• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS MANAJEMEN REDAKSIONAL DAN EKSISTENSI SURAT KABAR LOKAL HARIAN UMUM FLORES POS TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS MANAJEMEN REDAKSIONAL DAN EKSISTENSI SURAT KABAR LOKAL HARIAN UMUM FLORES POS TAHUN 2013"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

1

STUDI KASUS MANAJEMEN REDAKSIONAL DAN EKSISTENSI

SURAT KABAR LOKAL HARIAN UMUM FLORES POS

TAHUN 2013

Mayelus Dori Bastian Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Nusa Nipa Maumere mayoez_beat@yahoo.com

ABSTRAK

Kehadiran Harian Umum Flores Pos saat ini masih menjadi sumber informasi utama yang terbukti masih tetap eksis di tengah keterbatasan masyarakat dan persaingan antar media surat kabar di NTT. Realitas tersebut menuntut kinerja manajemen redaksional Flores Posyang profesional handal dalam mempertahankan eksistensinya di masa depan. Flores Pos memiliki karakteristik yang khas dari sisi kepemilikan media (media ownership) yaitu dikelola oleh Gereja Katolik melalui misi pelayanan Serikat Sabda Allah (SVD), maupun segi produksi jurnalistiknya (media content) yang sudah diperbarui melalui terobosan baru di bidang kebijakanredaksi sejak September 2006.

Penelitian ini menggunakan metode analisis studi kasus baik kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan membutuhkan informan guna menggali data dan fakta atas suatu fenomena. Obyek penelitian ini adalah Harian Umum Flores Pos.Subyek penelitiannya awak redaksi Flores Pos.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data melalui tahapan pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan membuat kesimpulan.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) manajemen redaksional Flores Pos telah memiliki konsep yang telah dirancang dan sudah membuat strategi redaksional untuk jangka waktu yang panjang. 2) Dalam pemberitaannya, Flores Pos memilih untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat. 3) Dalam menjaga eksistensinya, redaksi Flores Posberusaha selalu mengutamakan aktualitas, kedekatan dan obyektif dalam setiap pemberitaannya. 4) Flores Pos memegang teguh idealismenya dan visi dan misinya yang seakar dengan visi-misi SVD tetap menjadi patokan tegas proses pengelolaan produk karya jurnalistiknya.

(2)

2

PENDAHULUAN

Salah satu surat kabar lokal di NTT yang berpengaruh adalah Harian Umum Flores Pos, yang diterbitkan dan disebarluaskan di wilayah NTT. Harian ini cukup populer dan bersejarah dalam tradisi pers NTT. Keberadaannya sudah sangat dikenal, diterima dan sebagai salah satu rujukan informasi, terbukti dengan eksistensinya di tengah keterbatasan masyarakat dan pesatnya pertumbuhan surat kabar di NTT.

Harian yang mandiri ini berdiri pada 9 September 1999. Flores Pos bukan milik dari konglomerat media di Jawa, melainkan dimodali oleh Lembaga Gereja Katolik bernama SVD (Societis Verbi Divini) yang berkantor pusat di Kota Ende, Flores (Frans Anggal, 2014). Harian umum pertama di Flores ini memiliki misi membuka dialog profetis dengan orang miskin dan tertindas, dengan berbagai komunitas religius dan ideologi. Harian ini memiliki sepuluh biro cabang setiap kabupaten yaitu meliputi Flores, Lembata dan Kupang.

Flores Pos berbentuk tabloid yang terbit setiap enam hari dalam sepekan, awalnya terbit dengan 8 halaman. Pada 2001 meningkat menjadi 12 halaman, kemudian pada 2003-2012 terbit 16 halaman. Sejak 2013 menjadi 20 halaman dengan oplah cetak rata-rata tiap hari sebanyak 5000 eksemplar. Jumlah pembaca 50.000 dengan perkiraan satu koran dibaca oleh 10 orang (John Dami Mukese, 2014). Flores Pos berisi 90% berita lokal yang mencakup informasi tentang masyarakat Flores dan NTT.

Flores Pos adalah satu dari dua surat kabar yang terbanyak dibaca di Flores. Survei Yayasan Pantau (2006) menunjukkan bahwa dari semua pembaca surat kabar di Flores, sebanyak 84 % responden yang disurvei di Flores mengatakan mengenal dan mengetahui Flores Pos. Hingga kini, harian lokal ini tetap bertahan di tengah dominasi industri grup media besar. Melihat saat ini tidak banyak surat kabar lokal yang berhasil bertahan di tengah gempuran jaringan konglomerasi media di Indonesia.

(3)

3

Sejak 2004, Flores Pos menghadapi kondisi pasar media cetak di NTT yang semakin kompetitif. Ada 7 surat kabar lokal, 27 tabloid dan 5 majalah (Dosi, 2012). Dua dari 7 harian, di-back up oleh grup media raksasa yaitu Pos Kupang bagian dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG) dan Timor Express dalam grup Jawa Pos. Menjamurnya surat kabar dengan segmentasi dan area jangkauan yang sama, menuntut Flores Pos untuk membenahi kualitas produk jurnalistiknya (berita). Mengingat surat kabar bagian dari komunikasi massa yang bermanfaat untuk mewujudkan kebaikan bersama masyarakat (bonum communae).

Selain itu, tantangan Flores Pos dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya adalah bagaimana landasan idiil (visi) yang bagus didukung oleh landasan komersil, meliputi sistem manajemen redaksional dan finansial serta tenaga profesional. Idealisme jika tanpa didukung oleh kemampuan mengelola manajemen dan finansial yang kuat, sebuah surat kabar akan kehilangan daya kekuatan untuk menembus sampai ke pelosok daerah (Gobang, 2012:85).

Realitas sosial masyarakat NTT yang kompleks saat ini menuntut kemampuan manajemen redaksional Flores Pos dalam menentukan agenda kerja institusinya. Manajemen redaksional ibarat nyawa bagi suatu penerbitan. Oleh karena itu, pengelola institusi surat kabar Flores Pos harus pandai meracik antara landasan ideal mendirikan surat kabar berikut visi, misi dan nilai-nilai yang dikembangkan menurut kebutuhan khalayak pembacanya.

Perpaduan itu diwujudkan dalam kebijakan redaksional. Peran manajemen redaksi melalui kebijakan redaksinya sangat penting dalam menjalankan perusahaannya. Isi berita surat kabar yang sampai ke tangan pembaca merupakan produk akhir dari rangkaian proses keredaksian yang panjang, rumit, melibatkan banyak pihak dan dibatasi oleh waktu (Tim Peneliti LP3Y, 2006).

Realitas tersebut menarik penulis untuk menelisik manajemen redaksional yang diterapkan oleh redaksi Flores Pos dalam mengelola pemberitaannya. Tentu saja redaksi Flores Pos punya pertimbangan dan kebijakan khusus yang menyangkut idealisme dan bentuk penyajian beritanya. Pilihan berita yang dimuat apakah memiliki keterkaitan dengan visi, misi dan tujuan yang diembannya.

(4)

4

Sebuah institusi media dalam menjalankan aktivitas keredaksiannya, membutuhkan suatu sistem dan organisasi kerja yang lazim disebut manajemen redaksional (newsroom management). Menurut Pareno (2003:46), definisi manajemen redaksional adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen melalui

tindakan planning (perencanaan), organizing

(penggorganisasian),actuating(penggerakan, dan controlling (pengawasan) yang disebut POAC dalam materi pemberitaan. Mengacu pada definisi itu, fokus manajamen redaksional adalah bagaimana redaksi surat kabar menerapkan POAC dalam mengelola pemberitaan.

Aktivitas keseharian di bagian redaksi, tidak terlepas dari manajemen keredaksian yang ditetapkan oleh pimpinan redaksi. Mulai dari mencari berita, mengolahnya, sampai berita itu siap disajikan, pemimpin redaksi bersama awak redaksi bekerja sesuai dengan bagian masing-masing.

Menurut Conrad C. Fink (1998:136), manajemen redaksi untuk memproduksi materi pemberitaan meliputi:

1. Designing the news organization meliputi:

a) Insure the news organization structure, personal and attitudes affectively mirror your market place.

b) Integrasikan redaksi dengan pelaksanaan pemasaran. c) Efisiensi sumber daya manusia, waktu, dan anggaran.

2. Design research into news value, media harus mengetahui pada bagian apa dan di mana yang disukai oleh khalayak pembaca.

3. Planning in the newsroom, secara garis besar menekankan pada planning effective of human resources, planning journalistic tone and the drive for quality. 4. How to manage the newsroom resources, mengelola sumber daya manusia yang terlibat sebagai anggota redaksi untuk efektivitas kerja redaksi, baik secara kualitas maupun kuantitas serta mengelola biaya operasional

5. Evaluation the news product, evaluasi merupakan aktivitas rutin bagi media, terlebih pada media harian yang bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Aspek terpenting pada tahap ini adalah melihat proses dalam hasil kerja redaksi secara keseluruhan.

(5)

5

METODE PENELITIAN

Penelitian ini difokuskan pada kegiatan untuk mengkaji, mendeskripsikan dan menganalisa manajemen redaksional Harian Umum Flores Pos tahun 2013, maka diperlukan pengamatan yang mendalam dalam situasi yang alamiah. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study) dengan data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pertanyaan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ mengenai manajemen redaksional sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2006).

Tipe studi kasus yang dipakai adalah tipe deskriptif. Tipe studi ini memiliki kemampuan mendeskripsikan suatu fenomena secara komprehensif beserta konteks permasalahan yang melingkupinya (Bill Gillham, 2000:33). Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi. Data-data yang didapat dikompilasikan kemudian dianalisis untuk mendalami penerapan manajemen redaksional Flores Pos dalam mempertahankan eksistensinya.

PEMBAHASAN

A. Unit Analisis Manajemen Redaksional

1. Perencanaan liputan berita di Flores Pos menurut wawancara dengan John Dami Mukese, yaitu dari proses peliputan berita yang dimulai dari ruang redaksi melalui forum rapat redaksi. Melalui rapat ini diharapkan berita yang diliput, ditulis dan dimuat di harian ini lebih akurat, lengkap, bermanfaat bagi masyarakat pembaca sebagai informasi. Rapat ini mencakup masalah, pemberitaan, anggaran dan strategi untuk mencapai tujuan serta tetap berpatok pada visi-misi yang diembannya.

2. Pengorganisasian redaksi Flores Pos meliputi pengelolaan komponen personel dan pemberian kerja. Pengelolaan komponen personal meliputi penempatan

(6)

6

personel pada biro-biro yang telah ditentukan untuk meliput berbagai berita yang ada di setiap wilayah di Flores, Lembata, dan Kupang. Selanjutnya, pemberian kerja yang dilakukan oleh redaksi yaitu membagi job description untuk setiap personel. Pembagian kerja ini diberikan terutama kepada wartawan di daerah disesuaikan dengan rubrikasi yang ada pada harian ini.

3. Penggerakan merupakan pelaksanaan dari segala sesuatu yang sudah direncanakan dalam rapat. Pada tahap ini, staf redaksi Flores Pos sudah mulai bekerja dalam pelaksanannya sesuai dengan tanggung jawab dan sesuai dengan apa yang dibahas pada tahap perencanaan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai runtunan prosedur yang dimulai dari pengumpulan bahan meliputi peliputan berita, penulisan berita dan penyuntingan berita.

4. Pengawasan yang dilakukan oleh internal keredaksian Flores Pos, berupa usaha keredaksian untuk menjaga visi dan misi yang dianutnya, serta tujuan utama yang ingin diraihnya yaitu untuk menjadi media yang mencerahkan kehidupan masyarakat dan menjadi pedoman masyarakat itu sendiri.

5. Berbagai terobosan dalam aktivitas manajemen keredaksian sudah dilakukan oleh redaksi Flores Pos bertujuan untuk meningkatkan eksistensinya di antara surat kabar lokal lainnya. Selain itu, para awak redaksi Flores Pos berusaha untuk tetap konsisten memegang idealismenya. Meskipun kadang ada tekanan dari pihak yang memiliki dominasi kuasa, atau bahkan merugi secara bisnis kurang menguntungkan, namun Flores Pos pantang menyerah untuk menyuarakan kepentingan masyarakat. Ia berkewajiban mewartakan kebenaran kepada masyarakat lewat karya jurnalistiknya.

B. Eksistensi Harian Umum Flores Pos

Eksistensi surat kabar lokal (pers daerah) dapat dibangun melalui pembentukan citra. Citra Flores Pos dibentuk melalui publikasi yang disajikan harus tetap memenuhi standar penyampaian informasi jurnalistik, yaitu berupa informasi yang mengandung unsur penting dan menarik bagi khalayak pembaca. Sebagai informasi, materi publikasi itu mengandung sesuatu yang aktual, sebagai pengetahuan yang bermanfaat bagi khalayak pembaca. Dengan cara itu, kehadiran media menjadi bermakna bagi khalayak pembaca (Siregar & Rondang, 2000:47).

(7)

7

Dalam mempertahankan eksistensinya, salah satu peran strategis redaksi Flores Pos adalah merencanakan isi rubrikasi pada edisi setiap harinya dengan mempertahankan porsi lokalitas pada konten produknya. Seperti yang dikatakan Conrad C.Fink (1998:136); “The reading public regards substantive news and information”, artinya kekuatan dan daya tarik sebuah surat kabar di mata pembaca adalah terletak pada berita dan informasi yang disajikan.

Hal itu diwujudkan Flores Pos dengan menerapkan rubrikasi berdasarkan daerah (distric based rubrication). Flores Pos meyakini bahwa secara psikologis, setiap pembaca pertama-tama ingin mengetahui berita-berita yang dekat dengan dirinya, tentang daerah dan orang yang dikenalnya. Pemberitaan lokal adalah produk utama dari surat kabar Flores Pos. Mengangkat konten lokal menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi sebuah surat kabar untuk meningkatkan pencitraan, jaringan dan minat masyarakat.

Syarat yang kedua, isi dari setiap edisi harus lebih aktual dan menarik. Persyaratan ini juga hanya dapat dipenuhi apabila isi dari suatu edisi mengandung informasi terbaru tentang persoalan apa saja yang menjadi perhatian khalayak pembaca saat edisi itu diterbitkan (Siregar dan Rondang, 2000:60). Syarat itu berusaha dipenuhi oleh Flores Pos dengan melakukan perubahan mendasar pada isi pemberitaan dan penampilan surat kabar agar menjadi lebih baik.

C. Implikasi Manajemen Redaksional terhadap Eksistensi Flores Pos

Dalam kasus penerapan kebijakan redaksi Flores Pos yang jelas memengaruhi proses manajemen keredaksiannya terhadap apa yang akan diterbitkan Flores Pos selalu dengan pertimbangan yang matang.

Kebijakan redaksi pemberitaan jeli dalam mengetahui kebutuhan informasi khalayak dan karakteristik pembacanya. Kebijakan redaksi pemberitaan merupakan perwujudan dari visi-misi Flores Pos yang nota bene sejalan dengan visi-misi SVD di NTT. Visi-misi SVD memiliki nilai-nilai Kristiani yang dianutnya dan diwujudkan dalam visi-misi Flores Pos. Hal itu yang menjadikan masyarakat setia untuk membaca Flores Pos.

Kebijakan redaksi Flores Pos memilih untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang terjadi di sekitarnya. Pilihan ini merupakan

(8)

8

amanah dari ikhtiar jurnalisme Flores Pos untuk menjadi pewarta kebenaran, keadilan, keberagaman dan kepedulian terhadap yang masyarakat lemah. Flores Pos menerapkan pola-pola tertentu dalam praktek jurnalistiknya dan presentasi melalui teks beritanya. Konsekuensi itu di antaranya melalui kebijakan redaksi yang mengutamakan keberimbangan berita (cover both sides), memakai penulisan berita by line, menetapkan batas berita dan iklan (fire wall), melarang berita dengan sumber tunggal dan anonimitas.

Namun implikasi dari kebijakan redaksi tersebut yang memiliki konsekuensi tersebut dan menjawab persoalan mengapa hingga saat ini kehadiran Flores Pos di mata Pembaca masih dianggap tetap eksis. Merunut dari sejarah media lokal di NTT, misalnya dalam kasus surat kabar mingguan Dian. Saat itu Dian dianggap lamban mewartakan berita, sehingga kalah bersaing dengan kehadiran Pos Kupang dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG) dan Timor Express dari Jawa Pos Group yang terbit setiap hari.

Persoalannya adalah indikator apa saja yang menentukan Flores Pos sehingga bisa mampu tetap eksis di tengah persaingan media massa di NTT. Persoalan manajemen keredaksian Flores Pos dihadapkan pada upaya untuk meningkatkan jumlah pembaca sejak Tahun 2004 oplah sebanyak 3600 rata-rata meningkat menjadi 5000 dalam 4 tahun terakhir. Kenaikan oplah menjadi salah satu indikator eksistensi sebuah surat kabar lokal. Hal ini merupakan hasil nyata meningkatnya fungsi manajemen redaksional surat kabar lokal. Peningkatan fungsi manajemen redaksional adalah jalur yang bermanfaat untuk menanggulangi kesulitan yang dihadapi surat kabar daerah saat ini yaitu perencanaan redaksional yang tidak komprehensif, hasil penyajian yang tidakmemenuhi selera pembaca dan proses produksi yang tersendat-sendat (Abrar, 1992:101).

Salah satu aspek utama yang menjadi kelemahan surat kabar lokal adalah perencanaan redaksional yang tidak komprehensif, sebenarnya sudah diantisipsi oleh Flores Pos dengan cara melakukan perencanaan manajemen keredaksian yang semakin profesional dan hasil liputan yang khas ala Flores Pos yaitu membuat terobosan baru dari segi kebijakan redaksi sebagai pijakan dalam aktivitas manajerial redaksinya yaitu memberlakukan kebijakan baru redaksional,

(9)

9

yang menjadikannya khas dibandingkan dengan surat kabar pada umumnya (mainstream) di Indonesia.

Kebijakan baru itu meliputi beberapa perubahan mendasar yang dilakukan bertahap yaitu mulai September 2006, Flores Pos memberlakukan ‘pagar api’ atau fire wall, yakni berupa garis tipis untuk memisahkan iklan dan berita. Selain itu, perubahan mendasar adalah memberlakukan penulisan berita by line. Flores Pos menulis nama lengkap wartawan langsung di bawah judul berita yang ditulis, disertai nomor telepon mereka masing-masing. Pertimbangannya adalah akuntabilitas dan transparansi.

Berikutnya, pada April 2009, untuk melengkapi dan menyempurnakan perubahan tahap pertama, Flores Pos melakukan perubahan tahap kedua. Pada akhir setiap naskah hasil peliputan reporter Flores Pos yang dimuat, dicantumkan nama editor (berupa tag line). Alasannya sama dengan alasan pencantuman nama wartawan langsung di bawah judul berita (byline) yang telah diberlakukan.

Berbagai terobosan baru dalam aktivitas manajemen keredaksian tersebut sudah dilakukan oleh redaksi Flores Pos yang bertujuan untuk meningkatkan eksistensinya di antara surat kabar lokal lainnya. Selain itu, para awak redaksi Flores Pos berusaha untuk tetap konsisten memegang idealismenya. Meskipun kadang ada tekanan dari pihak yang memiliki dominasi kuasa, atau bahkan merugi secara bisnis komersil kurang menguntungkan, namun Flores Pos pantang menyerah untuk menyuarakan kepentingan masyarakat umum. Ia berkewajiban mewartakan kebenaran kepada masyarakat lewat karya jurnalistiknya.

Karya jurnalistik yang diterbitkan Flores Pos selalu dengan pertimbangan yang matang. Flores Pos bukan hanya sebatas ingin mengetahui kebutuhan informasi apa yang dibutuhkan oleh pembaca. Hal yang terpenting dan tidak boleh ditinggalkan adalah nilai-nilai yang dianutnya. Kekuatan Flores Pos adalah idealisme yang dianut oleh Flores Pos dan nilai-nilai yang hendak diwartakannya. Flores Pos tetap eksis, karena yang dibutuhkan adalah surat kabar lokal asli Flores yang mencerminkan wajah asli keberadaan Flores secara apa adanya.

Inilah sebenarnya menjadi faktor utama mengapa Flores Pos masih tetap eksis sampai sekarang, karena Flores Pos memiliki visi dan misi yang seakar

(10)

10

dengan visi-misi SVD. Salah satu ciri lokalitas Flores Pos adalah mengutamakan liputan khas bersifat kearifan lokal yang menghasilkan produk karya jurnalistik spesifik khas Flores.

PENUTUP

Kesimpulan Perencanaan redaksional Flores Posberkaitan dengan penyusunan rencana kegiatan dalam mengelola kualitas pemberitaan yang meliputi perencanaan isi, desain, budgeting, waktu dan sarana, yang secara keseluruhan berpengaruh kepada proses pengelolaan pemberitaan dan juga menjadi titik mula kegiatan selanjutnya. Perencanaan terlaksana melalui rapat proyeksi dan evaluasi yang berlangsung secara rutin setiap hari. Perencanaan peliputan berdasarkan pada visi dan misi yang dianutnya.

Untuk merealisasikan perencanaan yang telah disusun, redaksi Flores Pos melakukan pengorganisasian yaitu dengan melakukan pembagian kerja dan pendelegasian tanggung jawab untuk setiapanggota keredaksian, terutama bagi wartawan. Pembagian tugas sudah cukup jelas dengan tugas masing-masing anggota redaksi, namun masih kekurangan sumber daya manusia dan fasilitas pendukung terutama untuk menjalankan tugas peliputan.

Penggerakan yang dilakukan oleh redaksi Flores Pos selalu memerhatikan perencanaan dan pengorganisasian yang telah disusun. Masing-masing posisi menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan pedoman yang disusun dalam perencanaan, serta sesuai dengan pembagian tugas. Pada Flores Pos sendiri, penggerakan meliputi peliputan, penulisan, hingga penyuntingan berita dan pembuatan lay out sesuai desain yang direncanakan.

Pengawasan kerja redaksi Flores Pos dilakukan secara langsung oleh pemimpin umum dan pemimpin redaksi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Pada dasarnya fungsi pengawasan berjalan beriringan sesuai dengan setiap kegiatan dari awal sampai pada tahap penyuntingan akhir dan lay out. Ini senantiasa dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan dari perencanaan.

Eksistensi diwujudkan Flores Pos dengan selalu menerbitkan berita yang penting dan aktual untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan informasi.

(11)

11

Eksistensi Flores Pos juga tampak dari konsistensi sikapnya dalam menjaga idealisme sebagai pers yang tetap menjalankan visi dan misinya yang berpihak kepada kepentingan masyarakat. Fungsi pers dijalankan dengan baik oleh Flores Pos yaitu dalam hal memberikan informasi kepada masyarakat melalui berita yang bernilai, memberikan bimbingan kepada masyarakat dan melakukan pengawasan atau kontrol sosial.

Kesimpulannya, manajemen redaksional yang diterapkan oleh Flores Pos sudah cukup matang. Hal ini terbukti dengan adanya terobosan baru di bidang keredaksian yang sudah dilakukan sejak September 2006 dan selalu menggenggam idealismenya visi dan misi, nilai-nilai Kristiani dan semangat atau spirit SVD yang menjadi ciri khas Flores Pos, yang membedakan dari harian lainnya, sehingga tetap eksis dan diterima oleh khalayak pembaca NTT. Idealisme itu membawa Flores Pos mampu survive hingga saat ini.

Rekomendasi

Peneliti menyarankan penelitian lebih lanjut mengenai manajemen redaksional dengan memperhatikan keterbatasan dari suatu metodologi penelitian yang diterapkan. Pilihan metode penelitian lebih lanjut dapat diterapkan agar dapat memperkaya realitas manajemen redaksional yang dapat diungkap dan dikaji lebih dalam lagi. Pengembangan penelitian ini dapat diperluas dengan melibatkan obyek kajian yang lebih beragam, yaitu tidak terfokus pada satu media jurnalisme saja. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan perbandingan terhadap pelaksanaan fungsi pers yang berpegang teguh pada etika jurnalistik dan yang lebih konstruktif dalam mendewasakan masyarakat pembaca.

(12)

12

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Artikel

Abrar, Ana Nadya. 1992. Berjuang Menghadapi Perkembangan Masa. Yogyakarta: Liberty.

Anggal, Frans. 2006. Artikel Harian Umum Flores Pos.

Djuroto, Totok. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Dosi, Eduardus. 2012. Media Massa Dalam Jaring Kekuasaan.Maumere: Penerbit Ledalero.

Fink, Conrand C. 1998. Strategic Newspaper Management. New York : Random House.

Gobang, JKGD. 2012. Media dan Realitas Sosial.Maumere: Penerbit Ledalero. Hasibuan, Malayu S.P. 1985. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT. Gunung Agung.

Hadiwijono, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius. Pareno, Sam Abede. 2003. Manajemen Berita, Antara Idealisme dan Realistis. Surabaya: Penerbit Papyrus.

Santana, K.Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Siregar, Ashadi dan Rondang Pasaribu. 2000. Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tim Penyusun Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Redaksi LP3S. 2003. Politik Editorial Media Indonesia : Analisis Tajuk Rencana1998 – 2001. Jakarta : Pustaka LP3S.

(13)

13

KOMODIFIKASI BERITA KORUPSI : STUDI WACANA KRITIS ATAS

PEMBERITAAN MEDIA MASSA LOKAL NTT TENTANG KORUPSI

Jonas Klemens Gregorius Dori Gobang Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Nusa Nipa Maumere ey_gobang@yahoo.com

ABSTRAK

Kajian ekonomi politik media merupakan kajian yang berbasis pada paradigma kritis. Kajian ini berkiblat kepada pemikiran Vincent Mosco (1996) tentang ekonomi politik yang salah satu dari ketiga unsurnya adalah komodifikasi. Dua unsur lainnya adalah spasialisasi dan strukturasi. Ekonomi politik merupakan salah satu cara atau perspektif untuk melihat dan menganalisis suatu isu atau fenomena komunikasi. Salah satu isu komunikasi adalah berita korupsi dalam media massa. Bagaimana media massa, dalam hal ini media massa lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur memproduksi teks berita korupsi menjadi fokus dari penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Metode analisis menggunakan metode analisis wacana kritis dari Teun A. van Dijk. Peneliti menghimpun data teks, kognisi sosial, dan konteks sosial yang ketiganya merupakan satu kesatuan yang integral. Penelitian ini menemukan bahwa teks yang diproduksi oleh media massa lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengandung muatan ekonomi politik. Teks berita korupsi yang diproduksi oleh media massa yang dipengaruhi oleh kognisi wartawan dan konteks sosial masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang relatif masih miskin itu merupakan bentuk komodifikasi. Media massa lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui wartawannya mengubah fakta menjadi berita yang memiliki nilai jual atau berita yang dapat dijual (marketable) untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Komodifikasi dapat mempengaruhi kualitas berita. Berita korupsi menjadi komoditas media untuk meraih profit. Berita korupsi menjadi sekedar alat produksi untuk mendatangkan keuntungan yang berlipat

(14)

14

ganda. Alhasil berita korupsi tidak mampu membantu upaya pemberantasan tindak pidana korupsi atau paling tidak mengurangi tingkat korupsi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kata Kunci : komodifikasi, berita korupsi, media massa lokal, analisis wacana kritis.

PENDAHULUAN

Korupsi di daerah menjadi masalah utama yang segera harus diselesaikan oleh pemerintah daerah. Namun sebagian besar publik, sesuai hasil survei Litbang Kompas, 74, 6 persen meragukan pemerintah daerah mampu menangani korupsi di wilayah masing-masing (Purwantari, 2015: 4). Di Provinsi NTT, terdapat fenomena orang yang diketahui telah terindikasi korupsi justru mendapat kepercayaan untuk menduduki posisi penting dalam pemerintahan daerah. Akibatnya, hak konstitusional warga NTT yang tertuang dalam UUD 1945 seperti hak atas pendidikan, hak atas kesehatan dan hak atas pelayanan dasar lainnya menjadi terabaikan akibat korupsi. Korupsi telah menjadi kejahatan luar biasa yang menambah penderitaan rakyat dan tantangan bagi pembangunan di Provinsi NTT.

Berhadapan dengan kondisi Provinsi NTT seperti tersebut di atas, dipandang perlu adanya upaya serius dari berbagai pihak dalam pemberantasan korupsi di Provinsi NTT. Pemberantasan korupsi perlu melibatkan semua pihak. Hal ini sejalan dengan ketentuan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Pencegahan dan Penindakan Tindak Pidana Korupsi yang pada Pasal 1 butir 3 menyatakan :

“Pemberantasan korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas Tindak Pidana Korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan– penyidikan – penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat”.

Selain itu, ketentuan lain yang mengatur tentang partisipasi semua pihak dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia diatur di dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 yang menyatakan : “Peran serta masyarakat adalah peran aktif perorangan, Ormas, atau LSM dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi”.

Atas dasar ketentuan hukum normatif tersebut di atas, masyarakat di Provinsi NTT baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya pemberantasan korupsi. Peran aktif masyarakat di Provinsi NTT dalam upaya pemberantasan

(15)

15

korupsi, menurut peneliti belum berjalan optimal bahkan masyarakat cenderung bersifat apatis terhadap persoalan korupsi. Masyarakat NTT, khususnya di berbagai pelosok kecamatan dan desa lebih sibuk mengurusi kebutuhan domestik sehari-harinya ketimbang mempersoalkan atau ikut mengontrol tata kelola pemerintahan daerahnya.

Kondisi Provinsi NTT seperti tersebut di atas oleh Sarah Lery Mboeik, Direktris LSM PIAR-NTT (2012) menyebut Provinsi NTT sebagai “surga”nya para koruptor, dan NTT diplesetkan menjadi “Nusa Tetap Terkorup”. Selain itu pula lembaga-lembaga resmi baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif semuanya tidak luput dari praktik korupsi.

Kondisi Provinsi NTT yang digambarkan di atas mendorong peneliti sekaligus menarik perhatian peneliti untuk melihat bagaimana upaya media lokal sebagai kekuatan alternatif atau oleh Edmund Burke disebut sebagai kekuatan keempat (fourth estate) selain eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam mengonstruksi realitas korupsi di dalam berita-berita tentang korupsi di Provinsi NTT.

Pentingnya media massa lokal NTT dalam kaitannya dengan persoalan korupsi di Provinsi NTT menggarisbawahi apa yang dikatakan Burke (dalam Brian, 2003: 47-48) bahwa media mewakili suatu sumber pengetahuan mandiri yang tidak hanya menginformasikan kepada rakyat tentang kegiatan politik, tetapi juga melindungi rakyat dari penyalahgunaan kekuasaan.

Cara atau teknik pemberitaan media massa lokal NTT tentang berbagai kasus korupsi di Provinsi NTT menjadi fokus perhatian peneliti. Dengan perspektif kritis, peneliti mencurigai bahwa berita-berita korupsi pada media massa lokal NTT diproduksi baik oleh wartawan maupun oleh institusi media dengan pertimbangan ekonomi politik tertentu yang berorientasi pada kekuasaan para elit pemerintah daerah dan mengejar profit atau determinasi pasar.

Media massa lokal NTT nampaknya mengambil posisi yang aman dalam konstelasi kepentingan ekonomi (kepemilikan), kekuasaan (politik) dan ideologi yang hendak diperjuangkannya. Dalam tegangan ini, media massa lokal NTT memproduksi berita-berita tentang korupsi di Provinsi NTT. Di satu pihak media massa lokal NTT harus menjalankan fungsinya secara independen, tetapi di lain pihak media massa lokal NTT dapat terjebak di dalam mekanisme pasar dan dalam pusaran kekuatan politik atau kekuasaan dari elit pemerintah daerah. Menurut Haboddin dan Rahman (2013: 134), media massa sesungguhnya dapat dengan bebas dan leluasa melansir kasus-kasus korupsi yang telah, sedang dan sudah divonis oleh

(16)

16

institusi penegak hukum. Kedahsyatan media massa dalam mengkonstruksi realitas korupsi di daerah menunjukkan korupsi kian merajalela.

Demikian halnya dengan media massa lokal NTT sebagai suatu entitas institusional dan bagian dari kehidupan masyarakat NTT telah memberikan kontribusi melalui pemberitaan tentang masalah korupsi di Provinsi NTT. Media massa lokal NTT selalu memberitakan para aktor politik lokal yang terindikasi maupun yang sudah divonis menjadi koruptor.

Apakah media massa lokal di Provinsi NTT sudah dapat dikatakan berhasil memberikan solusi atas masalah korupsi di Provinsi NTT yang kian rumit? Ataukah media massa lokal NTT cenderung menjadi bagian dari masalah dan bukan bagian dari penyelesaian masalah korupsi di Provinsi NTT? Apakah berita-berita tentang korupsi di media massa lokal NTT itu justru menimbulkan pesimisme ketimbang optimisme pada masyarakat NTT? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui bagaimana media massa lokal NTT memproduksi berita-berita korupsi tersebut.

PEMBAHASAN :

KOMODIFIKASI DALAM TEKS BERITA KORUPSI

Salah satu media massa lokal NTT yang menjadi subjek penelitian ini adalah Harian Umum Timor Express yang berkantor pusat di Kupang, ibukota Provinsi NTT.

Wacana korupsi dalam Harian Umum Timor Express menunjukkan bahwa setiap media massa lokal di NTT memiliki konstruksi tersendiri atas korupsi yang diberitakannya. Secara spesifik dapat dilihat bagaimana setiap media massa lokal NTT mengontruksikan kasus korupsi yang terjadi di Provinsi NTT.

Analisis wacana kritis atas berita korupsi pada media massa lokal NTT, di antaranya yang diproduksi oleh Timor Express berguna untuk mengetahui makna, relasi kuasa dan ideologi yang ada di balik teks berita korupsi. Berita-berita korupsi adalah hasil produksi dan konstruksi para pekerja media dalam hal ini adalah wartawan. Apakah berita-berita korupsi tersebut merupakan representasi realitas ataukah konstruksi realitas atas objek yang diberitakan?

Teks berita korupsi pada Timor Express dipilih oleh peneliti teks berita-berita korupsi yang memenuhi kriteria : teks berita korupsi itu terkait dengan pelaku korupsi atau dugaan korupsi yang melibatkan pejabat publik (bupati, kepala dinas/SKPD, anggota DPRD); teks berita

(17)

17

korupsi itu memberitakan sesuatu kasus korupsi yang fenomenal atau yang menggemparkan masyarakat di wilayah NTT yang terkait dana-dana bergulir di masyarakat yang dikorupsi para pejabat atau pengelola dana tersebut, seperti dana PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) yang dikorupsi oleh personil UPK (Unit Pengelola Kegiatan) tingkat kecamatan. Dana-dana bergulir yang langsung bersentuhan dengan masyarakat sering menimbulkan gejolak bahkan perlawanan masyarakat.

Data kognisi sosial adalah data tentang riwayat hidup dan latar belakang pendidikan serta pengalaman kerja/karier seorang wartawan yang ditugaskan atau yang memproduksi teks berita korupsi sesuai kriteria tersebut di atas. Sedangkan data konteks sosial adalah keadaan media massa lokal Timor Express dan kondisi masyarakat NTT dari aspek sosial ekonomi dan sosial politik yang terjadi pada saat teks berita-berita korupsi tersebut diproduksi dan dikonstruksi.

Teks berita korupsi Timor Express yang dihimpun sebagai data dari penelitian ini adalah teks berita korupsi yang isinya melibatkan para pejabat daerah yang melakukan korupsi dari dana pembangunan atau dana untuk masyarakat miskin di NTT.

Realitas korupsi NTT menjadi sesuatu yang ironis karena terjadi di wilayah yang masyarakatnya masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah namun tingkat korupsinya tinggi. Kondisi ini menjadi konteks kehadiran teks berita korupsi yang fenomenal atau menggemparkan masyarakat NTT. Pasalnya, dana yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin di NTT dikorupsi pula oleh oknum pejabat atau pengelola dana masyarakat lainnya.

Peneliti memilih 4 (empat) teks berita korupsi dari Timor Express, sebagai berikut : Tabel 1.

Teks Berita Korupsi di Provinsi NTT dalam Timor Express

No. Waktu Terbit Judul Berita Wartawan Editor Keterangan

1. Selasa, 24 Juni 2014

Bola Liar Kasus Dugaan Korupsi MBR, Kejati Sita Dokumen Kemenpera joo Stenley Boymau Headline 2. Rabu, 2 Juli 2014

Bupati Rote dan Ketua DPRD Tersangka

joodan Kr-8 Timex Stenley Boymau

Headline

3. Senin, 14 Juli 2014

Pejabat Aktif Poltek Tersangka

joo Stenley

Boymau

(18)

18

4. Jumat, 7 November 2014

Tuntaskan Kasus Korupsi Palawija

joo Stenley

Boymau

Headline

Keempat teks berita korupsi Timor Express tersebut di atas dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan metode Analisis Wacana Kritis van Dijk. Teks berita korupsi Timor Express ini diproduksi dan dikonstruksi oleh wartawan Timor Express yang mendapat tugas peliputan kasus-kasus korupsi di wilayah Provinsi NTT.

Dalam sebuah wawancara (Kupang, 12 Juli 2014), joo, wartawan Timor Express menjelaskan bahwa teks berita korupsi yang ditulisnya untuk Timor Express merupakan bentuk pertanggungjawaban media massa kepada masyarakat dan sering pula menjadi dasar pihak penegak hukum untuk melakukan penyelidikan.

Dalam teks berita korupsi (1) Timor Express, wartawan dan editor berita mencantumkan dua judul yakni Bola Liar Kasus Dugaan Korupsi MBR dan Kejati Sita Dokumen Kemenpera. Kedua judul ini dikonstruksi secara berbeda untuk menegaskan isi dari berita tersebut. Namun ketika membaca keseluruhan isi berita, tidak ditemukan informasi atau pun deskripsi tentang bagaimana bola liar kasus dugaan korupsi MBR itu. Isi dari berita tersebut didominasi oleh keterangan yang disampaikan oleh pihak penegak hukum dari Kejati NTT tentang rencana penyitaan dokumen dari Kementerian Perumahan Rakyat terkait dugaan korupsi pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di delapan kabupaten/kota di wilayah Provinsi NTT. Wartawan juga tidak menyebutkan kabupaten/kota mana saja yang mengalami penyimpangan dana tersebut dan berapa nilai kerugian negara.

Dari berbagai elemen dalam struktur wacana yang terdapat di dalam konstruksi teks berita korupsi (1) Timor Express tersebut disimpulkan bahwa isi dari teks berita korupsi ini belum mewakili kedua judul yang ditulis secara khusus, hanya terdapat satu narasumber dari pihak Kejati NTT sementara para pihak lainnya seperti Kemenpera, kontraktor pelaksana, PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), dan representasi masyarakat berpenghasilan rendah di delapan kabupaten/kota yang langsung merasakan adanya dugaan korupsi tersebut.

Dalam teks berita korupsi (2) Timor Express, wartawan mengontruksikan cara untuk mempengaruhi pendapat masyarakat dan menciptakan dukungan bahwa tindak pidana korupsi harus diproses secara hukum kendati melibatkan pejabat tinggi di daerah bahkan dua pejabat

(19)

19

tinggi daerah baik eksekutif maupun legislatif sekaligus telah ditetapkan sebagai tersangka karena kasus penyimpangan hibah tanah oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao. Namun di sisi lain, kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi di daerah merupakan isu yang sexy dan dapat menguntungkan media tersebut secara ekonomis. Media massa lokal tersebut langsung mengangkatnya (blow-up) sebagai berita utama (headline) karena di satu pihak merupakan politik komunikasi media melalui wartawan yang memproduksi dan mengontruksi teks berita tersebut, dan di lain pihak berita tersebut akan laku keras dalam penjualan terutama secara eceran. Harga eceran Timor Express Rp 3000,- dengan tiras perhari mencapai 20.000 exemplar.

Judul dari teks berita korupsi (2) Timor Express pun dikonstruksi sedemikian agar langsung menimbulkan rasa ingin tahu publik pembaca karena judul itu langsung menyebutkan dua pejabat tinggi di daerah, Bupati Rote Ndao dan Ketua DPRD-nya menjadi tersangka. Sebuah judul yang ringkas namun menohok pada rasa ingin tahu khalayak pembaca.

Teks berita korupsi (2) Timor Express menjadi berita yang fenomenal karena memiliki nilai jual yang tinggi, melibatkan dua pejabat tinggi daerah yang menjadi tersangka kasus korupsi, dan dapat menimbulkan dinamika politik lokal yang semakin memanas khususnya di Kabupaten Rote Ndao. Kasus-kasus korupsi atau pun kasus lainnya yang melibatkan para pejabat di daerah dan di-blow-up oleh media massa lokal dapat menimbulkan pengaruh pro dan kontra di dalam masyarakat. Pengaruh pro dan kontra di dalam masyarakat ini dimanfaatkan sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomis oleh media massa lokal tersebut. Wartawan adalah “alat” yang dapat berfungsi untuk mengontruksi berita sedemikian sehingga dapat menciptakan efek yang menguntungkan bisnis media. Hal ini terjadi ketika nilai berita dapat dikomodifikasi menjadi nilai jual. Selain itu, posisi tawar media menjadi lebih tinggi tatkala berani mengangkat kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi di daerah.

Yang menjadi pertanyaan peneliti adalah mengapa teks berita ini diproduksi dan dimuat dalam pemberitaan Timor Express pada Senin, 14 Juli 2014? Apa yang menjadi latar belakang diproduksi dan dimuatnya teks berita korupsi ini? Peneliti menduga bahwa teks berita korupsi yang belum “matang” ini artinya belum adanya penetapan tersangka oleh pihak Kejati NTT ini – kendati judulnya sudah menyatakan pejabat aktif Poltek tersangka – dapat menimbulkan sensasi masyarakat untuk terus mengikuti proses pemberitaan perihal kasus korupsi ini pada Timor Express.

(20)

20

Strategi pemberitaan yang dilakukan oleh wartawan dan insitusi media Timor Express oleh Vincent Mosco (1996: 30) disebut sebagai komodifikasi di mana media mengakumulasi modal dengan memproduksi berita yang menjadikan pembaca sebagai objek untuk meraup keuntungan. Pembaca yang adalah masayarakat NTT yang sedang didera oleh kemiskinan dan korupsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun secara tidak sadar ditarik dalam pembabakan teks berita korupsi yang diproduksi secara bertahap dari hari ke hari. Teks berita korupsi yang diproduksi belum sepenuhnya lengkap atau boleh jadi sudah lengkap namun untuk kepentingan memasukan pembaca dalam perangkap komodifikasi, fakta berita tidak semuanya diberikan sebagai sajian yang utuh kepada para pembaca.

Teks berita korupsi (3) Timor Express ini memiliki hubungan yang integral dengan kognisi sosial wartawan yang memproduksi dan mengontruksi teks berita tersebut dan konteks sosial yang terjadi ketika teks berita tersebut diproduksi dan dikonstruksi. Kognisi sosial wartawan dianalisis juga dalam penelitian ini demikian halnya dengan konteks sosial.

Ketiga dimensi wacana menurut van Dijk yakni teks berita, kognisi sosial dan konteks sosial merupakan satu kesatuan yang utuh dalam membongkar makna dan ideologi yang terdapat di balik berita korupsi Timor Express dan juga media massa lokal NTT lainnya yakni Pos Kupang dan Flores Pos yang diteliti dalam penelitian ini.

Wartawan melalui permainan bahasa yang dikonstruksinya tidak menyebutkan nama-nama para saksi tersebut atau dengan kata lain wartawan cenderung menyembunyikan aktor-aktor tertentu dalam kasus dugaan korupsi tersebut. Hal yang wajib dilakukan oleh wartawan dalam proses peliputan berita ini adalah mencari tahu siapa-siapa saja yang telah diperiksa menjadi saksi dalam kasus dugaan korupsi tersebut. Hal ini menjadi penting karena dalam upaya untuk memberikan informasi kepada publik sekaligus sebagai bagian dari upaya untuk melibatkan masyarakat NTT dalam pengawalan atas proses hukum, wartawan perlu memberikan informasi yang lengkap atau tidak disembunyikan melalui permainan bahasa, seperti yang dikonstruksi dalam teks berita sebagai berikut :

“Gasper melanjutkan, dalam penanganan kasus ini, pihaknya telah memeriksa puluhan orang saksi, dari Kementerian Pertanian RI, Dinas Pertanian Provinsi NTT, pejabat pembuat komitmen (PPK), Unit Pelaksana Kerja (UPK), BPIP Naibonat dan Noelbaki, kontraktor pelaksana, PT. Pertani (Persero) dan PT. Sang Hyang Sri (SHS), serta sejumlah kelompok tani yang menjadi sasaran penerima proyek dimaksud” (Timor Express, Jumat 7 November 2014).

(21)

21

Teks berita korupsi (4) Timor Express yang diproduksi dan dikonstruksi oleh wartawan, joo mempunyai kaitan dengan kognisi sosial wartawan tersebut. Selain itu, teks berita korupsi tersebut juga dipengaruhi oleh konteks sosial yang terjadi ketika teks berita korupsi tersebut diproduksi dan dikonstruksi oleh wartawan. Ketiga struktur wacana yakni teks, kognisi sosial dan konteks adalah satu kesatuan yang integral membentuk makna tertentu dan dapat dibongkar ideologi yang terkandung di dalam wacana korupsi tersebut.

KOGNISI WARTAWAN TERJEBAK DALAM DETERMINASI PASAR

Kognisi wartawan perlu diketahui untuk melihat hubungan antara struktur teks yang mikro dengan struktur masyarakat yang makro. Kognisi wartawan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Pendekatan kognisi sosial yang dikembangkan oleh van Dijk mengasumsikan bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh subjek pemakai bahasa melalui proses konstruksi yang melibatkan kesadaran mental, pengalaman, pengaruh ideologi, dan pendidikan.

Dalam wawancara (Kupang, 12 Juli 2014), joo, wartawan Timor Express, menjelaskan bahwa latar belakang pendidikannya adalah sekolah kejuruan bidang teknik elektro, bahkan ia menyelesaikan sarjana teknik elektro pada Politeknik Negeri Kupang tahun 2004. Pada tahun 2011, joo bergabung dengan Harian Umum Timor Express.

Dalam memproduksi dan mengontruksi teks berita korupsi pada Harian Umum Timor Express, hasil liputan joo diedit (penyelarasan naskah) oleh boy, editor Timor Express. Redaktur Timor Express selalu mencantumkan inisial wartawan dan editor yang memproduksi teks berita. Timor Express tidak menuliskan nama wartawan dan editor secara by line (menuliskan nama secara jelas pada teks). Hal ini bermaksud untuk melindungi wartawan dari berbagai kemungkinan ancaman dari berbagai pihak.

Setiap wartawan Timor Express wajib mengikuti rapat redaksi pagi pukul 07.30 WITA yang dipimpin langsung oleh pemimpin redaksi atau wakil pemimpin redaksi. Rapat berlangsung di newsroom lantai 2 Gedung Graha Pena, Jl. R.A. Kartini No. 1A Kelapa Lima, Kupang, NTT. Rapat redaksi pagi bertujuan untuk penugasan peliputan dan penentuan fokus yang menjadi sorotan Timor Express untuk penerbitan keesokan harinya. Selanjutnya pada pukul 15.00 WITA kembali terjadi rapat redaksi sore untuk pelaporan hasil liputan untuk selanjutnya diedit oleh

(22)

22

editor berita. Apabila ada hal-hal yang perlu ditindaklanjuti sesuai kondisi lapangan maka rapat redaksi sore akan segera mengambil keputusan.

Terkait berita korupsi, penugasan diberikan kepada wartawan tertentu yang dianggap mampu dan cakap untuk mengakses berbagai informasi dari berbagai narasumber. Joo yang sejak tahun 2011 bergabung menjadi wartawan Timor Express adalah orang yang mendapat kepercayaan untuk membuat liputan tentang berbagai kasus kriminal termasuk korupsi di wilayah Provinsi NTT.

Analisis kognisi sosial terhadap wartawan Timor Express yang memproduksi dan mengontruksi teks berita korupsi merupakan satu kesatuan dengan analisis teks berita korupsi tersebut di atas termasuk dengan analisis konteks sosialnya. Hal ini karena teks berita korupsi pada Timor Express tidak berdiri sendiri dan berada pada ruang hampa. Teks berita korupsi Timor Express diproduksi dan dikonstruksi oleh wartawan yang memiliki pandangan, keyakinan dan pengetahuan serta pengalaman tertentu yang mempengaruhi cara dia memproduksi dan mengontruksi teks. Selain itu, konteks sosial politik dan ekonomi di mana teks itu diproduksi dan dikontruksi turut pula mempengaruhi teks berita korupsi.

Kognisi sosial wartawan Timor Express, joo dianalisis dengan menggunakan skema yang dibuat oleh van Dijk. Skema ini menunjukkan bagaimana wartawan mengerti dan memahami suatu peristiwa atau kasus yang berkaitan dengan korupsi. Dari skema yang dibuat oleh van Dijk di bawah ini, peneliti dapat melihat struktur mental yang mempengarui wartawan dalam memproduksi dan mengontruksi teks berita korupsi.

Tabel 2. Skema Kognisi Sosial van Dijk

Skema Person (Person Schemas). Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang

menggambarkan atau memandang orang lain. Bagaimana seorang wartawan media massa lokal NTT, Timor Express memandang kasus korupsi yang terjadi di Provinsi NTT yang berpengaruh terhadap berita yang akan ditulisnya.

Skema Diri (Self Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri

dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.

Skema Peran (Role Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang

memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Pandangan mengenai peran yang harus dijalankan seseorang dalam masyarakat sedikit banyak akan berpengaruh dalam pemberitaan.

(23)

23

Skema Peristiwa (Event Schemas). Skema ini barangkali yang paling banyak dipakai,

karena hamper tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu-lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya, skema peristiwa inilah yang paling banyak dipakai oleh wartawan.

Sumber : Eriyanto, 2012: 262-263

Elemen-elemen dalam analisis kognisi sosial wartawan Timor Express, joo tersebut di atas menunjukkan bahwa teks berita korupsi dikonstruksi oleh wartawan berdasarkan skema peran, yaitu skema yang berhubungan dengan bagaimana wartawan memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati narasumber dalam konteks berita korupsi. Pandangan mengenai peran yang dijalankan oleh narasumber tersebut dalam masyarakat berpengaruh dalam pemberitaan.

Teks berita korupsi Timor Express yang diproduksi dan dikonstruksi berdasarkan skema peran menunjukkan bahwa wartawan joo menaruh kepercayaan yang besar kepada narasumber yang didominasi oleh aparat penegak hukum, dalam hal ini dari lembaga kejaksaan.

Dominasi aparat penegak hukum dalam memberikan keterangan atau informasi dalam struktur wacana korupsi juga berpengaruh pada elemen-elemen dalam struktur teks berita korupsi. Teks berita korupsi nampak sebagai sebuah laporan dari instansi penegak hukum atas kasus-kasus dugaan korupsi yang terjadi di Provinsi NTT.

Teks berita korupsi tidak lebih dari sekedar laporan aparat penegak hukum dengan pilihan bahasa yang datar dan gaya bahasa yang dengan sengaja memancing rasa ingin tahu dari massa pembaca dengan mengontruksi judul teks berita korupsi secara atraktif untuk menarik minat pembaca. Hal ini tentu saja berorientasi pada kepentingan pasar atau dengan kata lain, kognisi wartawan yang memproduksi berita korupsi telah terjebak dalam determinasi pasar.

Atas dasar analisis terhadap kognisi sosial wartawan Timor Express tersebut di atas, peneliti lebih lanjut menemukan strategi yang digunakan oleh wartawan dan strategi-strategi itu menentukan juga bagaimana teks berita korupsi diproduksi atau pun dikonstruksi. Strategi-strategi tersebut menurut van Dijk (dalam Eriyanto, 2012: 269-270), meliputi:

1. Seleksi : strategi yang kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa, informasi diseleksi oleh wartawan untuk ditampilkan ke dalam berita.

(24)

24

2. Reproduksi : berhubungan dengan apakah informasi dikopi, digandakan, atau tidak dipakai sama sekali oleh wartawan. Ini terutama berhubungan dengan sumber berita dari kantor berita atau press release.

3. Penyimpulan : strategi besar dalam memproduksi berita yang berhubungan dengan mental kognisi wartawan adalah penyimpulan/peringkasan informasi. Penyimpulan ini berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan diringkas melalui penghilangan, yaitu merangkum informasi dengan menghilangkan yang tidak relevan, generalisasi di mana informasi yang mirip atau agak sama dijadikan sebagai informasi yang berlaku secara umum, konstruksi di mana beberapa fakta dikombinasi untuk membentuk pengertian secara keseluruhan.

4. Transformasi lokal : berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan melalui penambahan (addition) dan perubahan urutan (permutation).

PENUTUP:

ORIENTASI PADA PASAR MEMARGINALKAN KEPENTINGAN RAKYAT

Sebagai simpulan dari penelitian ini adalah orientasi pada pasar menggerakkan adanya komodifikasi teks berita korupsi. Dengan adanya komodifikasi atas teks berita korupsi maka kepentingan rakyat dalam mengakses berita yang berkualitas terabaikan. Selain itu, upaya untuk turut serta memberantas tindak korupsi oleh media massa lokal di Provinsi NTT menjadi kehilangan arah karena orientasi media hanya kepada pasar dan pada gilirannya memarginalkan kepentingan rakyat.

Konteks sosial yang terjadi pada saat teks berita korupsi Timor Express diproduksi adalah kondisi masyarakat NTT yang sedang mengalami kesulitan ekonomi karena kemiskinan yang masih mendera, gizi buruk dan tingkat pendidikan yang masih rendah di semua wilayah kabupaten.

Menurut data BPS NTT, jumlah penduduk NTT (2012) adalah sebesar 4.619.655 jiwa. Jumlah tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun, menempati wilayah NTT yang memiliki luas 48.718,10 Km2. Kepadatan penduduk di Provinsi NTT mencapai 95/Km2. Sementara itu jumlah angkatan kerja di Provinsi NTT mencapai 2.250.128 atau 72,09%. Angkatan kerja ini terbagi dalam berbagai sektor atau bidang kerja. Di NTT jumlah pekerja yang berusaha sendiri

(25)

25

mencapai 290.396, yang menjadi buruh/karyawan 298.031 orang, yang bekerja di sektor pertanian mencapai 22.557 orang, non-pertanian 35.607 orang. Jumlah pekerja di NTT yang tidak dibayar mencapai 751.996 orang.

Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi NTT seiringan dengan pemekaran wilayah kabupaten atau penambahan daerah otonom baru seperti Kabupaten Lembata, Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Malaka, mendorong meningkatnya tiras Timor Express menjadi 20.000 exemplar setiap hari bahkan bisa dicetak lebih sesuai isu yang diangkat dan dianggap sexy. Orientasi pada pasar yang dapat mendatangkan profit yang tinggi tentu saja berpengaruh pada kualitas dan fungsi pers yang sesungguhnya. Pers yang harus berpihak kepada kepentingan rakyat dapat saja memarginalkan kepentingan rakyat demi mengejar profit.

Media massa lokal di Provinsi NTT sesungguhnya hidup berdampingan dengan kondisi rakyat di NTT yang miskin dan masih terpinggir. Data kehidupan masyarakat di NTT sebagaimana yang dipublis BPS, menunjukkan bahwa penduduk miskin Provinsi NTT terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 penduduk miskin di NTT sebanyak 1.513.200 orang, sedangkan pada tahun 2014 penduduk miskin di NTT sebanyak 2.214.100 orang.

Kondisi sosial ekonomi tersebut di atas memposisikan Provinsi NTT sebagai sepuluh(10) besar provinsi termiskin di Indonesia dengan prosentase kemiskinan mencapai 23,03%. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT pada 2012 mencapai 5,49 persen. Data BPS juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di NTT juga sangat rendah yaitu lebih dari 70% berpendidikan SD, bahkan sebanyak 7,7% tenaga kerja NTT tidak pernah bersekolah. Dari sisi status pekerjaan, sebanyak 34% tenaga kerja NTT masuk kategori Pekerja Tidak Dibayar. Dari aspek kesehatan, data menunjukkan bahwa tingkat kesehatan masyarakat NTT sangat memprihatinkan. Untuk angka kematian ibu (AKI), NTT masih di atas rata-rata nasional. AKI NTT tercatat 554 per 100.000 kelahiran. Rata-rata nasional, 307 per 100.000 kelahiran.

Kondisi sosial politik NTT juga turut memberikan pengaruh terhadap produksi dan konstruksi teks berita korupsi Timor Express. Para penguasa daerah yang dipilih melalui mekanisme Pemilukada bersama para politisi lokal belum maksimal bersinergi untuk meningkatkan pelayanan publik. Bahkan data yang dirilis oleh LSM PIAR-NTT menunjukkan bahwa sektor pelayanan publik yang bersentuhan langsung dengan masyarakat kecil dan miskin

(26)

26

di NTT justru terjadi penyalahgunaan uang negara yang mencapai 73 persen atau terdapat 98 kasus korupsi di sektor pelayanan publik tersebut.

Kornelis Kewa Ama (2010: 22) menyatakan bahwa selain miskin, NTT juga memiliki masalah korupsi yang bervariatif. Berdasarkan modusnya, bentuk korupsi di NTT meliputi: mark up 24 persen, manipulasi 21,6 persen, penggelapan20 persen, penyelewengan anggaran 13,6 persen, memperkaya diri sendiri/orang lain 10,4 persen, pengerjaan proyek tidak sesuai bestek 8 persen, dan mark down 2,4 persen.

Paul SinlaEloE (2010: 1) menyebutkan bahwa kondisi NTT seperti disebutkan di atas memunculkan plesetan atas akronim NTT sebagai “Nusa Tetap Terkorup”. Itulah julukan yang paling pantas diberikan untuk NTT apabila fenomena korupsi di provinsi ini dicermati secara jujur. Publik di NTT sudah lama dililit penderitaan oleh kemiskinan dan korupsi. Dengan kata lain, kemiskinan dan korupsi sangat relevan untuk dibicarakan bila dikaitkan dengan provinsi yang satu ini.

Berhadapan dengan realitas NTT yang miskin dan korup maka kehadiran media lokal menjadi penting. Timor Express sebagai salah satu dari tiga media massa lokal NTT yang ditelitijuga dikenal dan dibaca oleh masyarakat di Provinsi NTT, diharapkan dapat memainkan peranannya, tidak hanya dalam memberikan informasi tetapi juga dapat mengambil sikap sebagai bentuk kontrol masyarakat sipil atas jalannya roda pemerintahan daerah yang bersih.

Menurut Eriyanto (2012: 272), elemen kekuasaan merujuk kepada praktik kekuasaan terkait dengan kepemilikan media, adanya kontrol dari aktor tertentu atas apa yang dikerjakan oleh wartawan. Unsur-unsur yang dominan di dalam elemen kekuasaan adalah status sosial, uang, dan pengetahuan. Kekuasaan juga bersifat persuasif melalui tindakan aktor tertentu yang secara tidak langsung mengontrol dengan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.

Elemen akses dapat mempengaruhi wacana tentang korupsi melalui pemberitaan media massa lokal. Kelompok elit tentu saja memiliki akses yang lebih luas terhadap media dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Aktor-aktor yang memiliki kuasa juga mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mempunyai akses pada media dan dengan itu dapat mempengaruhi kesadaran publik atau masyarakat. Sementara masyarakat di Provinsi NTT yang pada umumnya adalah masyarakat tani, buruh dan nelayan memiliki akses yang kecil bahkan tidak memiliki akses pada media massa lokal.

(27)

27

Ketiadaan akses masyarakat NTT terhadap media massa lokal dalam hubungan dengan teks berita korupsi pada Timor Express juga disebabkan oleh rendahnya literasi media. Kenyataan bermedia masyarakat NTT masih perlu ditingkatkan pada upaya pemahaman tentang fungsi dari media.

Literasi media masyarakat di Provinsi NTT masih cukup rendah. Masyarakat NTT juga nampaknya apatis dengan masalah korupsi. Mereka lebih menyibukkan diri untuk urusan domestic, mencari nafkah di tengah kesusahan hidup akibat kemarau panjang, gagal panen, gizi buruk, dan akses terhadap informasi, pendidikan, dan kesehatan yang minim.

Masyarakat di Provinsi NTT nampaknya lebih memilih acara-acara yang menghibur dirinya saat sedang mengalami kesulitan hidup ketimbang berita-berita termasuk berita korupsi. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi wartawan dalam memproduksi dan mengontruksi teks berita korupsi.

Upaya pemberantasan korupsi di NTT yang membutuhkan komitmen dan kerja sama semua komponen masyarakat NTT nampaknya hanya sebagai slogan kosong. Timor Express tidak selalu melibatkan komponen masyarakat lainnya dalam mengonstruksi teks berita korupsi. Teks berita korupsi tidak bedanya dengan “laporan” aparat kejaksaan tentang sebuah kasus korupsi yang sedang terjadi di NTT. Berita korupsi seperti ini tidak memiliki daya untuk menggalang kerja sama dan semangat seluruh warga untuk memberantas korupsi dari Provinsi NTT.

Karena itu, peneliti melalui artikel ini menganjurkan beberapa saran praktis sebagai berikut :

1. Masyarakat NTT dan kelompok masyarakat sipil (civil society) hendaknya dapat bersinerji dengan media massa lokal untuk memberikan rasa malu (shaming) kepada para pelaku korupsi di daerah (Provinsi NTT) melalui kontribusi dalam menyampaikan komentar, pendapat atau keterangan terkait kasus korupsi yang terjadi di wilayah Provinsi NTT.

2. Media massa lokal di Provinsi NTT perlu melatih atau memberikan pendidikan jurnalistik yang memadai bagi para wartawannya khususnya yang ditugaskan untuk meliput kasus-kasus korupsi. Hal ini penting karena upaya memberantas korupsi memang tidak mudah, karena sudah menjadi budaya yang berurat berakar dalam segala level masyarakat.

(28)

28

3. Media massa lokal perlu memberikan pencerahan kepada warga dan para pejabat di daerah melalui berbagai rubrik editorial dan konstruksi berita yang komprehensif dari berbagai perspektif baik hukum, budaya, filsafat, teologi maupun ekonomi tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi di daerah. Desentralisasi tata kelola pemerintahan dan otonomi daerah yang terkait penggunaan anggaran di daerah telah memberikan dampak lain yakni merebaknya tindak korupsi di daerah. Media massa lokal harus hadir dan tidak boleh absen dalam menjalankan tugas edukasi terhadap warga.

4. Media massa lokal harus terbuka dalam menerima masukan dan kritik serta saran dari berbagai pihak khususnya para akademisi dan kelompok masyarakat sipil yang peduli terhadap penguatan kapasitas media massa lokal sebagai mitra sekaligus pengontrol tata kelola pemerintah daerah yang baik dan bersih.***

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Agger, Ben. 2009. Teori Sosial Kritis. Kritik, Penerapan dan Implikasinya. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Ardianto, Elvinaro & Bambang Q-Anees. 2011. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Baran, Stanley J. dan Dennis K. Davis. 2009. Mass Communication Theory: Foundations, Ferment, and Future. (terj) Afrianto Daud dan Putri Ira Izzati. Jakarta: Salemba Humanika.

Barker, Chris. 2004. The Sage Dictionary of Cultural Studies. London: SAGE Publications. Berger, Peter L. dan Thomas Luckmann. 1991. The Social Construction of Reality. A Treatise in

the Sociology of Knowledge. Great Britain: Pinguin Books.

Berlin, Isaiah. 2007. Karl Marx His Life and Enviroment, (terj), Eri Setiyawati Alkhtab dan Silvester G. Sukur. Yogyakarta: Pustaka Promothea.

Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. (eds). 1994. Handbook of Qualitative Research. London: SAGE Publications.

Dosi, Eduardus. 2012. Media Masa Dalam Jaring Kekuasaan: Sebuah Studi tentang Relasi Kekuasaan Di Balik Wacana. Maumere: Ledalero.

(29)

29

Eriyanto. 2012. Analisis Wacana: Pengantar Analisa Teks Media. Cetakan X. Yogyakarta: LKiS.

---. 2012. Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Cetakan VII. Yogyakarta: LKiS.

Golding, Peter dan Graham Murdock (eds). 1997.The Political Economy of the Media. United Kingdom: Edward Elgar Publishing Limited.

Haboddin, Muhtar dan Fathur Rahman. 2013. Gurita Korupsi Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.

Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa.Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta: Granit.

Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2004. The Elements of Journalism, Yusi A. Pareanon (terj). Jakarta: Institut Studi Arus Informasi.

Latif, Yudi dan Idi Subandi Ibrahim. 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Mizan.

Martin, Judith N. dan Thomas K. Nakayama. 2004. Intercultural Communication in Contexts. New York: The McGraw-Hill Companies.

Maryani, Eni. 2011. Media dan Perubahan Sosial: Suara Perlawanan Melalui Radio Komunitas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

McNair, Brian. 2003. An Introduction to Political Communication (Third edition). London and New York: Routledge.

McQuail, Dennis. 2000. Mass Communication Theory (4 th Edition). London, Thousand Oaks, New Dehli: SAGE Publication.

Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid U. (eds). 2010. Teori Komunikasi Massa, Media, Budaya dan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mosco, Vincent. 1996. The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal. London: Sage Publication.

Narendra, Pitra. ed. 2008. Metodologi Riset Komunikasi. Panduan untuk Melaksanakan Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Balai Pengkajian dan Pengembangan Informasi (BPPI) Wil. IV dan Pusat Kajian Media dan Budaya Populer.

Puspito, Nanang T., Marcela Elwina S., Indah Sri Utari, dan Yusuf Kurniadi. 2011. Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Santoso, Anang. 2012. Studi Bahasa Kritis: Menguak Bahasa Membongkar Kuasa. Bandung: Mandar Maju.

(30)

30

Schweickart, David. 2002. After Capitalism. New York: Rowman &Littlefield Publishers, Inc. Shoemaker, Pamela J. dan Stephen D. Reese.1996. Mediating The Message. Theories of

Influences on Mass Media Content. New York: Longman.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Cetakan I. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

van Dijk, Teun A. 1988. News as Discourse. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers.

---. 1993. “The Interdisciplinary Study of News as Discourse”, dalam Klaus Bruhn Jensen dan Nicholas W.Jankowski (eds), Handbook of Qualitative Methodologies for Mass Communication Research. New York: Routledge.

---. 1994. “Discourse and Cognition in Society”, dalam David Mitchell (ed.), Communication Theory Today. Cambridge: Polity Press.

Wattimena, Reza A.A. 2012. Filsafat Antikorupsi. Yogyakarta: Kanisius.

Wheen, Francis. 2006. Marx’s Das Kapital: A Biography. (terj). Ronny Agustinus. 2012. Das Kapital: Kisah Sebuah Buku yang Mengubah Dunia. Tangerang: Marjin Kiri.

Sumber Internet:

Mboeik, Sarah Lery. 2012. “Sektor Pelayanan Publik Terkorup di Nusa TenggaraTimur”.http://paulsinlaeloe.blogspot.com/2013/01/catatan -

korupsi-akhir-tahun2012piar.html. Diakses Rabu, 8 Mei 2013. Pukul 18.30 WIB.

SinlaEloE,Paul.2010.“Memahami Korupsi”. http://www.antaranews.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2010.

Sumber Artikel/Makalah Ilmiah :

Kewa Ama, Kornelis. 2010. “Gurita Korupsi di Daerah Miskin”. Kompas, 25 Mei 2010. hlm. 22.

Purwantari, BI. 2015. “Pemberantasan Korupsi Jadi Ganjalan”. Survei Litbang Kompas. Kompas, 20 Oktober 2015. hlm. 4.

SinlaEloE, Paul. 2010. “Korupsi dan Pemberantasannya di Propinsi Miskin”. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Pemuda Antikorupsi dengan tema: Mengukuhkan Semangat Pemuda dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih. Diselenggarakan oleh Gerakan Rakyat Antikorupsi (GeRAK) Indonesia bekerja samadengan KEMENPORA di Hotel Atlet Century Park. Jakarta, 25 Oktober 2010.

(31)

31

PERSEPSI PUBLIK INTERNAL TENTANG KEBERADAAN

DEPARTEMEN PUBLIC RELATIONS (STUDI PADA SUPERVISOR

HOTEL KUSUMA AGROWISATA BATU MALANG)

Intan Mustafa

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Nusa Nipa Maumere intanmustafa24@yahoo.co.id

ABSTRAK

Keberadaan Public Relations pada suatu perusahaan baik itu profit maupun non profit sangatlah menunjang perkembangan manajerial perusahaan tersebut. Dengan kata lain, PR akan menjalankan fungsi manajemen dengan baik apabila ditempatkan secara struktural. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi publik internal tentang keberadaan departemen Public Relations pada perusahaan profit seperti pada jasa perhotelan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripsi kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran dan fungsi Public Relations Officer (PRO) diharapkan mampu menjadi penyelenggara komunikasi dan informasi serta mampu merancang strategi promosi demi peningkatan mutu pelayanan hotel. Keberadaan departemen PR harus didasarkan pada kebutuhan perusahaan, serta mampu menghadirkan inovasi – inovasi yang strategis sebagai cerminan pencitraan hotel. Operasionalisasi teknis pelayanan PR akan lebih efektif apabila wacana mengenai pembentukan departemen PR direalisasikan sesegera mungkin.

Kata kunci : Persepsi, publik internal, departemen Public Relations. PENDAHULUAN

Arti penting dari Public Relations pada dasarnya mengacu pada usaha yang direncanakan secara terus menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Ataupun seperti yang dikemukakan Cutlip dan Center

Gambar

Tabel 2.  Skema Kognisi Sosial van Dijk
Gambar :  Alur kegiatan musrenbang

Referensi

Dokumen terkait

belakang di atas penulis ingin mengetahui apakan pola asuh orang tua yang diberikan kepada anak dapat mempengaruhi perkembangan aqidah bagi anak,.. maka penelitian ini penulis

Penelitian ini akan berfokus pada deteksi instrusi, yang secara teknis adalah mendeteksi gerakan baik untuk pagar pembatas perumahan atau RW maupun di teras/halaman rumah..

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris analisis pengaruh mediasi gaya kepemimpinan pada hubungan antara kecerdasan emosional manajer dan hasil

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : i) untuk membandingkan proses pengolahan air limbah secara kimia dan fisika, ii) mengetahui kandungan parameter pencemar air limbah

Secara khusus, penelitian ini mempelajari pengaruh pergeseran posisi bottom mounting suspensi dan panjang link terhadap respon getaran yang ditimbulkan, serta pengaruh

jugr rrn,aklllrn nrr. lcdrLr nrfkidx ini trbih diJnkusk.n rDlut Dc.qqunen prdr nain nrsi Ir tlld brrkeccfxhD tin$i y.rg didukuna otch tlhd.. Itrkrorxmlurn

Melihat hasil penelitian dan hasil analisis data mengenai Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen dan Dalam Pembentukan Loyalitas Konsumen, studi

Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya penyuluhan mengenai teknik dan teknologi usahatani dapat mening- katkan efisiensi teknis petani ubi jalar, petani yang lebih sering mengikuti