• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang

disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan

misalnya makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan makanan yang terlalu

berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner &

Suddart,2000). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Yunita (2010) yang menemukan bahwa adanya hubungan antara gastritis

dengan keteraturan makan, frekuensi makan, kebiasaan makan pedas, kebiasaan

makan asam, dan frekuensi minuman iritatif.

Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis

merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita. Gastritis

merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari – hari, yang bisa

mengakibatkan kualitas hidup menurun, tidak produktif dan bila tidak ditangani

dengan baik akan berakibat fatal bahkan sampai pada tahap kematian. Gastritis

bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin meningkat dan

akhirnya membuat lambung luka – luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak

lambung juga dapat menimbulkan peradangan saluran cerna bagian atas berupa

hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan anemia karena gangguan

absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan dapat menimbulkan kanker

lambung (Suratum, 2010).

Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari

(2)

kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis memerlukan pengaturan makanan

sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Penyakit gastritis yang

memiliki gejala nyeri di daerah ulu hati, mual, muntah, lemas, perut kembung dan

terasa sesak, nafsu makan menurun, serta selalu bersendawa ini banyak diderita

orang - orang usia tua di negara maju. Hal ini berbeda dengan di negara

berkembang yang banyak diderita orang - orang usia dini (Wijoyo, 2009).

World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap

beberapa negara di dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian

gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35

%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8 – 2,1 juta dari

jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara

sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (WHO, 2010).

Indonesia secara global menempati urutan ke empat dengan jumlah

penderita gastritis terbanyak yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis. Angka

kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dan pengamatan yang

dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa

kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di

beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%,

Bandung 32,5 %, Palembang 35,35, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2 %. Tahun

2009 penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit didalam sepuluh penyakit

terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia dan menyerang

lebih banyak perempuan dari pada laki-laki dengan jumlah kasus 30.154 orang

(3)

Seiring perubahan zaman penyakit gastritis sekarang juga banyak diderita

pada kalangan remaja (Soetjiningsih, 2004). Menurut Potter (2005), masa remaja

adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh

teman sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis menyebabkan remaja sanggat

menjaga penampilan. Semua itu sangat mempengaruhi pola makan, termasuk

pemilihan bahan makanan dan frekuensi makan. Remaja takut merasa gemuk

sehingga menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sehari sekali.

Hal itu menyebabkan remaja rentan terkena penyakit gastritis.

Penyakit gastritis ini meningkat pada kalangan mahasiswa yang

merupakan golongan remaja akhir. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Sebayang (2011), dalam penelitiannya jumlah penderita gastritis dari 88 orang

responden mayoritas berusia antara 18 sampai 23 tahun yaitu 74 orang (84,1%).

Gastritis yang pada awalnya terjadi karena pola makan yang tidak teratur

menyebabkan lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola

makan mahasiswa salah satunya dipengaruhi oleh isu yang sedang marak

dikalangannya yaitu body image (citra diri). Hasil penelitian Kusumajaya, dkk

(2007) menjelaskan bahwa persepsi remaja terhadap body image dapat

menentukan pola makan serta status gizinya. Terdapat hubungan positif yang

signifikan antara persepsi body image terhadap frekuensi makan, dimana semakin

negatif persepsi body image (menganggap diri gemuk) maka akan cenderung

mengurangi frekuensi makannya. Diketahui bahwa 41,1% responden merasa

memiliki berat badan yang lebih dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya,

(4)

kurus dan merasa gemuk tapi sebenarnya normal. Kejadian ini cenderung terjadi

pada remaja putri, yaitu sekitar 45,2%. Sedangkan pada remaja putra sekitar 35%.

Keinginan untuk menurunkan berat badan lebih banyak terjadi pada remaja putri

(37,6%) dibandingkan remaja putra (37%). Menurut penelitian Yunita (2010),

menemukan 70% dari responden penelitiannya yang terkena penyakit gastritis

berjenis kelamin perempuan.

Selain itu aktivitas mahasiswa yang padat menyebabkan mahasiswa sering

terlambat makan, secara alami lambung terus memproduksi asam lambung setiap

waktu dalam jumlah yang kecil. Setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar

glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan

merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulus. Bila

seseorang telat makan 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin

banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta

menimbulkan rasa nyeri disekitar epigastrium ( Sediaoetama, 2004 ).

Gaya hidup mahasiswa seperti merokok, minum alkohol, dan minum kopi

juga sangat mempengaruhi kejadian penyakit gastritis. Menurut penelitian

Angkow (2014) ada hubungan faktor pola makan, faktor merokok, faktor minum

alkohol dan faktor minum kopi terhadap kejadian penyakit gastritis. Hal ini

disebabkan karena merokok, minum minuman beralkohol, dan meminum kopi

dapat merusak lapisan perlindungan lambung.

Selain itu mahasiswa juga memiliki kerentanan terhadap stress yang dapat

disebabkan oleh aktivitas perkuliahan, pergaulan, bahkan masalah yang datang

(5)

bahwa ada hubungan antara riwayat stress psikis dengan kejadian penyakit

gastritis. Hal ini terlihat dari jumlah penderita gastritis yang stress sebanyak

64,3% (18 orang), sedangkan jumlah penderita gastritis yang tidak stress sebanyak

35,7% (15 orang). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vera Uripi

(2001:19) menyatakan bahwa stres dapat merangsang peningkatan produksi asam

lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan

antara makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya peradangan di lambung.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti melalui wawancara pada

mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dari

10 orang yang diwawancara ditemukan 60% (6 orang) menderita penyakit

gastritis. Banyak mahasiswa yang mengabaikan gejala – gejala penyakit gastritis,

padahal penyakit gastritis yang tidak diobati dapat mengakibatkan tukak lambung

bahkan kanker lambung. Besarnya dampak yang diakibatkan oleh penyakit

gastritis ini khususnya pada mahasiswa maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan

penyakit gastritis pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian

adalah mengetahui gambaran faktor – faktor yang mempengaruhi pencegahan

penyakit gastritis pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menjelaskan gambaran faktor – faktor yang mempengaruhi

pencegahan penyakit gastritis pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat predisposing factors dalam mencegah

terjadinya penyakit gastritis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015

2. Untuk mengetahui tingkat enabling factors dalam mencegah

terjadinya penyakit gastritis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

3. Untuk mengetahui tingkat reinforcing factors dalam mencegah

terjadinya penyakit gastritis pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

(7)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara agar melengkapi fasilitas kantin agar dapat

mengurangi kemungkinan mahasiswa terkena penyakit gastritis.

2. Sebagai bahan masukan dan pengetahuan kepada mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang pencegahan

penyakit gastritis.

Referensi

Dokumen terkait

To address the viewpoint efficiency, we developed a demonstrator staging a Rubik’s cube (whose components are ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing

Technical Commission V deals with with close-range imaging sensors and applications in the field of industrial metrology, cultural heritage, architecture, biomedical and

Materi praktik terdiri dari dua paket keahlian yang terdiri dari dua kompetensi yang harus ditunjukkan kepada juri dengan melakukan tugas yang sebenarnya pada

mikrokontroler (diusahakan antara mahasiswa satu dengan lain berbeda untuk chip yang jadi bahasannya), yang menjadi faktor penilaian makalah ini adalah kesesuaian materi

kompiler (sering disebut juga Cross-Compiler karena sifatnya yang antar platform misal dari komputer x86 ke AVR atau ARM) khusus yang memungkinkan bahasa pemrograman tingkat

The Sentinel-1 constellation has several advantages over previous radar missions for InSAR applications: (1) Data are being acquired systematically for tectonic and volcanic areas,

Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Pekerjaan Gali Waled Dan Pembersihan Saluran DI Asinan Ds Kadibolo Cs..

Jawaban yang benar untuk mengisi titik-titik adalah .... Pompa air mengisi bak selama 35 menit. Volume bak tersebut 7000 liter. Debit pompa adalah ... Hasil perpangkatan tiga dari