• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap kepuasan konsumen dalam pembentukan loyalitas konsumen : studi kasus pada konsumen sabun pembersih wajah (facial foam) merk Pond`s di Kota Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap kepuasan konsumen dalam pembentukan loyalitas konsumen : studi kasus pada konsumen sabun pembersih wajah (facial foam) merk Pond`s di Kota Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DALAM PEMBENTUKAN LOYALITAS KONSUMEN Studi Kasus pada Konsumen Sabun Pembersih Wajah (Facial Foam) Merk Pond’s di

KotaYogyakarta

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Menulis Skripsi Program Studi Manajemen, Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Oleh:

Erieka Permata Sari NIM: 072214012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

(2)

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DALAM PEMBENTUKAN LOYALITAS KONSUMEN Studi Kasus pada Konsumen Sabun Pembersih Wajah (Facial Foam) Merk Pond’s di

KotaYogyakarta

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Menulis Skripsi Program Studi Manajemen, Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Oleh:

Erieka Permata Sari NIM: 072214012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

(3)
(4)
(5)

Motto

Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu

dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau.

(Amsal 2: 10 &11)

Ketika Tuhan memecahkan masalahmu, kamu memiliki kepercayaan pada kemampuanNya, namun ketika Tuhan tidak memecahkan masalahmu, Dia

memiliki kepercayaan pada kemampuanmu. (Penulis)

I’m nothing without God,

Because of God I can do anything and I will be strong!! (Penulis)

Proses yang kita jalani seringkali membuat kita lelah, namun yang paling  penting adalah respon kita terhadap proses tersebut, karena respon kitalah 

yang akan menentukan hasilnya.  (ANONYMOUS) 

(6)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN- PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul : PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN

KONSUMEN DALAM PEMBENTUKAN LOYALITAS KONSUMEN Studi Kasus pada Konsumen Sabun Pembersih Wajah (Facial Foam) Merk Pond’s di

Kota Yogyakarta

dan diajukan untuk diuji pada tanggal 19 Desember 2011 adalah hasil karya saya. Dengan ini, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya. Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut maka saya bersedia menerima sanksi yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh ( S.E.) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan 70).

Yogyakarta, 19 Desember 2011

Yang membuat pernyataan,

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Erieka Permata Sari Nomor Mahasiswa : 072214012

Demi kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DALAM PEMBENTUKAN LOYALITAS KONSUMEN, Studi Kasus pada Konsumen Sabun Pembersih Wajah (Facial Foam) Merk Pond’s di Kota Yogyakarta” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam pangkalan data, mendistribusikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama masih mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 19 Desember 2011 Yang menyatakan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen Dalam Pembentukan Loyalitas Konsumen: Studi Kasus pada Konsumen Sabun Pembersih Wajah (Facial Foam) Merk Pond’s di Kota Yogyakarta”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengungkapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. P. Wiryono P,S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si, Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. V. Mardi Widyamono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. A. Triwanggono, M.S., selaku dosen pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesabaran dan dengan kesungguhan hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. MT. Ernawati, SE., MA., selaku dosen pembimbing II, yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

6. Drs. Laurentius Bambang Harnoto M.Si, selaku anggota tim penguji yang telah memberi masukan yang sangat berguna.

(9)

8. Tuhanku yang tidak pernah membiarkanku jalan sendirian, Dia selalu menyertai, membimbingku, memberikan hikmat, memberikan semangat di hidupku saat ku putus asa dan hampir menyerah.

9. Orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasehat, kebahagiaan, kepercayaan dan memberikan penghidupan yang layak bagiku. Terima kasih atas segala pengorbanan dan kerja keras yang dilakukan untukku.

10. Saudara – saudara yang kusayangi (Amelia dan Indra) yang selalu membantuku dan menyayangiku.

11. Sahabatku Adisty Danarul Q. (Disty) yang selalu menemaniku, memberikan semangat, membantuku dan selalu berjuang bersamaku.

12. Seseorang yang kusayangi, Matius yang tidak pernah berhenti menyemangatiku dan mencintaiku.

13. Teman – teman kost lama dan kost baruku (Silvi, Dian, Kak Merry, Kak Ayu, Marita, Kak Vita, Laura, Icha, Jessica S dan lain sebagainya).

14. Teman – teman Manajemen 2007: Nico, Ryan, Dedi’pothok’, Thomas, Tri’kucing’, Bryan, Ani, Siwi, Tina, Gita, Hendi, Tokrat, Adnan, Mega, Anisa, Hengky, Irawan dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. 15. Teman – teman sepelayanan di Gereja yang selalu menemani dan

memberikan semangat (Yosafat, Michael, Kevin, Ineke, Feice, Ivan ‘Gimbalz’, Evan Adi dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu – persatu). 16. Mbak Chatarina Chandra Cahyarini yang memberikan banyak pelajaran,

(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengalaman dari penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi masukan bagi rekan – rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 19 Desember 2011

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 9

B. Penelitian – penelitian sebelumnya ... 46

C. Desain Penelitian ... 49

D. Hipotesis ... 52

(12)

E. Definisi Operasional ... 64

F. Populasi dan Sampel ... 68

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 69

H. Teknik Pengumpulan Data ... 71

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 71

J. Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. PT. Unilever Tbk ... 87

B. Pond’s ... 91

C. Kota Yogyakarta ... 97

BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis data ... 101

1. Variabel Penelitian ... 101

2. Analisis Profil Responden ... 103

3. Pengujian Instrumen Penelitian ... 112

B. Pembahasan ... 119

BAB VI : KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 135

B. Saran ... 136

C. Keterbatasan Penelitian ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 141

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

II.1. Memilih Teknik Estimasi ... 38

II.2. Goodness of Fit Indices ... 45

III.1. Penentuan Variabel Dependen dan Independen ... 60

III.2. Variabel dan Indikator Kualitas Produk, Harga, Kepuasan Konsumen dan Loyalitas ... 60

III.3. Skala Pengukuran ... 61

III.4. Goodness of Fit Indices ... 86

V.1. Responden Berdasarkan Alamat (Kecamatan) ... 103

V.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 104

V.3. Responden Berdasarkan Usia ... 105

V.4. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 106

V.5. Responden Berdasarkan Pekerjaan saat ini ... 107

V.6. Responden Berdasarkan Pendapatan yang diterima ... 109

V.7. Total Responden Berdasarkan Pendapatan yang diterima .. 109

V.8. Responden Berdasarkan Lama Pemakaian ... 110

V.9. Responden Berdasarkan Jenis Produk ... 111

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Tingkat produk ... 13

II.2 Konsep Kepuasan Pelanggan ... 21

II.3 Piramida Loyalitas ... 30

II.4 Pedoman Ukuran Sampel ... 37

II.5 Kerangka Konseptual ... 50

II.6 Kerangka Konseptual beserta Indikator dan Simbolnya ... 50

III.1 Kerangka Hubungan Konseptual beserta Indikator dan Simbolnya ... 75

(15)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 144

Lampiran 2 Print Out hasil olah data Kuesioner Penelitian 149 2.1 Hasil Olah Data Profil Responden 149

2.2 Hasil Olah Data Responden 155

Lampiran 3 Output Non- Fit 159

3.1 Assessment of Normality Non- Fit 160

3.2 Mahalanobis Non-Fit 160

3.3 Regression Weight Non-Fit 163

3.4 Model Fit Summary Non-Fit 163

3.5 Standardized Regression Weight Non- Fit 164

Lampiran 4 Output Fit 165

4.1 Assessment of Normality Fit 166

4.2 Mahalanobis Fit 166

4.3 Regression Weight Fit 169

4.4 Model Fit Summary Fit 169

(16)

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA

TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DALAM PEMBENTUKAN LOYALITAS KONSUMEN

Studi Kasus pada Konsumen Sabun Pembersih Wajah (Facial Foam) Merk Pond’s di Kota Yogyakarta

Erieka Permata Sari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

(17)

ABSTRACT

EFFECT OF PRODUCT QUALITY AND PRICE ON CUSTOMER SATISFACTION FORMATION IN THE CUSTOMER LOYALTY Case Study on Consumer Facial Foam Pond's in the city of Yogyakarta

Erieka Permata Sari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penampilan merupakan salah satu pusat perhatian yang dilihat oleh setiap orang. Baik wanita maupun pria pasti selalu memperhatikan penampilan mereka agar terlihat baik di hadapan orang lain. Mereka melakukan banyak usaha untuk memperbaiki, memperindah, dan mengubah penampilan mereka agar terlihat menarik, indah dan dipandang baik. Wajah merupakan salah satu bagian penunjang penampilan yang harus dijaga dengan baik atau diperbaiki agar lebih baik dari sebelumnya.

Perawatan terhadap wajah merupakan salah satu cara penting untuk menjaga keindahan wajah atau memperbaiki kondisi wajah yang buruk (berjerawat, berminyak, kusam, dan lain - lain). Perawatan wajah tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, karena berhubungan dengan karakteristik jenis wajah. Bila terjadi kesalahan atau ketidakcocokan produk perawatan akan menimbulkan efek samping yang dapat memperburuk kondisi wajah misalnya wajah menjadi berjerawat, iritasi, kering, dan lain – lain. Hal tersebut membuat konsumen harus mempertimbangkan banyak hal, misalnya kualitas, harga, efek samping, manfaat dan masih banyak lagi.

(19)

produk merupakan salah satu daya tarik penawaran pasar yang dipandang penting oleh konsumen dalam melakukan pembelian dan merupakan faktor penentu dari kepuasan konsumen. Konsumen berharap mendapat produk yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhannya. Kualitas produk perawatan wajah akan memberikan kepuasan yang tinggi terhadap konsumen ketika konsumen merasakan adanya perubahan positif pada wajahnya setelah menggunakan produk yang ia gunakan. Jika konsumen tidak puas atau produk tersebut tidak dapat memenuhi harapannya maka ia akan mencoba produk lain.

Selain kualitas, konsumen juga memandang harga produk sebagai salah satu pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian. Harga ditetapkan untuk menangkap dan menciptakan nilai pelanggan. Konsumen cenderung mencari produk yang berkualitas namun memiliki harga yang sesuai dengan daya beli konsumen. Secara otomatis kualitas produk dan harga merupakan alat bagi konsumen untuk menilai suatu produk dan menjadi faktor penentu kepuasan konsumen.

Ada juga aspek lain yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk perawatan wajah yaitu iklan dan saluran distribusi. Iklan digunakan untuk memperkenalkan keberadaan produk. Untuk saluran distribusi disalurkan di toko swalayan, toko retail atau pengecer.

(20)

konsumen terpenuhi maka loyalitas konsumen terhadap produk perawatan wajah tersebut akan timbul. Konsumen yang harapannya terpenuhi ketika menggunakan atau memakai produk perawatan wajah tersebut akan mengatakan hal yang baik tentang produk tersebut, menganjurkan produk perawatan wajah tersebut kepada orang – orang disekitarnya (keluarga, teman, partner kerja, dan lain - lain).

(21)

kebersihan wajah. Pond’s juga menggunakan iklan untuk mengenalkan produk barunya yaitu facial foam Pure White, Natural Beauty dan lain-lain. Namun iklan tersebut hanya berguna untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang produk barunya. Sedangkan untuk saluran distribusinya produk-produk Pond’s disalurkan melalui swalayan-swalayan maupun toko dan warung. Karena pada saluran distribusi dan iklan belum ada pengembangan atau inovasi yang bagus, maka hanya ada dua aspek yang dianggap lebih menarik konsumen, yaitu kualitas produk dan harga.

Dari pemaparan di atas penulis ingin mengetahui bagaimana respon konsumen terhadap kualitas produk dan harga sabun pembersih wajah (facial foam) merk Ponds, peneliti juga ingin melihat tingkat kepuasan dan loyalitas

konsumen terhadap sabun pembersih wajah (facial foam) merk Pond’s. Maka penulis mengambil judul “Pengaruh Kualitas Produk dan Harga terhadap Kepuasan Konsumen Dalam Pembentukan Loyalitas Konsumen”, studi kasus pada konsumen sabun pembersih wajah (facial foam) merk Pond’s di Kota Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka masalah yang dapat diambil oleh penulis adalah:

1. Apakah Kualitas Produk berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen? 2. Apakah Harga berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen?

(22)

4. Apakah Harga berpengaruh terhadap Loyalitas Konsumen?

5. Apakah Kepuasan Konsumen berpengaruh terhadap Loyalitas Konsumen?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan mengenai obyek penelitian maupun faktor yang mempengaruhi Kepuasan Konsumen dan Loyalitas Konsumen yang diamati. Faktor -faktor yang diteliti meliputi: 1. Pada Variabel Kualitas Produk diteliti 6 indikator yaitu:

a. Performance (keadaan produk),

b. Range and Type of Features (kemampuan atau keistimewaan produk),

c. Reliability and Durability (kehandalan produk/lama produk dapat digunakan),

d. Maintainability and Serviceability (kemudahan untuk pengoperasian atau perbaikan produk/ ketersediaan komponen pengganti),

e. Sensory Characteristic (penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera dan lainnya),

(23)

2. Pada variabel Harga diteliti 3 indikator yaitu: Tingkat harga, Kesesuaian harga dengan kualitas dan Harga dibanding pesaing.

3. Pengambilan data dilakukan kepada Konsumen Sabun Pembersih Wajah (facial foam) Merk Pond’s yang berada di 14 Kecamatan di Kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mantrijeron, Kraton, Mergangsan, Ngampilan, Pakualaman, Gondokusuman, Wirobrajan, Gondomanan, Tegalrejo, Jetis, Danurejan, Umbulharjo, Kota Gede, Gedongtengen. 4. Produk yang diteliti adalah facial foam merk Pond’s, yang terdiri dari 6

macam yaitu :

a. Oil Control Facial Foam d. Anti – Bacterial Facial Foam

b. Lightening Facial Foam e. Deep whitening Facial Foam

c. Daily Regenerating Facial Foam f. Pure White Facial Foam

Produk yang dipasarkan di Indonesia memang ada 6 macam namun pada kuisioner dilebur jadi 1 menjadi produk facial foam merk Pond’s.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan tentang: 1. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan Konsumen.

2. Pengaruh Harga terhadap Kepuasan Konsumen.

3. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen. 4. Pengaruh Harga terhadap Loyalitas Konsumen.

(24)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan/ instansi lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk perusahaan akan adanya alat penelitian yang dapat menguji penelitian yang relatif rumit, dan dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap dan menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori- teori yang telah didapat selama ini.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

(25)

konsumen, SEM ( Structural Equation Modeling), penelitian terdahulu, kerangka teoretik penelitian dan hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini mengemukakan jenis penelitian, subyek dan obyek yang diteliti, waktu dan lokasi, variabel penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi, sejarah produk, dan sejarah lokasi penelitian.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini mengemukakan tentang variabel penelitian, analisis profil responden, pengujian instrumen penelitian, pengujian model dan variabel terukur.

Bab VI : Kesimpulan, Saran, dan Keterbatasan Penelitian

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2009:5), pemasaran adalah suatu fungsi

organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan

memberikan nilai kepada pelanggan untuk mengelola hubungan pelanggan

dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya.

Kotler juga mengemukakan bahwa manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu

memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan

pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai

pelanggan yang unggul.

Ada 4 filosofi manajemen pemasaran (Lamb, 2001:7-10):

a. Orientasi Produksi adalah suatu filosofi yang berfokus pada kemampuan

internal perusahaan yang melebihi dari keinginan dan kebutuhan pasar.

b. Orientasi Penjualan adalah pendapat bahwa orang akan membeli barang

dan jasa yang lebih baik jika menggunakan teknik penjualan yang agresif

dan penjualan tinggi tersebut akan mendatangkan keuntungan yang tinggi

(27)

c. Orientasi Pasar adalah suatu penjualan tidak tergantung pada sebuah

penjualan yang agresif tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk

membeli produk.

d. Orientasi Sosial adalah suatu organisasi ada tidak hanya untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen saja serta memenuhi tujuan organisasi

tetapi juga untuk melindungi atau untuk mempertinggi kepentingan yang

terbaik atas individu dan masyarakatnya.

Dalam Kotler dan Keller (2009:5) disimpulkan bahwa penjual jarang dapat

memuaskan pasar sasarannya karena tidak mengerti dengan baik kebutuhan para

konsumennya, namun dengan melakukan segmentation, targeting dan

positioning maka pemasar dapat lebih mengenal pasar sasarannya dan dapat memberikan produk sesuai kebutuhan, bahkan mendapatkan tempat di hati dan

benak pasar sasarannya. Ketiga hal tersebut merupakan strategi pemasaran yang

sudah banyak ditetapkan dalam dunia usaha.

1) Segmentasi, Menentukan target pasar dan Pemosisian

Menurut Kotler dan Keller (2009:233), beberapa peneliti berusaha

mendefinisikan segmen dengan melihat karakteristik deskriptif yaitu:

geografis, demografis, dan psikografis. Peneliti lain berusaha

mendefinisikan segmen dengan melihat pertimbangan perilaku, seperti

respon konsumen terhadap manfaat, alasan penggunaan, atau merk. Dari

(28)

membagi – bagi pasar yang sifatnya heterogen ke dalam kelompok yang

sifatnya homogen.

Dalam Kotler dan Keller(2009:254) dijelaskan bahwa ada dua dasar

untuk mensegmentasi pasar konsumen: karakteristik konsumen dan respon

konsumen. Variabel segmentasi utama untuk pasar konsumen adalah

segmentasi geografis, demografi, psikografis, dan perilaku. Setelah

melakukan segmentasi maka perusahaan harus memilih segmen yang

paling memberikan peluang dan perusahaan melakukan berbagai usaha

untuk memenuhi kebutuhan pasar sasaran tersebut. Targeting adalah menetapkan satu atau beberapa segmen untuk dilayani kebutuhannya.

Setelah melakukan segmentation dan targeting maka perusahaan akan melakukan pemosisian (positioning). Dalam Kotler dan Keller (2009:292),

positioning adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan agar mendapatkan tempat khusus dalam pikiran pasar sasaran. Tujuannya

adalah menempatkan merk dalam pikiran konsumen untuk memaksimalkan

manfaat potensial bagi perusahaan.

2) Marketing Mix

Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah logika pemasaran di mana unit bisnis berharap untuk mencapai tujuan pemasarannya (Kotler

(29)

yang terdiri dari beberapa faktor dibawah kendalinya yaitu: produk

(product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).

Dalam bukunya, Lamb (2001:55) menjelaskan bahwa bauran

pemasaran adalah paduan strategi produk, distribusi, promosi dan

penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan

pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju.

2. Produk

Menurut Kotler dan Keller (2009:266), Produk adalah semua hal yang dapat

ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau

konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.

Sedangkan menurut Assael (1998:121 dalam skripsi Wahyu Finasari dan

Irinius) definisi produk adalah sebagai berikut: “A product as a set of tangible and intangible attributes, including packaging, color, price, quality, and brand, plus seller’s services and reputation. A product may be a good, service and idea”. Artinya produk merupakan sekumpulan atribut berwujud dan tidak berwujud yang mencakup unsur – unsur kemasan, warna, harga, kualitas, dan

merk serta pelayanan dan reputasi penjual. Suatu produk mungkin adalah barang

berwujud, jasa atau gagasan.

Produk juga mempunyai 3 tingkat yaitu manfaat inti, produk aktual, dan

produk tambahan. Perusahaan harus mengembangkan produk dari manfaat inti

(30)

aktual sehingga konsumen dapat memenuhi kebutuhannya, dan perusahaan harus

melengkapi produk aktual tersebut dengan produk tambahan, sehingga para

konsumen mendapat suatu rangkaian produk yang sempurna dan dapat merasa

puas pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

a. Karakteristik Produk

Dalam merencanakan penawaran pasarnya, pemasar harus melihat lima

tingkat produk (lihat Gambar II.1). Setiap tingkat menambah nilai pelanggan

yang lebih besar, dan kelimanya merupakan bagian dari hierarki nilai

pelanggan (customer-value hierarchy).

Gambar II.1 Tingkat Produk

Sumber: Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas Jilid 2. Jakarta: Erlangga, p.4.

Kelima tingkat produk tersebut, yaitu (Kotler dan Keller, 2009:4):

(1) Pada tingkat dasar adalah manfaat inti: layanan atau manfaat yang

(31)

(2) Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi

produk dasar (basic product).

(3) Pada tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan

(expected product): sekelompok atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli saat mereka membeli produk.

(4) Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk tambahan

(augmented product).

(5) Tingkat kelima adalah produk potensial (potential product) mencakup semua kemungkinan tambahan dan transformasi yang mungkin dialami

sebuah produk atau penawaran di masa depan.

b. Kualitas Produk

Menurut Kotler (2008:272), kualitas produk adalah salah satu positioning

utama pemasar. Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk

atau jasa oleh karena itu kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan

pelanggan.

c. Dimensi Kualitas Produk

Karakteristik kualitas dari suatu produk sangat multidimensional, karena

produk dapat memberikan kepuasan dan nilai kepada pelanggan dalam

banyak cara. Martinich (dalam Yamit, 2001:11) mengemukakan spesifikasi

dari dimensi kualitas produk yang relevan dengan pelanggan dapat

(32)

1) Performance: kualitas produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

2) Range and Type of Features: kemampuan atau keistimewaan yang dimiliki produk dan pelayanan.

3) Reliability and Durability: kehandalan produk dalam penggunaan secara normal dan lama produk dapat digunakan.

4) Maintainability and Serviceability: kemudahan untuk pengoperasian produk dan kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen

pengganti.

5) Sensory Characteristic: penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera dan lainnya.

6) Ethical Profile and Image: kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk dan pelayanan.

3. Harga

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk

memperoleh produk (Kotler dan Keller, 2008:63). Harga merupakan salah

satu kesepakatan yang terjadi antara perusahaan dan konsumen. Perusahaan

menetapkan harga dan pembeli yang akan menilai apakah barang tersebut

sesuai dengan harga yang ditetapkan, jika konsumen merasa tidak setuju atau

(33)

perusahaan harus melakukan tindakan agar produknya laku. Begitu juga jika

konsumen langsung setuju maka perusahaan tidak perlu mengubah harga.

Menurut Kotler dan Keller (2009:72-75), psikologi konsumen dan

penetapan harga merupakan cara pemasar memahami bagaimana konsumen

sampai pada persepsi harga mereka, hal ini adalah prioritas pemasaran yang

penting. Berikut ini ada tiga topik kunci yang dipertimbangkan tentang harga,

yaitu :

a. Harga referensi

Riset memperlihatkan bahwa konsumen mungkin mempunyai

pengetahuan yang cukup banyak tentang kisaran harga, ternyata

konsumen dapat mengingat harga suatu produk secara akurat. Meskipun

demikian ketika mempelajari produk, perusahaan sering menetapkan

harga referensi (reference price) dengan membandingkan harga yang diteliti dengan harga referensi internal yang konsumen ingat atau dengan

kerangka referensi eksternal seperti “harga eceren regular” yang

terpasang.

Jenis – jenis referensi adalah harga yang wajar, harga umum, harga

terakhir yang dibayarkan, batas bawah harga, harga pesaing, harga masa

depan yang diharapkan, dan harga diskon biasa.

b. Asumsi Harga- Kualitas

(34)

c. Akhiran Harga

Banyak penjual yakin harga harus berakhir dengan angka ganjil. Riset

memperlihatkan bahwa konsumen cenderung memproses harga dari “kiri

ke kanan” dan bukan dengan membulatkan. Contoh : Konsumen akan

merasa lebih murah dengan harga 19.990 daripada harga 20.000.

Menurut Ivonne Wood (2009:76), harga memainkan peranan penting bagi

pelanggan maupun perusahaan. Dalam penjualan retail, ada segmen pembeli

yang sangat sensitif terhadap faktor harga (menjadikan harga sebagai satu-

satunya pertimbangan membeli produk) dan ada pula yang tidak. Mayoritas

pelanggan agak sensitif terhadap harga, namun juga mempertimbangkan

faktor lain (seperti citra merk, lokasi toko, layanan, nilai dan kualitas). Selain

itu, persepsi konsumen terhadap kualitas produk seringkali dipengaruhi oleh

harga. Dalam beberapa kasus, harga yang mahal dianggap mencerminkan

kualitas tinggi, terutama dalam kategori speciality product. Sedangkan dari sisi perusahaan, dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya (produk,

distribusi dan promosi) yang membutuhkan pengeluaran dana dalam jumlah

besar, harga merupakan satu – satunya elemen bauran pemasaran yang

mendatangkan pendapatan bagi perusahaan. Harga produk adalah determinan

utama bagi permintaan pasar atas produk yang bersangkutan. Harga

(35)

harga berpengaruh pada pendapatan dan laba bersih perusahaan. Singkatnya,

perusahaan mendapatkan uang melalui harga yang dibebankan atas produk

atau jasa yang dijualnya.

Menetapkan harga itu sulit, karena keputusan harga memiliki peranan

penting dalam implementasi strategi pemasaran. Sebelum menetapkan harga,

harus diputuskan bagaimana cara menarik pelanggan. Secara ideal yang dapat

menarik pelanggan adalah harga dan service, namun harus melalui komunikasi yang baik kepada pelanggan. Pelanggan akan lebih menerima

kenaikan harga yang sedikit demi sedikit naik dibandingkan harga yang

langsung naik dalam jumlah yang besar.

4. Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen merupakan salah satu orientasi perusahaan selain

meningkatkan keuntungan. Kepuasan konsumen sangatlah berpengaruh

dalam menentukan pertumbuhan suatu perusahaan.

“Customer satisfaction is a person’s feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a product perceived perfomances (or outcome) in relation to his or her expectations” (Kotler dan Amsrong, 2000:36) Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang

muncul setelah membandingkan antara persepsi dan kesannya terhadap

(36)

Kepuasan muncul apabila harapan konsumen sesuai dengan keputusan

pembelian yang dilakukan (Assael,1998 dalam skripsi Wahyu Finasari dan

Irinius). Kepuasan dapat didefinisikan sebagai hasil dari evaluasi subyektif

pada saat merk alternatif terpilih atau bahkan melebihi harapan konsumen.

Dalam Sumarwan (2003:56-58) teori kepuasan (the expectancy disconfirmation model) mengemukakan bahwa “Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen

dari produk yang dibeli tersebut”, dan ketika konsumen membeli suatu

produk, maka konsumen memiliki harapan tentang bagaimana produk

tersebut berfungsi (product performance). Produk akan berfungsi sebagai berikut:

a. Berfungsi lebih baik dari yang diharapkan ( positive disconfirmation) b. Produk berfungsi sesuai harapan konsumen ( simple confirmation)

c. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan (negative confirmation )

Dalam Kotler dan Armstrong (2000:48), kepuasan pelanggan

menggambarkan bagaimana mutu produk tersebut dapat diterima dan

memberikan manfaat kepada pelanggan.

Menurut Umar (2000: 51), Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan

konsumen adalah mutu produk dan pelayanannya, kegiatan penjualan,

(37)

Sedangkan menurut Barnes (2003:65-71), faktor – faktor yang

mempengaruhi kepuasan adalah kebutuhan pelanggan, harapan – harapan

yang terselubung, pelayanan yang mengejutkan, sentuhan emosional dan

zona toleransi.

Menurut Boone and Kurtz (1995:46 dalam skripsi Wahyu Finasari dan

Iriniuus 2008), “Customer satisfaction is the ability of goods or service to meet or exceed buyer need and expectations”. Definisi diatas dapat diartikan jika saat pelanggan membeli dan menggunakan suatu produk, dan produk

tersebut mampu memenuhi bahkan melampaui kebutuhan dan harapannya,

maka kepuasan akan terjadi. Harapan – harapan konsumen tersebut dapat

dipenuhi apabila kinerja produk sesuai dengan kualitas yang ada, harga

produk sesuai dengan kemampuan daya beli konsumen, harga yang

ditawarkan sesuai dengan kualitas produk tersebut. Konsumen akan merasa

sangat puas apabila ia mendapat produk yang berkualitas dan menawarkan

harga yang sesuai dengan persepsi konsumen.

Kepuasan konsumen sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yang meliputi

pengiriman produk, performa produk, citra perusahaan/ produk/ merk/ nilai

harga yang dihubungan dengan nilai yang diterima konsumen, prestasi para

karyawan, keunggulan dan kelemahan pesaing. Maka berdasarkan berbagai

penjelasan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor

(38)

Gambar II.2

Konsep Kepuasan Pelanggan

Sumber :Tjipono, Fandy.1997. Prinsip- prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi Offset, p.130

Kepuasan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu kepuasan fungsional

dan kepuasan psikologikal. Kepuasan fungsional adalah kepuasan yang

diperoleh dari fungsi suatu produk yang dimanfaatkan, sedangkan kepuasan

psikologikal merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat

tidak berwujud dari produk.

Hanan dan Karp (1989:87 dalam jurnal Basu S 1999) menyatakan bahwa

didalam mengevaluasi kepuasan pelanggan terhadap suatu produk, konsumen

selalu mengacu pada atribut – atribut pembentukan kepuasan, dikenal dengan

istilah “The Big Eight”, The Big Eight sendiri terdiri dari: product related factors; value to price relationship; product quality; product featured; reliability; service related factors; warranty; response to and remedy of problems; sales experience; and convenience of acquisition.

Sedangkan menurut Mowen (2002:94-100), faktor – faktor yang

mempengaruhi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen adalah:

1) Diskonfirmasi ekspektansi/ pengharapan.

Tujuan perusahaan PRODUK  Nilai Produk Bagi 

Pelanggan 

Tingkat kepuasan 

Pelanggan  Harapan Pelanggan  terhadap Produk 

(39)

a) Faktor – faktor yang mempengaruhi harapan (karakteristik produk,

faktor promosi, karakteristik konsumen, dan faktor lainnya).

b) Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi kinerja aktual.

2) Persepsi kelayakan

Kewajaran dan kelayakan sangat dipusatkan pada diri sendiri untuk

sebagian besar pembeli. Yaitu, mereka melihat bahwa mereka akan

memperoleh transaksi yang wajar bila hasilnya tinggi dan masukan

penjual tinggi. Temuan selanjutnya adalah bahwa persepsi kelayakan

memiliki dampak yang lebih besar terhadap kepuasan menyeluruh

konsumen daripada persepsi bahwa harapan salah diinformasikan.

(Mowen, 2002: 98)

Konsumen dibuat percaya bahwa jika dia membeli barang tersebut

maka ia akan mendapat keuntungan. Sehingga konsumen akan berpikiran

bahwa produk tersebut akan layak dibeli karena memberikan keuntungan.

3) Atribusi sebab – akibat

Atribusi merupakan cara untuk mengidentifikasi penyebab suatu

tindakan. Atribusi yang dibuat kosumen dapat sangat mempengaruhi

kepuasan pasca pembelian mereka dengan suatu produk atau jasa. Bila

produk gagal (yaitu kinerja berada dibawah harapan), maka konsumen

akan berupaya untuk menentukan penyebab kegagalan ini. Bila mereka

(40)

mungkin akan merasa tidak puas, tetapi jika mereka melambangkan

kegagalan pada faktor kebetulan atau tindakan mereka sendiri, mereka

tidak mungkin merasa tidak puas.

4) Kinerja produk aktual

Para peneliti menemukan bukti yang kuat bahwa kinerja produk

aktual mempengaruhi kepuasan konsumen secara independen dari

harapan, kelayakan, dan atribusi. Jadi, meskipun konsumen sepenuhnya

mengharapkan agar suatu produk berhasil, namun konsumen masih

merasa tidak puas bila produk itu kurang berhasil.

5) Keadaan afeksi konsumen

CS/D(consumer satisfaction /dissactifation) juga dapat dianalisis dari perspektif pengalaman. Istilah afeksi (affect) dan CS/D mengacu pada konsep bahwa tingkat kepuasan konsumen dipengaruhi oleh perasaan

positif dan negatif konsumen yang dihubungkan dengan produk atau jasa

setelah pembelian dan selama pemakaian.

Studi ini juga menemukan bahwa pengukuran CS/D dipengaruhi

secara langsung oleh perasaan afektif konsumen. Para peneliti

menemukan bahwa ada hubungan dimana suatu pembelian menimbulkan

(41)

Mengukur Kepuasan Pelanggan

Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam

menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif.

Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang

disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak

efisien.

Menurut Kotler (dalam Yamit, 2001:80), beberapa metode yang dapat

digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan antara lain:

a. Sistem Pengaduan: sistem ini memberikan kesempatan kepada pelanggan

untuk memberikan saran, keluhan dan bentuk ketidakpuasan lainnya

dengan cara menyediakan kotak saran.

b. Survei Pelanggan: cara yang digunakan dalam mengukur kepuasan

pelanggan misalnya melalui surat pos, telepon atau wawancara langsung.

c. Panel Pelanggan: perusahaan mengundang pelanggan yang setia terhadap

produk dan mengundang pelanggan yang telah berhenti membeli atau

telah pindah menjadi pelanggan perusahaan lain.

Manfaat Kepuasan Pelanggan

Manfaat kepuasan pelanggan bagi perusahaan yaitu, (Wood, 2009:11):

a. Dampak positif pada loyalitas pelanggan

b. Berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan (melalui pembelian

(42)

c. Menekan biaya transaksi pelanggan di masa depan (biaya komunikasi,

penjualan dan layanan pelanggan)

d. Menekan volatilitas dan resiko berkenaan dengan prediksi aliran kas

masa depan

e. Meningkatnya toleransi harga

f. Rekomendasi ‘gethok tular’ positif

g. Pelanggan cenderung lebih reseptif

h. Meningkatnya bargaining power relatif perusahaan.

Maka, secara luas manfaat dari kepuasan pelanggan adalah menciptakan

loyalitas pelanggan dengan menjaring konsumen sebanyak-banyaknya yang

nantinya akan meningkatkan keuntungan sebuah perusahaan.

5. Loyalitas Konsumen

Reynold dan Beatty (dalam Zulganef, 2002), berhasil membuktikan

bahwa kepuasan konsumen akan mempengaruhi loyalitas (besarnya

pembelian). Mereka menamakan besarnya pembelian tersebut sebagai share of purchases.

Wulf, Schroder dan Laobucci (dalam Zulganef,2002:104) mendefinisikan

loyalitas sebagai besarnya konsumsi dan frekuensi pembelian yang dilakukan

oleh seorang konsumen terhadap suatu perusahaan (toko retail). Mereka juga

(43)

kepuasan, kepercayaan, dan komitmen mempunyai hubungan yang positif

dengan loyalitas.

Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang

atas sesuatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas konsumen

merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam

menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak

perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari perusahaan tersebut.

Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi konsumen, yang

memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu. Loyalitas konsumen

terhadap suatu barang atau jasa merk tertentu tergantung pada beberapa

faktor: besarnya biaya untuk berpindah ke merk barang atau jasa yang lain,

adanya kesamaan mutu, kualitas atau pelayanan dari jenis barang atau jasa

pengganti, adanya resiko perubahan biaya akibat barang atau jasa pengganti

dan berubahnya tingkat kepuasan yang didapat dari merk baru dibanding

dengan pengalaman terhadap merk sebelumnya yang pernah dipakai.

Konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya, akan membeli

produk dengan merk tertentu.

Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Basu Swastha Dharmesta

(1999), Loyalitas diartikan sebagai sebuah konsep yang menekankan pada

runtutan pembelian seperti yang dikutip oleh Dick dan Basu (1994) dari Day

(44)

“Pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang memiliki ciri – ciri antara lain melakukan pembelian secara berulang terhadap badan usaha yang sama, memberitahukan kepada orang lain tentang kepuasan – kepuasan yang didapat dari badan usaha tersebut, dan menunjukkan kekebalan terhadap tawaran – tawaran dari badan usaha penting” (Griffin, 1998:130).

Menurut Feldwick (1998 dalam skripsi Wahyu dan Irinius) ada beberapa

tingkat pelanggan, yaitu:

a. Pelanggan Loyal (entrenched), pelanggan tidak akan pindah ke produk lain.

b. Pelanggan Normal (average), pelanggan yang mempunyai loyalitas cukup tinggi, tetapi masih ada kemungkinan pindah ke produk lain.

c. Pelanggan setengah loyal (shallow), pelanggan setengah loyal setengahnya lagi mempunyai sikap switcher.

d. Pelanggan tidak loyal (convertible), pelanggan akan selalu berpindah ke produk lain.

Loyalitas mungkin memudar seiring dengan berjalannya waktu. Aspek

lain loyalitas pelanggan adalah kesediaan pelanggan untuk

merekomendasikan perusahaan tersebut kepada teman, anggota keluarga, dan

kolega. Pelanggan yang puas akan lebih mungkin menceritakan pengalaman

pelanggan kepada orang lain dan merekomendasikan bisnis tersebut kepada

orang lain. Loyalitas ini mengarah pada pembelian yang berulang,

(45)

Assael (1992:112 dalam jurnal Basu S;1999) mengemukakan tiga hal yang

menunjukkan kecenderungan pelanggan yang loyal sebagai berikut:

1) Pelanggan yang loyal terhadap merk cenderung lebih percaya diri

terhadap pilihannya.

2) Pelanggan yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat resiko yang

lebih tinggi dalam pembeliannya.

3) Kelompok pelanggan yang minoritas cenderung untuk loyal terhadap

merk.

Loyalitas juga berkembang mengikuti tiga tahap, yaitu kognitif, afektif

dan konatif. Tinjauan ini memperkirakan bahwa konsumen menjadi lebih

loyal dahulu terhadap aspek kognitifnya, lalu kepada aspek afektifnya, dan

yang terakhir pada aspek konatif. Dalam hal ini ketiganya harus berjalan

selaras meskipun dalam literatur tentang disonasi memperlihatkan tidak

semua kasus mengalami hal yang sama (Oskamp,1991 dalam jurnal Basu S

:1999).

Dalam penelitian Basu Swastha (1999) dikatakan loyalitas kognitif lebih

didasarkan pada karakteristik fungsional, terutama biaya, manfaat, dan

kualitas. Jika ketiga faktor tersebut jelek, konsumen akan sangat mudah

beralih ke merk lain. Pada loyalitas afektif, kerentanan konsumen lebih

banyak berfokus pada tiga faktor yaitu ketidakpuasan dengan merk yang ada,

(46)

merk lain. Sedangkan pada loyalitas konasi dan tindakan, kerentanan

konsumen lebih berfokus pada faktor persuasi dan upaya coba merk lain.

Dalam loyalitas tindakan, konsumen kebal terhadap upaya pemasaran-balik

dari merk saingan: komunikasi dan strategi pemasaran merk lain tidak

banyak mendapatkan perhatian. Ini disebabkan konsumen tidak melakukan

pencarian informasi dan evaluasi. Assael, 1998 (dalam skripsi Wahyu

Finasari dan Irinius) memasukkan kebiasaan dan perilaku respon yang sudah

rutin ke dalam tindakan loyalitas ini.

Jenis Loyalitas

Loyalitas dapat dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan

keterikatannya terhadap suatu produk yang ditawarkan, yaitu (Griffin, 2003:

22-23):

1) Tanpa loyalitas: pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap

produk atau jasa tertentu.

2) Loyalitas yang lemah: pelanggan melakukan pembelian berulang karena

suatu kebiasaan atau karena toko tersebut dekat dari tempat tinggalnya.

3) Loyalitas tersembunyi: pelanggan menentukan pembelian berulang

karena pengaruh situasi, bukan karena pengaruh sikap.

4) Loyalitas premium: pelanggan yang memiliki keterikatan tinggi dan

melakukan pembelian berulang yang tinggi pula. Bahkan mereka akan

(47)

Berpindah-pindah/peka terhadap perubahan harga Tidak ada loyalitas merek

Pembeli

Pembeli yang puas / bersifat kebiasaan Tidak ada masalah untuk beralih

Gambar II.3 Piramida Loyalitas

Sumber: Junaedi, M.F. Shellyana. 2003. “Hubungan antara Kepuasan Konsumen dan Kualitas Jasa: Studi Perilaku Konsumen terhadap Loyalitas Merk”. Modus Vol.15.

Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, p.108

Pengukuran Loyalitas

Setiap kali seseorang melakukan pembelian, ia akan melalui lima tahap

pembelian, yaitu: kesadaran Î pembelian awal Î evaluasi pasca-pembelian

Î keputusan membeli kembali Î pembelian kembali (Griffin, 2003:18-20).

Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas

Loyalitas terbentuk melalui proses pembelajaran, yaitu suatu proses

dimana konsumen melalui pengalamannya berusaha mencari merk yang

paling sesuai untuknya, dalam arti produk dari merk tersebut dapat

memberikan kepuasan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhannya.

Konsumen akan terus menerus mencoba berbagai macam merk sebelum

(48)

Kepuasan konsumen akan tetap merupakan bagian yang sangat penting

dalam loyalitas merk. Kesetiaan merk biasanya mengakibatkan repeated buying dan recommended buying. Jika konsumen puas akan performance

suatu merk maka akan membeli terus merk tersebut, menggunakannya

bahkan memberitahukan pada orang lain akan kelebihan merk tersebut

berdasarkan pengalaman konsumen dalam memakai merk tersebut. Jika

konsumen puas akan suatu merk tertentu dan sering membeli produk tersebut

maka dapat dikatakan tingkat kesetiaan merk itu tinggi, sebaliknya jika

konsumen tidak terlalu puas akan suatu merk tertentu dan cenderung untuk

membeli produk dengan merk yang berbeda-beda maka tingkat kesetiaan

merk rendah.

Kepuasan konsumen perlu dipelihara dan ditingkatkan agar dapat

menciptakan dan mempertahankan kesetiaan terhadap merk. Bila konsumen

memperoleh kepuasan dari pembeliannya akan suatu produk, maka hal

tersebut akan menciptakan sikap positif terhadap merk tersebut sehingga

konsumen akan melakukan pembelian.

Griffin (2003:35) menyebutkan tujuh tahap dalam menumbuhkan pelanggan

yang loyal, yaitu:

1) Suspect: Orang yang mungkin membeli produk atau jasa anda.

2) Prospek: Orang yang membutuhkan produk atau jasa dan memiliki

(49)

3) Prospek yang diskualifikasi: Setelah dipelajari, dapat diketahui bahwa

orang tersebut tidak membutuhkan dan tidak memiliki kemampuan

membeli.

4) Pelanggan pertama kali: Orang yang telah membeli satu kali.

5) Pelanggan berulang: Orang yang telah membeli lebih dari dua kali.

6) Klien: Orang melakukan pembelian secara teratur.

7) Penganjur (advocate): Tidak hanya melakukan pembelian secara teratur, tetapi juga menganjurkan orang lain untuk membeli produk tersebut.

Komunikasi Word of Mouth

“Word of Mouth adalah komunikasi interpersonal antara dua atau bahkan lebih individu seperti anggota kelompok referensi atau konsumen dan tenaga

penjual” (Assael, 1998:100). Rekomendasi dari mulut ke mulut merupakan

salah satu faktor terpenting yang berpengaruh terhadap keputusan seseorang

dalam membeli suatu produk.

Menurut Assael (1998: 99), “A satisfied customer is your best sales person”. Menurut Assael Word of Mouth sangat penting untuk pemasar, kepuasan pelanggan atas pengaruh teman dan secara relatif akan merupakan

bujukan yang kuat untuk melakukan pembelian, sedangkan ketidakpuasan

(50)

Indikator dari Word of Mouth

Assael (1998: 99) mengemukakan bahwa indikator dari Word of Mouth yaitu: a) Kemauan pelanggan dalam membicarakan keunggulan produk kepada

orang lain.

b) Rekomendasi jasa perusahaan kepada orang lain.

c) Dorongan terhadap teman/relasi untuk melakukan pembelian.

Menurut Kotler (Edisi Millenium 2002: 638-639), dua manfaat utama dari

pengembangan rujukan atau sumber dari mulut ke mulut adalah:

(1) Sumber dari mulut ke mulut lebih meyakinkan.

Kata – kata yang keluar dari mulut adalah salah satu metode promosi

yang dilakukan dari konsumen oleh konsumen, dan untuk konsumen.

(2) Sumber mulut ke mulut itu biayanya rendah.

Mengadakan kontak dengan pelanggan yang puas dan membuat

konsumen sebagai pemberi nafkah akan membebani perusahaan dengan

biaya relatif rendah. Bisnis mungkin menjadi timbal balik dengan

mengarahkan bisnis ke petunjuk dan memberikan petunjuk pelayanan

(51)

6. SEM (Structural Equation Modeling)

SEM merupakan sekumpulan teknik – teknik statistikal yang

memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit”

secara simultan atau bersama. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun

antara satu atau beberapa variabel yang dipengaruhi (dependent) dengan satu atau beberapa variabel yang mempengaruhi (independent). SEM dikenal dengan banyak nama antara lain: causal modeling, causal analysis, simulatanieous equation modeling atau analisis struktur kovarians (Ferdinand, 2002:6).

Konvensi dalam SEM :

a. Variabel terukur (Measured variable)

Variabel ini disebut juga observed variables, indicator variables atau

manifest variable, digambarkan dalam bentuk persegi atau bujur sangkar. Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui penelitian

lapangan, misalnya melalui instrumen survei.

b. Faktor

Faktor adalah sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui indikator

yang diamati di dunia nyata. Karena ia merupakan variabel bentukan, maka

disebut latent variables. Nama lain untuk latent variables adalah construct

(52)

c. Hubungan antar variabel

Hubungan antar variabel dinyatakan melalui garis. Karena itu bila tidak ada

garis berarti tidak ada hubungan langsung yang dihipotesakan.

Jenis – jenis model dalam SEM terdiri dari dua macam model yaitu model

deskriptif dan prediktif. Berikut ini langkah – langkah dalam membuat

permodelan dalam SEM yaitu:

a. Pengembangan model berbasis teori.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengembangkan

sebuah model yang punya dasar teori yang kuat. Apabila dasar teori tidak

kuat maka SEM tidak dapat digunakan. Hal ini dikarenakan SEM tidak

digunakan untuk menghasilkan sebuah model namun digunakan untuk

mengkonfirmasi model teoritis melalui data empirik.

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama digambarkan

dalam sebuah path diagram.Path diagram tersebut akam mempermudah peneliti untuk melihat hubungan kausalitas yang akan diuji. Konstruk

yang dibangun dalam diagram jalur (path diagram) dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

(53)

2). Konstruk Endogen (endogenous constructs), konstruk endogen adalah faktor – faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa kosntruk.

Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk

endogen lainnya, tetapi kosntruk eksogen hanya dapat berhubungan

kausal dengan konstruk endogen.

c. Konversi diagram alur ke dalam persamaan struktural dan spesifikasi

model pengukuran.

Setelah melewati langkah pertama dan kedua maka langkah ketiga

adalah mengkonversi spesifikasi model tersebut ke dalam rangkaian

persamaan. Persamaan yang dibangun terdiri dari:

1). Persamaan struktural (structural equations), persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai

konstruk. Persamaan struktural berpedoman pada rumus:

dengan model persamaan struktural η2=γ2.1ξ1+ γ2.2ξ2+β2.1η1+ς

2). Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model), pada spesifikasi model harus ditentukan variabel mana yang akan mengukur

konstruk mana, serta menentukan matriks yang akan menunjukkan

korelasi yang dihipotesakan antar kosntruk atau variabel.

(54)

d. Pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model yang dibangun.

Input data yang digunakan dalam permodelan dan estimasinya adalah matriks varians/kovarians atau matriks korelasi. Matriks kovarians ini

digunakan karena memiliki keunggulan dalam menyajikan perbandingan

yang valid antara populasi atau sampel yang berbeda, hal mana yang

tidak dapat disajikan oleh korelasi. Observasi individual tidak digunakan

untuk input analisis namun ukuran sampel memegang peranan penting

dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM.

Gambar II.4 Pedoman Ukuran Sampel

Sumber:Ferdinand, Augusty. 2002. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen, Edisi Kedua. Semarang: BP Undip

Setelah model dikembangkan dan input data dipilih peneliti harus

menentukan program komputer yang dapat digunakan untuk

mengestimasi modelnya. Terdapat banyak program antara lain LISREL, Pedoman Ukuran Sampel

1. Untuk teknik Maksimum Likehood Estimation

menggunakan 100-200 sampel.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi.

Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Bila ada 20 indikator maka sampelnya antara 100-200.

(55)

yang handal untuk analisis model kausalitas. Program ini berada di bawah

naungan SPSS. Sejak diambil alih oleh SPSS program AMOS 4.0

mengalami kemajuan yang sangat pesat saat ini sudah menjadi AMOS 18.

Teknik estimasi yang tersedia dalam AMOS adalah sebagai berikut:

1) Makximum Likehood Estimation (ML)

2) Generalized Least Square Estimation (GLS)

3) Unweight Least Square Estimation (ULS)

4) Scale Free Least Square Estimation (SLS)

5) Asymptotically Distribution- Free Estimation (ADF)

Beberapa dasar dapat digunakan untuk menentukan teknik estimasi

mana yang akan digunakan, dapatlah mengacu pada studi Hu, Bentler dan

Kano (1992) yang disajikan dalam Tabachick & Fiddel (1997), yang

ringkasannya adalah sebagai berikut:

Tabel II. 1

Memilih Teknik Estimasi

Pertimbangan Teknik yang

dapat dipilih

Keterangan

Bila ukuran sampel adalah kecil (100-200) dan

kurang dari 500, hasil GLS cukup baik

Bila asumsi normalitas kurang dipenuhi dan ukuran sampai lebih dari

ADF ADF kurang cocok bila

(56)

e. Menilai problem identifikasi

Problem identifikasi adalah problem mengenai ketidakmampuan dari

model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala – gejala berikut ini:

1) Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar

2) Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang

seharusnya disajikan.

3) Muncul angka – angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.

4) Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang

didapat (misalnya lebih dari 0,9).

Cara untuk menguji ada – tidaknya problem identifikasi adalah sebagai

berikut:

a) Model diestimasi berulang – ulang, dan setiap diestimasi

menggunakan starting value yang berbeda- beda. Bila hasilnya tidak dapat konvergen pada satu titik yang sama, maka identifikasi ini harus

diamati lebih dalam.

b)Model yang ada diestimasi lalu catatlah angka koefisien dari salah

satu variabel. Estimasi lagi model tersebut, jika angka koefisien

menunjukkan hasil yang berbeda maka diduga terdapat problem

(57)

f. Evaluasi Kriteria Goodness-of-fit

Yang harus dilakukan pertama kali adalah peneliti harus memastikan data

yang digunakan sudah memenuhi asumsi- asumsi SEM. Asumsi – asumsi

tersebut adalah:

1) Ukuran Sampel

Ukuran sampel yang harus dipenuhi adalah minimum 100 sampel dan

selanjutnya menggunakan perbandingan 5 observasi untuk setiap

estimated parameter. 2) Normalitas dan Linearitas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas

dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan

SEM. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data

atau dapat diuji dengan metode statistik. Uji normalitas dilakukan

baik untuk normalitas data tunggal maupun normalitas multivariat.

Uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola

penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas.

3) Outliers

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai- nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena

(58)

berbeda dari observasi lainnya. Outliers dapat muncul dalam empat kategori, yaitu:

a) Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan data atau dalam mengkoding data.

b) Outlier muncul karena keadaan yang benar – benar khusus yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain, seringkali

peneliti punya penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai

ekstrim tersebut.

c) Outlier dapat muncul karena adanya suatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui penyebab munculnya nilai ekstrim

tersebut.

d) Outlier muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila dikombinasikan dengan variabel lain, kombinasinya menjadi tidak

lazim atau sangat ekstrim. Hal ini disebut multivariate outliers.

Untuk outlier multivariate jarak mahalanobis pada tingkat p<0,001. Jarak mahalanobis harus dievaluasi menggunakan χ2 pada derajat

bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Jika

(59)

4) Multicollinearity dan singularity

Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau

korelasi yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam

model regresi. Multikolinearitas biasanya terjadi saat sebagian besar

variabel yang digunakan saling terkait dalam suatu model regresi.

Oleh karena itu masalah multikolinearitas tidak terjadi pada regresi

linier sederhana yang melibatkan satu variabel

independen(http://ariyoso.wordpress.com/2009/11/27/multikolinearitasdan

autokorelasi).  Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat

kecil menunjukkan adanya problem multikolinearitas atau

singularitas. Singularitas menunjukkan kegagalan suatu invers

pemetaan atau pemetaan untuk mempunyai balikan. Munculnya

singularitas suatu pemetaan menimbulkan akibat yang

bermacam-macam. Singularitas berkaitan dengan divergensi nilai fungsi itu di

suatu titik. Divergen dalam artian bahwa nilai fungsi itu pada titik

yang bersangkutan mempunyai nilai tidak terbatas

(60)

Setelah mengevaluasi model dengan asumsi – asumsi SEM maka

selanjutnya adalah mengukur derajat kesesuaian antara model yang

dihipotesakan dengan data yang disajikan. Beberapa indeks kesesuaian

dan cut off value untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak. 

a) Likelihood- Ratio Chi- Square (χ2), ukuran fundamental dari overall fit. Chi- square ini sangat sensitif terhadap besar sampel yang digunakan. Karena itu bila jumlah sampel cukup besar atau lebih dari 200 maka

statistik chi- square harus didampingi oleh alat uji lainnya (Hair et al.,1995; Tabachnick & Fidell, 1996 dalam Ferdinand 2002) nilai chi- square makin kecil makin baik, namun nilai signifikan harus >0,05 atau >0,01 (Hulland et al.,1996).

b) Significance Probability, hasil analisis Chi- square ini bernilai rendah maka akan menghasilkan sebuah signifikansi yang ≥ 0,05 yang

akan mengindikasikan tak adanya perbedaan yang signifikan antara

matriks kovarians data dan matriks kovarians yang diestimasi.(Hair et al.,

1995).

c) RMSEA-The Root Mean Square Error of Approximation, adalah

indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi- square

(61)

yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi (Hair et al.,

1995 dalam Ferdinand, 2002:56). Nilai RMSEA ≤0,08 merupakan indeks

untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan close-fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom (Browne dan Cudeck, 1993 dalam Ferdinand, 2002:56).

d) GFI- Goodness of Fit Index, merupakan indeks kesesuaian yang

akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matriks kovarian

sampel yeng terestimasikan (Bentler dan Tanaka dan Huba dalam

Ferdinand, 2002:57)

e) AGFI- Adjustes Goodness of Fit Index, analog dengan koefisien

determinasi (R2) pada analisis regresi berganda. Indeks ini dapat

disesuaikan terhadap derajat bebas yang tersedia untuk menguji

diterimanya model (Arbuckle, 1999 dalam Ferdinand, 2002:57). Tingkat

penerimaan yang direkomendasi adalah bila AGFI ≥0,90 (Hair et al.,

1995).

f) CMIN/DF (The Minimun Sample Discrepancy Function), umumnya

dilaporkan oleh peneliti sebagai salah satu indikator mengukur tingkat

fitnya sebuah model. CMIN/DF tidak lain adalah statistik χ2 dibagi

dengan df sehingga disebut χ2 relatif. Nilai χ2 relatif ≤2,0 bahkan ≤3,0

(62)

g) TLI (Tucker-Lewis Index), TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah

baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah ≥0,9 dan nilai yang mendekati 1

menunjukkan a very good fit. TLI merupakan index fit yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.

h) CFI (Comparative Fit Index), CFI juga dikenal sebagai Bentler Comparative Index. CFI merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan full model. Indeks ini

dikatakan baik untuk mengukur kesesuaian sebuah model karena tidak

dipengaruhi ukuran sampel. Indeks yang mengindikasikan bahwa model

yang diuji memiliki kesesuaian yang baik adalah apabila CFI ≥ 0.90.

Tabel II.2

Goodness-of-fit Indices

Goodness of Fit Index Cut-off Value

χ2- Chi-Square Diharapkan kecil

Significance Probability ≥ 0.05

RMSEA ≤ 0.08

GFI ≥ 0.90

AGFI ≥ 0.90

CMIN/DF ≤ 2.00

TLI ≥ 0.95

CFI ≥ 0.94

(63)

g. Interpretasi dan modifikasi model

Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan

memodifikasikan model. Setelah model diestimasi, residualnya haruslah

kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual

harus bersifat simetrik (Tabachnick dan Fidell, 1997 dalam Ferdinand,

2002:64).

Modifikasi model dapat dipertimbangkan dengan melihat jumlah

residual yang dihasilkan oleh model. Batas aman untuk jumlah residual

adalah 5%. Hubungan kausalitas dapat dikatakan signifikan apabila

parameter estimasi konstruk memiliki C.R. lebih besar atau sama dengan

±1,96 dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) atau lebih besar atau sama

dengan ±2,58 untuk taraf signifikansi sebesar 0,01 (1%) jika nilai C.R.

lebih kecil dibanding 1,96 atau 2,58 maka menunjukkan hubungan

kausalitas yang lemah (Ghozali, 2008:160).

B. Penelitian- penelitian sebelumnya

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan berbagai acuan yaitu :

1. Penelitian skripsi

“Analisis Pengaruh Inovasi Produk terhadap Loyalitas Pelanggan dengan

Kepuasan Konsumen Sebagai Mediator” yang ditulis oleh Wahyu Finasari

(64)

and Lounge dari Universitas Kristen Petra, Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Inovasi Produk terhadap Loyalitas

Pelanggan dan Kepuasan Konsumen sebagai mediator. Pengumpulan data

dilakukan dengan melakukan survei langsung dan memberikan kuisioner.

Sampel yang diambil dilakukan dengan metode non probability sampling dan teknik pengambilan sampelnya memakai teknik judgement sampling. Jumlah sampelnya ada 120 kuisioner tapi ada 20 orang yang dinyatakan tidak valid.

Kuisioner dibuat dengan skala likert. Alat analisis yang digunakan adalah The Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inovasi produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kepuasan pelanggan, namun tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap loyalitas pelanggan.

2. Modus Vol.15 (2), 2003

“Hubungan antara Kepuasan Konsumen dan Kualitas Jasa: Studi Perilaku

konsumen terhadap Loyalitas Merek” oleh M.F. Shellyana Junaed, staf

pengajar Unika Atma Jaya Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara kepuasan konsumen dan kualitas jasa

terhadap loyalitas merk. Ia menggunakan teknik convenience sampling pada mahasiswa program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah

Gambar

Tabel Judul
Gambar     Judul
Gambar II.1
Gambar II.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang terjadi sekarang ini adalah menurunnya motivasi belajar siswa, ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa belum maksimal, laporan dari guru pelajaran

Berbeda dengan Imam Malik, Imam Syafi’i berpendapat bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari surah Al-Fatihah, karena membaca Al-Fatihah adalah rukun dalam shalat,

Lan sadhengah apa kang koktin- dakake iku tindakna kalawan terus ing batin kayadene kagem Gusti, ora kanggo manungsa. Data

Model suatu sistem manajemen mutu ditunjukan dalam gambar 2.1 yang menggambarkan hubungan-hubungan yang dijelaskan di dalam klausa 4 sampai dengan klausa 8.. Gambar 2.1

Permasalahan utama yang ingin diangkat adalah perancangan arsitektur interior gereja yang mampu mencerminkan visi gereja, sementara terdapat beberapa permasalahan lain seperti

Sejak 2010 sampai saat ini, di Pulau Lombok program ini baru dikembangkan di Kabupaten Lombok Timur dan di Kabupaten Lombok Utara di 20 Desa ‘rawan bencana.’ Beberapa capaian

Dalam hal ini bank syariah menggunakan akad wadi’ah yad adh-dhamanah, nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan

Untuk menganalisis pengaruh service quality terhadap keputusan pembelian handphone android Samsung pada Mahasiswa Universitas