• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI. A. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI. A. Tinjauan Pustaka"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tinjauan Pustaka

1. Bendahara

1.1Pengertian Bendahara

Pengertian bendahara menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 pasal 35 ayat (2) : ”Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang negara”

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 1 Nomor urut 14 “Setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama negara/daerah menerima, menyimpan, membayar, dan atau mengeluarkan uang/surat berharga/barang-barang milik negara/daerah.” Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 tanggal 9 Mei 2008 Pasal 3 ayat (4)

”Bendahara Penerimaan/Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang secara fungsional bertanggung jawab kepada Kuasa Bendahara Umum Negara atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya”.

1.2Asas Umum Bendahara

Berdasarkan Undang-Undang Perbendaharaan Negara, asas umum bendahara menganut asas kesatuan, asas universalitas, asas tahunan dan asas spesialitas.

(2)

1. Asas kesatuan : Semua Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah disajikan dalam satu dokumen Anggaran.

2. Asas universalitas : Setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran.

3. Asas tahunan : Membatasi masa berlaku anggaran untuk suatu tahun tertentu. 4. Asas spesialitas : Mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan

terinci secara jelas peruntukkannya.

Selain itu undang-undang perbendaharaan ini memuat ketentuan yang mendorong profesionalitas, keterbukaan dan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran.

1.3Bendahara pengeluaran

1.3.1 Pengertian Bendahara Pengeluaran

Pengertian bendahara pengeluaran berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara adalah

”Bendahara pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara/ daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/ APBD pada kantor/ satuan kerja kementerian negara/ lembaga/ pemerintah daerah.”

1.3.2 Tugas dan Fungsi Bendahara Pengeluaran

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97 Pasal 4 ayat 1 dapat dikatakan bahwa bendahara pengeluaran mempunyai tugas dan fungsi:

(3)

2. Menyimpan uang atau surat berharga/ barang;

3. Membayar/ menyerahkan uang atau surat berharga/barang; 4. Menatausahakan uang atau surat berharga/barang;

5. Mempertanggungjawabkan uang atau surat berharga/ barang yang berada dalam pengelolaannya.

1.3.3 Ruang Lingkup Wewenang Bendahara Pengeluaran

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97 Pasal 4 ayat 2 wewenang bendahara pengeluaran adalah

1. Mengajukan permintaan pembayaran baik melalui mekanisme Uang Persediaan (UP)/ Ganti Uang (GU)/ Tambahan Uang (TU) maupun Uang Langsung (LS).

2. Menerima dan menyimpan UP/ GU/ TU.

3. Melakukan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya. 4. Menolak perintah bayar.

5. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung LS. 6. Mengembalikan dokumen pendukung LS.

Sedangkan tugas dan wewenang bendahara pengeluaran pembantu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97 Pasal 4 ayat 3 adalah

1. Mengajukan permintaan pembayaran baik melalui mekanisme TU dan LS.

(4)

3. Melakukan pembayaran dari tambahan uang persediaan yang dikelolanya.

4. Menolak perintah bayar.

5. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung LS. 6. Mengembalikan dokumen pendukung LS.

Bendahara Pengeluaran melakukan 2 (dua) kegiatan pengelolaan kas yaitu sebagai berikut

1. Pengelolaan Kas UP/ TUP

Pada setiap awal tahun anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) kepada Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM). Selanjutnya, atas dasar SPP-UP tersebut, PPSPM akan menerbitkan SPM-UP dan menyampaikannya kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) berdasarkan SPM-UP dimaksud. Dengan telah diterbitkannya SP2D-UP, maka secara otomatis rekening Bendahara Pengeluaran akan terisi sejumlah nilai dalam SP2D berkenaan.

Apabila UP yang ada diperkirakan tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan yang telah direncanakan dalam bulan berkenaan, maka Pejabat Pengguna Anggaran dapat mengajukan Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TUP), setelah memperoleh izin prinsip sesuai ketentuan yang berlaku dengan

(5)

dilengkapi rincian rencana kebutuhan dana untuk kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut. Seperti proses dalam pengajuan SPM-UP, maka rekening Bendahara Pengeluaran akan bertambah sejumlah nilai yang tertuang dalam SP2D atas SPM-TUP tersebut.

2. Pengelolaan Kas Selain UP/ TUP

Di samping mengelola UP, Bendahara Pengeluaran juga mengelola uang yang berasal dari SP2D-LS yang ditujukan kepadanya, pajak-pajak dari potongan pembayaran yang dilakukannya dan sumber penerimaan lainnya yang menjadi hak negara. Potongan pajak-pajak dan penerimaan lainnya tidak dapat digunakan langsung untuk melakukan pembayaran. Pajak-pajak dan penerimaan lainnya tersebut harus disetor ke kas negara dengan menggunakan formulir yang telah ditentukan. Seperti Surat Setoran Pajak (SSP), dan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB).

Apabila penerima pembayaran tidak menunaikan haknya, menggunakan formulir SSPB. Pada akhir tahun anggaran, Bendahara Pengeluaran wajib menyetorkan semua uang yang berada dalam pengelolaannya ke kas negara.

2. Perjalanan Dinas

2.1Pengertian Perjalanan Dinas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pengertian perjalanan dinas adalah

(6)

“Perjalanan dinas merupakan perjalanan yang dilakukan oleh pegawai untuk kepentingan perseroan, baik dalam negeri ataupun keluar negeri atas perintah penjabat yang berwenang, termasuk perjalanan pendidikan dan pelatihan, pengobatan, perjalanan dinas dan perjalanan pensiun.”

Dari denifisi yang telah dikemukan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perjalanan dinas termasuk salah satu jenis klasifikasi belanja. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/ Daerah melalui bendahara pengeluaran. Pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.

Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi.

1. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan aktivitas. Klasifikasi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

2. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/ daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Seperti belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. 3. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap

dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Seperti belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.

(7)

4. Belanja lain-lain/ tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial.

Oleh karena itu, perjalanan dinas termasuk ke dalam klasifikasi belanja ekonomi. Alasannya adalah karena jenis belanja tersebut untuk melaksanakan suatu aktivitas yaitu melakukan perjalanan ke luar kota/ daerah sesuai perintah dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

2.2Prosedur Perjalanan Dinas

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97 Pasal 13 yang terdapat pada Bab IV mengenai Biaya Perjalanan Dinas yaitu dibebankan pada anggaran satuan kerja pada Kementerian Negara/ Lembaga yang menerbitkan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD), diberikan dalam batas pagu yang tersedia dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) satuan kerja Kementerian Negara/ Lembaga, serta pejabat yang berwenang memberi perintah Perjalanan Dinas harus memperhatikan pagu anggaran yang tersedia dan tingkat prioritas Perjalanan Dinas.

Biaya Perjalanan Dinas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk: 1. Biaya transportasi termasuk biaya resmi lain yang dibayarkan dalam

rangka Perjalanan Dinas yang antara lain meliputi visa, airport tax, dan retribusi;

2. Uang harian yang mencakup biaya penginapan, uang makan, uang saku, dan uang transportasi lokal;

(8)

3. Uang representasi;.

4. Biaya asuransi perjalanan; 5. Biaya pemetian;

6. Biaya angkutan jenazah; dan/atau 7. Biaya Lumpsum barang pindahan.

Biaya Perjalanan Dinas dapat dikelompokan dalam 4 (empat) golongan, terdiri dari:

1. Golongan A, untuk Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan Pimpinan Lembaga lain yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan;

2. Golongan B, untuk, Duta Besar, Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/c ke atas, Pejabat Eselon I, Perwira Tinggi TNI/Polri, Anggota Lembaga Tinggi Negara, utusan khusus Presiden (special envoy), dan pejabat lainnya yang setara;

3. Golongan C, untuk Pegawai Negeri Sipil Golongan III/c sampai dengan Golongan IV/b dan Perwira Menengah TNI/Polri; dan

4. Golongan D, untuk selain yang dimaksud pada huruf a, b dan huruf c. Adapun Perjalanan Dinas Jabatan sesuai dimaksud Pasal 7 memperoleh biaya-biaya sebagai berikut:

1. Biaya transportasi yang diperlukan untuk transportasi dalam rangka melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan dari tempat kedudukan/bertolak ke tempat tujuan pergi pulang dengan menggunakan Moda Transportasi sesuai klasifikasi kelas Moda Transportasi.

(9)

2. Uang harian, berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Menurut jumlah hari sebagaimana tercantum dalam SPPD untuk Perjalanan Dinas Jabatan termasuk uang harian akibat transit menunggu pengangkutan lanjutan dalam hal harus berpindah Moda Transportasi lain;

b. Paling banyak 2 (dua) hari untuk Perjalanan Dinas Jabatan.

c. Paling banyak 90 (sembilan puluh) hari, untuk masa Pengumandahan (Detasering);

d. Paling banyak 14 (empat belas) hari untuk Perjalanan Dinas Jabatan; e. Paling banyak 5 (lima) hari untuk Perjalanan Dinas Jabatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c;

f. Paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari tarif uang harian selama masa perawatan, bagi Pejabat Negara/ Pegawai Negeri/ Pegawai Tidak Tetap dan/ atau Pihak Lain yang dalam melakukan Perjalanan Dinas Jabatan jatuh sakit dan perlu dirawat di rumah sakit;

g. Paling tinggi 80% (delapan puluh persen) dari uang harian suami/isteri, bagi isteri/ suami Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang diizinkan untuk ikut serta dalam Perjalanan Dinas Jabatan;

h. Paling tinggi 80% (delapan puluh persen) dari tarif terendah, bagi pegawai setempat (local staff) yang melakukan Perjalanan Dinas Jabatan; atau

i. Untuk Perjalanan Dinas Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c, diberikan uang harian dan biaya penginapan sesuai

(10)

ketentuan yang berlaku pada perjalanan dinas dalam negeri, menurut jumlah hari sebagaimana tercantum dalam SPPD;

Oleh karena itu, uang harian dapat diberikan kepada Pejabat Negara/ Pegawai Negeri/ Pegawai Tidak Tetap dan/ atau Pihak Lain yang melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan dalam hal biaya akomodasi Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pengudang.

Sebagaimana tercantum dalam SPPD, selama melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan akan diberikan biaya asuransi kesehatan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan. Dalam hal ini, pejabat yang berwenang menetapkan penetapan penyedia asuransi perjalanan dan besaran uang asuransi perjalanan yang digunakan untuk membayar premi asuransi perjalanan.

2.3Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97 Pasal 23 pembayaran biaya perjalanan dinas dilakukan melalui mekanisme uang persediaan dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pejabat Negara/ Pegawai Negeri/ Pegawai Tidak Tetap/ Pihak Lain yang melaksanakan perjalanan dinas oleh Bendahara Pengeluaran dari uang persediaan/ tambahan uang persediaan yang dikelolanya. Tidak hanya itu, Bendahara Pengeluaran juga harus melampirkan dokumen tersebut seperti surat tugas dan surat persetujuan pemerintah, atau surat keputusan pindah, SPPD, Kuitansi Perjalanan Dinas, dan rincian biaya Perjalanan Dinas sesuai format yang

(11)

Untuk melakukan Perjalanan Dinas, pembayaran biaya perjalanan dinas dilakukan secara langsung melalui rekening Bendahara Pengeluaran atau Perjabat Negara/ Pegawai Negeri/ Pegawai Tetap/ Pihak lain, dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

1. Biaya Perjalanan Dinas telah dipastikan jumlahnya sebelum Perjalanan Dinas dilaksanakan, dengan ketentuan:

a. Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat Negara/ Pegawai Negeri/ Pegawai Tidak Tetap/ Pihak Lain melebihi biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, kelebihan tersebut harus disetor ke Kas Negara; atau

b. Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat Negara/Pegawai Negeri/ Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain kurang dari biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, kekurangan tersebut tidak memperoleh penggantian.

2. Perjalanan Dinas telah dilakukan sebelum biaya Perjalanan Dinas dibayarkan.

Setelah melakukan pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada KPPN atas pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:

a. Surat pernyataan tanggung jawab belanja; dan

b. Daftar yang ditandatangani Kuasa Pengguna Anggaran yang memuat antara lain nama Pejabat Negara/ Pegawai Negeri/ Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain, NIP, kota tujuan Perjalanan Dinas, lama Perjalanan

(12)

Dinas, jumlah uang, dan nomor rekening Bendahara Pengeluaran atau nomor rekening Pejabat Negara/ Pegawai Negeri/ Pegawai Tidak Tetap/ Pihak Lain yang melakukan Perjalanan Dinas.

2.4Pertanggungjawaban Biaya Perjalanan Dinas

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97 Pasal 28 yang terdapat pada Bab V mengenai Pertanggungjawaban Biaya Perjalanan Dinas berupa dokumen yaitu yang terdiri dari

1. Surat tugas dari pejabat yang berwenang;

2. Fotokopi halaman paspor yang dibubuhi cap/tanda keberangkatan/ kedatangan oleh pihak yang berwenang di tempat kedudukan/ bertolak dan tempat tujuan Perjalanan Dinas;

3. Bukti penerimaan uang harian sesuai jumlah hari yang digunakan untuk melaksanakan perjalanan dinas;

4. Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari:

a. Bukti pembelian tiket transportasi dan/ atau bukti pembayaran moda transportasi lainnya, dan

b. Boarding pass, airport tax, pembuatan visa, dan retribusi;

5. Daftar pengeluaran riil, dalam hal bukti pengeluaran untuk keperluan transportasi tidak diperoleh, sesuai format yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan;

6. Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya penginapan bagi Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c; dan

(13)

7. Bukti pengeluaran yang sah atas penggunaan uang representasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d.

3. Prosedur Pengeluaran Kas 3.1Pengertian Kas

Pengertian kas menurut Soemarso S.R (2004 : 296) dalam bukunya

“Akuntansi Suatu Pengantar” menyatakan bahwa :

“Dari segi akuntansi yang dimaksud dengan kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang/bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.”

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kas merupakan harta lancar yang sangat penting bagi perusahaan, yang merupakan alat pertukaran dan juga dipakai sebagai alat pengukur dalam akuntansi atau didalam dunia perekonomian. Disamping itu, kas juga merupakan yang paling sering mengalami mutasi karena hampir sebagian besar transaksi perusahaan akan mempengaruhi jumlah kas.

Sedangkan Pengertian Kas Negara berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah

“Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.”

3.2Pengertian Kas di Bendahara Pengeluaran

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga

(14)

”Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa Uang Persediaan (UP) yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke Kas Negara per tanggal neraca.”

Kesimpulan pengertian diatas adalah bahwa Bendahara Pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening bendahara pengeluaran, uang logam, uang kertas, dan lain-lain kas ((termasuk bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan) yang sumbernya berasal dari dana kas kecil (UP)) yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetor kembali ke Kas Negara per tanggal neraca.

3.3Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Pemerintah 3.3.1 Pengertian Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Menurut Halim, (2007:68) dalam bukunya “Akuntansi Keuangan Daerah” mengemukakan pengertian prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagai berikut:

“Prosedur akuntansi pengeluaran kas adalah serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan/ atau kejadian keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBN yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada Satuan Kerja Perangkat Negara (SKPN) dan/ atau Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Negara (SKPKN).”

3.3.2 Fungsi Terkait Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPN dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada Pejabat

(15)

Penatausahaan Keuangan SKPN (PPK-SKPN), sedangkan pada SKPKN dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKN.

3.3.3 Dokumen yang digunakan

Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPN dan/ atau SKPKN terdiri atas:

1. Surat Penyediaan Dana (SPD), merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat Pengelola Keuangan Negara (PPKN), sebagai media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap/ direalisasi.

2. Surat Permintaan Pembayaran (SPP), berdasarkan SPD atau dokumen lain atau yang dipersamakan dengan SPD, bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPN.

3. Surat Perintah Membayar (SPM), merupakan dokumen yang dibuat oleh pengguna anggaran untuk mengajukan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh Bendahara Umum Negara (BUN) atau Kuasa BUN.

4. SP2D (Surat Perintah Perjalanan Dinas), merupakan dokumen yang diterbitkan oleh BUN atau Kuasa BUN untuk mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk.

5. Surat Pertanggungjawaban Pengeluaran (SPJ), yaitu surat laporan yang sistematis tentang rincian pemakaian uang muka kerja.

(16)

6. Nota Permintaan Dana (NPD) adalah nota yang digunakan untuk mencairkan dana melalui bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu.

Bukti-bukti NPD adalah sebagai berikut:

a. Bukti transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran negara.

b. Kuitansi pembayaran dan bukti pembayaran lainnya, merupakan dokumen sebagai tanda bukti pembayaran.

c. Nota debit bank, merupakan dokumen atas bukti dari bank yang menunjukkan adanya transfer uang keluar dari rekening kas umum daerah.

7. Buku Jurnal Pengeluaran Kas, merupakan catatan yang diselenggarakan dari fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi dan kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas.

Dokumen tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran sebagai bukti pengeluaran kas. Namun, hanya beberapa dokumen saja yang perlu diperhatikan oleh Bendahara Pengeluaran seperti SPM, SPJ, dan NPD.

1. SPM

Proses penerbitan SPM adalah tahapan penting dalam penatausahaan pengeluaran yang merupakan tahap lanjutan dari proses pengajuan SPP. Sebagai tahap lanjutan juga dibedakan menjadi 4 (empat) sesuai

(17)

dengan jenisnya, yaitu Surat Perintah Membayar Uang Persediaan UP), Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaa GU), Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TU), dan Surat Perintah Membayar Langsung (LS).

SPM dapat diterbitkan jika:

a. Pengerluaran yang diminta tidak melibihi pagu anggaran yang tersedia

b. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Waktu pelaksanaan penerbitan SPM:

a. Diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari sejak SPP diterima b. Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 (satu) hari sejak

diterima SPP. 2. SPJ

Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang persediaa/ ganti uang persediaan/ tambah uang persediaa (UP/ GU/ TU) kepada kepala SKPN melalui PPK-SKPN paling lambat 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

Dokumen yang digunakan oleh PPK-SKPN dalam menatausahakan pertanggungjawaban pengeluaran mencakup: a. Register penerimaan laporan pertanggungjawaban pengeluaran

(18)

b. Register pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ),

c. Surat penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ),

d. Register penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ)

e. Register penutupan kas. 3. NPD

Pada mekanisme ini tidak terdapat SPJ, tetapi hanya menunjukkan nota atau kuitansi sebagai bukti pertanggungjawaban. Pihak yang terkait dalam Prosedur Penerbitan Pengeluaran Dana adalah Bendahara Pengeluaran Pembantu. Dokumen yang digunakan adalah Nota Permintaan Dana (NPD).

Catatan yang digunakan dalam Prosedur Permintaan Dana adalah (1) Buku Kas Umum Pengeluaran, (2) Buku Pembantu Pengeluaran Per Rincian Objek, (3) Buku Pembantu Kas Tunai, (4) Buku Pembantu Kas Tunai, (5) Buku Pembantu Panjar, (6) Buku Pembantu Pajak.

(19)

B. Kerangka Pemikiran

Agar bisa menghasilkan pertanggungjawaban yang baik dan benar, maka dalam melaksanakan proses penerimaan dan pengeluaran kas harus menggunakan prosedur yang baik. Tujuan kerangka pemikiran ini adalah nuntuk membandingkan proses penerimaan dan pengeluaran kas yang pernah belajar di teori Sistem Informasi Akuntansi sewaktu dibangku kuliah dengan praktek kerja yang penulis lakukan ditempat pemagangan, yang mana hasilnyaakan berupa pembahasan dan kesimpulan.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Prosedur Pengeluaran Kas berdasarkan UU Praktek di Sekretariat Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan : Bendahara Pengeluaran Analisis dan Pembahasan

Referensi

Dokumen terkait

Itulah sebabnya penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh bahan pencemar dalam limbah cair tahu dan sasirangan berdasarkan analisis kualitas air; menganalisis

Berdasarkan beberapa pengertian analisis rasio tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis rasio merupakan salah satu metode analisis untuk menilai

Batasan masalah pada penelitian ini adalah data pelanggaran lalu lintas yang terjadi di wilayah hukum Polres Sidoarjo..2.

Serangkaian proses identifikasi bahaya dapat terjadi di perusahaan yang diharapkan dapat dilakukan usaha untuk pencegahan dan pengurangan terjadinya kecelakaan kerja yang

Rangkaian osilator dengan komponen utama UJT 2646 dan trafo OT 240 pada rangkaian pengendali SCR telah berfungsi baik dengan indikasi sinyal pulsa untuk mengaktifkan gate pada

Mahasiswa juga melakukan konsultasi dengan guru pembimbing guna persiapan perangkat pembelajaran yang meliputi: program tahunan, program semester, silabus, Rencana

Hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi, kompetensi sumber daya manusia, perencanaan karier dan pelatihan secara serempak signifikan (nyata) mempunyai pengaruh

Semakin besar nilai Kd maka ketinggian level air dalam tangki akan semakin mendeati stabil karena adanya perbaikan kesalahan yang cepat dari pengendali D seperti yang