PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan reaksi tanah (pH) 5–6,5. Andisol memiliki ciri solum tanah agak tebal 1–2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur remah. Andisol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi, produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral (Putro, 2010).
Material yang dilontarkan gunung akibat terjadinya erupsi salah satunya berupa abu vulkanik. Menurut hasil analisis yang di lakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit karakteristik abu vulkanik yang terdapat pada gunung Sinabung memiliki kandungan P-Total (0,040%).dan kandungan MgO (0,31%) yang tergolong rendah. Serta kandungan logam berat Fe2O3 (0,15%),Pb (1,07 ppm), Cu (0,28 ppm) dan Cd cukup rendah yaitu (0.09ppm) (Lubis,2011).
Tanah yang terletak di sekitar kaki gunung Sinabung didominasi oleh tanah Andisol. Andisol memiliki beberapa sifat yang menjadi keterbatasan dan kendala utama bagi pertumbuhan tanaman. Permasalahan utama pada andisol adalah retensi fosfat yang cukup tinggi (> 85%) (Mukhlis,2011). Sebagian besar P yang diberikan dalam bentuk pupuk diserap oleh bahan amorf menjadi tak tersedia bagi tanaman.
suplainya selalu rendah. Unsur P dijerap kuat oleh bahan alumunium dan besi non-kristalin sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman (Mukhlis, 2011).
Tanaman hanya dapat menyerap P dalam bentuk yang tersedia. P tanah baru dapat tersedia oleh perakaran tanaman atau mikroba tanah melalui sekresi asam organik oleh akar atau mikroba. Mikroba yang dapat melarutkan P memegang peranan penting dalam sistem pertanian. Semua P berasal dari bahan induk, dan kebanyakan tidak larut kecuali pada kondisi tertentu. Enzim fosfatase digunakan mikroba dan tanaman untuk memperoleh P dari bentuk organik (Hanafiah dkk,2009)
Mikroorganisme pelarut fosfat dapat berupa bakteri (BPF), jamur (JPF), aktinomisetes atau khamir (Premono, 1998). Pada penelitian ini peneliti terfokus pada penggunaan jamur pelarut fosfat karena jamur pelarut fosfat dapat tumbuh optimum dibanding bakteri dan aktinomisetes pada kondisi masam (Ginting, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan jamur pelarut fosfat yang di kombinasikan dengan pemupukan P pada tanah Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung pada tanaman kentang.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jumlah dosis pemberian jamur pelarut fosfat yang tepat sehingga memberikan efek terbaik terhadap ketersediaan dan serapan P pada tanaman kentang.
2. Untuk mengetahui waktu aplikasi yang tepat sehingga memberikan efek terbaik terhadap ketersediaan dan serapan P pada tanaman kentang.
3. Untuk mengetahui dosis pupuk terbaik yang memberikan pengaruh terhadap ketersediaan dan serapan P tanaman.
Hipotesis
Ada pengaruh pemberian jamur pelarut fofat, waktu aplikasi dan dosis pupuk fosfat serta interaksi ketiga perlakuan terhadap ketersediaan dan serapan P tanaman kentang pada andisol terdampak erupsi.
Kegunaan Penulisan
Salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.