• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan ke-9 mata kuliah Dasar-dasar Jurnalistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertemuan ke-9 mata kuliah Dasar-dasar Jurnalistik"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Apakah itu advokasi?

Di indonesia, advokasi seringkali diartikan sebatas kegiatan

pembelaan kasus (ligitasi). Dalam bahasa belanda: advocaat,

advocateur (pengacara hukum, pembela)

Dalam bahasa inggris: to advocate tidak hanya membela (to

defend) tetapi juga memajukan atau mengemukakan (to promote)

dan menciptakan (to create)

(3)

Jurnalistik advokasi merupakan kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan dengan cara mengarahkan fakta hasil reportase untuk membentuk opini publik.

Pemberitaan jurnalisme advokasi lebih banyak ditujukan untuk suatu kepentingan tertentu yang disajikan dalam bentuk pemberitaan fakta dan peristiwa.

Berita-berita yang dimunculkan tidak hanya berupa informasi, akan tetapi mengemukakan persoalan-persoalan yang erat kaitannya dengan masyarakat. Dalam hal ini wartawan harus menuliskan fakta demi fakta secara intens dan benar.

(Eni setiati, Ragam Jurnalistik baru dalam pemberitaan, ed 1, (Yogyakarta: ANDI, 2005) hal 59 dan 99.

(4)

Advocacy journalism?

Adalah kegiatan jurnalistik yang berupaya menyuntikkan

opini ke dalam berita. Tiap reportase, tanpa mengingkari

fakta, diarahkan untuk membentuk opini publik. Rangkaian

opini yang terbentuk dan hendak diapungkan di dapat dari

kerja para jurnalis ketika memproses liputan fakta demi fakta

secara intens dan sungguh-sungguh. Jadi, kesimpulan opini

mereka memiliki erat dengan realitas fakta peristiwa yang

terjadi dalam masyarakat (Sumadiria, 2008: 170).

(5)

Komunikasi advokasi:

Aktivitas komunikasi apapun yang dimaksudkan untuk mencapai salah satu

dari tujuan komunikasi berikut:

1.Mendidik/ menginformasikan

2.Melakukan persuasi

(6)
(7)
(8)
(9)

Media dan advokasi:

Berkomunikasi melalui media massa untuk mempengaruhi

pengambil kebijakan dalam menyusun peraturan dan

undang-undang yang mempengaruhi kehidupan orang

banyak.

Mengapa media massa?

Sebagian besar pengambil keputusan terjangkau oleh

media massa. Media massa dapat membentuk agenda

publik, menciptakan ketertarikan publik mengenai suatu

isu

dan

melakukan

pemaparan

setiap

hari,

bisa

mempengaruhi kepentingan isu tersebut, khususnya isu

yang menyentuh kebutuhan dan kepedulian publik.

(10)

Advokasi tidak hanya familiar di ranah hukum saja, dalam ranah

jurnalistik ia juga bisa masuk dan berhubungan dengan media

massa.

Menurut Reyes, advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan

untuk menciptakan kebijakan public yang bermanfaat bagi

masyarakat

atau

mencegah

munculnya

kebijakan

yang

diperkirakan merugikan

masyarakat. (Socorro Reyes,

Local

Legislative Advocacy Manual, Philippines: The Center for

Legislative Development, 1997).

Secara umum advokasi dapat dimaknai sebagai ragam aktivitas

yang terintegrasi dan sistematis untuk mencapai perubahan/tujuan

dengan

melibatkan

banyak

orang/kelompok

melalui

proses

pendidikan, penyadaran, dan pengorganisasian.

Advokasi bukanlah suatu proses yang selalu berhubungan dengan

hukum dan peradilan. Hanya saja, sampai saat ini banyak kasus

hukum

yang

menggunakan

cara-cara

advokasi

untuk

melancarkannya.

(11)

 Kegiatan yang terorganisir untuk memengaruhi dan membawa perubahan itu, tentunya membutuhkan proses komunikasi yang tepat untuk melancarkannya. Untuk itulah, media hadir sebagai saluran komunikasi tersebut.

 Media memiliki kekuatan yang besar untuk mempengaruhi khalayak. Hal ini dapat dilihat dari suksesnya media massa digunakan sebagai alat propaganda oleh berbagai partai politik ketika musim pemilu berlangsung.

 Berbeda dengan propaganda, advokasi adalah proses yang lebih arif karena tidak memenangkan atau menjatuhkan salah satu pihak. Dasar tindakan advokasi sejatinya adalah penyadaran terhadap hal-hal yang selama ini tertutupi oleh pandangan umum yang sudah tertanam sedemikian kuatnya sehingga tanpa disadari pandangan umum itu diyakini sebagai sesuatu yang wajar dan benar.

 Dalam advokasi, proses penyadaran itu dilakukan pada sebagian besar massa agar tujuan yang dicanangkan dapat dicapai. Tanpa adanya kekuatan massa, hasil dari advokasi tidak akan begitu terekspos, maka disinilah peran media massa dalam proses advokasi.

(12)

 Berbicara tentang komunikasi efektif dan penyampaian pesan, maka media merupakan salah satu sarana vital advokasi.

 Agar hasilnya efektif, pesan yang disampaikan melalui media massa harus jelas dan ditujukan kepada audiens yang tepat. Dengan mendefinisikan jenis pesan, sasaran yang dituju, maka akan mempengaruhi jenis media massa yang digunakan serta pertimbangan pilihan media massa jika ditinjau dari cakupan atau jangkauan siaran/sirkulasi media massa itu sendiri.

 Jika pesan atau isu yang diangkat adalah permasalahan lokal, maka media massa yang digunakan lebih tepat media massa lokal, begitu pula sebaliknya. Begitu halnya sasaran tentang isu itu sendiri. Pengertian sasaran di sini adalah pihak yang dituju dalam proses advokasi sehingga diharapkan mampu terjadi perubahan suatu keputusan atau kebijakan, antara lain masyarakat yang bersangkutan, para pengambil keputusan (legislatif, eksekutif, birokrat), pemilik modal dan stake holder lainnya.

(13)

Contoh jurnalisme advokasi

 Misalnya tentang isu Taman Nasional Gunung Merapi. Jika dalam isu ini

sasaran yang dituju lebih banyak pada tingkat lokal, termasuk para pengambil kebijakan di tingkat lokal, maka media massa yang digunakan lebih tepat media massa lokal. Hal ini berbeda dengan isu yang berada di lokal namun berskala nasional atau sararan yang dituju adalah para pengambil keputusan di pusat pemerintahan.

 Terkadang, advokasi yang terjadi di media massa memang sulit untuk dikenali karena memang advokasi di media tidak dilabeli sebagai jurnalisme advokasi, melainkan tersirat di dalam konten media itu sendiri.  Misalnya saja kasus penggusuran rumah warga di pinggir rel kereta api.

Yang ditampilkan dalam pemberitaan sering kali adalah sisi kemanusiaan yang menggugah rasa kasihan dari masyarakat dan membuat persepsi seolah-olah pihak yang menggusur adalah yang salah, padahal justru sebaliknya, penggusuran itu tepat karena walau bagaimana pun membangun rumah di kawasan terlarang seperti di pinggir rel kereta api adalah ilegal dan membahayakan. Kasus pemberitaan seperti ini bukanlah jurnalisme advokasi, jadi jangan dianggap semua berita yang mengekspos penderitaan kaum proletar adalah jurnalisme advokasi.

(14)

Contoh jurnalisme advokasi

Sungguh malang menjadi guru di Indonesia! Penghasilan mereka sedemikian kecil. Itu pun sering dipotong tanpa alasan yang jelas. Aksi unjuk rasa ribuan guru untuk menuntut realisasi anggaran pendidikan minimal 20 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hanya ditanggapi pemerintah dalam bentuk janji-janji yang tidak pasti. Tragedi yang dialami para guru semakin meninggi. Kejujuran mereka untuk mengungkap kebusukan justru membuahkan pemecatan. Itulah yang dialami kalangan guru yang terhimpun dalam Komunitas Air Mata Guru (KAMG). Sebanyak 27 dari 30 guru dalam organisasi KAMG yang menyingkap kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2007 di Medan dikenai sanksi. Sebagian besar dipecat dan yang lainnya dikurangi jam mengajarnya oleh pihak sekolah tempat mereka mengabdi. KAMG menunjukkan bahwa kecurangan itu melibatkan pihak sekolah dan dijalankan secara sistematis bersama Kantor Diknas setempat (Media Indonesia, 20 Juli 2007). Peristiwa serupa terjadi di Bandung. Iwan Hermawan, Sekretaris Jenderal Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), yang juga adalah anggota tim pemantau UN 2007 dari Dewan Pendidikan Kota Bandung, terancam sanksi penundaan kenaikan pangkat. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang memiliki keharusan moral untuk melindungi para guru, ironisnya, menunjukkan sikap masa bodoh. Gejala ini dapat disimak dari pernyataan Mendiknas Bambang Sudibyo yang menegaskan, Depdiknas tidak akan memberikan perlindungan kepada guru yang mengungkapkan adanya dugaan kecurangan dalam pelaksanaan UN. Perlindungan hukum, tegas Mendiknas, adalah tugas kepolisian.

(15)

Contoh jurnalisme advokasi

Apakah yang dapat dijalankan kalangan jurnalis ketika menghadapi peristiwa sosial semacam ini? Haruskah para jurnalis sekadar berdiam diri dengan berdalih pada objektivitas pemberitaan? Apakah jurnalis harus membela atau mengadvokasi para guru yang berada dalam situasi dipinggirkan? Memang, jurnalisme dan advokasi merupakan dua hal yang sangat berlainan. Jurnalisme adalah aktivitas mengumpulkan dan menyebarkan fakta dalam bentuk berita. Kegiatan ini dilakukan jurnalis yang bekerja dalam lembaga media massa. Advokasi merupakan tindakan pembelaan yang dijalankan aktivis sosial untuk mendukung perjuangan mereka yang dilemahkan. Jurnalisme menuntut wartawan mempraktikkan objektivitas. Advokasi menuntut aktivis menjalankan dukungan berdasarkan pada subjektivitas. Dalam jurnalisme, KAMG yang membongkar kecurangan pelaksanaan UN itu disebut sebagai ”peniup peluit” (whistleblower). Mereka melaporkan ketidakberesan kepada pihak yang berwenang supaya ada tindakan korektif untuk memperbaiki keadaan. Jika pihak yang memiliki otoritas justru menyudutkan kedudukan mereka, dengan dalih mencermarkan nama baik misalnya, selayaknya jurnalis mengadvokasi whistleblower ini. Bukan untuk menciptakan sensasi atau menambah kontroversi jika jurnalis melakukan advokasi. Tujuan jurnalis dalam kasus ini adalah membeberkan peristiwa beraroma skandal yang menggerogoti dunia pendidikan.

(16)

tugas

Pelajari tentang Jurnalisme Advokasi dari berbagai sumber.

Buatlah analisis terhadap suatu berita yang bersifat advokasi di media

massa (Koran/ TV/ Internet/ Radio, dll)

Analisis diketik di kertas A4 minimal 1000 kata kemudian diprint dan

dikumpulkan ke meja administrasi prodi ilmu komunikasi maksimal

tanggal 9 Desember 2014 jam 12:00 WIB, lampirkan sumber berita

yang dianalisis.

Tugas dikerjakan secara berkelompok maksimal 3 orang.

Segala kecurangan tidak akan mendapat nilai.

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Pengalaman Lapangan adalah suatu kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang, sebagai pelatihan untuk menerapkan

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah penelitian Sari (2008) yang meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi

langsung dan tidak langsung dan wawancara dengan tim atau crew yang terlibat pada proses produksi program Ngobrol Bareng Ustadz (Ngobraz) di TVRI Lampung.. yang diperoleh dari

Norma-norma atau budaya apa saja yang Anda temukan saat bekerja di Samakta Guest House dan ketika berinteraksi dengan orang lain di Samakta Guest

[r]

Pesan ini bukan berarti kita bisa duduk santai tidak berbuat apa-apa atau yang lebih parah lagi menjadi batu sandungan bagi orang lain, karena jika demikian kita

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu dan tanpa

Hasil di lapangan menujukkan pengukuran lumpur pada hutan mngrove yang terdapat pada ke tiga sampel menunjukkan kedalaman rata-rata berkisar sebesar 78 cm dari