• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Human Trafficking di Indone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Permasalahan Human Trafficking di Indone"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Permasalahan Human Trafficking di Indonesia

Oleh:

Sarah Syifa Malahayati (115105011)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN

UNIVERSITAS PARAMADINA

JAKARTA 2016

(2)

BAB 1...3

PENDAHULUAN...3

1.1 Latar Belakang Masalah...3

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penulisan Makalah...4

BAB II...5

KAJIAN TEORI...5

2.1 Teori Asosiasi Diferensial (Differential Association Theory)...5

BAB III...6

PEMBAHASAN...6

3.1 Pengertian Human Trafficking...6

3.2 Modus Human Trafficking...7

3.3 Pelaku Human Trafficking...7

3.4 Korban Incaran Human Trafficking...7

3.5 Faktor-faktor Pendorong Human Trafficking...8

3.6 Dampak Human Trafficking...9

3.7 Perkembangan Kasus Human Trafficking di Indonesia...9

3.8 Hambatan Pemberantasan...11

3.9 Solusi Masalah Human Trafficking di Indonesia...12

BAB IV...15

PENUTUP...15

4.1 Kesimpulan...15

4.2 Saran...15

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini masalah yang terjadi disuatu negara sangatlah bervariasi mulai dari sektor-sektor yang paling utama meliputi ekonomi yang memang fatal keberlangsungannya kesejahteraan bagi kehidupan manusia, kesehatan pun tak kalah pentingnya serta pendidikan yang memang dasar utama bagi kemajuan semua peradaban kemajuan negara. Sumber daya alam yang ada diberikan dan menjadi nikmat dapat diolah sebagai bahan pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang diibangi dengan keberadaan daya dukung sumber daya manusia yang dapat dimana Indonesia merupakan negara ke empat terbesar yang memiliki jumlah penduduk banyak cukup wakili bahwa kita sebagai warga negara negara berkembang memanfaatkan sumber daya alam secara efisien dan melestarikannya.

Aktivitas manusia yang dijalankan dapat berdampak positif serta ada pula yang berdampak negatif, keberadaan manusia dapat menguntungkan suatu negara bahkan juga dapat mempersulit gerak suatu negara. Hal yang terkait menguntungkan negara dapat kita lihat contohnya ialah jasa para tenaga kerja yang berada di luar negeri devisa yang mereka hasilkan membuat pendapatan negara bertambah hasilnya dapat dirasakan juga timbal baliknya bagi mereka semua sarana dan fasilitas umum dapat rakyat rasakan. Akan tetapi banyak penyimpangan yang terjadi para calon tenaga kerja indonesia yang awam tidak memiliki pengalaman bekerja di luar negeri mudah ditipu oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab dalam jasa penyaluran kerjanya, hanya dengan diiming-imingi upah besar para calon TKI menurutinya padahal mereka masuk dalam perangkap perdagangan manusia yang dikirim keluar negeri tugasnya berbagai macam bekerja sebagai pemuas kebutuhan para lelaki, sebagai budak, PSK dan lain sebagainya, sisi kehidupan seperti ini dapat menyebabkan faktor kerugian bagi negara bahkan masyarakat Indonesia khususnya. Dengan adanya masalah seperti ini maka Penulis membahas tentang perdagangan manusia dalam konteks pengertian, dampak, kondisi perdagangan manusia di Indonesia saat inim serta solusi penyelesaiannya.

1.2 Rumusan Masalah

(4)

1. Apakah Pengertian, Pelaku dan Faktor pendorong Human Trafficking di Indonesia? 2. Bagaimana perkembangan kasus HumanTrafficking di Indionesia saat ini?

3. Bagimana dampak dan solusi HumanTrafficking di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengertian, siapa pelaku dan apa faktor pendorongnya masalah Human Trafficking di Indonesia.

(5)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Teori Asosiasi Diferensial (Differential Association Theory)

Sutherland menghipotesakan bahwa perilaku kriminal itu dipelajari melalui asosiasi yang dilakukan dengan mereka yang melanggar norma-norma masyarakat termasuk norma hukum. Proses mempelajari tadi meliputi tidak hanya teknik kejahatan sesungguhnya, namun juga motif, dorongan, sikap dan rasionalisasi yang nyaman yang memuaskan bagi dilakukannya perbuatan-perbuatan anti sosial. Teori asosiasi differensial Sutherland mengenai kejahatan menegaskan bahwa :

a. Perilaku kriminal dipelajari dalam hubungan interaksi dengan orang lain melalui suatu proses komunikasi.

b. Bagian penting dari mempelajari perilaku kriminal terjadi dalam pergaulan intim dengan mereka yang melakukan kejahatan, yang berarti dalam relasi langsung di tengah pergaulan.

c. Mempelajari perilaku kriminal, termasuk didalamnya teknik melakukan kejahatan dan motivasi/ dorongan atau alasan pembenar.

d. Dorongan tertentu ini dipelajari melalui penghayatan atas peraturan perundang-undangan; menyukai atau tidak menyukai.

e. Seseorang menjadi deliquent karena penghayatannya terhadap peraturan perundangan lebih suka melanggar daripada mentaatinya.

f. Asosiasi diferensial ini bervariasi tergantung dari frekuensi, durasi, prioritas dan intensitas.

g. Proses mempelajari perilaku kriminal melalui pergaulan dengan pola kriminal dan anti kriminal melibatkan semua mekanisme yang berlaku dalam setiap proses belajar.

(6)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian

Human Trafficking

Krisis moneter berkepanjangan dan lesunya perekonomian menyebabkan banyak keluarga kehilangan sumber pendapatannnya dalam kondisi ini, pelacuran dianggap memberi kesempatan yang lebih baik kepada anak dan perempuan mendapatkan uang. Banyak anak dan perempuan dari desa yang mau meninggalkan kampung halamannya karena tergiur oleh janji-janji yang diberikan oleh para trafficker (orang yang memperdagangkan) untuk bekerja di kota dengan gaji yang besar, tetapi sesampainya di kota, diperdaya atau dipaksa untuk menjadi pekerja seks.

Human Trafficking adalah salah satu bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap anak, yang menyangkut kekerasan fisik,mental dan atau seksual. Human Trafficking merupakan perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, ataupun memberi atau menerima bayaran atau manfaat, untuk tujuan eksploitasi seksual, perbudakan atau praktik-praktik lain, pengambilan organ tubuh. Berdasarkan hal ini, dapat diketahui bahwa proses trafficking adalah perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan (penyekapan), penerimaan. Human Trafficking dilakukan dengan cara: ancaman, kekerasan, paksaan, penculikan, penipuan, penyalahgunaan wewenang. Tujuan dilakukan Human Trafficking

adalah untuk: transplantasi organ tubuh, penyalahgunaan obat, perdagangan anak lintas batas, pornografi, seksual komersil, perbudakan/penghambaan dan lain-lain. Secara umum, faktor-faktor yang mendorong terjadinya Human Trafficking anak adalah kemiskinan, terbatasnya kesempatan kerja, konflik sosial, lemahnya penegakan hukum, rendahnya pendidikan dan kesehatan, kekerasan dalam rumah tangga, desakan ekonomi.

(7)

kehamilan yang tak dikehendaki, dan infeksi penyakit seksual termasuk HIV/AIDS. Kondisi

a. Dengan ancaman dan pemaksaan, biasanya dilakukan oleh trafficker yang telah dikenal dengan pelaku. Dalam hal tersebut pelaku menggunakan kedekatannya dan kedudukannya yang lebih superioritas dibanding korban, sehingga membuat korban berada dalam tekanan dan kedudukan. (Jurnal Perempuan 29, 2002:65)

b. Penculikan; biasanya korban diculik secara paksa atau melalui hipnotis melalui anggota sindikat. Tak jarang juga korban diperkosa atau disodomi terlebih dahulu oleh aggota sindikat sehingga menjadi semakin tidak berdaya. . (Jurnal Perempuan 29, 2002:65) c. Penipuan, kecurangan atau kebohongan; Modus tersebut merupakan modus yang paling

sering dilakukan oleh sindikat trafficking. Korban ditipu oleh anggota sindikat yang biasanya mengaku sebagai pencari tenaga kerja dengan menjanjikan gaji dan fasilitas yang meyenangkan sehingga korban tertarik utuk mengikuti tanpa mengetahui kondisi kerja yang akan dijalani. (Jurnal Perempuan 29, 2002:65)

3.3 Pelaku

Human Trafficking

Pelaku dalam Human Trafficking di Indonesia anak dan perempuan dapat dibeakan dalam 3 unsur. Pembedaan dilakukan berdasarkan peranannya masing- masing dalam tindakan Human Trafficking di Indonesia:

a. Pihak yang berperan pada awal perdagangan.

b. Pihak yang menyediakan atau menjual orang yang diperdagangkan.

c. Pihak yang berperan pada akhir rantai perdagangan sebagai penerima / pembeli orang yang diperdagangkan atau sebagai pihak yng menahan korban untuk dipekerjakan secara paksa dan yang mendapatkan keuntungan dari kerja itu.

3.4 Korban Incaran

Human Trafficking

(8)

mengalami krisis ekonomi seperti hilangnya pendapatan suami/orangtua, suami/orang tua sakit keras, atau meninggal dunia; putus sekolah; korban kekerasan fisik, psikis, seksual; para pencari kerja (termasuk buruh migran); perempuan dan anak jalanan; korban penculikan; janda cerai akibat pernikahan dini; mereka yang mendapat tekanan dari orang tua atau lingkungannya untuk bekerja; bahkan pekerja seks yang menganggap bahwa bekerja di luar negeri menjanjikan pendapatan lebih.

3.5 Faktor-faktor Pendorong

Human Trafficking

Faktor utama maraknya Human Trafficking di Indonesia terhadap perempuan dan anak perempuan adalah kemiskinan. Faktor lain adalah :

a. Pendidikan , 15% wanita dewasa buta huruf dan separuh dari anak remaja tidak masuk sekolah memberikan peluang untuk menjadi korban trafficking. Kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak banyak diketahui hubungan antara kekerasan dalam rumah tanggga dan kekerasan seksual. Tetapi, sekitar separuh, dari anak-anak yang dilacurkan pernah mendapatkan kekerasan seksual sebelumnya Perkawinan usia muda, 30% kawin sebelum usia 16 tahun. Perkawinan usia ini beresiko tinggi perceraian. (Jurnal Perempuan 29, 2002:24)

b. Kondisi sosial budaya keluarga dan masyarakat Indonesia sebagian besar yang patriarkhis. Eksploitasi seksual anak merupakan hal yang sulit apabila sudah terperangkap akan sulit untuk keluar. Menjerumuskan anak pada eksloitasi seksual hanya membutuhkan waktu singkat dan relatif murah tetapi memulihkan mereka dari situasi tersebutmembutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar, terlebih lagi mereka yang mengalami trauma. Anak-anak yang telah memperoleh stigma buruk, sulit diterima masyarakat. (Jurnal Perempuan 29, 2002:24)

(9)

3.6 Dampak

Human Trafficking

Para korban perdagangan manusia mengalami banyak hal yang sangat mengerikan. Perdagangan manusia menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan para korban. Tidak jarang, dampak negatif hal ini meninggalkan pengaruh yang permanen bagi para korban.

Dari segi fisik, korban perdagangan manusia sering sekali terjangkit penyakit. Selain karena stress, mereka dapat terjangkit penyakit karena situasi hidup serta pekerjaan yang mempunyai dampak besar terhadap kesehatan. Tidak hanya penyakit, pada korban anak-anak seringkali mengalami pertumbuhan yang terhambat.

Sebagai contoh, para korban yang dipaksa dalam perbudakan seksual seringkali dibius dengan obat-obatan dan mengalami kekerasan yang luar biasa. Para korban yang diperjualbelikan untuk eksploitasi seksual menderita cedera fisik akibat kegiatan seksual atas dasar paksaan, serta hubungan seks yang belum waktunya bagi korban anak-anak. Akibat dari perbudakan seks ini adalah mereka menderita penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk diantaranya adalah HIV / AIDS. Beberapa korban juga menderita cedera permanen pada organ reproduksi mereka.

Dari segi psikis, mayoritas para korban mengalami stress dan depresi akibat apa yang mereka alami. Seringkali para korban perdagangan manusia mengasingkan diri dari kehidupan sosial. Bahkan, apabila sudah sangat parah, mereka juga cenderung untuk mengasingkan diri dari keluarga. Para korban seringkali kehilangan kesempatan untuk mengalami perkembangan sosial, moral, dan spiritual. Sebagai bahan perbandingan, para korban eksploitasi seksual mengalami luka psikis yang hebat akibat perlakuan orang lain terhadap mereka, dan juga akibat luka fisik serta penyakit yang dialaminya. Hampir sebagian besar korban “diperdagangkan” di lokasi yang berbeda bahasa dan budaya dengan mereka. Hal itu mengakibatkan cedera psikologis yang semakin bertambah karena isolasi dan dominasi. Ironisnya, kemampuan manusia untuk menahan penderitaan yang sangat buruk serta terampasnya hak-hak mereka dimanfaatkan oleh “penjual” mereka untuk menjebak para korban agar terus bekerja. Mereka juga memberi harapan kosong kepada para korban untuk bisa bebas dari jeratan perbudakan.

3.7 Perkembangan Kasus

Human Trafficking

di Indonesia

Perkembangan kasus Human Trafficking (perdagangan orang) di Indonesia sungguh kian mengkhawatirkan. Dari tahun ke tahun, kasus ini meningkat tajam. Seakan-akan, kasus

(10)

di bawah permukaan jauh lebih besar ketimbang yang terlihat di permukaan. Data dari

International Organization for Migration (IOM) mencatat hingga April 2006 bahwa jumlah kasus perdagangan manusia di Indonesia mencapai 1.022 kasus, dengan rinciannya: 88,6 persen korbannya adalah perempuan, 52 persen dieksploitasi sebagai pekerja rumah tangga, dan 17,1 persen dipaksa melacur (www.bkkbn.go.id).

Sepanjang kasus Human Trafficking mencuat di Indonesia sejak 1993, tahun 2000 merupakan tahun yang paling ramai dengan maraknya kasus ini. Modus tindak pidana Human Trafficking sangat beragam, mulai dari dijanjikan pekerjaan, penculikan korban, menolong wanita yang melahirkan, penyelundupan bayi, hingga memperkejakan sebagai PSK komersil. Umumnya para korban baru menyadari bahwa dirinya merupakan korban Human Trafficking

setelah tidak mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, alias dieksploitasi di negeri rantau.

Ada suatu cerita yang memilukan tentang seorang korban Human Trafficking yang terpaksa melompat dari lantai dua hanya untuk melarikan diri perangkap kasus ini. Rina (19), seorang perempuan TKI sempat gelisah dan bingung karena ia dipaksa menjadi pekerja seks komersial. Apalagi, sebelumnya ia sudah disuntik dengan cairan anti-hamil oleh seorang dokter sebelum melayani tamu. Ia tidak kuasa menerima paksaan itu, namun ia sendiri tidak mengetahui kepada siapa ia harus minta pertolongan agar bisa lari dan menyelamatkan diri dari rencana tersebut. Maka, satu-satunya jalan yang mungkin ditempuhnya adalah melarikan diri alias kabur dari perangkap tersebut. Ia dibantu dengan seorang temannya loncat ke dasar lantai yang tingginya mencapai empat meter (Kompas, 8/3/2004).

Mendengar cerita di atas hati kita pasti merasa terenyuh. Susah-susah datang ke negeri rantau, akhirnya cuma “diperdagangkan” secara tidak manusiawi. Rina tidak sendirian. Masih banyak lagi korban-korban lainnya yang perlu mendapatkan pertolongan dan perhatian. Sudah seharusnya pemerintah serius menangani masalah ini, termasuk dalam hal penertiban terhadap agen-agen penyalur jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) ke luar negeri. Para korban Human Trafficking awalnya tidak menduga bahwa mereka akan diperdagangkan karena memang mereka hanya dijanjikan akan mendapatkan pekerjaan setelah sesampainya di negeri orang.

(11)

terhadap empat wanita tersebut. Terungkap fakta bahwa mereka adalah korban penipuan perdagangan manusia dengan modus menawarkan magang kerja di hotel luar negeri.

Mereka menceritakan bahwa setiap calon korban dimintai uang masing-masing sebesar Rp. 3,5 juta dengan alasan untuk membiayai tiket pesawat, pengurusan visa, dan akomodasi selama magang kerja. Namun, kenyataannya mereka justru harus bekerja nonstop selama setahun penuh tanpa libur dan diupah hanya 400 ringgit Malaysia. Dari upah itu, 50 ringgit dipotong pihak agen tenaga kerja, sehingga korban hanya menerima 350 ringgit atau sekitar Rp. 800 ribu perbulan. Berbekal keterangan tersebut, pihak KBRI dan polisi Malaysia dapat menemukan 15 wanita lain yang bernasib sama. Cerita tersebut menunjukkan betapa pedihnya penderitaan yang dialami para korban Human Trafficking.

Kasus perdagangan manusia ini tidak akan sepenuhnya dapat diatasi selama akar pemasalahannya belum terselesaikan. Faktor kemiskinan dan kurangnya lapangan pekerjaan menjadi penyebab terbesar terjadinya perdagangan manusia. Pada umumnya, korban perdgangan manusia ini tidak memiliki pekerjaan sehingga ketika ditawari pekerjaan mereka langsung menerimanya. Pada awalnya memang mereka dijanjikan pekerjaan yang layak, namun pada akhirnya mereka ditipu seperti kasus yang terjadi diatas.

3.8 Hambatan Pemberantasan

Dari berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini masih terdapat 3 hambatan kunci dalam melakukan upaya tersebut, yaitu;

1. Budaya Masyarakat (Culture)

Adanya anggapan bahwa jangan terlibat dengan masalah orang lain terutama yang berhubungan dengan polisi karena akan merugikan diri sendiri, anggapan tidak usah melaporkan masalah yang ada dalam masyarakat tersebut masih mempengaruhi cara berpikir masyarakat dalam melihat persoalan kekerasan perempuan khususnya kekerasan yang dialami korban perdagangan perempuan dan anak.

2. Kebijakan Pemerintah Khususnya Peraturan Perundang-undangan (Legal Substance)

(12)

3. Aparat Penegak Hukum (Legal Structure)

Keterbatasan peraturan yang ada (KUHP) dalam menindak pelaku perdagangan perempuan dan anak berdampak pada penegakan hukum bagi korban. Penyelesaian beberapa kasus mengalami kesulitan karena seluruh proses perdagangan dan perekrutan hingga korban bekerja dilihat sebagai proses kriminalisasi biasa.

3.9 Solusi Masalah

Human Trafficking

di Indonesia

Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan agar kasus perdagangan manusia dapat berkurang. Solusi pertama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan pemuka agama dan pemerintah. Apabila kesadaran masyarakat akan bahaya dari perdagangan manusia sudah muncul, maka diharapkan tingkat perdagangan manusia akan sdikit berkurang.

Solusi kedua adalah memperluas tenaga kerja, fokus pada program Usaha Kecil Menengah (UKM), serta pemberdayaan perempuan. Apabila lapangan kerja di Indonesia sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat, maka keinginan untuk bermigrasi dan bekerja di luar negeri akan berkurang dan resiko perdagangan manusia pun akan semakin berkurang juga.

Solusi selanjutnya adalah meningkatkan pengawasan di setiap perbatas NKRI serta meningkatkan kinerja para aparat penegak hukum. Kejahatan seperti perdagangan manusia dapat saja terjadi. Kemungkinan untuk terjadi akan semakin besar apabila tidak ada pengawasan yang ketat oleh aparat yang terkait. Apabila pengawasan sudah ketat dan hukum sudah ditegakkan, maka kasus perdagangan manusia dapat berkurang.

(13)

Setelah masyarakat mengetahui masalah ini, saatnya mereka memberitahu keepada orang lain yang belum tahu. Apabila informasi seperti ini tidak disebarluaskan, maka rantai masalah ini tidak akan pernah terputus. Sudah menjadi kewajiban masyarakan untuk menyampaikan apa yang terjadi pada orang lain, terlebih lagi orang-orang yang dianggap berpotensi mengalami tindakan perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya permasalahan ini tidak akan menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang lain di sekitar mereka.

Solusi terakhir adalah berperan aktif untuk mencegah. Setelah mengetahui dan berusaha berbagi dengan masyarakat yang lain, kita juga dapat berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan ini. Berperan aktif dapat dilakukan dengan cara melaporkan kasus perdagangan manusia yang diketahui kepada pihak yang berwajib. Masyarakat juga bisa mengarahkan keluarganya untuk lebih berhati-hati terhadap orang lain, baik yang tidak dikenal maupun yang sudah dikenal. Mungkin hal yang dilakukan hanyalah sesuatu yang kecil dan sederhana, namun apabila semua orang bergerak untuk turut melakukannya, bukan tidak mungkin masalah ini akan teratasi.

Upaya Pemerintah Dalam Upaya Pencegahan dan Mengatasi Human Trafficking di Indonesia:

(1) Berpedoman pada UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO).

(2) Memperluas sosialisasi UU No. 21 Tahun 2007 tentang PTPPO. (3) Perlindungan anak (UU No. 23 Tahun 2003).

(4) Pembentukkan Pusat Pelayanan Terpadu (PP No. 9 Tahun 2008 tentang tata cara dan mekanisme pelayanan terpadu bagi saksi atau korban TPPO).

(5) Pemerintah telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Anak

Upaya yang dilakukan kedepan untuk pencegahan Human Trafficking di Indonesia:

(1) Penyadaran masyarakat untuk mencegah Human Trafficking di Indonesia melalui sosialisasi kepada berbagai kalangan (Camat, Kepala Desa/Lurah,Guru, Anak Sekolah). (2) Memperluas peluang kerja melalui pelatihan keterampilan kewirausahaan, pemberdayaan

ekonomi dan lain-lain.

(14)

(4) Kerjasama lintas kabupaten/provinsi dalam rangka pencegahan dan penanganan trafficking.

(15)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Human Trafficking merupakan perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, ataupun memberi atau menerima bayaran atau manfaat, untuk tujuan eksploitasi seksual, perbudakan atau praktik-praktik lain, pengambilan organ tubuh. Modus Human Trafficking dilakukan dengan berbagai cara diantaranya ancaman, paksaan, penculikan dan penipuan. Pelaku Human Trafficking pihak awal perdagangan, pihak yang menyediakan dan pihak akhir akhir sebagai penerima atau pembeli. Akibatnya dari segi fisik terjangkit penyakit, segi psikis mengalami depresi. Solusi untuk mengatasinya ada dua cara yaitu : masyarakat mengikuti penyluhan yang diadakan pemerintah mengenai ketenaga kerjaan dan pemerintah memperluas lapangan pekerjaan. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah ini dengan cara menjalin kerjasama dengan LSM yang menangani masalah ini, membuat berbagai Undang-undang yang melindungi hak anak dan perdagangan manusia serta adanya organisasi dunia PBB yang ada dalam ILO membuat suatu aturan tentang seks manusia dalam (Pasal 29 konvensi ILO).

4.2 Saran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

http://m.beritasatu.com/nasional/112076-indonesia-dikenal-sebagai-surga-human-trafficking.html

Editor, “Sosialisasi Bahaya Trafficking”, Jurnal Perempuan, Edisi 15 Februari 2005

Handhyono, Suparti. Human Trafficking dan Kaitannya dengan Tindak Pidana KDART, Makalah dalam Seminar di Kota Batu-Malang,tanggal 30 November 2006.

Hartiningih, Maria. Feminisme Migrasi dalam Migrasi Internasional, http://www.kompas.com./kolomctil.asp.098!?

Jannah, Fathul et.al., Kekerasan terhadap Istri. Yogyakarta: LKIS,2003.

Jurnal Perempuan, Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia, Jakarta, Ameepro,2002

NN, Aliansi Global Menentang Perdagangan Perempuan: Standar HAM untuk Perlakuan terhadap Orang yang Diperdagangkan, 1999

http://sosialnews.com/peristiwa/perlu-political-will-untuk-lindungi-hak-pekerja.html http://obormalam.blogspot.com/2014/02/perdagangan-manusia.html

http://news.detik.com/read/2014/05/13/105710/2581041/10/kemlu-kasus-perdagangan-manusia-di-indonesia-meningkat-tajam?nd771104bcj

Referensi

Dokumen terkait

Amari also applied the natural gradient update rule for the optimization in the information geometry by using J (θ) = ℓ( x ; θ) as the online objective function, which is equivalent

Uji t tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan atau tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika pada penerapan model

Kesimpulan adalah Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pengalaman, dan perilaku dengan penanganan pertama kejadian kejang demam pada anak usia 6

Setelah dibantu ketersediaan kebutuhan dasarnya melalui zakat, masyarakat miskin di Jawa Timur akan didorong untuk memiliki ketrampilan usaha yang didanai dari pendapatan

Kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mencari perbedaan hasil belajar siswa di kelas X2 yang diberi perlakuan sama yaitu proses pembelajaran meng- gunakan

ABSTRAK ABSTRAK PENGARUH HARGA, PROMOSI, KUALITAS PRODUK, DAN KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN Studi pada Toko Buku Diskon Togamas Koatabaru Yogyakarta Briggita

Mandi balimau kasai tersebut bukanlah termasuk sunnah roslullah, melainkan hanya sebagai tradisi semata yang memiliki nilai filosopis yang tinggi bagi masyarakat

Pendekatan integratif (terpadu) dalam PKLH adalah memadukan atau meyatukan materi PKLH ke dalam mata pelajaran tertentu. Pendekatan ini muncul bertolak dari kenyataan sebagaimana