PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN DAN KESADARAN
WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
(Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Wates)
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Fransiska Anggiani
NIM: 162114057
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN DAN KESADARAN
WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
(Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Wates)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Fransiska Anggiani
NIM: 162114057
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!”
2 Tawarikh 15: 7
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan tidak akan mengalami darangnya terik matahari, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering dan tidak berhenti
menghasilkan buah” Yeremia 17: 7-8
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus
Bunda Maria
Bapakku Agus Nur Santosa dan Mamaku Rita Retna
Kakakku Joehanis C. Ari Pratomo Aji dan Adekku Petrus Aditya Kurniadi
Keluarga Besar
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
E. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Sosialisasi Perpajakan ... 7
B. Kesadaran Wajib Pajak ... 10
C. Kepatuhan Wajib Pajak ... 12
D. Kerangka Berfikir ... 14
E. Perumusan Hipotesis ... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
A. Jenis Penelitian ... 19
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 19
C. Subjek Penelitian ... 19
D. Data Penelitian ... 20
E. Teknik Pengumpulan Data ... 20
F. Populasi dan Sampel ... 21
G. Variabel Penelitian ... 22
x
I. Instrumen Penelitian ... 25
J. Teknik Pengujian Instrumen ... 27
K. Teknik Analisis Data ... 28
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35
A. Sejarah KPP Pratama Wates ... 35
B. Visi dan Misi KPP Pratama Wates ... 36
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Wates... 37
D. Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Wates ... 40
E. Kegiatan Sosialisasi Pajak di KPP Pratama Wates ... 40
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Deskripsi Karakteristik Responden ... 42
B. Deskripsi Hasil Kuesioner ... 45
C. Pengujian Instrumen ... 47
D. Uji Asumsi Klasik ... 50
E. Analisis Data ... 52 F. Pembahasan ... 59 BAB VI PENUTUP ... 62 A. Kesimpulan ... 62 B. Keterbatasan Penelitian ... 62 C. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN ... 68
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi/Matrik Instrumen Penelitian ... 26
Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Wates ... 41
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 42
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia (lanjutan)... 43
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 43
Tabel. 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 44
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tahun Kepemilikan NPWP ... 44
Tabel 5.6 Deskriptif Hasil Kuesioner ... 45
Tabel 5.7 Analisis Uji Validitas Variabel Sosialisasi Perpajakan ... 47
Tabel 5.8 Analisis Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak ... 47
Tabel 5.9 Analisis Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 48
Tabel 5.10 Analisis Uji Reabilitas Variabel Sosialisasi Perpajakan ... 48
Tabel 5.11 Analisis Uji Reabilitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak ... 49
Tabel 5.12 Analisis Uji Reabilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 49
Tabel 5.13 Hasil Uji Normalitas ... 50
Tabel 5.14 Hasil Uji Multikolinearitas ... 51
Tabel 5.15 Hasil Uji Heteroskedasitisitas ... 52
Tabel 5.16 Hasil Analisis Linier Berganda ... 53
Tabel 5.17 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 54
Tabel 5.18 Hasil Uji F (Simultan) ... 55
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 14 Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Wates ... 37
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 69
Lampiran 2. Data Responden ... 74
Lampiran 2. Data Responden (lanjutan) ... 75
Lampiran 2. Data Responden (lanjutan) ... 76
Lampiran 2. Data Responden (lanjutan) ... 77
Lampiran 2. Data Responden (lanjutan) ... 78
Lampiran 2. Data Responden (lanjutan) ... 79
Lampiran 3. Rekapitulasi Jawaban Responden ... 79
xiv ABSTRAK
PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Wates)
Fransiska Anggiani NIM: 162114057 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2020
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sosialisasi perpajakan dan kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wates. Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan masih menjadi masalah di Indonesia. Sosialisasi perpajakan dan kesadaran Wajib Pajak merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini penting dilakukan agar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wates dapat mengevaluasi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wates.
Jenis penelitian ini merupakan studi empiris. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 100 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama sosialisasi perpajakan dan kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Sosialisasi perpajakan memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang dibuktikan dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel yakni 5,997 > 1,984. Kesadaran Wajib Pajak memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang dibuktikan dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel yakni 5,689 > 1,984.
Kata Kunci: Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak
xv
ABSTRACT
TAX SOCIALIZATION AND TAX AWARENESS TOWARD OF INDIVIDUAL TAXPAYERS COMPLIANCE
(Empirical Study of Individual Taxpayers Who Are Registered at Pratama Tax
Office Wates)
Fransiska Anggiani NIM: 162114057 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2020
This research aimed to test about tax socialization and tax awareness that have an effection toward to individual taxpayers compliance who are registered in Pratama Tax Office Wates. Taxpayers compliance stated that still becomes a problem in Indonesian. Tax socialization and tax awareness is important factor who can influence Taxpayers compliance. This research is important for Pratama Tax Office Wates can evaluate the registered individual taxpayers compliance at Pratama Tax Office Wates.
The type of the research was an empirical study. The samples were obtained using convenience sampling. The total samples that used in this research were 100 respondents. The research used multiple linear regression, F test, T test and the coefficient of determination as the data analysis technique.
This research result indicated that tax socialization was influencing toward of individual taxpayers compliance. This can be seen from the value of t-amount greater than t-table that is 5,997 < 1,984, and tax awareness was influencing of individual taxpayers compliance. This can be seen from the value of t-amount greater than t-table that is 5,689 > 1,984.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu penerimaan Negara yang memiliki
peran penting dalam kelangsungan sistem pemerintahan dan menjadi
sumber penerimaan yang dapat diandalkan demi kepentingan
pembangunan, hal tersebut telah diatur dalam Anggaran Pemerintah dan
Belanja Negara (APBN). Melihat banyaknya penduduk yang semakin
meningkat setiap tahunnya serta pembangunan yang terus berlangsung demi
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, menuntut keikutsertaan Wajib
Pajak dalam membayar kewajibannya sebagai Wajib Pajak.
Pada laman www.starjogja.com Deni (2018) menjelaskan, bahwa
tingkat penerimaan pajak di KPP Yogyakarta sebesar 80,87%, Wates
sebesar 75,47%, Bantul sebesar 85,27%, dan Wonosari sebesar 67,22%.
Salah satu hal yang mendasari penerimaan pajak dapat mencapai target
adalah kepatuhan Wajib Pajak. Kepatuhan Wajib pajak adalah suatu kondisi
dimana Wajib Pajak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
dengan undang-undang yang berlaku. Dengan adanya pembangunan
Yogyakarta International Airpot (YIA) di Kulon Progo yang dimulai sejak
tahun 2017 tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun dari data
tersebut dapat dilihat bahwa penerimaan pajak di KPP Wates sebesar
2
Ada beberapa faktor yang memengaruhi rendahnya kepatuhan
Wajib Pajak yakni ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik,
pembangunan infrastruktur yang tidak merata, dan rumitnya peraturan di
bidang perpajakan. Kantor Pelayanan Pajak telah melakukan berbagai cara
untuk meningatkan kepatuhan Wajib Pajak, salah satunya adalah dengan
mengadakan sosialisasi perpajakan.
Seperti yang kita ketahui bahwa peraturan dan tata cara pembayaran
pajak sering mengalami perubahan, maka dengan adanya penyuluhan yang
dilakukan oleh DJP, Wajib Pajak dapat memperoleh informasi dan juga
pengetahuan yang memadai serta terbaru jika adanya perubahan baik pada
peraturan perpajakan maupun tata cara pembayarannya, sehingga
memudahkannya dalam menjalankan kewajiban dalam membayar pajak.
Namun pada laman pajak.go.id Tjahono (2018) menjelaskan bahwa,
hingga saat ini masih banyak Wajib Pajak yang menganggap Surat
Pemberitahuan (SPT) adalah dokumen yang sulit untuk diisi dengan benar
dan lengkap. Sehingga, Wajib Pajak masih selalu ketergantungan untuk
dibimbing oleh petugas pajak. Dengan melihat pandemi corona saat ini,
tentu Wajib Pajak dituntut agar dapat mengisi SPT dengan benar dan juga
lengkap tanpa dibimbing oleh petugas. Maka, sosialisasi pajak masih perlu
ditingkatkan kembali.
Kesadaran Wajib Pajak pun menjadi salah satu faktor yang
memengaruhi tinggi rendahnya kepatuhan Wajib Pajak. Faizin, Kertahadi
seberapa besar tingkat pemahaman seseorang tentang arti, fungsi, serta
peranan pajak, maka semakin tinggi kesadaran wajib pajak dapat
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Namun pada laman news.ddtc.co.id
(2020) menjelaskan bahwa, kepatuhan formal Wajib Pajak pada tahun 2019
tidak dapat mencapai target yang dipatok pemerintah, dimana dalam hal
tersebut Wajib Pajak yang menyampaikan surat pemberitahuan pada tahun
2019 hanya sebanyak 13,37 juta dari total Wajib Pajak sebanyak 18,33 juta.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak masih
tergolong rendah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi?
2. Apakah kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebaga berikut:
1. Menguji bahwa sosialisasi perpajakan memiliki pengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
2. Menguji bahwa kesadaran Wajib Pajak memiliki pengaruh terhadap
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memiliki manfaat bagi:
1. Kantor Pelayanan Pajak
Penelitian ini dapat memberikan saran dan juga umpan balik bagi KPP,
agar dapat lebih berupaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
2. Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan
referensi bagi peneliti lain yang berminat di bidang perpajakan
3. Penulis
Penelitian ini tentu dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan dalam mengaplikasikan teori yang telah diterima selama
berada dibangku kuliah.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang
digunakan penulis sebagai dasar penelitian, dan perumusan
Bab III Metode Penelitian
Bab ini akan membahas mengenai jenis penelitian, waktu
dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, data
penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel,
variabel penelitian, teknik pengujian instrument, teknik
analisis data dan uji hipotesis
Bab IV Gambaran Umum
Bab ini akan membahas mengenai sejarah, visi dan misi,
serta struktur organisasi
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini akan membahas mengenai deskripsi data, analisis
data, dan pembahasannya.
Bab VI Penutup
Bab ini akan membahas mengenai simpulan, keterbatasan
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Sosialisasi Perpajakan
Kegiatan penyuluhan perpajakan mempunyai peran yang sangat
besar dalam mensukseskan sosialisasi pajak kepada seluruh Wajib Pajak.
Kegiatan sosialisasi perpajakan diatur dalam Peraturan Direktorat Jendral
Pajak No: Per-03/ PJ/2013 tentang Pedoman Penyuluhan Perpajakan.
Dalam peraturan Direktorat Jendral Pajak pasal 1 ayat (1) disebutkan
mengenai pengertian Penyuluhan Perpajakan:
“Penyuluhan Perpajakan adalah suatu upaya dan proses memberikan informasi perpajakan kepada masyarakat, dunia usaha, dan lembaga
pemerintahan maupun non-pemerintahan”.
Soejono Dirdjosisworo dalam (Pujiastuti, Tamtomo & Suparno,
2007) menyebutkan bahwa sosialisasi mengandung tiga arti, yaitu:
1. Proses belajar; yaitu suatu proses dimana individu melatih dan
mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup
atau kebudayaan masyarakat dari proses belajar tersebut.
2. Kebiasaan; dalam bersosialisasi setiap individu mempelajari
berbagai hal diantaranya mengenai kebiasaan, sikap, ide-ide,
pola-pola nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan tingkah laku yang
3. Sifat dan kecakapan; semua sikap dan kecakapan yang dipelajari
dalam proses sosialisasi, dikembangkan oleh seorang individu
sebagai suatu kesatuan dalam diri seseorang.
Yogatama (2014) menjelaskan, Sosialisasi perpajakan dapat
diukur dengan beberapa indikator sebagai berikut:
1. Tatacara Sosialisasi
Sosialisasi perpajakan yang diadakan harus sesuai dengan
peraturan pajak yang berlaku. Sosialisasi perpajakan dilakukan oleh
pihak Direktorat Jenderal Pajak yang ditujukan kepada Wajib Pajak
agar mendapatkan pengetahuan dan pemahaman pajak yang
memadai.
2. Frekuensi Sosialisasi
Sosialisasi pajak harus dilakukan secara teratur dikarenakan
peraturan dan tatacara pembayaran pajak biasanya mengalami
perubahan. Sosialisasi perpajakan yang dilakukan secara teratur juga
akan terus memberikan informasi terbaru sehingga Wajib Pajak
dapat meminimalisir kesalahan saat menjalankan kewajiban
pajaknya jika terjadi perubahan peraturan atau tatacara perpajakan.
3. Kejelasan Sosialisasi Pajak
Sosialisasi perpajakan yang diadakan harus dapat
8
pajak harus disampaikan dengan jelas agar Wajib Pajak dapat
memahami informasi yang diberikan.
4. Pengetahuan Perpajakan
Sosialisasi perpajakan yang diadakan bertujuan memberikan
informasi pada Wajib Pajak. Sosialisasi pajak dapat dikatakan
sukses jika informasi yang diberikan dapat diterima oleh Wajib
Pajak sehingga Wajib Pajak memiliki pengetahuan pajak yang
memadai dan memudahkan Wajib Pajak dalam menjalankan
kewajiban pajaknya.
Ada beberapa bentuk sosialisasi perpajakan yang diharapkan
dapat menjadi sarana bagi masyarakat, khususnya Wajib Pajak
dalam meningkatkan pemahaman mengenai perpajakan dan
kepatuhan dalam membayar pajak. Berdasarkan Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-98/PJ/2011 menjelaskan bahwa,
kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:
a. Penyuluhan Langsung
Penyuluhan langsung adalah kegiatan penyuluhan
perpajakan dengan berinteraksi langsung dengan Wajib Pajak atau
calon Wajib Pajak. Kegiatan tersebut antara lain adalah seminar,
b. Penyuluhan Tidak Langsung
Penyuluhan tidak langsung adalah kegiatan penyuluhan
perpajakan dengan tidak atau sedikit melakukan interaksi kepada
peserta. Contoh kegiatan penyuluhan tidak langsung antara lain:
kegiatan sosialisasi melalui radio/televisi, penyuluhan melalui
penyebaran buku,booklet atau leaflet perpajakan.
Dari penjabaran teori diatas dapat disimpulkan bahwa,
sosialisasi perpajakan merupakan salah satu upaya Direktorat
Jendral Pajak untuk memberikan pengertian, informasi dan
pengarahan kepada masyarakat umumnya dan kepada Wajib Pajak
(khususnya), terkait segala sesuatu yang berhubungan dengan
perpajakan dan perundang-undangan. Sehingga, dapat membantu
Wajib Pajak untuk sadar dan tergerak untuk berperan aktif terkait
segala sesuatu yang berhubungan dengan pajak, dan dapat
berpengaruh untuk menambah jumlah Wajib Pajak serta dapat
mendorong kepatuhan dari Wajib Pajak. Dengan demikian, secara
otomatis tingkat kepatuhan Wajib Pajak akan semakin meningkat
dan penerimaan pajak Negara pun menjadi meningkat.
B. Kesadaran Wajib Pajak
Alwi (1982) menjelaskan, kesadaran merupakan keadaan tahu,
mengerti serta merasa. Kesadaran untuk mematuhi ketentuan (hukum pajak)
10
pajak) tersebut telah diketahui, diakui, dihargai dan juga ditaati. Bila
seseorang hanya sekedar mengetahui berarti kesadaran Wajib Pajak tersebut
masih tergolong rendah. Kesadaran Wajib Pajak adalah suatu kondisi
dimana Wajib Pajak mengetahui, memahami serta melaksanakan ketentuan
perpajakan dengan benar dan sukarela.
Munari (2005) menjelaskan, kesadaran pajak adalah kemampuan
dalam memahami bahwa pajak merupakan sumber penerimaan terbesar
Negara, berusaha untuk memahami undang-undang dan sanksi dalam
peraturan perpajakan, sadar bahwa membayar pajak adalah sebuah
kewajiban, persepsi Wajib Pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PPh.
Kesadaran pajak merupakan suatu bentuk partisipasi dalam menunjang
pembangunan suatu Negara. Dengan menyadari hal tersebut, Wajib Pajak
tergerak untuk membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari
pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah dalam suatu Negara.
Wuri (2009) menjelaskan bahwa, Wajib Pajak dapat dikatakan mempunyai
kesadaran apabila sesuai dengan hal-hal berikut ini:
a. Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan
b. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan Negara
c. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
d. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela
Sehingga dari penjabaran teori di atas dapat disimpulkan bahwa,
kesadaran Wajib Pajak adalah suatu kondisi dimana Wajib Pajak
mengetahui, mengakui, menghargai, serta menaati ketentuan
perpajakan yang berlaku, serta memiliki kesungguhan dan keinginan
untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak tanpa ada suatu
paksaan.
C. Kepatuhan Wajib Pajak
Muliari dan Setiawan (2011) menjelaskan bahwa, kepatuhan
perpajakan merupakan suatu kondisi dimana Wajib Pajak memenuhi semua
kewajiban pajak dan melaksanakan hak perpajakan yang dimilikinya.
Rahayu (2010: 138) menjelaskan bahwa, Wajib Pajak yang patuh adalah
Wajib Pajak yang taat serta memenuhi ketentuan dan melaksanakan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundangan-undangan
perpajakan. Ada beberapa jenis kepatuhan Wajib Pajak, yakni:
1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang perpajakan. Misalnya Wajib Pajak telah
menyampaikan SPT (Surat Pemberitahuan) PPh, mendaftarkan diri
sebagai Wajib Pajak, membayar tunggakan perpajakan (apabila
ada), dan melaporkan kembali SPT (Surat Pemberitahuan).
2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
secara substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material
12
kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal. Di sini
Wajib Pajak yang bersangkutan, selain telah menyampaikan SPT
namun juga telah mengisi SPT tersebut dengan benar sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
74/PMK.3/2012, kriteria kepatuhan Wajib Pajak adalah:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terakhir.
Dari penjabaran di atas maka, kepatuhan Wajib Pajak
adalah sikap dan tindakan Wajib Pajak dalam melaksanakan
ketaatannya dalam membayar kewajiban perpajakan sesuai
D. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan suatu konsep yang disusun secara
sistematis, tentang bagaimana teori yang berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sehingga
dalam penelitian ini dapat dilihat kerangka pemikiran adalah faktor-faktor
yang memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi, sedangkan variabel independen dalam
penelitian ini adalah sosialisasi perpajakan dan kesadaran Wajib Pajak.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
E. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang telah disusun dan dinyatakan dalam bentuk pernyataan.
Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori. Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa
hipotesis penelitian sebagai berikut: Sosialisasi Perpajakan (X1) Kesadaran Wajib Pajak (X2) Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
14
1. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi
Saragih (2013: 13) menjelaskan, sosialisasi perpajakan adalah
suatu bentuk upaya dari Direktorat Jendral Pajak untuk memberikan
pengertian, informasi, serta pembinaan kepada msayarakat pada
umumnya dan Wajib Pajak khususnya, mengenai segala hal yang
berhubungan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Direktorat Jendral Pajak terus menerus berupaya mengoptimalkan
pelayanannya agar Wajib Pajak selalu melaksanakan kewajibannya.
Pada laman news.ddtc.co.id (2019) dijelaskan bahwa, salah satu
cara mengoptimalkan pelayanan tersebut adalah dengan melakukan
sosialisasi, dengan harapan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak. Dengan adanya sosialisasi perpajakan, maka kepatuhan
masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajaknya akan semakin
meningkat.
Dengan adanya sosialisasi ini masyarakat dapat mengerti dan
paham tentang manfaat pajak serta sanksi apabila tidak membayar
pajak. Sehingga dengan demikian sosialisasi perpajakan ini dapat
berpengaruh menimbulkan kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan
pajak Negara juga akan meningkat dijelaskan oleh Winerungan (2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rohmawati dan Rasmini (2012) yang menyatakan bahwa sosialisasi
penelitian Widowati (2015) juga menyatakan bahwa sosialisasi
perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang
pribadi. Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2016) juga
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara sosialisasi
perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi. Dari
pemahaman di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H0: Sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Ha1: Sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi
Safri (2013) menjelaskan, kesadaran adalah unsur yang ada
dalam diri manusia untuk memahami suatu realitas, dan bagaimana
mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas tersebut. Kesadaran
Wajib Pajak merupakan suatu kondisi dimana Wajib Pajak mengetahui,
mengakui, menghargai, serta menaati ketentuan perpajakan yang
berlaku, sanggup dan mau memenuhi kewajiban pajaknya.
Susanto (2011) pada laman www.pajak.go.id menjelaskan
bahwa, kesadaran membayar pajak tidak hanya menimbulkan serta
16
kritis juga. Semakin maju masyarakat dan pemerintahannya, maka tidak
hanya semakin tinggi kesadaran membayar pajaknya namun juga
semakin kritis dalam menyikapi masalah perpajakan, terutama terhadap
materi kebijakan dibidang perpajakannya seperti penerapan tarif,
mekanisme pengenaan pajak, regulasi, benturan praktek di lapangan
dan perluasan subjek dan objek.
Jika tingkat kesadaran pajak menunjukkan seberapa besar
tingkat pemahaman seseorang tentang arti, fungsi, serta peranan pajak,
maka semakin tinggi kesadaran wajib pajak dapat meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak dijelaskan oleh Faizin,
Kertahadi & Ruhana (2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muliari dan
Setiawan (2011) menyatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan
Wajib Pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Denpasar Timur. Selain itu hasil penelitian Rohmawati dan Rasmini
(2012) menyatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak secara simultan dan
parsial berpengaruh pada kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi di KPP
Pratama Denpasar Barat. Penelitan yang dilakukan oleh Siahaan dan
Halimatusyadiah (2018) menyatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak
berpengaruh positif terhadap kepatuhann Wajib Pajak Orang Pribadi.
Dari pemahaman di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai
H0: Kesadaran Wajib Pajak tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Ha2: Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
18 BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Suharso (2009: 3)
menjelaskan, penelitian kuantitatif adalah salah satu jenis kegiatan
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana serta
terstruktur dengan jelas sejak awal pembuatan desain penelitian, baik
tentang tujuan penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sampel
data, sumber data, maupun metode penelitian.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2020, bertempat di
wilayah KPP Pratama Wates yang beralamat Jl.Wates – Purworejo No.
Km 4, Dalangan, Triharjo, Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55651.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi
D. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data primer.
Sekaran (2011: 242) mengatakan bahwa, data primer merupakan data
yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh
peneliti yang berkaitan dengan minat untuk tujuan spesifik studi.
Sumber data dalam penelitian ini didapatkan secara langsung dari Wajib
Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Wates dan via online
melalui google form.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner. Kuesioner adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang
disusun untuk diberikan kepada subjek yang diteliti yakni, Wajib Pajak
Orang Pribadi (WPOP) yang terdaftar di KPP Pratama Wates untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan peneliti. Penyebaran
kuesioner dalam penelitian dilakukan secara langsung kepada Wajib
Pajak Orang Pribadi (WPOP) dan juga secara online yakni melalui
google form. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian,
yakni:
a. Identitas
Pada bagian ini akan berisi identitas responden secara
umum, seperti nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan
20
b. Pernyataan terkait variabel
Pernyataan terkait variabel dalam penelitian adalah
pernyataan-pernyataan dalam kuesioner terkait variabel sosialisasi
perpajakan, kesadaran Wajib Pajak dan kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi.
F. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Wates pada Januari hingga Juni
2020 yakni sebanyak 58.533 Wajib Pajak.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 100
Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Wates di kota
Wates. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah convenience sampling. Kountour (2013: 144)
menjelaskan, convenience sampling yaitu suatu cara untuk memilih
anggota dari populasi untuk dijadikan sampel dimana sesukanya
peneliti (convenience). Peneliti akan memilih sampel yang tersedia saja
atau yang mudah didapat.
Perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian
ini menggunakan rumus slovin sebagai berikut:
𝑛 = N
Keterangan:
n= Ukuran sampel
N= Ukuran Populasi
e= Presentasi kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih ditolerir = 10%
𝑛 = 58.533
1 + 58.533 (0,1)2
𝑛 = 99,99 (dibulatkan menjadi 100)
G. Variabel Penelitian
Sugiyono (2018: 63) menjelaskan, bahwa variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga akan diperoleh informasi berkaitan tentang hal
yang diteliti tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian
ini ada beberapa variabel yang digunakan, yakni:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang dapat
memengaruhi perubahan dalam variabel terikat serta mempunyai
hubungan yang positif serta negatif. Ada 2 variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini, yakni:
a) Sosialisasi Perpajakan
Rimawati, Rohmawati, Lusia dan Prasetyo (2013)
22
dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk meningkatkan pemahaman
dan kesadaran Wajib Pajak dengan memberikan sebuah
pengetahuan kepada masyarakat, dan khususnya Wajib Pajak
tentang segala hal mengenai perpajakan baik peraturan maupun
tata cara perpajakan melalui metode-metode yang tepat. Pada
laman DDTCNews (2019) dijelaskan bahwa, sosialisasi yang
digelar bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam memenuhi kewajiban pajaknya, hal ini menunjukkan
bahwa kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (variabel terikat)
dapat dipengaruhi oleh variabel sosialisasi perpajakan (variabel
bebas).
b) Kesadaran Wajib Pajak
Muliari dan Setiawan (2011) menjelaskan, kesadaran
Wajib Pajak adalah kondisi dimana Wajib Pajak mengetahui,
memahami serta melaksanakan ketentuan perpajakan dengan
benar dan sukarela. Dewi (2019) pada laman www.pajakku.com
menjelaskan, kepatuhan masyarakat terhadap pajak sangat
dipengaruhi oleh kesadaran masyarakatnya. Sangat penting
untuk pemerintah mengupayakan agar dapat meningkatkan
kesadaran pajak bagi warga Negara.
Semakin tinggi tingkat kesadaran Wajib Pajak, maka
pemahaman tentang pajak serta pelaksanaan kewajiban
kepatuhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib
Pajak (variabel terikat) dapat dipengaruhi oleh kesadaran Wajib
Pajak (variabel bebas).
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Sugiyono (2011: 61) menjelaskan, variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini kepatuhan Wajib
Pajak sebagai variabel terikat. Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu
kondisi dimana Wajib Pajak dapat memenuhi semua kewajibannya
dalam membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Maka, konteks kepatuhan Wajib Pajak dalam penelitian ini
mengandung arti bahwa Wajib Pajak berusaha mematuhi peraturan
pajak yang berlaku, baik mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak,
tepat waktu dalam menyampaikan SPT, tidak memiliki tunggakan
pajak untuk semua jenis pajak dan patuh dalam melaporkan dan
membayar tunggakan pajak (apabila ada).
H. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala likert. Sugiyono (2013: 136) menjelaskan, skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seorang
individu atau sekelompok individu tentang fenomena sosial. Dalam
24
kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap variabel sosialisasi
perpajakan, kesadaran Wajib Pajak dan kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi menggunakan pengukuran dengan memberikan skala
masing-masing poin jawaban sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) : 5
Setuju (S) : 4
Netral (N) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
I. Instrumen Penelitian
Arikunto (2002: 128) menjelaskan, instrumen penelitian adalah
alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam melakukan
kegiatannya guna mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah untuk variabel sosialisasi perpajakan, kesadaran Wajib Pajak
dan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Tabel 3.1
Kisi-kisi/Matrik Instrumen Penelitian
Variabel Penelitian Indikator No. Butir Instrumen
Sosialisasi Perpajakan (X1)
(Arya Yogatama, 2014)
1. Tatacara Sosialisasi 1
2. Frekuensi Sosialisasi 2 dan 3
3. Kejelasan Sosialisasi Pajak 4 4. Pengetahuan Perpajakan 5
Tabel 3.1
Kisi-kisi/Matrik Instrumen Penelitian (lanjutan)
Variabel Penelitian Indikator No. Butir Instrumen
Kesadaran Wajib Pajak (X2) (Wuri, M. A, 2009) 1. Mengetahui adanya UU dan ketentuan perpajakan 1 2. Mengetahui fungsi Pajak 2 3. Memahami bahwa kewajiban pajak harus dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku
3
4. Menghitung,
membayar, melaporkan pajak dengan suka rela
4
5. Menghitung,
membayar, melaporkan pajak dengan benar
5
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
(Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.3/2012)
1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT
1 dan 2
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak
3
3. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan
4 dan 5
J. Teknik Pengujian Instrumen
1. Pengujian Validitas
Ghozali (2006) menjelaskan, validitas merupakan suatu uji
untuk mengukur kecermatan instrumen penelitian. Tujuan pengujian
validitas adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatan serta
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu
kuesioner dapat dikatakan valid atau sah jika pertanyaan dalam
26
dalam kuesioner tersebut. Pengujian validitas dapat dibedakan menjadi
2, yakni validitas faktor dan validitas item.
Dalam penelitian ini pengujian validitas digunakan dengan
validitas item. Pengujian dilakukan dengan mengkorelasikan
masing-masing item pertanyaan dengan total nilai setiap variabel. Perhitungan
pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan komputer
program SPSS versi 25, dengan teknik korelasi person.
Adapun kriteria yang digunakan dalam pengujian validitas
dalam penelitian ini sebagai berikut: jika nilai r hitung ≥ dari r tabel
serta bernilai positif (pada tarif signifikan 5% atau 0,05), maka butir
atau pernyataan atau indikator tersebut dapat dikatakan “valid”, begitu
sebaliknya.
2. Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan alat ukur yang sama yang dijelaskan oleh Nurhidayat (2018).
Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban
seseorang terhadap pertanyaan kuesioner adalah konsisten atau handal
dari waktu ke waktu.
Uji reliabitas ini digunakan menggunakan komputer program SPSS
Cronbach (α). Taraf signifikan yang digunakan 5%, jika r hitung > r
tabel maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Arikunto (1982)
menjelaskan bahwa, tingkat reliabilitas instrumen bisa dilihat dari r
hitung dengan kriteria sebagai berikut:
a. 0,600 – 0,799 berarti tinggi
b. 0,400 – 0,599 berarti cukup
c. 0,200 – 0,399 berarti rendah
d. --- < 0,200 berarti sangat rendah
K. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen dan dua
variabel independen, sehingga teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda. Untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini, maka peneliti melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini deskripsi karakteristik responden terdiri
dari frekuensi serta presentasi dari jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, serta tahun kepemilikan NPWP.
2. Deskripsi Hasil Kuesioner
Dalam penelitian ini deskripsi hasil kuesioner adalah gambaran
28
seperti: rata-rata (mean), simpangan baku (standar deviasi), nilai
minimum serta nilai maksimum.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Ghozali (2013: 160) menjelaskan, uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi, antara variabel
independen dan variabel dependen memiliki distribusi normal atau
tidak dari populasi normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan
uji f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Jika tidak mengikuti distribusi normal, maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Metode yang
digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikasi > 0,05, maka asumsi dinyatakan
distribusi normal, dan jika nilai signifikasi ≤ 0,05, maka asumsi dinyatakan tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Ghozali (2013: 105) menjelaskan uji multikolinearitas
adalah uji yang digunakan untuk mengukur apakah pada model
regresi ditemukan korelasi antar variabel independen. Metode
regresi yang baik adalah metode yang seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independen. Dalam uji multikolinearitas
multikolinearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation
Factors (VIF).
Tolok ukur yang digunakan dalam uji multikolinearitas adalah:
H0 : VIF < 10, artinya tidak terdapat multikolinearitas
Ha : VIF > 10, artinya terdapat multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2018: 142) menjelaskan, uji heteroskedastisitas
adalah pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual yang satu
pengamatan ke pengematan yang lain. Jika variance dari residual
satu ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut
heteroskedastisitas.
Model regeresi yang baik adalah tidak terjadinya
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser. Uji Glejser
mengusulkan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel
independen. Dasar pengambilan keputusan untuk pengujian
heteroskedastisitas adalah dengan melihat hasil probabilitas, hasil
probabilitas dikatakan signifikan jika nilai signifikannya di atas
30
4. Analisis Linier Berganda
Ghozali (2018: 96) menjelaskan, analisis linier berganda adalah
analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara
dua atau lebih variabel, serta menunjukkan arah hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen. Persamaan regresi
linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + βnXn
Keterangan:
Y = Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Dependent Variable)
α = Nilai Konstanta
X1 dan X2 = Variabel Sosialisasi Perpajakan dan Variabel
Kesadaran Wajib Pajak (Independent Variable)
β1 dan β2 = Koefisien regresi
5. Uji Hipotesis
Ghozali (2018: 97) menjelaskan, ketepatan fungsi regresi
sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of
fitnya. Secara statistik, setidaknya hal ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F, serta nilai statistik T.
nilai uji statistiknya berada pada daerah kritis (daerah di mana Ho
ditolak) dan sebaliknya.
a. Koefisien Determinasi (R2)
Ghozali (2012: 97) menjelaskan, koefisien determinasi
merupakan suatu alat untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau
satu. Jika nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel
dependen amat terbatas. Sebaliknya, jika nilai R2 mendekati 1
berarti variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen.
b. Uji F
Ghozali (2013: 98) menjelaskan, pada dasarnya uji
statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.
Pengujian f ini dilakukan dengan menggunakan significance
level 0,05 (α= 5%), dengan ketentuan penerimaan atau
penolakan hipotesis sebagai berikut:
1) Apabila F hitung < F tabel atau nilai signifikan > 0.05,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa
32
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
2) Apabila F hitung > F tabel atau nilai signifikan < 0.05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa
secara simultan kedua variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji apakah secara parsial
suatu variabel independen berpengaruh atau tidak terhadap
variabel dependen. Tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 95% atau taraf signifikansi 5% (α = 0,05), dengan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut:
1) Apabila nilai signifikan > 0,05 atau t hitung < t tabel maka
hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa, secara parsial variabel
independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
2) Apabila nilai signifikan ≤ 0,05 atau t hitung > t tabel, maka
hipotesis diterima. Ini berarti bahwa, secara parsial
variabel independen mempunyai pengaruh yang
33 BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah KPP Pratama Wates
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wates didirikan sejak tanggal 30
Oktober 2007. Sesuai peraturan Menteri Keuangan Nomor
55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak, dimana pada saat itu KPP
Yogyakarta II dipecah menjadi 3 (tiga) KPP, yaitu KPP Pratama Sleman,
KPP Pratama Wonosari, dan KPP Pratama Wates. KPP Pratama Wates
diresmikan kegiatan operasionalnya pada tanggal 5 November 2007. KPP
Pratama Wates berada di bawah koordinasi Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lokasi KPP Pratama Wates menjadi 1 (satu) kesatuan dengan
gedung Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Daerah Istimewa Yogyakarta yang
terletak di Jalan Ring Road Utara No. 10 Pugeran, Kelurahan Maguwoharjo,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. KPP Pratama Wates selain menempati lantai enam gedung
Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta.
KPP Pratama Wates mempunyai wilayah kerja meliputi seluruh
kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten
Kulon Progo yang beribukota Wates memiliki luas wilayah 58.627,512 ha
(586,28 km2), terdiri dari: 12 kecamatan, 87 desa, dan 1 kelurahan serta 930
34
otonom di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling barat, dengan
batas wilayah:
a. Barat : Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah
b. Timur : Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y
c. Utara : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
d. Selatan : Samudera Hindia
B. Visi dan Misi KPP Pratama Wates a) Visi
Visi KPP Pratama Wates adalah menjadi kantor pelayanan
pajak unggulan dengan menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif dan efisien, sehingga dapat percaya
oleh masyarakat dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai
organisasi Direktorat Jendral Pajak.
b) Misi
Misi KPP Pratama Wates adalah menghimpun penerimaan
Negara dari sektor pajak dengan meningkatkan mutu pelayanan
sesuai dengan Ketentuan Undang-undang Perpajakan guna
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Wates
Salah satu faktor penting yang dapat menunjang tercapainya tujuan
serta mewujudkan visi dan misi perusahaan adalah dari struktur organisasi.
KPP Pratama Wates memiliki struktur organisasi berbentuk lini. struktur
organisasi KPP Pratama Wates dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Wates Sumber: Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Wates
Berdasarkan struktur organisasi di atas, dapat diuraikan tugas dari tiap
bidang sebagai berikut:
Kepala Kantor Fungsional Pemeriksaan Seksi Pengawasan & Konsultasi I Seksi Pengawasan & Konsultasi II Seksi Pengawasan & Konsultasi III Seksi Ekstensifikasi & Penyuluhan
Sub Bagian Umum & Kepatuhan Internal
Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pelayanan
Seksi Pemeriksaan
36
1. Kepala Kantor
Kepala kantor bertugas untuk melaksanakan pengawasan dan
pengendalian serta menjalankan fungsi kepemimpinan di wilayah KPP
Pratama Wates.
2. Subbagian umum
Subbagian umum bertugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan,
tata usaha, dan rumah tangga.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi pengolahan data dan informasi bertugas melakukan
pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan
perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Ha
atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan
aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan
laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan bertugas melakukan penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat
lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi pemeriksaan bertugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
6. Seksi Penagihan
Seksi penagihan bertugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan
penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen
penagihan.
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi ekstensifikasi perpajakan bertugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan
pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV
Seksi pengawasan dan konsultasi I, II, III, dan IV bertugas melakukan
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,
bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan,
penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan
pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
serta Bea Perolehan Ha katas Tanah dan/atau Bangunan dan melakukan
38
D. Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Wates
Wajib Pajak terdaftar adalah Wajib Pajak yang sudah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dikatakan terdaftar artinya Wajib
Pajak tersebut telah memiliki nomor identitas sebagai Wajib Pajak yakni
suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda
pengenal diri Wajib Pajak dalam melakukan hak serta kewajibannya sebagai
Wajib Pajak. Berikut jumlah Wajib Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Wates, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Wates
Bulan JENIS WAJIB PAJAK
BADAN OP PEMUNGUT Januari 3.352 57.374 833 Februari 3.376 57.692 833 Maret 3.401 58.198 833 April 3.407 58.318 833 Mei 3.422 58.441 950 Juni 3.436 58.533 996
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Wates
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah Wajib Pajak Badan
hingga bulan Juni 2020 sebanyak 3.436, Wajib Pajak Orang Pribadi
sebanyak 58.533 dan Wajib Pajak Pemungut sebanyak 996.
E. Kegiatan Sosialisasi Pajak di KPP Pratama Wates
Sosialisasi pajak merupakan faktor penting dalam menumbuhkan kesadaran
pajak bagi Wajib Pajak baik calon Wajib Pajak maupun yang telah menjadi
berbagai upaya guna meningkatkan kesadaran Wajib Pajak, salah satunya
dengan mengadakan penyuluhan pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wates mengadakan penyuluhan pada
setiap bulannya, terhitung pada tahun 2019 telah terlaksana 28 kegiatan dan total
peserta sebanyak 1.109 orang serta pada Januari hingga juni tahun 2020 telah
terlaksana 21 kegiatan dan total peserta yang hadir sebanyak 893 orang.
Penyuluhan yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wates dilakukan
di tiap-tiap kecamatan yang berada di wilayah Wates dan juga dilakukan di
40 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Karakteristik Responden
Tujuan dari analisis deskripsi dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis data yang berkaitan dengan identitas responden yang meliputi
frekuensi serta presentasi dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, serta tahun kepemilikan NPWP.
1. Jenis Kelamin
Tabel 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data yang diolah pada Juli 2020
Berdasarkan tabel di atas, terdapat bahwa dalam penelitian ini jumlah
responden tertinggi berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 53% atau
sebanyak 53 orang.
2. Usia
Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Presentase (%)
20 - 29 tahun 11 11,00
30 - 39 tahun 34 34,00
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki-laki 47 47,00
Perempuan 53 53,00
Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia (lanjutan)
Usia Jumlah Presentase (%)
40 - 49 tahun 11 11,00
50 - 59 tahun 38 38,00
60 - 69 tahun 6 6,00
Total 100 100
Sumber: Data yang diolah pada Juli 2020
Berdasarkan tabel di atas, terdapat bahwa dalam penelitian ini jumlah
responden tertinggi dengan usia 50 – 59 tahun yaitu sebanyak 38% atau
sebanyak 38 orang.
3. Pendidikan Terakhir
Tabel 5.3
Karaktersitik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Data yang diolah pada Juli 2020
Berdasarkan tabel di atas, terdapat responden dengan latar belakang
pendidikan yang dibagi menjadi 5 bagian yakni Magister, S1, SMA, SMP
dan SD. Dari hasil pengolahan data latar belakang pendidikan dalam
penelitian ini terdapat bahwa jumlah responden yang tertinggi adalah
dengan berlatar belakang pendidikan S1 yaitu sebanyak 71% atau sebanyak
71 orang.
Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase (%)
Magister 11 11,00 S1 71 71,00 SMA 15 15,00 SMP 0 0,00 SD 3 3,00 Total 100 100
42
4. Jenis Pekerjaan
Tabel 5.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah
Presentase (%) PNS 79 79,00 Pekerja Swasta 8 8,00 Wiraswasta 9 9,00 Lainnya 4 4,00 Total 100 100
Sumber: Data primer yang diolah pada Juli 2020
Berdasarkan tabel di atas, dari hasil pengolahan data terdapat
bahwa dalam penelitian ini jumlah responden tertinggi yang memiliki jenis
pekerjaan adalah sebagai PNS yaitu sebanyak 79% atau sebanyak 79 orang.
5. Tahun Kepemilikan NPWP
Tabel 5.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Tahun Kepemilikan NPWP
Sumber: Data primer yang diolah pada Juli 2020
Berdasarkan tabel di atas, dari hasil pengolahan data tahun
kepemilikan NPWP dalam penelitian ini terdapat bahwa jumlah responden
tertinggi yang memiliki kepemilikan NPWP adalah tahun 2010-2014 yaitu
sebanyak 64% atau sebanyak 64 orang.
Tahun NPWP Jumlah Presentase (%)
Tahun 2000 – 2004 9 9,00
Tahun 2005 – 2009 18 18,00 Tahun 2010 – 2014 64 64,00
Tahun 2015 – 2019 9 9,00
B. Deskripsi Hasil Kuesioner
Dalam deskripsi penelitian ini berisi hasil kuesioner yang telah
disebarkan terkait variabel-variabel yang digunakan. Deskripsi hasil
kuesioner berisi data statistik yakni rata-rata (mean), simpangan baku
(standar deviasi), nilai maksimum serta nilai minimum. Deskripsi hasil
kuesioner tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.6
Deskriptif Hasil Kuesioner
Keterangan:
N = Jumlah responden;
Minimum = Jumlah total skor terendah dari setiap variabel;
Maximum = Jumlah total skor terbesar dari setiap variabel;
Mean = Besarnya nilai rata-rata;
Standar deviasi = Besarnya nilai penyimpangan rata-rata.
1. Sosialisasi Perpajakan
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari variabel
sosialisasi perpajakan adalah sebesar 22,69 dengan standar deviasi ± 1,998.
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Sosialisasi Perpajakan 100 17 25 22.69 1.998 Kesadarab Wajib Pajak 100 15 25 21.71 2.761 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
100 15 25 22.35 2.568
Valid N (listwise)
44
Artinya bahwa, besarnya nilai rata-rata variabel sosialisasi perpajakan
terletak diantara jarak dari 20,692 (22,69 – 1,998) sampai dengan 24,688
(22,69 + 1,998). Nilai minimum sebesar 17 dan nilai maksimum sebesar 25
adalah total terkecil dan terbesar dari jawaban responden.
2. Kesadaran Wajib Pajak
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari variabel
kesadaran Wajib Pajak adalah sebesar 21,71 dengan standar deviasi ± 2,761.
Artinya bahwa, besarnya nilai rata-rata variabel kesadaran Wajib Pajak
terletak diantara jarak dari 18,949 (21,71 – 2,761) sampai dengan 24,471
(21,71 + 2,761). Nilai minimum sebesar 15 dan nilai maksimum sebesar 25
adalah total terkecil dan terbesar dari jawaban responden.
3. Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari variabel
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah sebesar 22,35 dengan standar
deviasi 2,568. Artinya bahwa, besarnya nilai rata-rata variabel kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi terletak diantara jarak dari 19,782 (22,35 –
2,568) sampai dengan 24,918 (22,35 + 2,568). Nilai minimum sebesar 15
dan maksimum sebesar 25 adalah total terkecil dan terbesar dari jawaban
C. Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas
a) Variabel Sosialisasi Perpajakan
Tabel 5.7
Analisis Uji Validitas Variabel Sosialisasi Perpajakan
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua butir
pernyataan yang digunakan untuk mencari data terkait variabel
sosialisasi perpajakan memiliki rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung >
rtabel). Jadi dapat disimpulkan bahwa pernyataan dari variabel
sosialisasi perpajakan adalah valid.
b) Variabel Kesadaran Wajib Pajak
Tabel 5.8
Analisis Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua butir
pernyataan yang digunakan untuk mencari data terkait variabel
kesadaran Wajib Pajak memiliki rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung >
No Nilai rhitung Nilai rtabel Hasil
1 0,586 0,195 Valid
2 0,695 0,195 Valid
3 0,784 0,195 Valid
4 0,688 0,195 Valid
5 0,807 0,195 Valid
No Nilai rhitung Nilai rtabel Hasil
1 0,794 0,195 Valid
2 0,748 0,195 Valid
3 0,788 0,195 Valid
4 0,810 0,195 Valid
46
rtabel). Jadi dapat disimpulkan bahwa pernyataan dari variabel
kesadaran Wajib Pajak adalah valid.
c) Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Tabel 5.9
Analisis Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua butir
pernyataan yang digunakan untuk mencari data terkait variabel
variabel kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi memiliki rhitung lebih
besar dari rtabel (rhitung > rtabel). Jadi dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dari variabel kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah
valid.
2. Pengujian Reliabilitas
a) Variabel Sosialisasi Perpajakan
Tabel 5.10
Analisis Uji Reliabilitas Variabel Sosialisasi Perpajakan
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items 0,757 5
No Nilai rhitung Nilai rtabel Hasil
1 0,799 0,195 Valid
2 0,849 0,195 Valid
3 0,789 0,195 Valid
4 0,799 0,195 Valid
Pada tabel di atas, hasil uji reliabilitas pada variabel
sosialisasi perpajakan menunjukkan bahwa, variabel sosialisai
perpajakan memiliki nilai cronbach’s alpha 0,757 > 0,60. Dengan
demikian, dapat diartikan bahwa variabel sosialisasi perpajakan
adalah reliable.
b) Variabel Kesadaran Wajib Pajak
Tabel 5.11
Analisis Uji Reliabilitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items 0,831 5
Pada tabel di atas, hasil uji reliabilitas pada variabel
kesadaran Wajib Pajak menunjukkan bahwa, variabel kesadaran
Wajib Pajak memiliki nilai cronbach’s alpha 0,831 > 0,60. Dengan
demikian, dapat diartikan bahwa variabel kesadaran Wajib Pajak
adalah reliable.
c) Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Tabel 5.12
Analisis Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items 0,855 5
48
Pada tabel di atas, hasil uji reliabilitas pada variabel
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi menunjukkan bahwa, variabel
kesadaran Wajib Pajak memiliki nilai cronbach’s alpha 0,855 >
0,60. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa variabel kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi adalah reliable.
D. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya
data yang telah disebar serta terkumpul di dalam penelitian sehingga
dapat diketahui layak atau tidak digunakan. Hasil pengujian normalitas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.13 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,b
Mean .0000000 Std. Deviation 1.63676121 Most Extreme Differences Absolute .112 Positive .052 Negative -.112 Kolmogorov-Smirnov Z 1.117
Asymp. Sig. (2-tailed) .165
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal karena memiliki nilai signifikan yang lebih besar
daripada 0,05 yakni 0,165.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur apakah pada model
regresi terdapat adanya korelasi antara variabel bebas. Pengujian
multikolinearitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.14
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .428 1.933 .221 .825 Sosialisasi Perpajakan .583 .097 .454 5.997 .000 .732 1.367 Kesadaran Wajib Pajak .400 .070 .431 5.689 .000 .732 1.367
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa data memiliki
angka Variance Inflation Factors (VIF) kurang dari 10 dengan angka
tolerance yang menunjukkan nilai kurang dari 0,1, menunjukkan bahwa
model regresi tidak memiliki masalah multikolinearitas.