.28 0.00 7.69 0.00 33.33 7.69 100 0 0 7 0 1 0 7 2 17* 0.00 0.00 38.89 0.00 5.56 0.00 38.89 11.111 100 0 0 27 0 4 0 20 5 54* 0.00 0.00 50.00 0.00 7.41 0.00 37.04 9.26 100 Ibu Tidak bekerja Sekolah/Guru Wiraswasta Petani Pedagang Buruh Pegawai Swasta Pegawai Negeri Jumlah 23 0 5 0 3 2 4 5 42 54.76 0.00 11.90 0.00 7.14 4.76 9.52 11.90 100 10 1 2 0 1 1 0 3 18 0.00 55.56 5.56 0.00 5.56 5.56 0.00 16.67 100 33 1 7 0 4 3 4 5 60 54.76 1.67 11.67 0.00 6.67 5.00 6.67 8.33 100 *Keterangan : Anak yang Ayahnya meninggal berjumlah empat orang

(24)

Novitasari (2005) menyatakan bahwa sesuai dengan hukum Bennet konsumsi pangan akan bergeser ke arah konsumsi pangan dengan harga kalori yang lebih mahal ketika semakin meningkatnya pendapatan seseorang, seperti pangan hewani yang kandungan lemaknya lebih tinggi.

Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua siswa laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Tabel 9. Data tersebut merupakan jumlah dari pendapatan ayah dan ibu setiap bulannya. Persentase tingkat pendapatan orang tua dengan kategori sangat tinggi (> Rp 5 000 000/bulan) pada anak laki-laki obesitas 41.67% dan perempuan obesitas 66.67%. Hal ini sama dengan hasil penelitian Padmiari dan Hadi (2003), yang menunjukkan bahwa kejadian obesitas terdapat pada keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi atau golongan ekonomi menengah keatas.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua Pendapatan orang tua (Bulan) Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Rp 2 000 000-Rp 3 000 000 Rp 3 000 001-Rp 4 000 000 Rp 4 000 001-Rp 5 000 000 > Rp 5 000 000

6 4 7 25

14.29 6.67 11.67 41.67

2 0 4 12

11.11 0.00 22.22 66.67

8 4 11 37

13.33 6.67 18.33 61.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Dengan menggunakan standar BPS Jawa Barat (2014) seluruh orang tua anak laki-laki dan perempuan (100%) termasuk dalam kategori tidak miskin dimana pendapatannya melebihi Rp 302 735/perkapita/bulan. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan orang tua anak laki-laki obesitas dan perempuan obesitas. Menurut Madanijah (2004) meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga dengan tingkat pendapatan rendah. Status Gizi Orang Tua

Ayah anak laki-laki dan perempuan obesitas paling banyak berstatus gizi lebih (48.34%) sedangkan ibu anak obesitas juga paling banyak berstatus gizi lebih (56.67). Tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05) diantara status gizi Ayah dari anak laki-laki dan perempuan obesitas. Hal yang sama juga ditemukan pada Ibu anak laki-laki dan perempuan yang tidak terdapat perbedaan yang nyata status gizinya. Sebaran contoh status gizi orang tua contoh dapat dilihat pada Tabel 10.

(25)

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan status gizi orang tua

Status Gizi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Ayah Underweight Normal Overweight Obesitas Jumlah 2 19 7 14 42 4.76 45.24 16.67 33.33 100 1 9 6 2 18 5.56 50.00 33.33 11.11 100 3 28 13 16 60 5.00 46.67 21.67 26.67 100 p= 0.654 Ibu Underweight Normal Overweight Obesitas Total 0 18 13 11 60 0.00 42.86 30.95 26.19 100.00 0 8 3 7 60 0.00 44.44 16.67 38.89 100.00 0 26 16 18 60 0.00 43.33 26.67 30.00 100 p= 0.425

Salah satu faktor predisposisi terjadinya obesitas pada anak-anak adalah adanya faktor herediter dari keluarganya. Apabila ayah atau ibu gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk 41-50%. Apabila kedua orang tua gemuk maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (Yueniwati dan Rahmawati 2002).

Kebiasaan Makan

Frekuensi Makan Anak

Kebiasaan makan anak merupakan perilaku makan anak setiap harinya, baik di rumah maupun di luar rumah seperti di sekolah. Frekuensi makan anak dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Frekuensi makan dalam sehari

Frekuensi makan sehari Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1 2 3 4 0 1 36 5 0.00 2.38 85.71 11.90 0 1 17 0 0.00 5.56 94.44 0.00 0 2 53 5 0.00 3.33 88.33 8.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

p= 0.105

Sebagian besar anak laki-laki dan perempuan obesitas biasa makan 3 kali sehari dengan masing-masing persentase 85.71% dan 94.44%. Khomsan (2006) menyatakan bahwa frekuensi makan sebaiknya adalah 3 kali sehari untuk menghindari kekosongan lambung. Berdasarkan hasil uji beda (Mann Whitney)

antara anak laki-laki dan perempuan obesitas tidak memiliki perbedaan yang nyata (p>0.05) dengan frekuensi makannya. Hal ini disebabkan karena frekuensi makan anak laki-laki maupun perempuan yang obesitas sama yakni lebih dari 85% makan sebanyak tiga kali sehari.

(26)

terbiasa makan 3 kali sehari. Menurut Purwati et al. (2005) dalam Suryaalamsah (2009), untuk menghindari kegemukan maka biasakan makan secara teratur dan hanya pada waktu tertentu saja, yakni 3 kali sehari. Jika diantara dua waktu makan merasa lapar, makanan rendah kalori tetapi mengenyangkan seperti buah-buahan dapat dikonsumsi.

Kebiasaan Sarapan

Sarapan merupakan suatu kegiatan makan pada pagi hari, biasanya waktu untuk sarapan pada pukul 06.00-08.00. Kegiatan ini sangat penting dilakukan pada pagi hari karena akan menunjang produktivitas dan konsentrasi belajar anak (Khomsan 2006).Selain itu, sarapan akan mencegah terjadinya obesitas pada anak. Tabel 12 di bawah ini menampilkan jumlah siswa yang sarapan dan tidak sarapan.

Tabel 12 Kebiasaan sarapan

Kebiasaan sarapan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Tidak sarapan Nasi,sayur,lauk Nasi,lauk Roti dan susu Nasi goreng Nasi uduk Mie Kue

Sereal dan susu Bubur ayam

2 1 11 10 2 0 2 1 1 2

4.76 2.38 26.19 23.81 4.76 0.00 4.76 2.38 2.38 4.76

1 4 7 3 1 1 0 0 0 0

5.56 22.22 38.89 16.67 5.56 5.56 0.00 0.00 0.00 0.00

14 5 18 13 3 1 2 1 1 2

23.33 8.33 30.00 21.67 5.00 1.67 3.33 1.67 1.67 3.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

p=0.961

Jenis makanan yang biasa dikonsumsi contoh saat sarapan adalah nasi, sayur bayam, telur goreng, nugget,nasi uduk, mie, kue, sereal, bubur ayam dan susu. Sebagian besar anak laki-laki maupun perempuan obesitas melakukan kegiatan sarapan (76.67%) sedangkan anak laki-laki dan perempuan obesitas yang tidak sarapan sebesar 23.33%. Jenis sarapan yang biasa mereka konsumsi berupa pangan sumber karbohidrat (nasi, roti, mie, bubur) dengan pangan sumber protein saja (chicken nugget dan telur ayam goreng) tanpa ada sayur dan buah. Menurut Khomsan (2006), sarapan hendaknya memenuhi minimal empat pangan sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein dan vitamin) dengan kuantitas dan kualitas yang cukup. Ada sebanyak 9.33% anak laki-laki dan perempuan yang memenuhi kriteria tersebut, namun buah masih jarang dikonsumsi oleh anak. Umumnya menu sarapan yang diberikan kepada anak merupakan makanan praktis, mudah dan cepat dalam penyajiannya. Jenis chicken nugget yang biasa dikonsumsi anak pagi hari berupa panganan kemasan yang dibeli orang tua dalam keadaan mentah kemudian dimasak di rumah.

(27)

(p>0,05) antara jenis sarapan yang dikonsumsi anak laki-laki maupun perempuan obesitas. Hasil uji Spearman juga tidak menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dengan jenis kelamin maupun dengan status gizi anak yang obesitas (p>0.05). Tidak adanya hubungan dan perbedaan antara kedua jenis kelamin disebabkan karena sebagian besar contoh memiliki kebiasaan sarapan dan menu yang hampir sama.

Kebiasaan Mengemil

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak laki-laki mapun perempuan yang obesitas memiliki kebiasaan mengemil, dimana persentase mengemil di sekolah lebih besar dibandingkan dengan di rumah dengan total persentasenya. Tabel 13 berikut berisi informasi mengenai waktu anak laki-laki dan perempuan mengemil.

Tabel 13 Waktu saat mengemil

Waktu mengemil Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Menonton tv Belajar dirumah Saat santai

Jalan-jalan di luar

19 2 20 1 45.24 4.76 47.62 2.38 8 4 5 1 44.44 22.22 27.78 5.56 27 6 25 2 45.00 10.00 41.67 3.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Anak laki-laki obesitas terbiasa mengemil ketika santai dirumah dengan persentase sebesar 47.62%, sedangkan anak perempuan obesitas lebih sering mengemil saat menonton televisi dengan persentase 44.44%. Tidak terdapat perbedaan (p>0,05) antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang obesitas terhadap waktu mengemil. Selain waktu mengemil kebiasan makan anak juga bisa dilihat dari jenis camilan yang biasa dikonsumsi. Jenis camilan yang biasa dikonsumsi anak laki-laki maupun perempuan yang obesitas adalah nasi goreng, siomay, kentang goreng, pastel, mie goreng, mie ayam, jamur crispy, batagor, chiki, nasi kuning, kacang, permen, gorengan, nugget, roti dan sebagainya. Gambar 2 di bawah ini menampilkan jenis makanan yang dikonsumsi untuk camilan di sekolah dan di rumah.

Gambar 2 Jenis makanan yang dikonsumsi untuk camilan di sekolah

(28)

Pengambilan data jenis camilan yang biasa dikonsumsi anak laki-laki dan perempuan obesitas terdiri dari tiga jenis camilan. Jenis camilan yang paling banyak dikonsumsi anak laki-laki obesitas adalah gorengan (9.62%), sedangkan anak perempuan lebih banyak mengkonsumsi siomay (14.29%) sebagai camilan di sekolah. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara jenis kelamin dengan jenis camilan yang biasa dikonsumsi di sekolah. Selain di sekolah anak obesitas juga biasa mengkonsumsi camilan di rumah.

Jenis camilan yang biasa dikonsumsi anak laki-laki di rumah adalah soft

drink dan “chiki” dengan persentase keduanya 18.75%. Anak perempuan obesitas

paling banyak mengkonsumsi “chiki” sebagai camilan ketika di rumah dengan persentase 22.22%. Secara keseluruhan jenis camilan yang paling banyak di konsumsi di rumah adalah snack sejenis “chiki” dengan persentase rata-rata sebesar 20%. Menurut uji statistika tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara jenis camilan yang dikonsumsi di rumah dengan jenis kelamin.

Konsumsi chiki dan soft drink sebagai camilan dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan chiki termasuk makanan padat kalori namun rendah gizi dan soft drink mengandung energi tinggi yang berasal dari gula. Anak-anak obesitas cenderung sulit menahan rasa lapar. Purwati et al. (2005) dalam Suryalamsah (2009) menganjurkan mengonsumsi pangan rendah kalori, tetapi tinggi serat seperti buah-buhan, sayuran, umbi-umbian rebus, yoghurt atau susu

non fat ketika mengemil. Konsumsi jenis pangan tersebut akan mengurangi risiko

terjadinya obesitas pada anak-anak. Fast Food

Salah satu jenis makanan yang biasa dibeli oleh anak laki-laki dan perempuan obesitas adalah fast food. Jenis makanan ini biasa dijual di sekolah dengan harga yang relatif murah. Semua anak laki-laki dan perempuan mengetahui bahwa kantin sekolah menyediakan berbagai macam jenisfast food.

Fast food yang dijual di sekolah adalah kentang goreng, fried chicken, jamur

crispy, nugget, spaghetti, sosis goreng, burger dan mie instan. Data fast food yang

biasa dibeli anak ketika sekolah disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Fast food yang dibeli di sekolah

Jenis Makanan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Tidak membeli Kentang goreng Fried chicken Jamur crispy Nugget Spaghetti Mie instant

4.00 20.00

7.00 7.00 3.00 0.00 1.00

9.52 47.62 16.67 16.67 7.14 0.00 2.38

1 7 6 2 1 1 0

5.56 38.89 33.33 11.11 5.56 5.56 0.00

5 27 13 9 4 1 1

8.33 45.00 21.67 15.00 6.67 1.67 1.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

(29)

berkaitan dengan tingkat kejadian obesitas pada anak-anak usia sekolah. Konsumsi fast food anak tidak hanya di sekolah saja tetapi juga di rumah. Tabel 15 menampilkan jenis fast food yang biasa dikonsumsi di rumah.

Tabel 15 Fast food yang dikonsumsi di rumah

Jenis Makanan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Tidak memakan Kentang goreng Fried chicken Jamur crispy Nugget Sosis goreng Burger 0.00 8.00 13.00 0.00 18.00 1.00 2.00 0.00 19.05 30.95 0.00 42.86 2.38 4.76 0.00 5.00 2.00 0.00 8.00 1.00 2.00 0.00 27.78 11.11 0.00 44.44 5.56 11.11 0.00 13.00 15.00 0.00 26.00 2.00 4.00 0.00 21.67 25.00 0.00 43.33 3.33 6.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Jenis fast food yang biasa dikonsumsi anak laki-laki (42.86%) dan perempuan (44.44%) obesitas di rumah adalah nugget. Konsumsi nugget di rumah lebih besar dibandingkan dengan makanan lainnya. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan makan keluarga. Keluarga yang terbiasa menyajikan fast food di rumah akan menumbuhkan perilaku yang sama kepada anak. Alasan orang tua memberikan makanan tersebut karena proses pemasakan yang sangat cepat dan mudah. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara anak laki-laki dan perempuan obesitas yang mengkosumsi fast food di rumah.

Soft Drink

Soft drink atau minuman bersoda merupakan minuman berkarbonasi yang

memiliki jumlah kalori yang tinggi setiap satu serving size. Minuman ini sering dikonsumsi dan dibeli oleh berbagai tingkatan usia termasuk anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan anak laki-laki dan perempuan obesitas sebagian besar membeli minuman ini di sekolah. Data ukuran botol/kaleng yang biasa dibeli di sekolah disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Ukuran soft drink yang sering dibeli Ukuran botol/kaleng

(ml)

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Tidak membeli 1600 1000 500 350 300 250 5.00 1.00 0.00 4.00 19.00 3.00 10.00 11.90 2.38 0.00 9.52 45.24 7.14 23.81 1.00 0.00 1.00 1.00 8.00 0.00 7.00 5.56 0.00 5.56 5.56 44.44 0.00 38.89 6.00 1.00 1.00 5.00 27.00 3.00 17.00 10.00 1.67 1.67 8.33 45.00 5.00 28.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

(30)

Hasil penelitian Prancis (2001) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa konsumsi harian rata-rata soft drink hampir dua kaleng standar (24 oz/700ml) untuk anak laki-laki dan lebih dari satu kaleng standar bisa dikonsumsi anak perempuan (12 oz/350 ml). Menurut Ludwig (2001), asupan soft drink yang tinggi dapat menimbulkan risiko terjadinya obesitas dan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian obesitas anak.

Kebiasaan Konsumsi Fast Food

Tingkat Kesukaan Fast Food

Sebagian besar anak laki-laki dan perempuan obesitas menyukai fast food

[image:30.595.77.488.279.375.2]

dengan persentase sebesar 50% dan hanya sebesar 20% yang sangat menyukai jenis makanan ini. Sebaran tingkat kesukaan fast food dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 17 Tingkat Kesukaan terhadap fast food

Tingkat kesukaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Sangat Suka Suka Biasa saja Tidak suka

9 22 11 0

21.43 52.38 26.19 0.00

3 8 7 0

16.67 44.44 38.89 0.00

12 30 18 0

20.00 50.00 30.00 0.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Anak laki-laki perempuan obesitas paling banyak menyukai makanan jenis

fast food dengan persentase masing-masing 52.38% dan 44.44%. Tidak ada

contoh yang tidak menyukai jenis makanan ini dikarenakan sebagian besar proses pengolahannya digoreng dengan minyak, sehingga membuat makanan ini semakin gurih dan juga memiliki rasa yang enak khususnya bagi anak-anak. Selain itu, jenis makanan ini telah menjadi salah satu makanan yang biasa dikonsumsi oleh anak-anak karena proses penyajiannya yang cepat. Menurut Suhardjo (1989) derajat kesukaan atau ketidaksukaan seseorang terhadap makanan akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan.

Waktu Yang Paling Sering Dipilih Untuk Mengunjungi RestoranFast Food Sebanyak 46.67% contoh laki-laki dan perempuan berstatus gizi obesitas terbiasa mengonsumsi fast food pada waktu yang tidak tentu. Konsumsi fast food

dengan waktu yang tidak tentu menggambarkan fast food tidak hanya dikonsumsi pada waktu libur saja, akan tetapi pada sebagian contoh fast food telah menjadi bagiandari menu harian. Tabel 18 menunjukkan waktu yang paling sering dipilih contoh untuk mengonsumsi fast food laki-laki dan perempuan obesitas.

Tabel 18 Waktu mengunjungi restoran fast food

Waktu kunjungan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Hari sekolah Akhir pekan Hari libur Tidak tentu

1 4 17 20

2.38 9.52 40.48 47.62

1 5 4 8

5.56 27.78 22.22 44.44

2 9 21 28

3.33 15.00 35.00 46.67

[image:30.595.79.488.635.742.2]
(31)

Sebanyak 47.62% contoh laki-laki dan sebanyak 44.44% perempuan berstatus gizi obesitas memilih tidak tentu. Hal serupa juga dilaporkan oleh Fitri (2011) yang menunjukkan bahwa 73.3% orang yang memiliki status gizi obesitas banyak mengkonsumsi fast food pada waktu yang tidak tentu. Selain itu menurut hasil penelitian Suryaalamsah (2009), sebagian besar (60%) anak berstatus gizi lebih memilih mengunjungi restorant fast food pada waktu hari sekolah dan libur. Hal ini mengindikasikan bahwa kecenderungan anak untuk mengunjungi restoran

fast food tidak hanya dilakukan pada hari libur/akhir pekan tetapi pada hari

sekolah mereka juga terbiasa mengunjungi restoran ini. Informasi Mengenai Fast Food

Anak laki-laki obesitas maupun perempuan obesitas lebih banyak mendapatkan informasi mengenai fast food dari televisi, karena iklan mengenai berbagai macam makanan ataupun restoran fast food sering meraka lihat dengan persentase secara keseluruhan sebesar 55,38%. Sebaran informasi mengenai fast

[image:31.595.111.516.321.452.2]

food dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Informasi menganai Fast food

Asal Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Televisi Majalah Internet Baliho Keluarga Teman

25 1 0 0 14

2

59.52 2.38 0.00 0.00 33.33

4.76

11 0 0 0 7 0

61.11 0.00 0.00 0.00 38.89

0.00

36 1 0 0 21

7

55.38 1.54 0.00 0.00 32.31 10.77

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Anak laki-laki dan perempuan obesitas lebih banyak mendapatkan informasi mengenai fast food dari televisi dengan persentase masing-masing yakni 59.52% dan 61.11%. Sumber informasi ini berkaitan dengan waktu anak menonton televisi yang cukup tinggi yakni sebanyak 5 jam pada hari sekolah dan 10 jam pada hari libur. Hal serupa didapatkan dari hasil penelitian Mcneal (1998) dalam Bowman (2004) yang menunjukkan bahwa anak-anak akan sangat mudah dipengaruhi dari waktu ke waktu oleh iklan yang akan mereka ingat. Kemudian kebiasaan konsumsi makanan cepat saji ini akan bertahan sampai mereka dewasa. Alasan Mengkonsumsi Fast Food

Alasan yang paling banyak dipilih oleh kedua anak dalam mengonsumsi

fast food adalah rasa yang enak (laki-laki obesitas 76.19% dan 83.33% perempuan

obesitas). Sama halnya dengan hasil penelitian Suryaalamsah (2009) yaitu alasan responden memilih makan fast food karena cita rasa makanan yang enak. Kandungan lemak dan garam yang berasal dari bahan-bahan makanan penyusun

fast food diduga memberikan cita rasa yang gurih dan lezat, sehingga fast food

(32)

Tabel 20 Sebaran data alasan konsumsi fast food

Asal Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Aroma yang lezat Rasanya enak Harga terjangkau Tempat yang nyaman

6 32

2 2

14.29 76.19 4.76 4.76

2 15

1 0

11.11 83.33 5.56 0.00

17 50 9 2

21.79 64.10 11.54 2.56

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Hanya sedikit anak memilih tempat yang nyaman hal ini disebabkan pada sebagian anak tersebut sering membeli fast food hanya untuk mendapat akses internet gratis di restoran tersebut.

Restoran Fast Food yang Paling Sering Dikunjungi

[image:32.595.81.490.342.541.2]

Semakin menjamurnya restoran-restoran fast food yang letaknya strategis dan dekat dengan sekolah dapat mengakibatkan perilaku makan anak menjadi terbiasa dengan mengkonsumsi fast food secara terus menerus. Sebaran contoh restoran yang paling sering dikunjungi dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Restoran fast food yang paling sering dikunjungi

Jenis Restoran Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

A B C D E F G H I J K L 8.00 16.00 3.00 7.00 1.00 1.00 2.00 1.00 1.00 0.00 1.00 1.00 19.05 38.10 7.14 16.67 2.38 2.38 4.76 2.38 2.38 0.00 2.38 2.38 3 5 0 2 1 0 1 1 1 1 2 1 16.67 27.78 0.00 11.11 5.56 0.00 5.56 5.56 5.56 5.56 11.11 5.56 11 21 3 9 2 1 3 2 2 1 3 2 18.33 35.00 5.00 15.00 3.33 1.67 5.00 3.33 3.33 1.67 5.00 3.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Sebanyak 35% contoh anak laki-laki maupun perempuan obesitas (27.78% untuk anak laki-laki obesitas dan 38.0% untuk anak perempuan obesitas) paling sering mengunjungi restoran B yang merupakan franchise dari Amerika yang menyajikan menu utama berupa ayam goreng. Selain restoran B memiliki menu-menu yang cukup beragam sesuai dengan selera anak-anak dan memiliki suasana yang nyaman dengan menghadirkan hadiah mainan. Restoran ini juga menyediakan Wifi gratis kepada pengunjungnya. Hasil serupa juga ditemukan pada penelitian Fitri (2011) dan Suryaalamsah (2009) yang menyatakan bahwa jenis fast food berupa fried chicken biasanya banyak dikonsumsi konsumen.

(33)

restoran fast food dan hal ini berhubungan dengan tingkat kejadian kegemukan pada anak-anak.

Jenis Fast Food yang Paling Sering Dikonsumsi

Fast food yang diteliti adalah jenis fast food yang dibeli di restoran dan

tidak dimasak di rumah. Jenis fast food yang paling disukai oleh contoh adalah

fried chicken (48%) dan tidak ada yang memilih spaghetti. Sebaran jenis fast food

[image:33.595.106.520.206.371.2]

yang paling disukai dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Jenis fast food yang paling sering dikonsumsi

Asal Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Burger Kentang goreng Fried chicken Pizza Bento Chicken nugget Spaghetti Doughnat 1.00 3.00 18.00 8.00 1.00 10.00 1.00 1.00 2.38 7.14 42.86 19.05 2.38 23.81 2.38 2.38 1.00 1.00 7.00 2.00 2.00 4.00 1.00 0.00 5.56 5.56 38.89 11.11 11.11 22.22 5.56 0.00 2 4 25 10 1 14 2 1 3.33 6.67 41.67 16.67 1.67 23.33 3.33 1.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar contoh anak laki-laki obesitas (42.86%) dan (38.89%) anak perempuan obesitas menyukai fried

chicken. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suryaalamsah (2009) dan Fitri

(2011) yang menyatakan bahwa jenis fast food fried chicken yang biasa dikonsumsi konsumen. Dipilihnya fried chicken sebagai jenis fast food yang paling sering dikonsumsi kemungkinan disebabkan oleh bahan baku dan proses pengolahannya. Fried chicken diolah dengan cara digoreng sehingga akan lebih banyak menyerap minyak, dengan penambahan tepung terigu dan bumbu-bumbu membuat cita rasa yang lebih gurih dan renyah. Satu potong fried chicken bagian dada meiliki berat sekitar 178 gram dengan kalori sebesar 320 kkal dan lemak 14 gram sedangkan bagian pada memiliki berat 110 gram dengan kalori sebesar 290 kkal dan lemak 21 gram (KFC 2001).

Frekuensi Mengkonsumsi Fast Food

Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh seseorang adalah rasa lapar atau kenyang, selera, atau reaksi cita rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial-ekonomi, dan pendidikan (Riyadi 1996). Sebaran data frekuensi konsumsi fast food secara keseluruhan disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23 Sebaran data rekuensi konsumsi fast food

Frekuensi Konsumsi fast food

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

[image:33.595.135.491.644.741.2]
(34)

Frekuensi konsumsi fast food terbanyak 3-5x/minggu sebanyak 35%. Hasil penelitian Fitri (2011) juga menunjukkan hasil bahwa anak sekolah di Bogor lebih banyak mengkonsumsi fried chicken dalam satu bulan dengan frekuensi 1-2 kali per minggu. Frekuensi konsumsi fast food terbanyak 3-5x/minggu sebanyak 35%. Hasil penelitian Fitri (2011) juga menunjukkan hasil bahwa anak sekolah di Bogor lebih banyak mengkonsumsi fried chicken dalam satu bulan dengan frekuensi 1-2 kali per minggu. Berdasarkan hasil uji statistik (Mann Whitney), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara frekuensi konsumsi fast food contoh anak laki-laki dan perempuan obesitas.

Fried chicken merupakan jenis fast food terbanyak yang pernah

dikonsumsi satu bulan yang lalu oleh contoh. Seluruh contoh laki-laki dan perempuan yang berstatus gizi obesitas pernah mengkonsumsi fried chicken

dalam satu bulan terakhir. Frekuensi konsumsi terbanyak 1-2x/bulan pada anak laki-laki obesitas yaitu 38,1% dan 33.33% contoh perempuan obesitas mengkonsumsi 1-2 kali per hari. Kandungan energi dan lemak fried chicken per porsi pada bagian dada, masing-masing sebesar 346 kkal dan 22.97 gram (Khomsan et al. 1998). Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa kandungan energi dan lemak yang disumbangkan fried chicken bagian dada per porsi yaitu dengan frekuensi 1-2 x per bulan yaitu 346-1038 kkal dan 22.87-68.91 gram.

Chicken nugget merupakan jenis fast food kedua terbanyak yang

dikonsumsi satu bulan terakhir oleh contoh laki-laki dan perempuan obesitas. Seluruh contoh laki-laki dan perempuan obesitas mengkonsumsi chicken nugget

dalam waktu sebulan terakhir. Sebanyak 30.95% contoh laki-laki obesitas mengkonsumsi chicken nugget 3-5 x per minggu sedangkan sebanyak 38.89% contoh perempuan obesitas mengkonsumsi chicken nugget 1-2 kali perminggu. Kandungan energi dan lemak chicken nugget, masing-masing sebesar 190 kkal dan 15 gram (DKBM 2006).

Sebanyak 64.29% anak laki-laki obesitas dan 61.11% perempuan obesitas tidak pernah mengkonsumsi hot dog serta 1-2 kali perbulan sebanyak 26.19% dan 27.78% mengkonsumsi hotdog dengan berat rata-rata 126 gram atau berukuran sedang. Sebanyak 33.33% contoh laki-laki berstatus gizi obesitas dan 16.67% contoh perempuan berstatus gizi obesitas tidak mengkonsumsi doughnut sebulan terakhir.

Berdasarkan hasil uji statistik (Mann Whitney), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara frekuensi konsumsi fast food

contoh yang anak laki-laki dan perempuan obesitas. Hasil analisis korelasi

Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi

fast food dengan jenis kelamin contoh (p>0.05).Jenis fast food yang dikonsumsi

[image:34.595.78.490.653.755.2]

anak selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Frekuensi jenis konsumsi fast food dan jenis kelamin

Jenis Fast Food Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Fried chicken 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu 1-2/bulan Tidak Pernah Total

9 10

7 16

0 42

21.43 23.81 16.67 38.10 0.00

100 6 5 2 5 0 18

33.33 27.78 11.11 27.78 0.00 100

15 15 9 21

0 60

(35)
[image:35.595.109.516.89.742.2]

Tabel 24 Frekuensi jenis konsumsi fast food dan jenis kelamin (Lanjutan)

Jenis Fast Food Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Burger 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu 1-2/bulan Tidak Pernah Total 2 13 4 15 8 42 4.76 30.95 9.52 35.71 19.05 100 0 2 0 12 4 18 0.00 11.11 0.00 66.67 22.22 100 2 15 4 27 12 60 3.33 25.00 6.67 45.00 20.00 100.00

Hotdog 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu 1-2/bulan Tidak Pernah Total 0 2 2 11 27 42 0.00 4.76 4.76 26.19 64.29 100 0 1 1 5 11 18 0.00 5.56 5.56 27.78 61.11 100 0 3 3 16 38 60 0.00 5.00 5.00 26.67 63.33 100.00

Pizza 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu 1-2/bulan Tidak Pernah Total 2 11 10 11 8 42 4.76 26.19 23.81 26.19 19.05 100 0 1 5 8 4 18 0.00 5.56 27.78 44.44 22.22 100 2 12 15 19 12 60 3.33 20.00 25.00 31.67 20.00 100.00

Sandwich 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu 1 11 2 2.38 26.19 4.76 1 1 4 5.56 5.56 22.22 2 12 6 3.33 20.00 10.00 1-2/bulan Tidak Pernah Total 6 22 42 14.29 52.38 100 1 11 18 5.56 61.11 100 7 33 60 11.67 55.00 100.00

Spaghetti 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu 1-2/bulan Tidak Pernah Total 0 7 7 12 16 42 0.00 16.67 16.67 28.57 38.10 100 1 3 2 8 4 18 5.56 16.67 11.11 44.44 22.22 100 1 10 9 20 20 60 1.67 16.67 15.00 33.33 33.33 100.00 Kentang goreng 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu 1-2/bulan Tidak Pernah Total 6 15 7 6 8 42 14.29 35.71 16.67 14.29 19.05 100 3 8 4 3 0 18 16.67 44.44 22.22 16.67 0.00 100 9 23 11 9 8 60 15.00 38.33 18.33 15.00 13.33 100.00 Chicken nugget 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu 1-2/bulan Tidak Pernah Total 11 11 13 4 3 42 26.19 26.19 30.95 9.52 7.14 100 1 7 6 3 1 18 5.56 38.89 33.33 16.67 5.56 100 12 18 19 7 4 60 20.00 30.00 31.67 11.67

Gambar

Gambar 1. Kerangkan pemikiran konsumsi fast food dan soft drink serta sosial ekonomi keluarga yang berhubungan dengan obesitas
Tabel 1  Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 4 Sebaran anak menurut umur
Tabel 5 Sebaran data uang saku menurut jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan informasi mengenai hubungan pengetahuan soft drink dan konsumsi soft drink dengan kejadian obesitas pada anak usia remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan pola konsumsi fast food dan soft drink dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Semakin banyak remaja mengkonsumsi soft drink, dan fast food maka semakin tinggi risiko kejadian obesitas pada remaja umur 15-17 tahun.. Kesimpulan :Fast food dan

Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman yang sangat berharga selama penelitian dan memperluas wawasan dan pengetahuan tentang hubungan konsumsi fast food dan soft

Simpulan: Frekuensi konsumsi western fast food, total energi fast food, total lemak western fast food, dan total natrium fast food merupakan faktor risiko kejadian overweight

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori di atas, maka peneliti berasumsi bahwa fast food yang dikonsumsi secara berlebihan atau keseringan merupakan salah satu

Judul Penelitian : Hubungan antara Pengetahuan Soft Drink dan Konsumsi Soft Drink dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Remaja di SMP Budi Mulia Dua

2,12,18 Fast food terbagi menjadi dua tipe yaitu, tipe western fast food seperti hamburger, french fries, fried chicken, pizza, sandwich, soft drink dan tipe traditional fast food