• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pergantian Presiden Republik Indonesia. Dengan berkembangnya tugas-tugas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pergantian Presiden Republik Indonesia. Dengan berkembangnya tugas-tugas"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembinaan Badan Peradilan dilakukan sejak Pemerintahan Hindia Belanda, dilanjutkan pada permulaan kemerdekaan dan berkesinambungan berlangsung sampai kini melewati pemerintahan beberapa kali kurun waktu pergantian Presiden Republik Indonesia. Dengan berkembangnya tugas-tugas Kelembagaan Negara/Kementerian dirasakan oleh masyarakat, pakar hukum, akademisi, advokasi dan pemerintah adanya masalah-masalah kekurang pengertian atas pelayanan Lembaga Negara/ Kementerian khususnya terhadap badan-badan peradilan. Dirasakan adanya suatu hambatan kemajuan dibidang pelayanan terhadap badan peradilan, sehingga timbul gagasan bahwa sebaiknya mengenai semua persoalan yang menyangkut peradilan ditangani langsung oleh Mahkamah Agung sebagai satu kesatuan.1

Diawali dengan Munas IKAHI (Ikatan Hakim Indonesia) ke IV di Jakarta pada Bulan November dan dilanjutkan Munas IKAHI ke V di Yogyakarta tanggal 18 sampai dengan tanggal 20 Oktober 1968 yang menuntun agar diakhirinya dualisme dalam bidang kekuasaan kehakiman antara Departemen Kehakiman dan Mahkamah Agung. Setelah melaksanakan berbagai seminar dan uji kelayakan

1

Pedoman Bangunan Gedung Kantor dan Rumah Jabatan Badan Peradilan Dibawah Mahkamah Agung RI. 2006. hlm. 1

(2)

maka wacana tentang sistem peradilan satu atap dibawah Mahkamah Agung mendapat respon yang cukup baik dari berbagai kalangan.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3879) akhirnya pemerintah menyetujui Kekuasaan Kehakiman berada di Mahkamah Agung RI yang kemudian dilaksanakan secara tegas dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Keberadaan Undang-Undang dimaksud menjadi penting dan strategis karena merupakan kerangka umum yang mengandung dasar-dasar fundamental dan asas-asas umum peradilan yang akan menjadi pedoman dalam menyusun dan membentuk Badan Peradilan Umum, Badan Peradilan Agama, Badan Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Militer.

Pimpinan Mahkamah Agung sudah menentukan bahwa pembinaan peradilan harus dilaksanakan secara integral/menyeluruh, tertib dan teratur berdasarkan pola-pola yang tetap dan perlu disempurnakan, dengan maksud untuk lebih memantapkan pola-pola yang sudah ada terutama bagian yang menyangkut wewenang Mahkamah Agung.

Tim perumus telah membuat Rancangan Pola Gedung Kantor dan Rumah Jabatan/Mess pada 4 (empat) lingkungan peradilan untuk disampaikan kepada Ketua Mahkamah Agung agar mendapat persetujuan. Khusus untuk pola bangunan gedung pengadilan yang memiliki sifat bangunan ada 4 (empat)

(3)

tiang/pilar dimuka bangunan sebagai simbol perwujudan 4 (empat) lingkungan peradilan sudah menjadi ketetapan yang baku.2 Pola Gedung Kantor dan Rumah Jabatan/Mess pada 4 (empat) lingkungan peradilan dimaksudkan untuk memberikan pedoman/ petunjuk kepada para pimpinan/pejabat pada Mahkamah Agung dan 4 (empat) lingkungan peradilan sehingga keseragaman, pengertian, persepsi serta langkah dalam upaya membangun, merenovasi, gedung kantor pengadilan, rumah jabatan/mess pada 4 (empat) lingkungan peradilan.

Berdasarkan hal tersebut, gedung Kantor Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta (selanjutnya disebut PTA Yogyakarta) ternyata masih tidak sesuai dengan prototype gedung pengadilan yang disyaratkan Mahkamah Agung. Ketidaksesuaian tersebut terlihat pada bentuk atap gedung, kusen pintu dan jendela, dan bentuk pilar. Oleh sebab itu perlu diadakan rehabilitasi gedung kantor PTA Yogyakarta agar sesuai dengan prototype dari Mahkamah Agung. Maka pada Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RKKL) Mahkamah Agung RI tahun 2012 PTA Yogyakarta memasukkan Rehabilitasi Gedung Kantor PTA Yogyakarta sebagai salah satu rencana dan program kerja tahunannya.

Setelah mendapat persetujuan dari Mahkamah Agung melalui Badan Urusan Adminitrasi cq Biro Perencanaan dan Organisasi maka pada Daftar Isian Pengelolaan Anggaran (DIPA) PTA Yogyakarta tahun 2012 No. 0164/005-01-2-01/14/2012 tanggal 9 Desember 2011 untuk dicantumkan Rehabilitasi Gedung Kantor PTA Yogyakarta sebagai salah satu program kerja tahunannya.

(4)

Menindaklanjuti hal tersebut Kuasa Pengguna Anggaran PTA Yogyakarta mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa dilingkungan Kantor PTA Yogyakarta dengan paket pekerjaan berupa Rehabilitasi Bangunan Gedung Sesuai Prototype Gedung Kantor PTA Yogyakarta dengan nilai kontrak sebesar Rp 848.487.000,- (delapan ratus empat puluh delapan juta empat ratus delapan puluh tujuh ribu rupiah). Setelah melalui lelang terbuka di LPSE maka diumumkan bahwa pemenang lelang Rehabilitasi Bangunan Gedung Sesuai Prototype Gedung Kantor PTA Yogyakarta adalah CV. Tri Jaya berdasarkan atas surat Pejabat Pembuat Komitmen PTA Yogyakarta nomor : W.12-A/ 0776/PL.01/V/2012 tanggal 24 Mei 2012 dengan jangka waktu pekerjaan 150 (seratus lima puluh) hari kalender.

Setelah berjalan dan sesuai dengan berita acara serah terima pekerjaan nomor : 01/BASTP-TJ/XII/2012 tanggal 10 Desember 2012 pihak pemborong dalam hal ini CV. Trijaya menyerahkan hasil pekerjaan Rehabilitasi Bangunan Gedung sesuai Prototype Gedung Kantor Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta kepada Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Sesuai dengan pasal 31 kontrak pekerjaan konstruksi dengan ditandatanganinya berita acara serah terima pekerjaan tersebut maka pekerjaan konstruksi rehabilitasi gedung kantor Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta dinyatakan selesai 100% dengan catatan yaitu penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti saat penyerahan pertama pekerjaan.3 Dalam Pasal 31 terutama pada angka 8 menyebutkan berakhirnya kontrak antara Pejabat

3 Lampiran 2 SSUK Surat perjanjian paket pekerjaan rehabilitasi bangunan sesuai prototype

(5)

Pembuat Komitmen dengan penyedia barang jasa adalah setelah penyedia menyelesaikan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan. Kewajiban-kewajiban pemborong pada masa pemeliharaan ini timbul dikarenakan pada masa pelaksanaan pekerjaan banyak kekurang sempurnaan pekerjaan dan kerusakan yang ditimbulkan akibat pekerjaan pemborong.

Masa pemeliharaan bangunan oleh pihak pemborong adalah 180 (seratus delapan puluh) hari, sesuai dengan ringkasan kontrak. Pada masa pemeliharaan inilah penyedia melaksanakan wanprestasi atau tidak berprestasi dengan menunda-nunda pekerjaan yang berupa kerusakan akibat pekerjaan pada masa pelaksanaan. Akhirnya PPK memberikan 3 kali surat teguran kepada pihak penyedia namun pihak penyedia atau pemborong tidak mampu memenuhi target pekerjaan sesuai waktu dan menyatakan tidak sanggup lagi melaksanakan kewajibannya selama masa pemeliharaan. Berdasarkan peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 6 tahun 2012 Bab II huruf A.m tentang pemutusan kontrak dan Lampiran Syarat-Syarat Umum Kontrak Rehabilitasi Gedung Kantor Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta Angka B.3 tentang penyelesaian kontrak PPK menyatakan bahwa pihak penyedia dalam hal ini CV Trijaya dinyatakan wanprestasi dengan surat pernyataan Nomor: W12-A/0682.a/OT.01.1/V/2013 tanggal 13 Mei 2013. Pernyataan wanprestasi oleh PPK terhadap pemborong ini secara langsung telah mengakibatkan putusnya kontrak antara PPK dan pihak penyedia.

(6)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang penyelesaian wanprestasi dalam pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terutama pada pemborongan pekerjaan konstruksi serta menulisnya dalam bentuk tesis dengan judul “PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN KONSTRUKSI (STUDI KASUS PEKERJAAN KONSTRUKSI REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG KANTOR PENGADILAN TINGGI AGAMA YOGYAKARTA)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bentuk wanprestasi apakah yang terjadi pada perjanjian pekerjaan konstruksi pada Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta?

2. Bagaimana penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pekerjaan konstruksi pada Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian ini merupakan hasil karya penulis, bukan merupakan duplikat atau pun plagiasi dari hasil penelitian orang lain. Sampai sejauh penelusuran yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Gadjah Mada, perpustakaan pusat Universitas Gadjah Mada dan sumber-sumber lainnya ditemukan tesis yang terkait mengenai wanprestasi dalam perjanjian pemborongan konstruksi bangunan diantaranya :

(7)

1. Rahmiwati,4 program studi magister kenoktariatan, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada tahun 2013, menulis tentang “Pelaksanaan Sub Kontrak Perjanjian antara PT Waskita Karya dengan CV. Surontani Pembayun Sakti Pada Proyek Pembangunan Basko Green City Pekanbaru”. Penelitian ini menitik beratkan tentang bentuk wanprestasi dan penyelesaiannya dalam pekerjaan pemborongan yang disubkontrakkan.

2. Farida Ratna Dewi,5 Program Studi Magister Kenoktariatan, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada tahun 2013, menulis tentang, “Pelaksanaan Perjanjian pengadaan barang di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten”. Penelitian ini menitik beratkan tentang pelaksanaan perjanjian pengadaan barang/jasa dan tanggung jawab PPK dalam hal penyedia barang melakukan wanprestasi.

3. Ruri Damayanti Putri Dewi,6 Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro tahun 2008, menulis tentang, ”Pelaksanaan Perjanjian Pekerjaan Pemborongan Antara CV. Subur Jaya Dengan STSI Surakarta Dalam Rangka Pelaksanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Gedung STSI Surakarta”. Penelitian ini menitikberatkan

4Rahmiwati, 2013, “Pelaksanaan Sub Kontrak Perjanjian antara PT Waskita Karya dengan CV.

Surontani Pembayun Sakti Pada Proyek Pembangunan Basko Green City Pekanbaru”.Unversitas

Gadjah Mada, Yogyakarta

5

Farida Ratna Dewi, 2013, “Pelaksanaan Perjanjian pengadaan barang di lingkungan pemerintah

Kabupaten Klaten”, Unversitas Gadjah Mada, Yogyakarta

6 Ruri Damayanti Putri Dewi, 2008, ”Pelaksanaan Perjanjian Pekerjaan Pemborongan Antara

CV. Subur Jaya Dengan STSI Surakarta Dalam Rangka Pelaksanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Gedung STSI Surakarta” Universitas Diponegoro, Semarang

(8)

tentang penyelesaian wanprestasi dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan penerapan ilmu pengetahuan hukum, khususnya di bidang hukum perjanjian.

2. Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau pertimbangan sekaligus memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak yang terkait dalam penyusunan perjanjian kerjasama khususnya perjanjian pemborongan.

E. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif

Untuk mengetahui bentuk wanprestasi dan penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pemborongan pekerjaan konstruksi rehabilitasi gedung kantor Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta.

(9)

Untuk memperoleh data yang diperlukan guna penyusunan tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Arah kebijakan dari Peningkatan Rasa Saling Percaya dan Harmonisasi Antar. kelompok Masyarakat

Tata cara ULP perihal tahapan pengumuman lelang dan penetapan pemenang secara bersama-sama (Collective collegial);.. Mendukung proses lelang pasca 1 File dan lelang pasca 2

Bahwa setelah diadakan Evaluasi Administrasi, Teknis, Harga dan Evaluasi Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi oleh Pokja Pengadaan Barang ULP LAPAN menurut Peraturan Presiden RI

AMAH TEKNISI RANCANG

ayam ras di tingkat konsumen di pasar tradisional Petisah, Kota

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

Tatacara pengelolaan jenis-jenis penerimaan dari kegiatan tertentu lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1987 tentang Penerimaan Negara Bukan