• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI KEPALA MADRASAH SEBAGAI PEMBINA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi: Di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSISTENSI KEPALA MADRASAH SEBAGAI PEMBINA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi: Di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung Barat)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI KEPALA MADRASAH SEBAGAI PEMBINA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi: Di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung Barat)

Hery Saparudin

Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Yamisa Soreang syaparudin_hery@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to identify about; The Existence of Madrasah Heads as Trustees of Islamic Religious Education (Study: At Madrasah Tsanawiyah West Bandung Regency). The research is an experimental study that uses a pretest posttest control group design design, which is an experiment conducted on two randomly selected groups. Research results show that: (1) The implementation of Islamic education education by the head of the madrasa Madrasah Tsanawiyah West Bandung Regency has been done well even though there are still deficiencies. (2) Factors - factors that become obstacles in the implementation of Islamic religious education in West Bandung Regency lack of facilities and infrastructure to support the implementation of the development. (3) How to overcome the inhibiting factor in the implementation of the development of Islamic religious education is by increasing the quality and quantity of teaching staff, increasing collaboration between madrasas and parents of students, improving or adding facilities and infrastructure to support the smooth teaching and learning process.

Keywords: Madrasah Heads, Teachers, Coaching, Madrasah Management. PENDAHULUAN

Salah satu institusi pendidikan Islam yang memiliki konstribusi yang besar dalam pencerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah madrasah. Madrasah sejak berdirinya Nusantara telah memberikan pencerahan dan pencerdasan dalam mempersiapkan generasi bangsa yang cerdas dan islami, terutama di bidang keagamaan. Madrasah kemudian menjadi lembaga pendidikan Islam yang dianggap sebagai era baru dari tahapan perkembangan institusi pendidikan islam (Amin Haedari, 2010: 1).

Fenomena yang terjadi di sebagian besar sekolah/madrasah sekarang ini ternyata bukan hanya disebabkan sumber daya dan fasilitas yang minim. Sumber daya manusia dan sarana prasarana, memang merupakan faktor penting eksis tidaknya serta berhasil tidaknya madrasah.Namun, problem mendasar ternyata disebabkan manajemen di madrasah, terutama peran kepala madrasah yang tidak professional dan kompetensi kepala madrasah yang masih rendah.

Tidak bisa dipungkiri, kepala madrasah memang aktor dan pemimpin utama penggerak manajemen madrasah. Menurut Husaini usman dalam (Agus Wibowo, 2014: 2) peran kepala madrasah sangat dominan, penelitian yang dilakukan Husaini Usman sampai pada kesimpulam bah wa meski semua komponen manajemen bagus tetapi kepala madrasahnya buruk, bisa dipastikan manajemen madrasah atau sekolah tidak efektif. Tidak ada madrasah yang unggul dipimpin oleh kepala madrasah yang tidak unggul. Kenyataan di

(2)

lapangan, lanjut Husaini Usman, menunjukkan bahwa sekolah atau madrasah yang hebat dipimpin oleh kepala sekolah atau kepala madrasah yang hebat pula.

Dewasa ini terdapat begitu banyak masalah yang berkaitan dengan kepala madrasah, salah satunya yaitu ada kepala madrasah dipilih bukan karena keprofesionalannya dan kompetensinya tetapi ada politik yang disembunyikan. (http://www.beritasatu.com/politik/501644- diakses 3januari 2019).

Kepala madrasah berperan sebagai Pembina pendidikan agama islam di madrasah yang dipimpinnya. Peran ini tentu saja sangat strategis dalam menunjang kelaancaran pencapaian tujuan pendidikan agama islam. Dibawah kepemimpinan kepala madrasah guru pendidikan agama islam dan civitas madrasah hendaknya terdorong untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan agama islam sesuai dengan tujuan. Karena tanggung jawan pelaksanaan pendidikan islam bukan hanya terletak pada guru pendidikan agama islam saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab civitas madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 menjelaskan tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah yaitu kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Setiap dimensi kompetensi tersebut mempunyai beberapa kompetensi, diantaranya yaitu kompetensi mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

Untuk mencapai tujuan diatas telah dilakukan berbagai upaya pembinaan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam antara lain: (1) Menghadirkan kurikulum pendidikan Agama Islam tahun 1994 sebagai sumber utama dalam pelaksanaan pendidikan agama islam di madrasah. (2) Mengangkat Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) masing-masing sebagai tenaga pelaksana dan Pembina pendidikan agama Islam di madrasah. (3) Menyediakan bahan belajar pendidikan agama Islam sebagai penunjang kelancaran pembelajaran agama Islam di madrasah umum maupun Madrasah. (4) Meningkatkan kemampuan guru pendidikan agama Islam dan pengawas pendidikan agama Islam serta jajaran Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam melalui berbagai pelatihan guna meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas. (5) Menerbitkan berbagai pedoman kerja untuk GPAI dan PPAI juga untuk siswa sebagai panduan pelaksanaan tugas dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan agama Islam di madrasah.

Sebagai pembinaan pendidikan agama Islam di madrasah maka tugas utama kepala madrasah memberikan pelayanan profesional kepada guru pendidikan agama Islam khususnya dan guru bidang study lainnya, yaitu pelayanan yang memungkinkan potensi guru semua bidang studi berkembang

(3)

untuk melaksanakan tugas pokoknya secara maksimal dengan hasil memuaskan.

Adapun mata pelajaran pendidikan agama islam pada Madrasah Tsanawiyah terdiri dari lima sub mata pelajaran yaitu: Al-Qur’an Hadist, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab. Sehingga dengan demikian para siswa dapat lebih mengerti dan mendalami hakikat pendidikan agama islam pada dasarnya terdiri dari (1) Hubungan manusia dengan Alloh SWT. (2) Hubungan manusia dengan sesama manusia. (3) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri. (4) Hubungam manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.

Dengan dilaksanakannya pembinaan pendiikan agama islam oleh kepala madrasah, baik terhadap guru, siswa dan civitas madrasah lainnya diharapkan tujuan pendidikan agama islam yang sebenarnya dapat dicapai. Sehingga madrasah dapat menghasilkan lulusan yang kuat baik “ imtaq” maupun “ imteknya “ sehingga kita dapat membangun bangsa dengan seutuhnya. Hal itu, menarik untuk dikaji lebih mendalam.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang masalah tersebut, sehingga penulis tuangkan dalam sebuah judul “Eksistensi Kepala Madrasah Sebagai Pembina Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung Barat”.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis merumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana pelaksanaan pembinaan pendidikazn Agama Islam di madrasah Tsanawiyah ? (2) Faktor - faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembinaan pendidikan agama Islam ? (3) Bagaimana cara menanggulangi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di madrasah ?

KAJIAN PUSTAKA

Konsep Dasar Pembinaa pendidikan agama islam oleh kepala madrasah

Sebagai pembia pendidikan agama islam, kepala madrasah tidak hanya dituntut untuk melaksanakan pembinaan kepada guru pendidikan agama islam saja melainkan juga mencakup pembinaan terhadap guru mata pelajaran lain, aparat madrasah, siswa dan orang tua siswa agar mereka terlibat secara aktif untuk mendukung keberhasilan pendidikan agama islam di madrasah.

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula dimadrasah para siswa dididik oleh guru. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada makhluk alin yang membutuhkan pendidikan. Untuk lebih jelasnya penulis mengutip beberapa pengertian pendidikan agama islam sebagai berikut:

(4)

“... Pendidikan agama Islam merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional“. (Undang-undang RI no 2 tahun 1989 Bab IX pasal 39)

2. Pembinaan Pendidikan Agama Islam

Pembinaan agama islam yang dilakaukan terhadap pihak terkait di madrasah akan menciptakan situasi yang bersifat kondusif bagi tumbuh kembang suasana keagamaan di madrasah sehingga upaya peningkatan keimanan, ibadah dan akhlak mulia akan berhasil mencapai tujuan pemdidikan agama islam.

Pembinaan agama islam oleh kepala madrasah merupakan optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi kepala madrasah dalam pembinaan terhadap pelaksanaan pendidikan agama islam, khususnya dalam kegiatan peningkatan keimanan, ibadah dan akhlak mulia dan budi pekerti di madrasah”. (Departemen Agama RI, 2000).

3. Kedudukan Kepala Madrasah

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya seorang kepala madrasah harus memiliki kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang luas dalam bidang pendidikan sehingga data mengelola madrasah yang dipimpinnya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rosululloh Saw, sebagai berikut: “...Jika suatu pekerjaan diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah kehancurannya”. (H.R Bukhori). Seorang kepala madrasah harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan dan kemajuan madrasah yang dipimpinnya, sebagaimana keterangan berikut: “...Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya”.(HR. Bukhori, Muslim).

Dalam kaitan ini kepala madrasah dapat melakukan berbagai hal anatara lain: (a) Memotivasi guru mata pelajaran lain untuk mengintegrasikan mata pelajaran yang diajarkan dengan mata pelajaran pendidikan agama islam yang tercermin dalam rumusan tujuan pembelajaran, khusus materi yang akan diajarkan. (b) Memotivasi aparat madrasah untuk mendukung kelancaran pendidikan agama islam yang dilakukan melalui kerja sama baik dengan komite madrasah maupun dengan lingkungan madrasah. (c) Pembinaan pendidikan agama islam terhadap siswa. Siswa sebagai peserta didik yang aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan keagamaan di madrasah, memiliki peran penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan agama islam di madrasah, keluarga dan masyarakat, oleh karena itu kepala madrasah dituntut untuk memberikan pembinaan terhadap para siswa untuk memberikan pembinaan

(5)

terhadap para siswa untuk mendukung kelancaran pedidikan agama islam serta untuk menciptakan suasana kelas dan madrasah yang dinamis dann selaras yang menuntut kreatfitas guru dan mengembangkan pembelajaran pendidikan agama islam sehingga mampu menarik minat siswa untuk senantiasa belajar dengan sungguh-sungguh.

Kondisi siswa seperti itu perlu dipelihara dan ditingkatkan melalui pembinaan pendidikan agama islam terhadap siswa dapat dilakukan dengan cara antara lain: (a) Membimbing dan mengarahkan para pengurus OSIS, kelas dan organsisasi yang berlatar belakang seni, olah raga, bakat dan keilmuan dikalangan siswa untuk aktif menggerakan siswa dalam kegiatan peningkatan keimanan, ibadah dan akhlak mulia. (b) Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dalam kegiatan keagamaan, seperti bagi pemenang lomba pidato keagamaan, MTQ, khatam Al-Qur’an dan lain-lain. (c) Memotivasi siswa untuk membiasakan dan mengamalkan ajaran agama islam sehingga dapat memberikan contoh baik bagi teman-temannya. (d) Menyarankan siswa untuk menambah kegiatan belajar diluar madrasah, sperti Madrasah Diniyah, private les agama, tutorial keagamaan, pesantren kilat dan lain lain. (e) Pembinaan pendidiikan agama islam terhadap orang tua siswa. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam keluarga,khususnya dalam pendidikan agama islam. Oleh karena itu orang tua siswa merupakan mitra kerja guru pendidikan agama islam secara bersama-sama berupaya kearah pencapaian tujuan pendidikan agama islaam. Dengan demikian hubungan dan kerjasama orang tua siswa dengan guru pendidikan agama islam sangat menentukan keberhasilan pendidikan agama islam di madrasah dan keluarga. Untuk memperkokoh hubungan tersebut kepala madrasah dapat melakakan pembinaan pendidikan agama islam melalui berbagai pelayanan terhadap orang tua siswa antara lain.

4. Peningkatan Pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam

Didalam GBHN tahun 1993 dijelaskan bahwa kebijaksanaan sector pendidikan ditujukan untuk menindkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu mnausia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani. Indikator tujuan pendidikan diatas dapat dikelompokan menjadi empat yaitu: ”...Rencana pembelajaran disusun berdasarkan silabus dan disesuaikan dengan kalender pendidikan yang berlaku jadwal pelajaran Madrasah yang bersangkutan dan sarana yang tersedia” diantaranya: (1) Program tahunan; adalah perencanaan tahunan merupakan suatu rencana pembelajaran selama satu tahun yang disusun berdasarkan GBPP serta disesuaikan dengan kalender yang berlaku dan jadawal pelajaran. Rencana tahunan terdiri dari program semester ganjil dan genap. Program semester

(6)

mencakup komponen : pokok bahsan/ konsep / tema, alokasi, waktu tiap pokok bahasan / konsep / tema dan waktu pelaksanaan, selain itu disediakan pula alokasi waktu pelaksanaan dalam kegiaatan dan penilaian yang tidak terduga. Dengan demikian dalam rencana semester terlihat sebaran bahan kajian alokasi waktu pelaksanaan dalam menentukan alokasi waktu untuk tiap pokok bahasan perlu dipertimbangkan tingkat kesulitan dan keluasan / kedalaman dan serta banyaknya kegiatan (percobaan, latihan, dan lain-lain). Rencana tahunan dan semesteran belum dapat digunakan secara langsung untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu perlu dibuat rencana harian berupa persiapan mengajar. (2) Persiapan mengajar; Sebelum mengajar guru perlu membuat persiapan mengajar yang sekurang-kurangnya memuat sebagai berikut: (a) Bahan kajian (pokok bahsan/ sub pokok bahasan ) (b) Kelas, semester dan tanggal; (c) Tujuan pembelajaran; (d) Tujuan khusus pembelajaran; (e) Bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar secara umum. (f) Cara menilai kemajuan siswa (Depag RI, 2000: 7 )

5. Kebijakan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Kebijaksanaan pendidikan agama islam secara lebih terinci sebagai implementasi Undang-undang nomor 2 tahun 203 tentang sistem pendidikan nasional, yang meliputi delapan aspek yaitu: (1) Pemerataan pendidikan agama islam; bahwa kurikulum setiap jenis, jenjang dan jalur pendidikan wajib memuat pendidikan agama. Ketentuan ini jelas mengisyaratkan perlunya pendidikan agama diberikan pada setiap madrasah, jenis, jalur dan jenjang dimana pun madrasah itu berada, sesuai dengan agama yang dianut peserta didik. Bahkan khusus juga menurut undang-undang tersebut harus mendapat pendidikan agama. (2) Peningkatan mutu tenaga guru pendidikan agama islam, untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar tenaga pendidik yang bersangkutan harus beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berwawasan pancasila dann Undang-Undang Dasar 1945 serta memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Peran tenaga pendidikan terutama GPAI sangat penting karena GPAI-lah yang paling menentukan tingkat keberhasilan pendidikan agama. Mereka adalah pelaksana kurikulum pendidikan agama islam sebagai sarana utuk mencapai tujuan pendidikan agama islam yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari tujuan pendidikan nasional.

METODE DAN ALAT PENELITIAN

Penelitian merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan penelitian pretest posttest control group design , yaitu eksperimen yang dilakukan terhadap dua kelompok yang dipilih secara random. Satu kelompok diberi pretest, perlakuan, dan posttest, sedangkansatu kelompok lainnya diberi pretest dan posttest, tidak diberi perlakuan. (Cendera Airani Cendani, 2018: 652)

(7)

Langkah – langkah penelian dilakukan melalui penetapkan Populasi dan sample penelitian meliputi siswa Madrasah Tsanawiyah, guru – guru dan civitas madrasah lainnya, yang terdiri dari siswa kelas VII sebanyak 31 orang, siswa kelas VIII sebanyak 28 orang, dan siswa kelas IX sebanyak 31 orang sehingga jum lah seluruh siswa adalah 90 orang. Selain itu jumlah guru yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah Kab. Bandung Barat adalah 14 orang dan TU sebanyak 2 orang. Jadi jumlah keseluruhannya adalah 116 orang. ( 100 % ).

Teknik pengumpulan data. untuk memperoleh data empiric penulis menggunakan teknik – teknik sebagai berikut: (1) Wawancara yaitu teknik suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi ( S Nasution, tt, 2001 : 131 ) (2) Observasi yaitu teknik yang sistematis dengan peristiwa yang spontan pada waktu terjadinya. (Ahmad supardi, 2004 : 45 ) (3) Angket yaitu teknik suatu dalam peneltian dengan menyebarkan sejumlaah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang eksistensi kepala madrasah sebagai Pembina pendidikan agama islam di madrasah. (4) Study Dokumentasi yaitu teknik yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dari penggunaan metode yang dipakai.

Teknik Analisa Data dilakukan melalui Analisa kuantitatif/statistic dengan menggunakan tabulasi. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengolah data dalam bentuk urian yang sistematis. Data ini dapat berupa data lapangan atau literature.

Untuk analisa kuantitatif penulis menggunakan rumus prosentasi sebagai berikut: % 100 x n f p = Keterangan :

P ; Prosentase yang diperoleh

F : Jumlah yang diperoleh dari setiap kemungkinan jawaban. N : jumlah responden

100 % : bilangan tetap

Untuk memudahkan melakukan analisa data, maka dilakukan pengelompokan hasil prosentase sebagai berikut :

100 % = seluruhnya

90 % -99 %= Hampir seluruhnya 60 % -89 %= Sebagian besar

51 %-59 5 = Lbih dari setengahnya

50 % = setengahnya

40 % -49 %= hamper setengahnya 10 %-39 %= sebagian kecil

1 % - 9 % = sedikit sekali

(8)

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Pengembangan Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam Terpadu di Madrasah Tsanawiyah

Sebagai Pembina pendidikan Agama Islam di madrasah kepala madrasah memegangperanan penting dalam mewujudkan pola pendidikan agama Islam terpadu, sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 203 tentang system pendidikan nasional, yaitu pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu antara berbagai jalur pendidikan yakni madrasah, masyarakat dan keluarga. Untuk mengembangkan keterpaduan proses pendidikan agama Islam, kepala madrasah dapat melakukan berbagai upaya, antara lain: (1) Memotivasi guru pendidikan agama Islam, guru mata pelajaran lain dan karyawan madrasah untuk memfasilitasi kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam di madrasah, keluarga dan masyarakat. (2) Membentuk tim Pembina pendidikan agama Islam, yang terdiri dari kepala madrasah, BP3, dan tokoh masyarakat. Tim Pembina ini bertugas untuk memberikan pelayanan pembinaan kependidikan kepada guru, orang tua siswa dan anggota masyarakat sekitar dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan agama islam. (3) Menyelenggarakan pertemuan koordinasi dan konsultasi dengan pengawas pendidikan agama Islam, guru pendidikan agama Islam, OSIS dan tokoh masyarakat untuk mengembangkan keterpaduan pendidikan agama Islam di madrasah, keluarga dan masyarakat.(4) Menciptakan hubungan timbale balik antara madrasah, keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam terpadu. (5) Memberikan penghargaan terhadap siswa yang berprestasi dalam pendidikan agama Islam, termasuk penghargaan kepada guru pendidikan agama Islam, orang tua siswa dan tokoh masyarakat yang terlihar dalam pembinaan prestasi sswa tersebut. (6) Mengelola potensi madrasah, keluarga dan masyarakat untuk menyelenggarakan ekstra kulikuler pendidikan agama Islam secara terprogram, terencana, evaluasi dan berkesinambngan. (7) Menggalam kekuatan madrasah, keluarga dan masyarakat dalam kegiatan dan peningkatan keimanan, ibadah dan akhlak mulia. (8) Mengarahkan guru pendidikan agama Islam agar hasil pembelajaran agama Islam di madrasah dapat ditindak lanjuti di rumah dan masyarakat melalui program perbaikan, penerapan dan pengayaan. (9) Mengajak aparat madrasah, orang tua siswa dan tokoh masyarakat untuk menciptakan suasana keagamaan yang saling menunjang antara madrasah, keluarga dan masyarakat. (Undang Nomor 2 tahun 203).

(9)

2. Pencapaian Rata – rata nilai dalam bidang studi Qur’an Hadist Tebel : 1

Rata – rata nilai dalam bidang studi Qur’an Hadist

NO Kelas Rata-rata nilai Keterangan

1. 2. 3 VII VIII IX 6,9 7,2 7,4 - - - Rata – rata 7,2

Sumber: Data diolah Peneliti

Apabila kita lihat tabel di atas , ternyata rata – rata nilai siswa madrasah Tsanawiyah Arrahim pamengpeuk pada kelas VII semester pertama sebesar 6,9 nilai rata – rata kelas VIII adalah 7,2. Apabila di tinjau dari segi batasan nilai adalah lebih dari cukup, yaitu 7,1 -7,9 maka nilai sebesar itu termasuk kategori lebih dari cukup berarti prestasi siswa Madrasah Tsanawiyah Arrahim dalam bidang studi Qur ‘ an hadist adalah “ lebih dari cukup.” Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai prestasi yang dicapai siswa , dapat dilihat pada tabel dibawah ini yang menggambarkan penyebaran nilai yang diperoleh siswa pada setiap kelas.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas VII Bidang studi Qur’an Hadist

No. Kategori f % Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9,1 – 10 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 – 2,0 0,1 – 1,0 0 2 13 12 0 0 0 0 0 0 0 7,41 48,15 44,44 0 0 0 0 0 0 - - - - -- - - - - - Jumlah 27 100,0

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari tabel 5 diatas dapat dikatagorikan bahwa katagori nilai yang palaing tinggi pada kelas VII adalah (8,1 – 9,0) sebanyak 2 orang (7,41%) nilai sebesar itu termasuk kategori “baik sekali “ , yang mencapai kategori “baik” (7,1 – 8,0) sebayak 13 orang (48, 15%), sedangkan pada kategori “lebih dari cukup” (6,1 – 7,0) terdapat 12 orang (44.44%). Dengan demikian maka tendensi sentral (

(10)

kecendrungan terbanyak ) pada nilai 7,1 - 8,0 ‘’Baik’’ yakni 48,15% ( hampir setengahnya )

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas VIII Bidang studi Qur’an Hadist

No. Kategori f % Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9,1 – 10 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 – 2,0 0,1 – 1,0 0 4 12 14 3 0 0 0 0 0 0 12,12 36,36 42,42 9,10 0 0 0 0 0 - - - - -- - - - - - Jumlah 33 100,0

Sumber: Data diolah Peneliti

Tabel di atas menunjukan bahwa kategori tertinggi yang dicapai siswa kelas VIII adalah 8,1 - 9,0 ( baik sekali ) sebanyak 4 orang ( 12,125% ), 7,1 – 8,0 (kategori baik ) sebanyak 12 orang ( 36,36%), adapun yang termasuk kategori ‘’ cukup ‘’ (6,1-7.0) adalah sebanyak 14 orang ( 42,42%) sedangkan yang termasuk kategori “ hampir cukup” sebanyak 3 orang ( 9,10%) sehingga tendensi sentral terdapat pada kategori “ cukup” yaitu 6,1-7,0 sebanyak 42,42% (hampir setengahnya ).

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas VII Bidang studi Qur’an Hadist

No. Kategori f % Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9,1 – 10 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 – 2,0 0,1 – 1,0 0 5 12 11 3 0 0 0 0 0 0 16,126 38,71 35,48 9,69 0 0 0 0 0 - - - - -- - - - - - Jumlah 31 100,0

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari tabel 7 diatas menunjukan bahwa kategor nilai paling tinggi yang di capai oleh siswa kelas IX adalah 8,1 -9,0 sebanyak 5 orang ( 16,12%) dengan

(11)

kategori “ baik” Adapun pada kategori “ lebih dari cukup” ( 7,1 -8,0) sebanyak 12 orang ( 38,71%) , sedangkan pada kategori “ cukup “ ( 6,1 – 7,0 ) sebanyak 11 orang (35,48%) dan pada kategori “ hampir cukup “ (5,1 -6,0 ) sebanyak 3 orang ( 9, 69% ) Dengan demikian tendensi sentral terdapat pada kategori “ lebih dari cukup “ (7,1 – 8,0) Sebanyak 12 orang ( 38, 71 %) Sebagian kecil .

Dilihat dari perbandingan prosentase pada setiap kategori secara keseluruhan di peroleh sebagai berikut : Baik sekali 12,09 % Baik 40,66 % cukup 40,66 % dan hampir cukup 6,59 %

Tabel 4

Rata – rata nilai dalam bidang studi Aqidah Akhlak

NO Kelas Rata-rata nilai Keterangan

1. 2. 3 VII VIII IX 6,9 7,2 7,4 - - - Rata – rata 7,2

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari tabel distribusi frekuensi nilai diatas, maka dapat kita lihat bahwa rata – rata nilai siswa Madrasah Tsanawiyah Ar-rahim dalam bidang studi Aqidah Akhlak pada kelas VII semester pertama sebesar 6,7, nilai rata – rata kelas VIII adalah 7,0. dan rata – rata milai kelas IX adalah 6.9. Dengan demikian nilai rata-rata secara keseluruhan adalah 6,9. Apabila di tinjau dari segi batasan nilai adalah ’’cukup’’ yaitu 6,1 -7,0. Ini berarti bahwa prestasi siswa Madrasah Tsanawiyah Arrahim dalam bidang studi Aqidah Akhlak adalah ‘’cukup’’.

Untuk memperoeh gambaran yang lebih jelas mengenai prestasi yang di capai siswa,dapat di lihat pada tabel di bawah ini yang menggambarkan penyebaran nilai yang di peroleh siswa pada setiap kelas.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas VII Bidang studi Aqidah akhlak

No. Kategori F % Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9,1 – 10 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 – 2,0 0,1 – 1,0 0 0 2 16 8 1 0 0 0 0 0 0 7,41 59,26 29,63 3,70 0 0 0 0 - - - - -- - - - - - Jumlah 27 100 % -

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari tabel 9 di ats maka dapat di kategorikan bahwa kategori nilai yang paling tinggi pada kelas VII adalah 7,1 -8,0 sebanyak 2 orang (7,41%)nilai

(12)

tersebut di kategorikan ‘’baik’’. Adapun yang mencapai kategori cukup (6,1-7,0)adalah 16 orang (59.26%) sedangkan nilai dengan kategori ‘’hampir cukup’’ (5,1-6,0)adlah 8 orang dan nilai dengan kategori ‘’kurang yaitu (4,1-5,0) adalah sebanyak 1 orang (3,70%). Dengan demikian maka tendensi sentral ( kecenderungan terbanyak )pada nilai 6,1-7,0 dengan kategori ‘’cukup’’ adalah sebanyak 16 orang (59.26%) artinya lebih dari setengahnya‘’.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas VIII Bidang studi Aqidah Akhlak

No. Kategori F % Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9,1 – 10 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 – 2,0 0,1 – 1,0 0 0 4 19 10 0 0 0 0 0 0 0 12,12 57,58 30,30 0 0 0 0 0 - - - - -- - - - - - Jumlah 33 100,0

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari tabel di atas kita dapat lihat bahwa kategori nilai tertinggi yang di capai siswa kelas VIII dalam mata pelajaran aqidah akhlak adalah 7,1-8,0 (Baik) sebanyak 4 orang (12,12%). Adapun siswa yang memperoleh nilai dengan kategori “cukup” (6,1-7,0) adalah sebanyak 19 orang (57,58%) dan siswa yang mencapai “hampir cukup” (5,1-6,0) adalah 10 orang, sehingga tendensi sentral (kecendrungan terbanyak) terdapat pada nilai 6,1-7,1 sebanyak 19 orang dengan kategori “cukup” yaitu 57,58% (lebih dari setengahnya )

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas IX Bidang studi Aqidah Akhlak

No. Kategori f % Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9,1 – 10 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 – 2,0 0,1 – 1,0 0 1 2 13 12 3 0 0 0 0 0 3,23 6,45 41,94 38,71 9,68 0 0 0 0 - - - - -- - - - - - Jumlah 31 100,0

(13)

Dari tabel 11 di atas menunjukan bahwa kategori nilai paling tinggi yang di capai siswa kelas IX adalah 8,1 - 9,0 sebanyak 1 orang (3,23%) dengan kategori “sangat baik “, adapun kategori “baik” (7,1-8,0) adalah sebanyak 2 orang (6,45%), sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori “cukup”(6,1-7,0) adalah sebanyak 13 orang (4,19,4%) dan pada kategori “hampir cukup” (5,1-6,0) adalah sebanyak 12 orang (38,71%), dan siswa yang memperoleh nilai (4,1-50) dengan kategori “kurang” adalah sebanyak 3 orang (9,68%). Dengan demikian tendensi sentral terdapat pada kategori “cukup” (6,1-7,0) sebanyak 13 orang (41,94%) “hampir setengahnya”.

Dari gambaran nilai yang diperoleh siswa di setiap kelas yang di jadikan sampel penelitian ternyata di peroleh tendensi sentral yang sama untuk bidang studi Aqidah akhlak, yaitu dalam kategori “cukup “ dengan perolehan nilai antara 6,1 -7,0. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa nilai yang dicapai siswa dalam bidang studi Aqidah akhlak adalah ”cukup”.

Untuk memeroleh gambaran yang lebih jelasnya mengenai prestasi yang dicapai siswa Madrasah Tsanawiyah dalam bidang studi Aqidah berdaasarkan prosentase pada setiap kategori secara keseluruhan diperoleh sebagai berikut : Baik sekali 1, 09 %, nilai dengan kategori “ baik “ sebanyak 8,79 %, dengan kategori “ cukup “ 58,75, pada kategori ‘ hampir cukup “ 32,97 %, dan siswa dengan kategori “ kurang” sebanyak 4, 40 %.

Tabel 8

Rata-rata Nilai Dalam Bidang Studi Bahasa Arab NO Kelas Rata-rata nilai Keterangan 1. 2. 3 VII VIII IX 6,8 7,1 7,3 - - - Rata – rata 7,1

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari data diatas, dapat kita lihat bahwa rata-rata nilai siswa Madrasah Tsanawiyah Arrahim dalam bidang studi Bahasa Arab pada kelas VII semester pertama sebesar 6,8. nilai rata – rata kelas VIII adalah 7,1 dan rata – rata nilai kelas IX adalah 7,3. dengan demikian nilai rata – rata secara keseluruhan adalah 7,1. apabila ditinjau dari segi batasan nilai adalah 7,1 sampai dengan 8,0 dengan kategori “ baik “.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang nilai yang dicapai siswa kelas VII, VIII, IX dalam bidang studi Bahasa Arab dapat kita lihat pada beberapa tabel berikut :

(14)

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas VII Bidang studi Bahasa Arab

No. Kategori f % Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9,1 – 10 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 – 2,0 0,1 – 1,0 0 0 1 17 9 3 0 0 0 0 0 0 3,70 62,96 33,33 0 0 0 0 0 - - - - -- - - - - - Jumlah 27 100 %

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari tabel 13 maka dapat dikategorikan bahwa kategori nilai yang paling tinggi pada kelas VII adalah 7,1 – 8,0 sebanyak 1 orang ( 3,70 % ) nilai tersebut dikategorikan “ baik “. Adapun yang memperoleh nilai dengan kategori “ cukup “ ( 6,1 – 70 ) adalah 17 orang ( 62,96 % ). Sedangkan siswa dengan kategori “ hampir cukup “ ( 5,1 – 6,0 ) adalah 9 orang ( 33,33 % ). Dengan demikian maka tendensi sentral ( kecenderungan terbanyak ) adalah pada nilai 6,1 – 7,0 dengan kategori “ cukup ‘ yaitu sebanyak 17 orang ( 62, 96 ) artinya sebagian besar.

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas VIII Bidang studi Bahasa Arab

No. Kategori f % Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9,1 – 10 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 – 2,0 0,1 – 1,0 0 1 14 17 1 0 0 0 0 0 0 3,03 42,42 51,52 3,01 0 0 0 0 0 - - - - -- - - - - - Jumlah 33 100 % -

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari tabel 14 diatas kita dapat lihat bahwa nilai kategori tertinggi yang dicapai siswa kelas IX dalam mata pelajaran Bahasa Arab 8,1 – 9,0 ( sangat baik ) sebanyak satu orang ( 3, 03 % ), adapun siswa yang memperoleh nilai dengan

(15)

kategori “baik” ( 7,1 – 8,0 )sebanyak 14 orang ( 42, 42 % ) dan siswa yang mencapai kategori “cukup” ( 6,1 – 7,0 ) adalah sebanyak 17 orang dengan kategori “cukup”, yaitu 51, 52% “lebih dari setengahnya”.

Tabel 15

Distribusi Frekuensi Nilai Kelas IX Bidang Studi Bahasa Arab

No. Kategori f % Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9,1 – 10 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 – 2,0 0,1 – 1,0 0 1 14 17 1 0 0 0 0 0 0 3,03 42,42 51,52 3,01 0 0 0 0 0 - - - - -- - - - - - Jumlah 33 100 % -

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari tabel 15 diatas menunjukan bahwa kategori paling tinggi yang dicapai siswa kelas III adalah 8,1 – 9,0 sebanyak 2 orang (6,45%) dengan kategori “sangat Baik”, adapun siswa yang memperoleh nilai dengan kategori “baik” adalah 6 orang (19,36%) sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori “cukup” (6,1 – 7,0) sebanyak 15 orang (48,39%) dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori “hampir cukup” adalah sebanyak 8 orang (25,81%). Dengan demikian tendensi sentral terdapat pada nilai 6,1 – 7,0 sebanyak 15 orang (48,39%) dengan kategori “cukup” yaitu hampir setengahnya.

Dari gambaran nilai yang diperoleh siswa disetiap yang dijadikan sempel penelitian dalam bidang studi Bahasa Arab ternyata diperoleh tendensi sentral yang sama, yaitu dengan kategori “cukup” dengan perolehan nilai antara 6,1 – 7,0 , sehingga dapat diambil suatu kesimpulan nilai yang dicapai siswa dalam bidang studi Bahasa Arab adalah “cukup”.

Untuk lebih jalasnya berikut ini penulis sajikan grafik yang menggambarkan perolehan nilai siswa kelas VII, VIII dan IX dalam bidang studi Al-Qur’an Hadist, Aqidah Aqhlaq, dan bahasa Arab yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, dalam hal ini penulis ambil dari tebel 4, 8 dan tabel 12 tentang rata-rata nilai dalam tiap studi pendidikan agama islam di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung Barat yang telah dijadikan sampel oleh penulis, seperti yang terlihat pada grafik 3,1 berikut ini.

(16)

Grafik ,1

Rata-Rata Nilai Dalam Bidang Studi Al-Qur’an Hadist, Aqidah

Sumber: Data diolah Peneliti

Dari grafik diatas, maka dapat dilihat bahwa kategori nilai rata-rata pada setiap kelas untuk setiap bidang studi pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai sampel yaitu Al-Qur’an Hadist, Akidah Akhlaq dan Bahasa Arab adalah dalam kategori “cukup” yaitu dengan perolehan nilai rata-rata antara 6,1 sampai dengan 7,0.

3. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah dan Cara Menanggulanginya.

Sebagaimana kita ketahui, pembinaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah, sangatlah diperlukan. Untuk menciptakan siswa-siswa sebagai penerus bangsa menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, akan tetapi untuk mewujudkan semua harapan tersebut di perlukan berbagai pendukung baik sarana maupun prasarana. Hal inilah yang menjadi salah satu penghambat dalam pembinaan Agama Islam terutama di Madrasah Tsanawiyah .

Adapun untuk lebih jelasnya faktor-faktor penghambat tersebut diantaranya: (1) Terbatasnya fasilitas tanah yang ada, sehingga sulit untuk membangun sarana ibadah (mushola) dilingkungan madrasah, karena itu siswa tidak dapat melaksanakan berbagai kegiatan praktek ibadah yang seharusnya di laksanakan di mushola, seperti praktek shalat wajib dan shalat sunat. Sehingga hanya belajar teorinya saja diruang kelas yang sangat terbatas. (2) Keterbatasan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar dan pengawasan. Keterbatasan waktu atau jam pelajaran yang dialokasikan, terutama untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, contohnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Agama Islam (SKI) yang hanya satu jam pelajaran saja dalam satu minggu, serta Al-Qur’an Hadistpun hanya satu jam dalam satu minggu, sedangkan matri yang harus diajarkan kepada siswa banyak sekali dan sangat penting untuk menambah pengetahuan dan membentuk para siswa menjadi lebih islami. (3) Kurangnya buku-buku sebagai sarana untuk menambah wawasan dan daya kreatifitas siswa dalam pendidikan Agama Islam, sehingga siswa lebih senang membaca-baca buku komik atau buku cerita lainnya. (4) Kurangnya kerjasama antara guru dengan siswa baik dilingkungan madrasah maupun dilingkungan luar madrasah, sehingga seperti ada garis pembatas

(17)

yang membedakan antara guru dengan siswa. (5) Kurangnya komunikasi antara pihak madrasah dengan orang tua siswa, sehingga terkadang terjadi miskomunikasi antara pihak orang tua dengan pihak madrasah, yang mana orang tua hanya mempercayakan anaknya untuk di didik di madrasah saja, padahal peran orang tua kepada anaknya sangatlah penting.

Untuk menanggulangi factor-faktor penghambat tersebut diatas maka diperlukan hal-hal sebagai berikut: (1) Penambahan fasilitas tanah, sehingga dapat dibangun sarana dan prasarana ibadah yang dapat digunakan untuk keperluan siswa ataupun guru dan aparat madrasah lainnya. Dan untuk itu tentu saja diperlukan dana yang tidak sedikit dan untuk mendapatkan semua itu diperlukan bantuan dari pemerintah maupun masyarakat setempat. (2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya tenaga pengajar dan pengawasan pendidik, serta untuk mewujudkannya bantuan dari pemerintah sangatlah penting yaitu dengan memberikan / menambah guru bantuan neeri yang berkualitas. Selain itu diperlukan adanya tambahan waktu / jam pelajaran terutama untuk mata pelajaran pendidikan agama islam yaitu Qur’an Hadist, aqidah akhlak, Fiqih, SKI dan bahasa arab yaitu dengan menugaskan pada setiap guru mata pelajaran umum untuk mengulas / membahas tentang hubungan antara iman dan taqwa / imtak dan iptek. (3) Meminta bantuan tambahan buku – buku teutama buku yang berkaitan erat dengan pendidikan agama islam kepada Departemen Agama, sehingga para siswa akan lebih tertarik untuk membaca buku – buku cerita. Tentang kisah – kisah Rasul dan sahabat – sahabatnya dimasa lalu dan karenanya siswa dapat mendalami ajaran islam terpaksa. (4) Meningkatkan kerjasama antara pihak madrasah dengan orang tua siswa sehingga siswa dapat dibimbing / dibina baik madrasah maupun dirumah. Dengan demikian maka tujuan pemdidikan agama islam akan tercapai dengan baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang eksistensi kepala madrasah sebagai Pembina agama islam di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung Barat, ditarik kesimpulan yaitu: (1) Pelaksanaan pembinaan pendidikan agama islam oleh kepala madrasah Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung Barat telah dilakukan dengan baik meskipun masih terdapat kekurangan. (2) Faktor – faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembinaan pendidikan agama islam di Kabupaten Bandung Barat adalah kekurangannya sarana dan

prasarana penunjang pelaksanaan pembinaan tersebut. (3) Cara

penanggulangan factor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan

pendidikan agama islam adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar, meningkatkan kerjasama antara pihak madrasah dengan orang tua siswa, meningkatkan atau menambah sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar.

(18)

Sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: (1) Kepala madrasah diharapkan mampu memberikan pembinaan pendidikan agama islam tidak hanya kepada guru PAI saja. (2) Kepala madrasah meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada guru di madrasah yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Sholeh.2005. Didaktik pendidikan agama islam. Bulan bintang. jakarta

Ahmad supardi & Wahyudin Syah. 2004. Metodologi riset. IAIN SGD. Bandung Departemen Agama RI. 2000. Pedoman kegiatan belajar mengajar. Ditjen Binbaga

islam. Jakarta

Departemen Agama RI. 2000. Petunjuk pelaksanaan pendidikan. Ditjen Binbaga Islam. Jakarta

Departemen Agama RI. Tuntunan Pembinaan pendidikan agama islam untuk kepala

madrasah. Depag. Jakarta

Etty kartikawati, Dra. & William Lusikooy, Drs. 2004. Profesi keguruan, Dirjen

pembinaan kelembagaan agama islam. Jakarta

Made Pidarta, Prof, Dr.1997. Landasan Kependidikan. Bineka cipta. jakarta

Mansyur, H. Drs. Sokama Karya. 2005. Pendidikan agama islam. Dirjen Binbaga islam. Jakarta

Moh Ali. 2002. Pengembangan kurikulum, sinar baru. Bandung

Nana sudjana. 2002. Dasar – dasar proses belajar mengajar. Sinar baru. Bandung Nasrudin Razak. 2001. Dienul islam. Al-ma’arif. Bandung

Nasution. 2001. Azas – azas kurikulum. Jemars. Bandung

Ngalim purwanto. 2005. Psikologi pendidikan. Remaja karya. BandungWasti sumanto. 2004. Metodik khusus pendidikan agama islam. Usaha nasional. Surabaya

Nurcholis Madjid. 2002. Islam doktrin & peradaban. Yayasan wakaf

paramadina. Jakarta

Quraisy Shihab, Prof, DR. 2004 Konstektualisasi doktrin islam dalam sejarah.

Yayasan wakaf paramadina. Jakarta

Undang – Undang RI. 1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional Zalaludin Rachmat. 2006. Islam Alternatif. Mizan. Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Daripada analisis yang telah dibuat dalam Bab 4, penyelidik dapat membuat perbincangan hasil analisis berdasarkan kepada persoalan kajian iaitu sejauh manakah persepsi

belakang diatas, tentang permasalahan yang ada pada PT Peraga Lambang Sejahtera, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang ada untuk dijadikan titik tolak pada

Flores Pos memiliki karakteristik yang khas dari sisi kepemilikan media (media ownership) yaitu dikelola oleh Gereja Katolik melalui misi pelayanan Serikat Sabda Allah

Senyawa metabolit sekunder dari kelompok fenolik dan flavonoid merupakan senyawa yang berkontribusi pada aktivitas biologis dari suatu tanaman. Kelompok senyawa flavonoid dan

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara lama pendidikan orang tua dengan asupan energi dan karbohidrat pada subjek penelitian,

Pemohon informasi ke PPID pada bulan Juni 2019 hanya 1 orang yang disampaikan melalui alamat surat elektronik (email) PPID dengan informasi yang diminta berjumlah 1

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Seperti yang ditampilkan pada tabel 8 meskipun NB + RUS dengan NB tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai p adalah 1 lebih besar dari alpha