REKAYASA IDE
Ide Kreatif Dalam Menerapkan Authentic Assessment K13 Dalam
Pembelajaran Di Sekolah
Di Ajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar
Dosen : Eni Yuniastuti, S.Pd, M.Si
OLEH :
Nisa Putri Utama Sirait
(3153131023)
KELAS : C REGULER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala puji atas segala nikmat yang telah diberikan tuhan kepada kita semua termasuk terselesaikannya Tugas Rekayasa Ide. Sebagai amanat yang diberikan kepada saya didalam memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar.
Sebuah penghargaan bagi saya atas diberikannya tugas ini, karena dengan begitu kita dapat mengkaji mengenai Ide Kreatif Dalam Menerapkan Authentic Assessment K13 Dalam Pembelajaran Di Sekolah, yang pasti akan bermanfaat menambah ilmu dan pengetahuan kita semua.
Dalam kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Dosen Pengampu mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar yang telah membimbing saya. Begitu pun saya menyadari bahwa rekayasa ide ini jauh dari sempurna, untuk sumbang saran maupun masukan sangat saya harapkan.
Atas segala kekurangan tersebut, saya mohon dibukakan pintu maaf seluas-luasnya. Demikian dari saya, semoga segala tujuan baik dengan hadirnya rekayasa ide ini dapat tercapai.
Amin.
Medan, 08 November 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……….. DAFTAR ISI ……….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……… 1.2 Rumusan Masalah ……… 1.3 Tujuan ………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penilaian Afektif ……….. 2.2 Penilaian Kognitif ………... 2.3 Penilaian Psikomotorik ………...
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……….. 3.2 Saran ……….
DAFTAR PUSTAKA ………... i ii
1 2 2
3 7 11
16 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPenilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain) b) Ranah nilai atau sikap (affective domain) c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalahnya yaitu :
1.3 Tujuan Tujuannya yaitu :
1. Mengetahui pengukuran dan penilaian ranah afektif 2. Mengetahui pengukuran dan penilaian ranah kognitif 3. Mengetahui pengukuran dan penilaian ranah psikomotorik
2.1 Penilaian Afektif
Ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit digarap secara operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :
1) Receiving atau attending : (menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya parsitipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan drinya secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang receiving. 3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai
atau memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dri pada receiving atau responding.
4) Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain.
5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Tabel Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran Dengan Domain Tingkatan Aspek Afektif
Sikap dan pengertian Deskripsi
Sikap spiritual
Menghargai dan menghayati
Menjalankan ibadah tepat waktu.
Memberi salam pada saat awal dan akhir
presentasi sesuai agama yang dianut.
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa;
Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri
Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.
Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha.
Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat
Memelihara hubungan baik dengan sesama umat
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia.
Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
Sikap sosial 1. Jujur
adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
Tidak menyontek dalam mengerjakan
ujian/ulangan
Mengungkapkan perasaan apa adanya
Menyerahkan kepada yang berwenang barang
yang ditemukan
Membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya
Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki
2. Disiplin
adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Datang tepat waktu
Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah
Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan
Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar
3. Tanggungjawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
Melaksanakan tugas individu dengan baik
Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat
Mengembalikan barang yang dipinjam
Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
Tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan tindakan kita sendiri
Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta
4. Toleransi
adalah sikap dan tindakan yang menghargai
keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan
Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya
Dapat menerima kekurangan orang lain
Dapat mememaafkan kesalahan orang lain
Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun
yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan
Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain
Kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik
Terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima sesuatu yang baru
5. Gotong royong adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong
Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah
Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
menolong secara ikhlas
imbalan
Aktif dalam kerja kelompok
Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok
Tidak mendahulukan kepentingan pribadi
Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan
pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain
Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama
6. Santun atau sopan adalah sikap baik dalam pergaulan baik dalam berbahasa maupun bertingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya yang dianggap baik/santun pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda pada tempat dan waktu yang lain.
Menghormati orang yang lebih tua.
Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
Tidak meludah di sembarang tempat.
Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat
Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain
Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain
7. Percaya diri
adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak
Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu.
Mampu membuat keputusan dengan cepat
Tidak mudah putus asa
Tidak canggung dalam bertindak
Berani presentasi di depan kelas
Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan
Dalam penilaian afektif, teknik dan bentuk instrument yang dapat dilakukan dengan cara : a. Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang lain. Sedangkan observasi tidak langsung dengan bantuan orang lain, seperti guru lain, orang tua, peserta didik, dan karyawan sekolah.
b. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
2.2 Penilaian Kognitif
berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan
aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa
untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori
pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3) Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan
kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan
dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi
yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Tabel Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran Dengan Domain Tingkatan Aspek Kognitif
No Tingkatan Deskripsi
1 Pengetahua
n
Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
Mengemukakan arti
Menentukan lokasi
Mendriskripsikan sesuatu
Menceritakan apa yang terjadi
Menguraikan apa yang terjadi
2 Pemahaman Arti:pengertian terhadap hubungan
antar-faktor, antar konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
Mengungkapakan gagasan dan
pendapat dengan kata-kata sendiri
Membedakan atau membandingkan
Mengintepretasi data
Mendriskripsikan dengan kata-kata
sendiri
Menceritakan kembali dengan
kata-kata sendiri
3 Aplikasi Arti: Menggunakan pengetahuan untuk
memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari Contoh kegiatan:
Menghitung kebutuhan
Melakukan percobaan
Membuat peta
Membuat model
Merancang strategi
4 Analisis Artinya: menentukan bagian-bagian dari
suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:
Mengidentifikasi faktor penyebab
Merumuskan masalah
Mengajukan pertanyaan untuk mencari
informasi
Membuat grafik
Mengkaji ulang
meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
Membuat desain
Menemukan solusi masalah
Menciptakan produksi baru,dst.
6 Evaluasi Arti: mempertimbangkan dan menilai
benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak
bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.
2.3 Penilaian Psikomotorik
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Tabel Kaitan Antara Kegiatan Pembelajaran Dengan Domain Tingkatan Aspek Psikomotorik
Tingkat Deskripsi
respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
– mengupas mangga dengan pisau – memotong dahan bunga
– menampilkan ekspresi yang berbeda – meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
– meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin
II Gerakan dasar (basic fundamental movements)
Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat
Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak
Contoh kegiatan belajar:
· contoh gerakan tak berpindah: bergoyang,
membungkuk, merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar
· contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
· Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon,
memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
· Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
III. Gerakan Persepsi ( Perceptual obilities)
Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual
Contoh kegiatan belajar:
¨ menangkap bola, mendrible bola
¨ melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga keseimbangan
¨ melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri ¨ menulis alfabet
¨ mengulangi pola gerak tarian ¨ memukul bola tenis, pingpong
¨ membedakan bunyi beragam alat musik ¨ membedakan suara berbagai binatang
¨ mengulangi ritme lagu yang pernah didengar ¨ membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV. Gerakan Kemampuan fisik (Psycal abilities)
Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
Contoh kegiatan belajar:
menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu
tertentu berlari jauh
mengangkat beban menarik-mendorong melakukan push-up
kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut menari
melakukan senam
melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola
V. gerakan terampil (Skilled
movements)
Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga
menari, berdansa
membuat kerajinan tangan
menggergaji
mengetik
bermain piano
skating
melakukan gerak akrobatik
melakukan koprol yang sulit VI. Gerakan indah
dan kreatif (Non-discursive communicatio)
Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan – gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah
– gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
v kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari baletr
v melakukan senam tingkat tinggi v bermain drama (acting)
v keterampilan olahraga tingkat tinggi
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
a. Tes simulasi
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya. b. Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Lembar observasi Beri Tanda (√)
Nama Siswa Mengerjakan Tugas (On-Task)
Tidak Mengerjakan Tugas (Off-Task)
Catatan Guru
Damar
Ayu
Dst…..
Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating Scale
Nama : ……….
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak selesai
( 0 = tidak ada usaha)
No Aspek yang dinilai Skor
4 3 2 1 1. Berdiri tegak menghadap penonton
2. Mengubah ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan
3. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
4. Tidak mengulang-ulang pernyataan
5. Berbicara cukup keras untuk didengar penonton
BAB III
PENUTUP
3.1 KesimpulanRanah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit digarap secara operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex. Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah: Ingatan (C1), Pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6). Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Akasara.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Sri Wardani. 2004. Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional