• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengisi kebutuhan masyarakat akan tersedianya tenaga ahli dan tenaga terampil dengan tingkat dan jenis kemampuan yang sangat beragam. Mahasiswa sebagai peserta didik dan generasi muda mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional sehingga senantiasa perlu dikembangkan.

Dalam proses belajar mengajar yang sistematis diperlukan adanya suatu tahapan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa telah menguasai materi yang diajarkan sebagai tujuan dari keseluruhan proses pendidikan. Mahasiswa yang ingin menguasai materi memerlukan motivasi agar mampu menguasai dan mempertahankan materi dengan baik. Mahasiswa dengan motivasi yang kuat akan memiliki daya lebih untuk melaksanakan kegiatan belajar, namun tidak semua mahasiswa mempunyai motivasi yang sama untuk menguasai materi sehingga mampu melalui tahap evaluasi yang baik.Tahap evaluasi dicapai dengan baik dapat dilihat dari prestasi akademik. Prestasi akademik mahasiswa di Perguruan Tinggi berupa Indeks Prestasi (IP) yang dicapai setiap semesternya melalui Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Indeks Prestasi digunakan untuk melihat kemajuan belajar mahasiswa setiap semester dan digunakan juga untuk menentukan beban studi yang dapat diambil

(2)

mahasiswa pada semester berikutnya dengan sistem kredit. Sistem Kredit tiap Semester (SKS) merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi seorang mahasiswa untuk menyelesaikan suatu program, baik program semesteran maupun program pendidikan satu jenjang yang lengkap ( Buku panduan 2004 Universitas “X” Bandung).

Pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas “X” bertujuan untuk mendidik mahasiswa melalui proses belajar menyelesaikan suatu kurikulum, sehingga mempunyai cukup pengetahuan, keterampilan dan sikap positif untuk melakukan profesi kedokteran dalam sistem pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijaksanaan umum pemerintah yang berlandaskan Pancasila. Tujuan yang kedua ialah meningkatkan dan mengembangkan diri dalam segi ilmu kedokteran sesuai bakatnya, mengembangkan ilmu kesehatan khususnya ilmu kedokteran dalam pendidikan dan penelitian serta mencari penyelesaian masalah kesehatan penderita, masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan (Buku Panduan 2004, Universitas “X” Bandung ). Khusus untuk mahasiswa semester II dituntut agar mampu menyelesaikan kurikulum dengan baik dan mampu mengembangkan diri dalam segi ilmu kedokteran dengan mengikuti perkumpulan pelatihan dan pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh Fakultas Kedokteran (Sekretaris Dekan Fakultas Kedoketran Universitas “X” Bandung).

Mahasiswa Fakultas Kedokteran semester II merupakan peralihan dari masa sekolah di SMU yang telah mengalami lingkungan perkuliahan selama I semester. Mahasiswa sebelumnya telah terbiasa dengan suasana lingkungan SMU dan kurikulum SMU, kemudian harus mengalami dan melakukan penyesuaian diri di lingkungan Perguruan Tinggi terutama di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung.

(3)

Mahasiswa semester II dikategorikan berada pada tahap remaja akhir. Pada masa ini mahasiswa mengalami transisi secara biologis, psikologis dan sosial. Pada masa ini muncul kemampuan berpikir secara lebih kompleks sehingga mahasiswa diharapkan dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik. Kemampuan remaja untuk berpikir secara hipotesis dan abstrak mempengaruhi mereka untuk berpikir tentang diri mereka sendiri, Pada saat ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan penyesuaian diri dengan kurikulum Fakultas Kedokteran agar mampu mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif yang memuaskan sehingga mampu melewati tahap I sistem pemutusan hubungan studi yang diterapkan oleh fakultas kedokteran Universitas “X” pada semester genap. Mahasiswa juga diharapkan mempunyai motivasi untuk menghadapi lingkungan belajar yang keras dan kurikulum yang cukup banyak sehingga mampu bertahan dan terus melanjutkan studi lebih lanjut.

Kurikulum Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung menuntut mahasiswanya menempuh beban Sistem Kredit Semester (SKS) sebanyak 157 SKS yang tersebar dalam 8 semester yang setiap semesternya berkisar antara18 SKS sampai 20 SKS. Pada semester ganjil mahasiswa fakultas kedokteran ditawarkan untuk menempuh beban SKS 20, 20, 18, 20 SKS. Pada semester genap ditawarkan untuk menempuh beban SKS 18, 20, 20, 19 SKS. Hal ini membuat setiap mahasiswa harus bersaing agar mereka tidak tertinggal serta mampu mengambil beban SKS yang disajikan oleh Fakultas Kedokteran setiap semesternya. Fakultas Kedokteran mempersyaratkan mahasiswanya untuk lulus dengan nilai minimal C pada mata kuliah khusus kedokteran. Mahasiswa semester II dapat mengambil mata kuliah semester III dengan prasyarat telah menyelesaikan mata kuliah lebih atau dengan 75 SKS dan memiliki IPK lebih dari sama dengan 2,00.

(4)

Menurut Sekretaris Dekan Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung, Fakultas Kedokteran mempunyai jumlah SKS yang banyak dan padat setiap semesternya dibandingkan dengan Fakultas yang lain di Universitas “X” Bandung. Pada semester II dibebankan 20 SKS dengan jumlah mata kuliah sebanyak 8 mata kuliah. Pada semester I hingga semester V terdapat beberapa praktikum yang harus dijalani oleh mahasiswa. Setiap praktikumnya disediakan waktu 4 jam serta diadakan pretes dan post test. Khusus untuk semester II terdapat 4 mata kuliah praktikum yang harus dijalani oleh mahasiswa setiap minggunya, masing-masing mata kuliah praktikum membutuhkan waktu 4 jam. Tidak hanya itu saja sangat banyak jumlsh halaman setiap buku yang harus dihafalkan di setiap mata kuliah sehingga bila menghadapi ujian semester para dosen menerapkan sistem pilihan berganda dengan jumlah 100 soal dengan waktu 120 menit. Jumlah waktu yang harus ditempuh mahasiswa semester I sampai VI untuk kuliah setiap harinya berkisar 8 hingga 9 jam. Fakultas Kedokteran juga menerapkan sistem pemutusan hubungan studi (Drop Out) pada mahasiswa yang tidak memenuhi persyaratan IPK yang diterapkan setiap semeter genap.

Dengan keadaan situasi lingkungan yang demikian, mahasiswa kadang kadang melakukan penundaan dalam menyelesaikan tugas akademik. Prokrastinasi ialah perilaku menunda aktivitas untuk beberapa saat. Seseorang akan dikatakan melakukan tindakan prokrastinasi bilamana secara sengaja menunda tugas-tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya, termasuk tugas-tugas yang menjadi prioritas utama, hingga muncul perasaan cemas dan perasaan bersalah akan tetapi tindakan ini tetap dilakukan berulang-ulang (Ferrari 1991a dalam Ferari & Mc Cown. W. 1995). Prokrastinasi dalam bidang pendidikan disebut prokrastinasi akademik. Mahasiswa yang melakukan prokrasinasi

(5)

akan menunda untuk mulai menyelesaikan tugas sehingga tanpa disadari waktu yang ditentukan telah habis. Para prokrastinator biasanya adalah orang yang ingin dan mampu mengerjakan tugas, mereka telah mencoba dan merencanakan dengan matang sesuai dengan tuntutan tugas pada umumnya, tetapi tidak diselesaikan atau ditunda dalam mengerjakan tugas tersebut. Prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung berbentuk prokrastinasi tidak fungsional dimana tugas tugas yang penting yang seharusnya segera diselesaikan atau tugas yang seharusnya tidak memerlukan waktu khusus untuk mengerjakannya tetapi karena ditunda dikerjakan maka dibutuhkan waktu khusus untuk mengerjakannya. Kecenderungan umum untuk menunda tugas akademik kadang muncul dari cara seseorang memandang tugas tersebut dengan pesimis, pikiran yang berlebihan terhadap tersedianya waktu sehingga menimbulkan sikap optimis yang berlebihan, atau pikiran tidak mencukupinya waktu yang tersedia sehingga menimbulkan sikap pesimis yang berlebihan sehingga membentuk prokrastinasi perilaku. Selain kecenderungan menunda kinerja perilaku ini juga merupakan cara menghindari tugas yang tidak menyenangkan (Ferrari dan Cown, 1995).

Menurut pandangan mahasiswa semester II, kurikulum di Fakultas Kedokteran ini membuat mereka harus belajar dengan giat agar tidak dikenakan pemutusan studi (DO), karena pada akhir semester II mereka terikat dengan perjanjian IPK minimum 2,00 dan telah lulus 75 SKS. Mereka pun perlu menyesuaikan diri dengan situasi belajar di Fakultas Kedokteran, karena bahan-bahan mata kuliah yang disajikan sangat banyak ditambah dengan waktu yang sempit. Dosen hanya menjelaskan sekilas saja sehingga mereka harus memanfaatkan waktu senggang untuk belajar lagi. Belum lagi bila praktikum selalu diadakan tes sebelum praktikum (pre-test) dan sesudah praktikum

(6)

(postest). Bila mereka tidak mempersiapkan diri maka mereka akan ditegur dengan keras oleh dosen mereka. Cara penegurannya bisa dengan pengeluaran mahasiswa dari ruang belajar atau diberikan tugas menerjemahkan. Biaya kuliah di Fakultas Kedokteran merupakan yang termahal di Universitas “X”. Bila mahasiswa kuliah melebihi 5 tahun maka akan dibebankan biaya kuliah yang sama dengan angkatan baru.

Menurut salah seorang dosen Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung, mata kuliah pada semester II ini memiliki beban SKS yang banyak. Pada masa ini mahasiswa semester II sedang melakukan penyesuaian diri dengan suasana perkuliahan yang berbeda dengan suasana belajar di SMU. Mahasiswa yang melakukan penundaan dalam tugas menghafal tidak akan mampu melaksanakan praktikum dengan baik sehingga dengan terpaksa dosen memberikan tugas tambahan menterjemahkan yang harus dikerjakan di rumah atau dikeluarkan dari ruangan praktikum. Sanksi yang diberikan tergantung kepada setiap Kepala Laboratorium. Mahasiswa semester II juga melakukan penyesuaian diri dengan kurikulum Fakultas kedokteran. Pada semester II mereka diikat dengan perjanjian Drop Out untuk mahasiswa yang memiliki IPK kurang dari dua. Bila pada semester I mahasiswa kedokteran memiliki IPK dibawah 2,00 maka akan diberikan surat peringatan dan pada semester II akan diterapkan sistem pemutusan hubungan studi bila IPK mereka tetap di bawah 2,00. Setiap tahunnya pada semester genap terdapat mahasiswa yang harus dikeluarkan dari Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran paling banyak melakukan pemutusan studi pada tahap pertama (semester II). Pada mahasiswa semester III, rata-rata mahasiswa sudah mengerti apa yang dituntut oleh Fakultas sehingga IPK mereka cenderung meningkat. Mahasiswa pun ingin memenuhi

(7)

perjanjian IPK tahap II karena bila mereka tidak mampu, mereka akan mengalami nasib yang sama dengan teman mereka yang telah di Drop Out sebelumnya.

Menurut Solomon & Rothblum (1984) unsur-unsur prokrastinasi akademik terdiri atas enam area akademik. Disesuaikan dengan kurikulum Fakultas kedoketran area pertama adalah tugas menulis yang meliputi penundaan melaksanakan kewajiban membuat makalah, membuat laporan praktikum, menterjemahkan dari text book. Area yang kedua ialah persiapan menghadapi ujian, meliputi penundaan dalam persiapan menghadapi pretest dan post test praktikum, persiapan menghadapi ujian semester. Area yang ketiga adalah membaca, meliputi penundaan dalam tugas membaca buku referensi atau tugas membaca diktat kuliah.. Area yang keempat ialah kinerja tugas administratif mencakup penundaan perwalian, membayar uang kuliah dan mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari kampus. Area yang kelima ialah menghadiri pertemuan meliputi penundaan menghadiri kuliah dan praktikum. Area yang keenam adalah kinerja akademik secara keseluruhan, meliputi penundaan untuk mendapatkan diktat perkuliahan, diktat praktikum, melengkapi catatan, melengkapi diktat praktikum, dan membersihkan jas laboratorium yang kotor.

Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas “X” Bandung yang melakukan prokrastinasi akan melakukan penundaan dalam menyelesaikan tugas menulis, menghadapi ujian, membaca buku, kinerja tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik secara keseluruhan. Perilaku ini membuat tugas tersebut tidak terselesaikan tepat waktu. Indeks prestasi mahasiswa menjadi menurun karena kemajuan belajar mahasiswa setiap semesternya pun menjadi terganggu dan beban studi yang diambil mahasiswa menjadi

(8)

sedikit. Tahap evaluasi tidak dapat dilalui dengan baik. Keadaan ini dapat terlihat dari prestasi akademik mahasiswa setiap semesternya.

Berdasarkan angket yang disebarkan kepada 40 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran semester II Universitas “X” Bandung sebanyak 17,5 % mengatakan bahwa mereka membuat laporan pada malam hari sebelum dikumpulkan dengan alasan malas. Persiapan menghadapi ujian dilakukan seminggu sebelum ujian dengan menghafal bahan ujian yang paling banyak terlebih dahulu. Sebelum kuliah mereka tidak mempersiapkan diri membaca dengan alasan menghafal bahan praktikum. Bila perwalian mereka akan merencanakan sehari sebelum perwalian dengan alasan malas dan membayar uang kuliah pada saat batas terakhir. Dalam hal mengikuti kuliah mereka akan berusaha masuk dan hanya sekali-kali mengambil “jatah” bila dosen yang mengajar dirasakan membosankan. Sebelum kuliah mereka menyiapkan peralatan sesaat sebelum kuliah. Mahasiswa yang demikian memiliki IPK yang memuaskan, berkisar antara 2,78 sampai 3,25

Sementara itu sebanyak 22,5 % mahasiswa mengatakan mereka akan mengerjakan laporan praktikum pada malam hari sebelum dikumpulkan dengan alasan malas untuk memulai mengerjakan tugas tersebut karena tidak menarik. Sebagian dari mereka mengatakan bila melakukan prokrastinasi perasaan yang timbul yaitu biasa saja namun adapula yang merasa cemas. Persiapan menghadapi ujian, dilakukan dengan SKS (“Sistem Kebut Semalam”) dengan alasan lebih hapal dengan cara ini. Mahasiswa ini pun berpendapat tidak tahan membaca buku yang tebal sehingga lebih suka membaca teori yang ada dalam buku praktikum saja dan itu pun hanya dibaca sesaat sebelum praktikum. Mereka akan mulai menyusun strategi mata kuliah apa yang akan diambil pada saat perwalian dengan alasan bingung memilih walaupun lembar perwalian telah diambil

(9)

seminggu sebelum perwalian dan membayar uang kuliah di hari terakhir batas pembayaran. Pada mata kuliah tertentu mahasiswa ini lebih senang menitipkan absen pada temannya. Bila tidak bisa, mereka akan langsung masuk dan menandatangani kehadiran di saat dosen hendak keluar. Mereka melakukan ini dengan alasan lebih senang mengobrol di kantin atau sengaja datang hanya untuk memnandatangani daftar hadir. Bila kuliah mahasiswa ini hanya membawa buku praktikum saja, jas lab dan ballpoint. Mereka tidak senang membawa tas karena akan merepotkan bila telah selesai kuliah, bila jas lab belum terlihat coklat maka tidak akan dicuci dengan alasan malas. Mahasiswa demikian memiliki IPK yang kurang memuaskan, berada antara 1,25 dan 1,80.

Sebanyak 25 % mahasiswa menyatakan bahwa, tugas yang membuat mereka melakukan tindakan prokrastinasi adalah membuat tugas terjemahan, namun perasaan malas yang timbul hanya sesaat. Mereka akan mencicil mengerjakan tugas ini, bila memungkinkan mereka akan menyelesaikan tugas ini. Jika mereka menangguhkan tugas maka akan timbul perasaan tidak tenang, kurang lega, takut keasyikan melakukan yang lain sehingga tidak selesai pada waktunya. Bila menghadapi ujian, mahasiswa ini mempersiapkan diri membaca bahan ujian seminggu sebelumnya dengan alasan membaca berulang-ulang akan lebih membantu. Pada saat melakukan tugas administratif seperti perwalian, mahasiswa ini sebelumnya sudah mempersiapkan apa yang akan diambil dan datang untuk melakukan perwalian di pagi hari. Mahasiswa ini juga berpendapat membaca bahan kuliah pada malam hari sebelum kuliah akan membuat mereka bisa menyerap mata kuliah dengan lebih baik. Mereka juga akan masuk kelas setiap harinya dengan alasan merasa rugi bila tidak masuk. IPK mahasiswa ini sangat memuaskan, berkisar antara 2,78 hingga 3,96.

(10)

Adapula 35 % mahasiswa yang berpendapat bahwa lebih baik langsung mengerjakan tugas menulis makalah, rangkuman text book, laporan kelompok, laporan praktikum, menterjemahkan text book, agar mereka bisa istirahat lebih cepat. Persiapan menghadapi UTS atau UAS dilakukan dengan memilah mata kuliah mana yang paling banyak bahannya kemudian dibaca seminggu sebelum ujian. Mahasiswa ini akan membaca setelah semua tugas laporan selesai namun hanya sekilas. Mereka akan mulai menyusun dan memikirkan apa yang akan diambil setelah menerima formulir perwalian. Mahasiswa ini pun akan selalu berusaha untuk masuk kuliah atau mengikuti kuliah tambahan. Beberapa menit sebelum berangkat kuliah mahasiswa ini baru akan menyiapkan perlengkapan kuliah IPK mereka berada antara rentang 2,30 sampai 2,50.

Dari hasil angket dapat diungkapkan terdapat mahasiswa semester II yang melakukan penundaan dalam memulai melakukan tugas dan kegagalan dalam menyelesaikan tugas akademik mereka, namun mempunyai prestasi akademik yang kurang memuaskan, tetapi terdapat juga mahasiswa mempunyai prestasi akademik memuaskan dan sangat memuaskan. Terdapat juga mahasiswa semester II yang berpendapat jarang melakukan penundaan dalam memulai mengerjakan tugas atau jarang untuk tidak menyelesaikan tugas tepat waktu namun memiliki prestasi akademik yang berada dalam kategori tinggi dan rendah

Berdasarkan kenyataan-kenyataan inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara prokrastinasi akademik dengan prestasi akademik pada mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung.

(11)

1.2 Identifikasi masalah.

Ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Akademik dari mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran di Universitas “X” Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara prokrastinasi akademik dan prestasi akademik pada mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran di Universitas “X” Bandung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Prokrastinasi akademik dengan Prestasi Akademik pada mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran di Universitas “X”Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian.

Kegunaan praktis penelitian ini untuk pihak-pihak yang terkait yaitu memberikan informasi kepada mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran mengenai hubungan antara prokrastinasi akademik dengan prestasi akademik mereka sehingga mereka mengetahui apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan. Bagi para peneliti selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian tentang prokrastinasi pada mahasiswa kedokteran.

Kegunaan teoretis penelitian ini adalah dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan dalam ilmu psikologi pada umumnya, sebagai bahan masukan mengenai gambaran prokrastinasi pada mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran di Universitas “X”

(12)

Bandung, khususnya Psikologi Pendidikan terhadap dampak prokrastinasi akademik terhadap prestasi akademik. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi yang bermanfaat dan dikembangkan sebagai sebuah titik tolak bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Kerangka Pemikiran.

Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran semester II dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai seorang mahasiswa kedokteran yang diperoleh mahasiswa melalui proses belajar dengan menyelesaikan suatu kurikulum yang dibebankan oleh Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung.

Didalam fakultas kedokteran terdapat banyaknya beban SKS yang harus diambil juga terdapat banyaknya jumlah diktat kuliah dan jumlah halaman yang harus dipelajari oleh mahasiswa kedokteran. Fakultas kedokteran melakukan evaluasi terhadap mahasiswanya dengan mempersyaratkan IPK minimal setiap semester genap, apabila mahasiswa kedokteran tidak mampu memenuhi syarat IPK yang ditetapkan maka Fakultas akan menerapkan sistem Drop Out (DO). Pada Mahasiswa semester II mereka dituntut untuk memperoleh IPK minimal 2,00 dan menyelesaikan 75 SKS. Agar mahasiswa Fakultas Kedokteran mampu mengikuti kurikulum yang disediakan oleh Fakultas Kedokteran maka mahasiswa harus mampu untuk tidak menunda-nunda melakukan tugas-tugas yang dibebankan Fakultas Kedokteran kepada mahasiswanya agar dapat memiliki prestasi akademik yang cukup.

Mahasiswa kedokteran semester II melakukan penundaan atau prokrastinasi bila menunda dalam melakukan tugas yang merupakan prioritas utama misalnya membuat

(13)

makalah, laporan praktikum, belajar menghadapi ujian semester dan praktikum, membaca bahan perkuliahan dan praktikum, menghadiri kuliah dan praktikum, mempersiapkan diktat kuliah dan praktikum, membayar pembayaran kuliah dan mengembalikan barang yang dipinjam dari kampus, melengkapi diktat praktikum, membersihkan lab jas. Mahasiswa kedokteran yang melakukan prokrastinasi disebut dengan prokrastinator. Menurut Silver dan Sabini dalam (Ferari & Mc Cown. W. 1995), prokrastinator adalah orang yang ingin dan mampu mengerjakan tugas, mereka merencanakan dengan matang apa yang harus dilakukan sesuai dengan tuntutan tugas namun pada akhirnya ditunda atau sampai tidak diselesaikan.

Seseorang yang tidak mengerjakan tugas didasari oleh keyakinan bahwa tugas tersebut menuntut mereka untuk mengeluarkan tenaga dan usaha yang terlalu banyak, lama dan tidak menyenangkan (Ferrari, 1994b, Ferrari dan Emmons, 1995; lay, 1986; Mc Cown, 1995). Mahasiswa kedokteran semester II yang melakukan penundaan dikarenakan tugas yang harus mereka kerjakan terlalu banyak dan sulit. Mereka harus mengerjakan laporan praktikum, melengkapi diktat praktikum namun disamping itu mereka juga harus menghapal bahan pretest dan post test praktikum. Prokrastinasi ini merupakan prokrastinasi perilaku.

Unsur-unsur prokrastinasi akademik terdiri atas enam area akademik. Pada mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran Universitas “X” Bandung enam area akademik tersebut berupa penundaan dalam mengerjakan tugas menulis yaitu, Area Pertama adalah tugas menulis yang meliputi penundaan melaksanakan kewajiban membuat makalah, membuat laporan praktikum menterjemahkan dari text book. Area yang kedua ialah persiapan menghadapi ujian meliputi penundaan dalam persiapan

(14)

menghadapi pretest dan post test praktikum, persiapan menghadapi ujian semester. Area yang ketiga adalah membaca meliputi penundaan dalam tugas membaca buku referensi atau tugas membaca diktat kuliah.. Area yang keempat ialah kinerja tugas administratif mencakup penundaan perwalian, membayar uang kuliah dan mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari kampus. Area yang kelima ialah menghadiri pertemuan meliputi penundaan dalam menghadiri kuliah dan praktikum. Area yang terakhir adalah kinerja akademik secara keseluruhan yang meliputi penundaan dalam mendapatkan diktat perkuliahan, diktat praktikum, melengkapi catatan, melengkapi diktat praktikum, dan membersihkan lab jas kotor.

Dalam proses belajar terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses belajar (Sumadi Suryabrata, 1995). Faktor yang berasal dari luar diri dan faktor yang berasal dari dalam diri. Faktor yang berasal dari luar diri digolongkan menjadi faktor nonsosial yaitu keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat yang dipakai. Mahasiswa kedokteran dapat belajar dengan baik bila cuaca sedang baik, waktu belajar tepat, tempatnya nyaman, alat yang digunakan untuk mendukung pencapaian proses belajar lengkap. Faktor sosial yaitu faktor manusia yang menganggu proses belajar. Mahasiswa dapat belajar dengan baik bila ia tidak diganggu oleh orang lain. Faktor yang berasal dari dalam diri digolongkan menjadi dua. Faktor fisiologis yaitu keadaan tonus jasmani. Keadaan jasmani mahasiswa yang lelah lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani mahasiswa yang tidak lelah dan berfungsinya panca indera. Penggolongan yang kedua yaitu faktor psikologis. Hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah adanya rasa ingin tahu, kreatif, mendapatkan simpati dari teman, dosen, keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu, keinginan rasa aman karena telah menguasai bahan pelajaran,

(15)

adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari proses belajar.(Frandsen; Sumadi Suryabrata, 1995). Mahasiswa fakultas kedokteran yang mempunyai perasaan demikian dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Proses belajar yang terganggu akan berakibat lebih lanjut pada hasil akhir yang akan diperoleh mahasiswa (prestasi akademik).

Prestasi akademik menurut Gage & Berliner adalah sesuatu yang diperoleh atau dipelajari, merupakan suatu hasil dari proses belajar yang dibantu dengan instruksi dan kegiatan belajar. WS. Winkel (1983) menyatakan terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi prestasi akademik, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah relasi dengan keluarga (lingkungan keluarga). Bila relasi dengan keluarga buruk maka akan memecahkan konsentrasi mahasiswa kedokteran semester II untuk belajar. Relasi dengan keluarga juga penting agar mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa kedokteran semester II karena kuliah di Fakultas Kedokteran semester II membutuhkan mahasiswanya untuk mempunyai atlas anatomi tubuh dan atlas anatomi hewan yang dapat menganggu kesehatan, serta membutuhkan foto kopi diktat kuliah yang cukup banyak dan tebal. Semua ini dipenuhi dengan bantuan keluarga. Faktor eksternal yang kedua adalah relasi yang terjalin cukup baik dengan para dosen dan assisten dosen sehingga tidak membuat masalah yang dapat mempengaruhi nilai. Faktor eksternal yang ketiga adalah relasi dengan lingkungan, lingkungan tempat ia belajar. Kelengkapan bahan dan alat untuk melakukan praktikum, ruang kelas yang memadai dan letak kampus yang memenuhi syarat misalnya ditempat yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai. Mahasiswa juga diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sehingga dapat belajar dengan baik.

(16)

Faktor internal adalah bagaimana kemampuan mahasiswa kedokteran untuk mengatasi masalah (kecerdasan) yaitu kemampuan mahasiswa kedokteran semester II untuk mengatasi suatu masalah. Taraf kecerdasan ini mampu menentukan seberapa besar keberhasilan mahasiswa kedokteran semester II dalam mempelajari sesuatu dan dapat menjadi sarana untuk memprediksi pencapaian prestasi yang akan diraih mahasiswa dalam suatu perkuliahan. Binet dalam Sumadi Suryabrata, 1995 menyatakan sifat intelegensi ada tiga macam, pertama yaitu kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu. Makin cerdas seseorang, maka dia akan makin tetap pada tujuan itu, tidak mudah dibelokan oleh orang lain dan suasana lain. Sifat yang kedua, kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud mencapai tujuan itu. Makin cerdas seseorang akan makin dapat menyesuaikan cara-cara menghadapi sesuatu dengan semestinya. Sifat yang ketiga yaitu kemampuan otokritik. Kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang dibuatnya. Makin cerdas seseorang makin dapat dia belajar dari kesalahannya. Faktor internal yang kedua adalah motivasi mahasiswa kedokteran semester II yaitu dorongan dari dalam diri mahasiswa kedokteran untuk memobilisasi energi psikisnya untuk belajar agar bisa mendapatkan prestasi akademik yang memuaskan. Motivasi mahasiwa untuk belajar dipengaruhi karena adanya kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran, kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat, sesuai dengan sifat untuk mengetengahkan diri. (Maslow; Sumadi Suryabrata, 1995). Kebutuhan tersebut sebagai suatu keseluruhan yang mendorong belajar.

(17)

Sejalan dengan itu, secara skematis, kerangka pemikiran yang diajukan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Mahasiswa FK Smt II Proses Belajar Prokrastinasi Akademik Faktor internal - Kecerdasan - Motivasi Prestasi Akademik Faktor Eksternal - Faktor lingkungan - Faktor keluarga - Faktor pendidik

(18)

Dari uraian tersebut dapat di asumsikan :

1. Mahasiswa perlu mencapai prestasi akademik yang optimal.

2. Terdapat faktor internal dan eksternal yang berperan dalam pencapaian prestasi akademik.

3. Prokrastinasi akademik merupakan salah satu faktor yang berhubungan dalam pencapaian prestasi akademik.

3.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi yang telah dijabarkan, maka hipotesis yang diajukan yaitu terdapat hubungan antara prokrastinasi akademik dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran semester II di Universitas “X” Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum price masuk semula ke dalam kawasan sell, price akan membuat Sebelum price masuk semula ke dalam kawasan sell, price akan membuat pergerakan turun naik yang panjang..

• Setelah peserta didik mengikuti proses pemebelajaran bersama guru dengan sikap kemandirian melalui WA Grup/ Google Class/LMS, peserta didik dapat Menunjukkan

Dari hasil pengujian yang dapat dilihat dari Tabel 4.11 diatas tahap pengujian yang menunjukkan rata-rata nilai error terkecil adalah pada percobaan jumlah

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi yang dinotasikan dalam angka R Square sebesar 0,699 ini artinya bahwa sumbangan pengaruh

- Pertimbangan dari propelan yang digunakan meliputi faktor ekonomi dan penyimpanan, faktor energetik, dan faktor yang berhubungan dengan penggunaan dalam motor roket,. -

C (Cara - Strategi) : Cara, Strategi atau Alat yang harus digunakan untuk meraih impian, cita-cita yang akan dicapai2. D (Doa - Dzikir) : Do’a, meminta , memohon kepada Tuhan agar

dimanfaatkan meminimalkan kelemahan sedangkan skor total faktor ekternal sebesar 2,6 memeberikan arti bahwa pada Café Rame-Rame Jember mempunyai peluang untuk