• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMANFAATAN SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLiMS) DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KOTA SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PEMANFAATAN SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLiMS) DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KOTA SALATIGA"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PEMANFAATAN SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT

SYSTEM (SLiMS) DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN

ARSIP DAERAH KOTA SALATIGA

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan

Oleh:

JEFRI EKO CAHYONO

NIM. A2D009009

PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

ii Dengan ini saya,

nama : Jefri Eko Cahyono NIM : A2D0009009

jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Selain itu, tidak terdapat karya serupa yang pernah diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan ataupun pada Program Studi lainnya kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftar pustaka. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan tata cara penulisan karya ilmiah yang lazim.

Semarang, 30 Agustus 2013 Yang menyatakan,

(3)

iii

Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas

(Anonim)

Skripsi ini saya persembahkan untuk

kedua orang tuaku, adik, dan sahabat-sahabat yang senantiasa menyayangiku,

(4)

iv

Skripsi dengan judul “Analisis Pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS) di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga” telah diperiksa dan

disetujui pembimbing serta diperkenankan untuk diajukan ke sidang skripsi.

Hari : Jumat

Tanggal : 30 Agustus 2013

Semarang, 30 Agustus 2013 Dosen Pembimbing

(5)

v Nama Mahasiswa : Jefri Eko Cahyono

Nomor Induk Mahasiswa : A2D009009

Fakultas/Jurusan : Ilmu Budaya/ Ilmu Perpustakaan

Judul Skripsi : Analisis Pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS) di Kantor

Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga

Telah dinyatakan lulus dalam sidang skripsi pada tanggal 11 September 2013.

Tim Penguji

1. Dra. Sri Ati, M.Si. ( )

2. Bahrul Ulumi, S.Ag, M.Hum. ( )

(6)

vi Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan pada program studi S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.

Penulis menyadari bahwa hanya dengan bimbingan serta bantuan dari beberapa pihak, penulis dapat menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Sudharto P. Hadi, MES, Ph.D, selaku Rektor Universitas Diponegoro Semarang.

2. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang, yang telah memberikan berbagai kemudahan dan fasilitas dalam studi maupun penyusunan skripsi.

3. Dra. Sri Ati, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan dan dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis. 4. Dra. Ngesti Lestari, M.Si. selaku dosen wali yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan selama masa studi.

5. Heriyanto, S.Sos, M.IM., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Bahrul Ulumi, S.Ag, M.Hum. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan demi perbaikan skripsi ini.

(7)

vii

Arsip Daerah Kota Salatiga yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Bapak/Ibu staf dan karyawan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

11. Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan S1 Ilmu Perpustakaan angkatan 2009, terima kasih atas persahabatan kerjasamanya selama ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 30 Agustus 2013 Penulis

(8)

viii

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR ISTILAH ... xi

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 6

1.6. Kerangka Pikir ... 7

1.7. Batasan Istilah ... 8

BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1. Teknologi Informasi ... 9

2.2. Aplikasi Teknologi Informasi di Perpustakaan ... 11

2.3. Senayan Library Management System (SLiMS) ... 18

2.4. Technology Acceptance Model (TAM) ... 22

2.4.1 Persepsi Kebermanfaatan (Perceived Usefulness) ... 24

2.4.2 Persepsi kemudahan (Perceived Ease of Use) ... 26

2.5. Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian ... 33

3.2. Objek dan Subjek Penelitian ... 34

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 34

3.4. Informan ... 35

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 36

(9)

ix

4.2. Visi dan Misi ... 42

4.3. Struktur Organisasi ... 43

4.4. Koleksi Perpustakaan ... 44

4.5. Kegiatan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga . 44 4.6. Pemanfaatan Teknologi Informasi di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Salatiga ... 55

4.7. Pemanfaatan SLiMS di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga ... 57

4.8. Pengembangan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga ... 60

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Identitas Informan ... 63

5.2. Kebermanfaatan SLiMS di Perpustakaan ... 64

5.2.1. Mempercepat Pekerjaan di Perpustakaan ... 65

5.2.2. Meningkatkan Performa Pekerjaan ... 67

5.2.3. Peningkatan Produktifitas Kerja ... 69

5.2.4. Adanya Efektifitas Kerja ... 71

5.2.5. Mempermudah Pekerjaan ... 72

5.2.6. SLiMS Secara Umum Bermanfaat untuk Perpustakaan ... 74

5.3. Kemudahan dalam Pemanfaatan SLiMS di Perpustakaan ... 76

5.3.1. SLiMS Mudah untuk Dipelajari ... 76

5.3.2. Kemudahan Pengontrolan (Controllable) ... 78

5.3.3. SLiMS Jelas dan Mudah Dipahami ... 81

5.3.4. Fleksibel dalam Penggunaan dan Pemodifikasian ... 82

5.3.5. Dapat dikuasai dengan Cepat ... 86

5.3.6. SLiMS Secara Umum Mudah Digunakan ... 88

5.4. Kendala dalam Pemanfaatan SLiMS ... 90

5.5. Ringkasan Pembahasan ... 91

BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan ... 94

6.2. Saran ... 96

(10)

x

Lampiran B : Pedoman Wawancara ... 103

Lampiran C : Reduksi Data ... 105

Lampiran D : Dokumentasi Penelitian ... 128

(11)

xi

Sebenarnya, kode batang ini mengumpulkan data dalam lebar (garis) dan spasi garis paralel dan dapat disebut sebagai kode batang atau simbologi linear.

Barcode reader : Alat pembaca barcode.

Copy cataloging : Penyalinan data bibliografi (katalog) dari pangkalan data lain.

Interface : Tatap muka; tampilan.

Logika boolean : Dalam kontek penelusuran database, logika boolean mengarah pada hubungan logis antar kata kunci dalam penelusuran data elektronik. Di dalam SLiMS digunakan untuk memperluas atau mempersempit hasil penelusuran dengan fungsi “and”, “or”,

atau “not”.

OPAC : Online Public Access Catalog; katalog elektronik dalam jaringan internet.

Open source : Istilah yang digunakan untuk perangkat lunak yang membuka/membebaskan kode sumbernya (source code) untuk diketahui oleh orang lain dan memungkinkan orang mengetahui cara kerja software tersebut dan sekaligus memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada software

tersebut.

Otomasi : Penerapan mesin swatindak atau swakendali dalam suatu proses.

(12)

xii

Plugin : Semacam fungsi atau fitur tambahan yang digabungkan ke sebuah sistem untuk menambah kemampuan dan kinerja dari sistem itu.

SLiMS : Senayan Library Management System; sebuah perangkat lunak manajemen perpustakaan dengan kode sumber terbuka buatan Indonesia.

TAM : Technology Acceptance Model; teori yang biasa digunakan untuk memprediksi penerimaan sebuah teknologi baru.

(13)

xiii

Management System (SLiMS) di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan aspek kemanfaatan dan kemudahan dalam teori Technology Acceptance Model (TAM).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan dipilih berdasarkan kriteria yang telah peneliti tentukan sebelumnya sejumlah 9 orang yang terdiri dari 6 orang pengelola perpustakaan dan 3 pemustaka. Kriteria informan untuk pengelola perpustakaan adalah mereka yang berhubungan langsung dengan SLiMS dalam kegiatan sehari-hari, sedangkan informan pemustaka adalah pemustaka yang menggunakan OPAC minimal 3 kali dalam satu bulan dan sedang melakukan penelusuran dengan OPAC saat peneliti melakukan observasi.

Analisis data yang diperoleh selama penelitian menunjukan hasil bahwa pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS) di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga telah memenuhi dua aspek utama dalam teori Technology Acceptance Model (TAM). SLiMS dinilai bermanfaat untuk membantu pekerjaan di perpustakaan termasuk untuk membantu pemustaka dalam proses penelusuran informasi. Dari penelitian ini diketahui pula bahwa pemanfaatan SLiMS belum maksimal dan masih dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan visitor counter dan penggunaan fitur copy cataloging yang akan menambah manfaat dari SLiMS. SLiMS juga perangkat lunak yang mudah, baik dalam hal instalasi dan modifikasi serta mudah dalam hal pemakaian akan tetapi masih perlu adanya usaha untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk memanfaatkan SLiMS.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi berdampak besar terhadap perubahan pola pikir masyarakat. Pekerjaan yang dulu sebagian besar bergantung ke otot kini lebih di dominasi penggunaan otak. Segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan akurat. Pekerjaan yang membutuhkan waktu lama dan tenaga yang besar dapat dilakukan dengan lebih mudah dengan bantuan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi di segala sektor kehidupan tanpa sadar telah membawa dunia memasuki era globalisasi lebih cepat dari yang dibayangkan semula.

Menurut Sulistyo-Basuki, teknologi informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi (1991:87). Informasi disini meliputi empat kategori, yaitu informasi numerik, informasi audio, informasi teks, dan informasi citra atau gambar. Teknologi informasi terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Perkembangan teknologi informasi saat ini berupa perkembangan infrastruktur teknologi informasi, seperti hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi komunikasi.

(15)

Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian hebatnya ini telah membawa dampak besar terhadap bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, pemerintahan, termasuk perpustakaan. Saat ini hampir semua perpustakaan sudah menggunakan komputer dalam kegiatan keseharianya. Penggunaannyapun beragam, ada yang digunakan sebagai media promosi semisal melalui website, blog, jejaring social, dan lain-lain. Bentuk lain dari pemanfaatan teknoloi informasi di perpustakaan adalah untuk pemesanan dan pengadaan, pengolahan, klasifikasi menggunanan e-DDC, penyimpanan data bibliografis, dan lain-lain. Tak hanya itu, pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan juga mencakup bidang keanggotaan, layanan, penelusuran dengan online public access catalog (OPAC), dan lain-lain.

Semua kegiatan rutin kerumahtanggaan perpustakaan tersebut ditujukan untuk mengontrol koleksi suatu perpustakaan, mulai dari kegiatan pengadaan, pengatalogan sampai kepada kegiatan sirkulasi (Rasiman:2008). Gambaran umum rutinitas kerumahtanggaan perpustakaan mencakup sejumlah pekerjaan sebagai berikut:

(16)

pengadaan tersebut.

(b) Pengatalogan (cataloguing) yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan cantuman (record) bibliografi, dengan tujuan untuk menghasilkan katalog yang digunakan sebagai sarana temu kembali koleksi perpustakaan. Katalog tersebut dapat berbentuk kartu ataupun dalam bentuk online (OPAC).

(c) Pengawasan sirkulasi (circulation control) yaitu seluruh kegiatan yang berhubungan dengan transaksi peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Kegiatan ini mencakup pencatatan peminjaman dan pengembalian koleksi yang biasanya untuk penggunaan di luar perpustakaan. Dengan kata lain, kegiatan ini berhubungan dengan pengontrolan peredaran koleksi perpustakaan.

(d) Pengawasan Serial (serials control) yaitu seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan pesanan, penerimaan dokumen, akses terhadap koleksi serial, pengajuan tuntutan (claim), peminjaman dan penjilidan terbitan berkala atau serial.

(e) Katalog online (online public access catalog) atau OPAC yaitu penyediaan fasilitas temu kembali koleksi perpustakaan melalui terminal komputer untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan.

(17)

pengembalian dan sebagainya. Sistem kerumahtanggaan perpustakaan mengumpulkan dan mengolah data ini untuk keperluan informasi manajemen dan pelaporan.

Menurut pemanfaatanya, penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan. Hal ini melahirkan berbagai istilah yang terkadang masih rancu. Ada istilah perpustakaan terkomputerisasi, perpustakaan terotomasi, perpustakaan digital, dan perpustakaan virtual. Penelian ini selanjutnya akan membatasi pada pemanfaatan teknologi informasi untuk otomasi perpustakaan sesuai pemanfaatan SLiMS yang ada di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga.

(18)

ditambah adanya Senayan Library Management System yang melahirkan komunitas di berbagai daerah.

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga memakai SLiMS sejak 2010 dan pada Maret 2013 melakukan upgrade perangkat lunak otomasinya ke Senayan Library Management System (SLiMS) versi Meranti. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan kebutuhan perangkat lunak yang memadai dan selalu terkini. Upgrade ke SLiMS Meranti ini memberikan beberapa menu baru dalam SLiMS misalnya menu untuk mencetak katalog buku dan tampilan yang baru mengadopsi konsep metro.

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana Pemanfaatan Senayan Library Automation System (SLiMS) yang baru di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga yang dalam hal ini berdasarkan teori Technology Acceptance Model (TAM).

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS) sebagai sarana otomasi di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan aspek kemanfaatan dan kemudahan dalam teori Technology Acceptance Model (TAM).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pendalaman mengenai penerapan Teknologi Informasi di perpustakaan, khususnya Senayan Library Management System (SLiMS) bagi penulis maupun untuk pembaca.

2. Sebagai masukan dalam pengembangan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga maupun perpustakaan lainya.

3. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan Senayan Library AutomationSystem (SLiMS) selanjutnya.

4. Sebagai masukan dalam penelitian sejenis di masa yang akan datang.

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

(20)

1.6 Kerangka Pikir

Berdasarakan latar belakang yang penulis uraikan sebelumnya, maka penulis dapat menguraikan kerangka pemikiran yang merupakan landasan dan arah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Peningkatan Kebutuhan

Teknologi

Upgrade Sistem

SLiMS

Pemanfaatan SLiMS di Perpustakaan

Work More Quickly

Job Performance

Increase Productivity

Effectiveness

Makes Job Easier

Useful

Clear & Understanable Ease to Learn

Controllable

Easy to Use Flexible

Easy to Become Skillful Ease of Use

Usefulness

TAM

(21)

1.7 Batasan Istilah

1. Senayan Library Management System (selanjutnya disebut SLiMS) adalah sebuah perangkat lunak untuk perpustakaan dengan kode sumber terbuka (open source) yang dikembangkan oleh pustakawan. SLiMS dibangun menggunakan teknologi open source juga seperti PHP dan MySQL. Pengembangan SLiMS dibiayai Pusat Informasi dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan website resminya beralamat http://slims.web.id. Saat penulisan skripsi ini, pengembangan SLiMS sudah mencapai versi 5 yang dikenal dengan nama SLiMS Meranti (http://slims.web.id).

2. Technology Acceptance Model (TAM) adalah teori yang dikembangkan oleh Davis pada tahun 1985. Teori TAM ini merupakan adaptasi dari model TRA (Theory of Reasoned Action) yang diperkenalkan Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975. TAM memiliki dua variabel kunci, yaitu

perceived usefulness (kebermanfaatan) dan perceived ease of use

(22)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Teknologi Informasi

Istilah teknologi informasi merupakan gabungan dari dua istilah dasar yaitu teknologi dan informasi. Teknologi dapat didefinisikan sebagai penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang. Sulistyo-Basuki (1991:87) dalam bukunya mengatakan bahwa teknologi ini bersinonim dengan ilmu terapan. Menurut Holland dalam Sulistyo-Basuki, informasi didefinisikan sebagai arti yang diungkapkan oleh manusia yang merupakan hasil dari representasi suatu fakta. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa informasi merupakan suatu data yang diperoleh dari fakta, diproses, disimpan dan dikomunikasikan.

Jadi pengertian teknologi informasi itu adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut lebih cepat, dengan area penyebaran lebih luas dan dapat disimpan lebih lama. Dalam Dictionary of Information and Library Management disebutkan bahwa teknologi informasi adalah penggunaan teknologi dari komputasi, elektronik dan telekomunikasi untuk memproses dan mendistribusikan informasi dalam format digital maupun bentuk lainya. Sulistyo-Basuki (1991:87) mendefinisikan teknologi

(23)

informasi sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah serta menyebarkan informasi yang dapat berupa informasi numerik, audio, teks, maupun citra.

Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada penggunaan teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, tetapi juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirim/menyebarkan informasi. Teknologi informasi adalah perpaduan dari teknologi komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi yang mentransmisikan data, suara, dan video.

Dari uraian di atas, nampak bahwa teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer, tetapi mencakup teknologi telekomunikasi. Dengan kata lain bahwa teknologi informasi merupakan perpaduan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi. Teknologi komputer merupakan teknologi yang berhubungan dengan perangkat komputer seperti printer , pembaca sidik jari, CD-ROM, barcode reader, disk, dan lain-lain. Teknologi komunikasi atau telekomunikasi merupakan teknologi komunikasi jarak jauh. Contoh teknologi telekomunikasi yang kita gunakan sehari-hari adalah telepon, televisi, radio, handphone, dan internet di dalamnya.

(24)

telah dapat digunakan untuk menghubungkan sejumlah komputer baik dalam lingkup lokal, lingkup satu kota, maupun di seluruh dunia. Sehingga komputer dapat berkomunikasi satu sama lain melalui jaringan internet dengan mudah.

2.2 Aplikasi Teknologi Informasi di Perpustakaan

Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat memberikan dampak besar terhadap hampir semua bidang kehidupan tak terkecuali perpustakaan. Perpustakaan berlomba-lomba menerapkan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan lebih baik kepada pemustakanya bahkan Wahyu Suprianto (2008:14) dalam bukunya menyebutkan bahwa kemajuan perpustakaan banyak diukur dari sejauh mana penggunaan teknologi informasi di perpustakaan. Sulistyo-Basuki (1991:91) menyebutkan setidaknya ada tujuh alasan yang melatarbelakangi pengaplikasian teknologi informasi di perpustakaan, yaitu:

1. Mengatur informasi 'ing-griya' (in house information) serta membuat informasi tersebut dapat ditemukembalikan dengan mudah. Maksudnya teknologi informasi digunakan untuk mengelola informasi yang dimiliki perpustakaan sehingga informasi yang dimiliki dapat ditemukembalikan dengan mudah. Informasi dapat berupa informasi bibliografi koleksi yang dimiliki perpustakaan, informasi keanggotaan, informasi terbitan perpustakaan dan lain sebagainya.

(25)

ketahui, saat ini banyak pangkalan data yang menyediakan informasi berupa buku elektronik, jurnal, dan artikel secara online. Ada yang diterbitkan secara lengkap, ada juga yang diterbitkan abstraknya saja. Selain itu dengan pengaplikasian teknologi informasi perpustakaan juga dapat mengakses pangkalan data bibliografi perpustakaan lain.

3. Bertambahnya beban kerja perpustakaan. Dengan adanya ledakan informasi seperti sekarang ini beban kerja perpustakaan semakin meningkat dengan peningkatan jumlah informasi yang harus ditangani. Selain itu beban kerja perpustakaan juga dapat meningkat dengan semakin tingginya akses informasi di perpustakaan atau karena perpustakaan membuka layanan baru.

4. Perlunya efisiensi yang lebih besar dan perlunya menghemat waktu dan tenaga. Perekaman informasi secara elektronik lebih mudah dan apabila sudah direkam jauh lebih mudah untuk ditelusur dibandingkan dengan dokumen cetak meskipun sudah diindeks. Perekaman informasi baru menjadi lebih mudah dengan kemampuan copy cataloging yang banyak diterapkan pada perangkat lunak perpustakaan melalui protokol Z39.50 atau melalui P2P.

5. Perpustakaan mendapatkan fungsi baru dengan penerapan teknologi informasi juga dapat membuka jasa atau layanan baru, misal membuka layanan jurnal online, penelusuran secara elektronik dan sebagainya. 6. Membentuk jaringan kerjasama perpustakaan. Tidak ada perpustakaan

(26)

karena itu diperlukan adanya kerjasama dengan perpustakaan lain yang dapat dilakukan dengan bantuan teknologi informasi. Kerjasama yang dibentuk dapat berupa kerjasama penyediaan akses informasi, kerjasama pengolahan, kerjasama pengembangan sistem dan sebagainya.

7. Ada juga alasan penerapan teknologi informasi di perpustakaan lain yang bagi sebagian orang kurang rasional, misal karena dana tersedia, masuk dalam bagian proyek, untuk alasan prestise, atau untuk membangun citra positif perpustakaan.

Banyak alasan yang mendasari penerapan teknologi informasi di perpustakaan. Secara garis besar, pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan ada dua seperti yang diutarakan oleh Supriyanto (2008:33). 1. Teknologi informasi digunakan sebagai sistem informasi manajemen

perpustakaan.

(27)

Otomasi perpustakaan terdiri dari berbagai komponen. Untuk membangun otomasi perpustakaan setidaknya dibutuhkan tiga komponen berikut (Lasa HS, 2009:224).

a. Pangkalan Data

Setiap perpustakaan pasti tidak akan terlepas dari proses pengelolaan koleksi. Tujuan dari proses ini untuk memperoleh data dari semua koleksi yang dimiliki dan kemudian mengorganisirnya dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu perpustakaan. Pada sistem manual, proses ini dilakukan dengan menggunakan bantuan media kertas atau buku. Pencatatan pada kertas atau buku merupakan pekerjaan yang sangat mudah namun tidak efektif. Penelusuran data yang ada akan sulit apabila data jumlahnya sangat besar meskipun sudah dilakukan pengindeksan. Dengan menggunakan bantuan teknologi informasi, proses temu kembali informasi dapat dipermudah dengan memasukkan kata kunci pada perangkat lunak pengolah data yang digunakan. Perangkat lunak ini akan membantu untuk mengelola pangkalan data perpustakaan, dengan demikian proses pengindeksan dapat dilakukan secara otomatis dan proses penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan akurat karena perangkat lunak ini akan menampilkan semua data sesuai kriteria yang kita tentukan.

b. User/Pengguna

(28)

automasi perpustakaan saat ini, pengguna administrator dibedakan tingkatananya berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnya yang bisa berbeda antara sistem satu dengan sistem lainya. Demi kelancaran otomasi pengguna perlu diberikan pelatihan khusus dalam penggunaan perangkat otomasi, termasuk pemustaka yang nantinya menggunakan sistem untuk proses temu kembali informasi.

c. Perangkat Otomasi

Perangkat automasi yang dimaksud disini adalah perangkat atau alat yang digunakan untuk membantu kelancaran proses automasi. Perangkat ini terdiri dari tiga bagian, yaitu perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan. Tanpa adanya tiga perangkat ini secara memadai maka proses otomasi tidak akan dapat berjalan dengan baik.

1). Perangkat Keras (Hardware)

Yang dimaksud perangkat keras disini adalah komputer dan alat bantunya seperti printer, barcode reader, scanner, dan sebagainya. Kebutuhan akan perangkat keras ini sangat bergantung pada skala perpustakaan. Semakin besar perpustakaan akan membutuhkan perangkat semakin komplek dengan spesifikasi yang yang semakin tinggi pula. Spesifikasi minimal perangkat keras komputer ini juga tergantung dari perangkat lunak yang digunakan.

2). Perangkat Lunak Automasi (Software)

(29)

menyiapkan sebuah perangkat lunak sebagai alat bantu. Perangkat lunak ini mutlak diperlukan keberadaannya karena digunakan sebagai alat bantu pengolahan seluruh kegiatan perpustakaan. Untuk mendapatkan perangkat lunak ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh perpustakaan (Sulistyo-Basuki, 1991:98).

a). Membangun perangkat lunak sendiri. Hal ini bisa dilakukan apabila perpustakaan mempunyai sumber daya manusia yang memadai. Selain itu bisa juga membangun perangkat lunak dengan bantuan pengembang perangkat lunak. Cara ini membutuhkan dana relatif besar, namun keuntunganya perangkat lunak dapat disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan.

b). Mengembangkan sistem melalui kerjasama perpustakaan. Cara ini dapat dilakukan dengan cara beberapa perpustakaan mengembangkan sistem secara bersama-sama kemudian hasilnya diterapkan di perpustakaan pelaku kerjasama tersebut. c). Menggunakan sistem yang dikembangkan oleh perpustakaan

nasional. Beberapa perpustakaan mengembangkan peranngkat lunak perpustakaan yang hasilnya juga dapat digunakan oleh perpustakaan-perpustakaan lain dibawah naungan perpustakaan nasional tersebut.

(30)

besar. Namun, semua proses aplikasi dilakukan oleh vendor segingga perpustakaan tinggal menerima hasil yang sudah jadi. Pada umumnya pembelian perangkat lunak ini disertai fasilitas training dan support selama beberapa periode waktu tertentu. e). Menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan organisasi

nonprofit yang pada umumnya tersedia dengan kode sumber terbuka (open source). Aplikasi dengan kode sumber terbuka banyak tersedia di internet dan umumnya dapat diperoleh secara gratis, misalnya CDS/ISIS, WinISIS, KOHA, OtomigenX, Senayan Library Management System (SLiMS), dan sebagainya. Selain gratis, perangkat lunat tersebut juga relatif mudah untuk dimodifikasi lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan masing-masing perpustakaan.

(31)

d. Jaringan (Network)

Dengan otomasi setiap bagian kerja di perpustakaan harus terintegrasi, untuk itu dibutuhkan jaringan komputer. Untuk perpustakaan yang berada di satu lokasi dapat menggunakan jaringan lokal (LAN), sedangkan untuk perpustakaan yang terpisah oleh jarak dapat menggunakan jaringan metropolitan area network (MAN) atau wide area network (WAN).

2. Penerapan teknologi informasi di perpustakaan sebagai sarana mendapatkan, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam bentuk digital. Bentuk penerapan inilah yang kita kenal dengan istilah perpustakaan digital.

2.3

Senayan Library Management System (SLiMS)

Senayan Library Management System yang lebih dikenal dengan nama Senayan atau SLiMS adalah sebuah sofware untuk manajemen perpustakaan yang bersifat gratis dan kode sumber terbuka (free and open source sofware atau FOSS). Lisensi SLiMS adalah General Public Lisence (GPL) versi 3 yang menjamin kebebasan untuk mendapatkan, menggunakan, mempelajari, mengubah dan mendistribusikan ke pihak lain dengan syarat tidak menghilangkan keterangan kepengarangan dan merubah dengan lisensi lainya.

(32)

Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan mulai rilis ke publik 29 November 2007. SLiMS dibangun di atas platform GNU/Linux, meskipun demikian SLiMS bisa berjalan hampir di semua sistem operasi komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk memudahkan interaktifitas pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous JavaScript and XML) untuk tampilannya di peramban. Beberapa software bersumber terbuka lain juga dipasang di Senayan untuk memperkaya fiturnya, seperti genbarcode dan genbarcode untuk pembuatan barcode, PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan TinyMCE untuk penyuntingan teks berbasis web.

Selain terus memperkaya fitur-fitur SLiMS, tim pengembang juga membuat paket program untuk memudahkan pemasangan. Paket yang disebut Portable Senayan (psenayan) ini berisi program Senayan, Apache (program untuk server), PHP, dan MySQL. Pengguna tinggal mengopi, mengekstrak, dan langsung menggunakannya pada komputer atau server masing-masing. Selain pengembang dari Indonesia, SLiMS juga mendapat bantuan dari Tobias Zeumer, programer dari Jerman yang mengganti program multibahasa SLiMS dengan PHP Gettext, standar program multibahasa di lingkungan peranti lunak sistem terbuka. Selain itu Tobias juga menambahkan fitur bahasa Jerman pada SLiMS.

(33)

katalog dirancang berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan aturan pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules umum dipakai di seluruh dunia.

Saat ini SLiMS sudah jauh berkembang, tak hanya menampilkan data buku, tapi juga dapat menampilkan gambar, suara, buku elektronik, dan bahkan video. Tidak hanya itu SLiMS juga dapat berkomunikasi dengan sistem lain melalui protokol Z39.50 atau P2P untuk copy cataloging data bibliografi. Beberapa kelebihan SLiMS lainya adalah sebagai berikut (Wicaksono, 2011, 2012):

1. Open source: SLiMS berlisensi GPLv3 yang menjamin kebebasan dalam mendapatkan, mempelajari, menggunakan, memodifikasi dan mendistribusikan kembali, http://www.gnu.org/lisence/gpl-3.0.html 2. Aktif dikembangkan dengan transparan. Untuk mengetahui update

terbaru SLiMS dapat diunduh dari http://github.com/slims sedangkan untuk rilis resmi dapat diunduh di situs resminya, http://slims.web.id. 3. Mengikuti standar yang berlaku di perpustakaan dalam membangun

pangkalan data. Standard pendeskripsian katalog dirancang berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan aturan pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules, menggunakan standar metadata MARC. Untuk servis OAI menggunakan standar metadata Dublin Core sedangkan untuk web services di OPAC menggunakan ModsXML.

(34)

5. SLiMS adalah aplikasi multibahasa, mencakup bahasa Inggris, Indonesia, Jerman, Spanyol, Arab, Thailand, Srilanka, Bangladesh, dan Brazilian Portuguise.

6. Mudah membangun katalog bersama dengan Union Catalog Server (UCS). Katalog bersama memudahkan proses penelusuran dari pangkalan data perpustakaan-perpustakaan yang terlibat kerjasama. Selain UCS ada juga Nayanes yang memungkinkan untuk melakukan penelusuran ke banyak pangkalan data sekaligus.

7. Memungkinkan copy cataloging melalui protokol Z39.50, Z39.50 SRU, P2P. Selain itu bisa juga bisa melakukan pertukaran data dengan aplikasi lain dengan data berformat ModsXML, MARC dan CSV.

8. Dengan Sphink SLiMS mampu melakukan penelusuran record dalam jumlah besar hingga ukuran terabyte.

9. Bisa mengambil foto anggota langsung dari webcam.

10. Mendukung versi mobile dan masih banyak keunggulan lainya.

(35)

Perpustakaan SMA Kesatrian 1 Semarang, Sekolah Indonesia-Kairo di Mesir, Perpustakaan Indonesian Visual Art Archive, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia, serta Perpustakaan Umum Kota Salatiga.

2.4

Technology Acceptance Model (TAM)

Sekitar tahun 1970 kebutuhan akan teknologi terus meningkat, tetapi di sisi lain banyak organisasi yang gagal dalam menerapkan teknologi. Banyak peneliti yang mencoba mengkaji fenomena itu tetapi kebanyakan penelitian yang dilakukan gagal memberikan penjelasan mengenai penerimaan atau penolakan sebuah sistem (Davis, 1989). Tahun 1985 Davis merumuskan sebuah teori baru, Technology Acceptance Model (TAM) dalam disertasi yang berjudul “A Technology Acceptance Model for Empirically Testing New End-user Information Systems: Theory and Result”.

(36)

Gambar 2.1: Technology Acceptance Model Final (Chuttur, 2010 hlm. 10)

Dari gambar di atas dapat dipahami hubungan antar konstruksi yang terdapat dalam TAM. Konstruksi eksternal variable dinilai akan mempengaruhi konstruksi perceived ease of use dan konstruksi perceived usefulness. Konstruksi perceived ease of use dianggap akan berpengaruh terhadap konstruksi perceived usefulness. Dilain pihak kedua konstruksi tersebut (perceived ease of use dan perceived usefulness) mempengaruhi konstrusksi behavioral intention to use yang mana behavioral intention to use akan mempengaruhi konstruksi actual system use. Kesimpulannya TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna terhadap suatu sistem akan mempengaruhi sikap pengguna. Selain itu juga jelas tergambar bahwa penerimaan suatu teknologi sangat dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use). Keduanya memiliki determinan yang tinggi dan validitas yang sudah teruji secara empiris (Davis, 1989).

Actual System Use External

Variable

Perceived Ease of Use

Perceived Usefulness

(37)

2.4.1 Persepsi Kebermanfaatan (Perceived Usefulness)

Davis (1985) mendefinisikan perceived usefulness adalah sejauh mana seseorang meyakini bahwa penggunaan sistem informasi tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa perseived usefulness membentuk suatu kepercayaan untuk pengambilan keputusan untuk menggunakan atau tidak. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang mempunyai kepercayaan bahwa suatu sistem kurang berguna maka dia tidak akan menggunakannya. Menurut Davis (1989) suatu sistem dikatakan bermanfaat oleh penggunanya dengan indikator sebagai berikut:

1. Mempercepat pekerjaan (Work More Quickly)

Suatu sistem baru dianggap bermanfaat apabila dapat memangkas waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Pengguna juga akan menilai SLiMS bermanfaat kalau mampu mempercepat pekerjaan yang ada, misal mempersingkat waktu yang diperlukan untuk mencetak kartu anggota.

2. Meningkatkan performa (Improve Job Performance)

(38)

berjalan secara otomatis.

3. Meningkatkan Produktifitas (Increase Productivity)

Pemanfaatan sistem baru diharapkan dapat meningkatkan produktifitas pengguna. Dalam waktu yang sama, dengan SLiMS pengguna dapat menghasilkan sesuatu dalam jumlah lebih banyak dibandingkan ketika dikerjakan secara manual.

4. Efektifitas (Effectiveness)

Efektifitas kerja harus semakin meningkat seiring dengan penerapan sistem baru. SLiMS harus mampu meningkatkan keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan dengan memanfaatkanya.

5. Mempermudah pekerjaan (Make Job Easier)

Salah satu tujuan pemanfaatan sistem baru adalah untuk mempermudah pekerjaan. Kalau dengan sistem baru justru mempersulit pekerjaan dapat dikatakan bahwa sistem yang digunakan tidak berguna. SLiMS dikatakan bermanfaat kalau menjadikan pekerjaan yang awalnya sulit menjadi lebih mudah dengan adanya SLiMS.

6. Bermanfaat (Useful)

(39)

2.4.2 Persepsi kemudahan (Perceived Ease of Use)

Persepsi kemudahan didefinisikan Davis (1985) sebagai tingkat keyakinan seseorang bahwa dalam menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha yang keras. Sistem harus dapat digunakan dengan mudah tanpa usaha yang dianggap memberatkan pengguna untuk menghindari penolakan dari pengguna. Persepsi kemudahan penggunaan merupakan salah satu faktor dalam model TAM yang telah diuji dalam penelitian Davis (1989). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor persepsi kemudahan terbukti dapat menjelaskan alasan seseorang dalam menggunakan sistem dan menjelaskan bahwa sistem baru yang sedang dikembangkan dapat diterima oleh pengguna. Faktor-faktor yang mempengaruhi anggapan kemudahan suatu sistem adalah sebagai berikut:

1. Mudah dipelajari (Easy to Learn)

Sistem yang baik salah satunya ditentukan oleh kemudahan untuk mempelajarinya. Apabila sistem terlalu sulit untuk dipelajari pengguna akan enggan untuk menggunakanya. Anggapan kemudahan pemakaian SLiMS salah satunya ditentukan dengan kemudahan untuk mempelajarinya.

2. Dapat dikontrol (Contollable)

(40)

sirkulasi harus dapat menenukan dengan mudah dimana menu sirkulasi berada.

3. Jelas dan dapat dipahami (Clear and Understantable)

Kemudahan suatu sistem juga dipegaruhi oleh kejelasan tatap muka (interface) dan menu-menu yang ada si dalamnya sehingga memudahkan interaksi pengguna dengan sistem, termasuk pada SLiMS.

4. Fleksibel (Flexible)

Sistem yang fleksible akan sangan memudahkan penggunanya. Pengguna akan lebih suka menggunakan sistam yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dirinya maupun kebutuhan tempat ia bekerja. SLiMS juga dituntut untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan, baik dari segi kemampuan maupun dari segi tampilan. 5. Mudah mahir (Easy to become skillful)

Apabila pengguna sudah mahir menggunakan suatu sistem dalam waktu yang cepat, pengguna akan menilai kalau sistem yang digunakanya itu mudah digunakan. Hal ini dapat dilihat dari berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mahir menggunakan program yang berkaitan dengan bidang pekerjaan pengguna SLiMS.

6. Mudah digunakan (Easy to Use)

(41)

tidak mudah. Pengguna akan menganggap bahwa memanfaatkan SLiMS itu mudah kalau SLiMS mampu memenuhi kriteria tersebut di atas.

2.5 Penelitian Terdahulu

Pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan beberapa tahun terakhir semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dengan semakin murah dan mudahnya untuk mendapatkan akses terhadap suatu teknologi apalagi dengan banyaknya perangkat lunak yang banyak tersedia secara gratis di internet. Hal ini menimbulkan banyak ketertarikan sebagian orang untuk melakukan penelitian tentang pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan. Berikut beberapa penelitian terdahulu terkait penerapan teknologi informasi di perpustakaan.

1. Tahun 2010 Ery Setyo Pramudi melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Perpustakaan Digital Berbasis Senayan Library Management System (SLiMS)”. Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai bagaimana penerapan perpustakaan digital (digital library)

(42)

SLiMS cocok diterapkan di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, dimana penerapannya diposisikan sebagai sarana penunjang pengelolaan perpustakaan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Maharani Rachmaningsih (2012) mengkaji Kepuasan Pemustaka Terhadap Pemanfaatan Software Senayan di Perpustakaan Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran Bagian Neurologi Universias Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pemustaka terhadap pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS) versi portabel di perpustakaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menggunakan teknik analisis data model interaktif. Kesimpulan terakhir dari penelitian adalah para informan merasa puas terhadap software SLiMS dikarenakan kemudahan yang ditawarkanya untuk mencari koleksi perpustakaan.

(43)

adalah sebagai berikut: (1) persepsi pengguna terhadap kemudahan berpengaruh signifikan terhadap persepsi pengguna terhadap kegunaan; (2) persepsi pengguna terhadap kegunaan berpengaruh signifikan terhadap sikap pengguna terhadap penggunaan (3) persepsi pengguna terhadap kemudahan berpengaruh signifikan terhadap sikap pengguna terhadap penggunaan; (4) persepsi pengguna terhadap kemudahan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pengguna; (5) sikap pengguna terhadap penggunaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pengguna.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan ketiga penelitian tersebut. Kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian Pramudi dan Rachmaningsih adalah menjadikan penerapan teknologi informasi di perpustakaan sebagai objek kajianya. Menariknya ketiganya meneliti pemanfaatan SLiMS di perpustakaan hanya saja masih tetap ada perbedaan diantara ketiganya. Penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad yaitu pada penggunaan Technology Acceptance Model di dalam penelitianya. Perbedaan masing-masing penelitian tersebut dengan penelitian ini disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2.1. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 1

Perbedaan

(44)

untuk otomasi perpustakaan

• Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Salatiga

• Menggunakan metode penelitian naturalistik atau kualitatif

membangun perpustakaan digital

• Penelitian sebelumnya di Perpustakaan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

• Menggunakan metode penelitian

research and development

Tabel 2.2. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 2

Perbedaan

Penelitian ini

Penelitian terdahulu (Rachmaningsih) • Obyek penelitian ini adalah

pemanfaatan SLiMS di semua bagian perpustakaan

• Subjek penelitian ini adalah pengelola perpustakaan yang berhubungan langsung dengan SLiMS

• Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Perpustakaan dan Arsip

• Obyek penelitian sebelumnya terfokus pada pemanfaatan SLiMS untuk penelusuran • Subjek dari penelitian ini

adalah pemustaka yang menggunakan menu OPAC SLiMS untuk penelusuran informasi

(45)

Kota Salatiga perpustakaan Fakultas Kedokteran Bagian Neurologi

Universias Diponegoro

Tabel 2.3. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 3

Perbedaan

Penelitian ini Penelitian terdahulu (Muhammad) • Mengkaji pemanfaatan SLiMS

KPAD Kota Salatiga

• Menggunakan metode kualitatif deskriptif (studi kasus)

• Subjek penelitian ini adalah pengelola perpustakaan yang berhubungan langsung dengan SLiMS

• Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Salatiga

• Mengkaji Penerimaan

Komputer Mikro pada Kantor Akuntan Publik di Jateng • Menggunakan metode

penelitian kuantitatif

• Sampel diambil dari auditor Kantor Akuntan Publik

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud, cara kerja sistematis untuk memudahkan pelaksanaan sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan demikian metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode yang digunakan dalam penelitian (Sulistyo-Basuki, 2010: 22).

3.1 Desain dan Jenis Penelitian

Desain penelitian ini adalah kualitatif, hal itu menyebabkan data dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini juga bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatunya tidak dapat di ukur dengan angka dan teori yang digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang telah diteliti (Sulistyo-Basuki,2006:78). Penelitian jenis ini juga tidak menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data, instrumen pengumpulan data adalah peneliti itu sendiri.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif jenis studi kasus. Menurut Sulistyo-Basuki (2010:110), penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat yang cukup dari semua aktivitas, objek, proses,

(47)

dan manusia. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta dan data secara valid untuk memberikan gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.2 Objek dan Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS), sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pengelola Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga yang berhubungan langsung dengan SLiMS dan pemustaka yang menggunakan SLiMS untuk penelusuran koleksi.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif dari sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber Primer

(48)

2. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012:225). Data ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara, maupun dari observasi langsung ke lapangan. Penulis juga menggunakan data sekunder hasil dari studi pustaka. Dalam studi pustaka, penulis membaca literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian, yaitu literatur-literatur-literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Informan

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial dalam kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif tidak disebut responden melainkan narasumber, partisipan atau informan (Sugiyono, 2012:216).

(49)

yang jelas, akurat, dan terpercaya (Moleong, 2000:97). Informasi tersebut dapat berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan yang diteliti.

Informan dalam penelitian ini, penulis tentukan dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:216). Dengan menggunakan purposive sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang dilakukan dan mampu menjelaskan keadaan sebenarnya tentang obyek yang diteliti.

Kriteria informan yang penulis pilih adalah pengelola perpustakaan yang berhubungan langsung dengan pemanfaatan SLiMS di perpustakaan dan pemustaka yang sedang menggunakan OPAC untuk penelusuran saat penelitian berlangsung. Informan terdiri dari tiga orang pengelola perpustakaan PNS, tiga orang pengelola perpustakaan dari tenaga harian lepas dan tiga orang pemustaka yang minimal memakai OPAC tiga kali dalam satu bulan. Informan pemustaka dipilih dari tipe keanggotaan yang berbeda, masing-masing satu orang anggota umum, satu anggota mahasiswa dan satu anggota pelajar.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(50)

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendekatkan peneliti ke orang-orang yang ditelitinya dan ke situasi atau lingkungan mereka yang sebenarny. Dan peneliti dapat masuk ke lingkungan yang ditelitinya atau yang dikenal dengan observasi partisipatif. Pada observasi ini, peneliti mengamati peristiwa, kejadian, pose, dan sejenisnya disertai dengan daftar yang perlu diobservasi (Sulistyo-Basuki, 2010:149).

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2012:118). Melalui wawancara ini pula peneliti menggali informasi secara mendalam dari informan mengenai pemanfaatan SLiMS di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga. Penelitian ini menggunakan wawancara semiterstruktur dengan harapan dapat menemukan informasi lebih terbuka dari informan.

3. Dokumentasi

(51)

dokumen berupa catatan migrasi ke SLiMS Meranti, buku tahunan, buku panduan perpustakaan, dan dari website resmi perpustakaan.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang terkumpul kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat selama proses penelitian. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:246) mengungkapkan bahwa dalam mengolah data kualitatif dilakukan melalui tahap reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting kemudian dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2012:247). Pada tahap ini peneliti memilah informasi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan dengan penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut, semakin sedikit dan mengarah ke inti permasalahan sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai objek penelitian.

2. Penyajian Data

(52)

3. Penarikan Kesimpulan

(53)

BAB IV

GAMBARAN UMUM KANTOR PERPUSTAKAAN

DAN ARSIP DAERAH KOTA SALATIGA

4.1

Sejarah Singkat

Sejarah Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga dimulai dari tahun 1981. Pembentukan nomenklatur perpustakaan tertuang dalam Perda Nomor 1 Tahun 1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga dan Sekretariat DPRD Kodya Dati II Salatiga. Tahun 1983 perda tersebut diperbaharui dengan diterbitkanya Perda Nomor 1 tahun 1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga dan Sekretariat DPRD Kodya Dati II Salatiga. Perpustakaan menjadi Sub Bagian Perpustakaan yang berada di bawah Bagian Hukum dan Organisasi dan Tata Laksana.

Perda tentang perpustakaan mengalami beberapa kali pembaharuan lagi, pada tahun 1990, 1992, 1994 dan tahun 1996. Tahun 1997 menjadi tonggak baru sejarah Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga. Perpustakaan Umum Kota Salatiga menjadi institusi mandiri dengan diterbitkanya Perda Nomor 10 tahun 1997 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan Umum Kodya Dati II Salatiga. Pada tahun ini pula perpustakaan pindah alamat ke Jl. Diponegoro No.10 dari alamat sebelumnya di Jl. Letjend Sukowati No.7 Salatiga.

(54)

Tahun 2002 terjadi perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Pemkot Salatiga. Perpustakaan umum masih dipertahankan sebagai kantor, namun kali ini digabung dengan bidang Arsip dan Data Elektronik. Nomenklatur yang dipakai adalah Kantor Perpustakaan, Arsip Daerah, dan Pengolahan Data Elektronik Kota Salatiga. Perpustakaan umum ditanggani oleh seorang Kepala Seksi Perpustakaan yang dijabat oleh Sungkono, BA dengan kantor di Jl. Letjend Sukowati No.51, sedangkan pelayanan dan koleksi perpustakaan umum berada di Jl. Diponegoro No.37 Salatiga.

Tahun 2005 nomenklatur kembali diperbarui menjadi Kantor Pengolahan Data Elektronik, Perpustakaan dan Arsip Daerah. Selang empat tahun kemudian terjadi perubahan nomenklatur kantor menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2010.

(55)

Md. (2010-sekarang). Pada tanggal 17 Oktober 2011 Agus Parmadi PT, SE, M.Si. resmi menjadi kepala perpustakaan menggantikan Darmono,S.H.

Awal tahun 2013, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah menempati gedung baru di Jl. Adi Sucipto No. 7 Salatiga. Letak Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga sangat strategis, berdekatan dengan sekolah mulai dari TK sampai SMA bahkan dekat dengan UKSW dan STAIN Salatiga. Tidak hanya itu, perpustakaan juga dekat dengan pusat keramaian seperti lapangan Pancasila dan Selasar Kartini. Lokasi yang strategis ini menjadikan perpustakaan selalu ramai pengunjung.

4.2

Visi dan Misi

Visi dari Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga adalah untuk menjadikan perpustakaan dan arsip sebagai pusat informasi, pengetahuan dan kebudayaan yang mendukung visi Kota Salatiga. Untuk mencapai visi tersebut disusunlah rencana strategis yang dituangkan dalam misi perpustakaan. Misi Kantor Perpustakaan dan Arsip daerah Kota Salatiga adalah:

a. Meningkatkan sarana dan prasarana perpustakaan dan kearsipan.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dibidang Perpustakaan dan Kearsipan.

c. Menyelamatkan, memelihara dan mengamankan arsip sebagai sarana informasi utama.

(56)

4.3

Struktur Organisasi

Dalam sebuah organisasi diperlukan adanya struktur organisasi. Hal ini dimaksudkan agar alur instruksi dan koordinasi antar bagian dalam organisasi menjadi jelas. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga memiliki struktur yang terdiri dari kepala kantor, kelompok jabatan fungsional, sub bagian tata usaha, seksi perpustakaan, seksi arsip daerah, serta seksi bina perpustakaan dan kearsipan. Berikut adalah struktur organisasi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga.

Bagan 4.1 Struktur organisasi di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga (Sumber: Arsip Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga)

Seksi Bina Perpustakaan dan Kearsipan Seksi Arsip Daerah

Seksi Perpustakaan

Kelompok Jabatan Fungsional

KEPALA

(57)

4.4

Koleksi Perpustakaan

Perpustakaan mempunyai koleksi yang cukup banyak yang terdiri dari berbagai macam koleksi. Sampai 1 Agustus 2013 tercatat ada 16.548 judul koleksi yang keseluruhanya ada 21.348 eksemplar. Koleksi ini terdiri dari koleksi referensi sebanyak 1.076 judul (1.497 eksemplar), buku teks 13.958 judul (19.382 eksemplar) dan koleksi fiksi sebanyak 1.675 judul (2222 eksemplar). Selain koleksi tersebut perpustakaan juga mempunyai koleksi multimedia berupa CD film dan koleksi huruf braile untuk mereka yang berkebutuhan khusus.

4.5

Kegiatan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota

Salatiga

Banyak hal yang dilakukan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah kota Salatiga dalam rangka menyediakan informasi bagi pemustakanya. Perpustakaan melakukan pengadaan sumber informasi kemudian diolah untuk selanjutnya dilayankan ke pemustaka.

1. Pengadaan

(58)

a. Pembelian

Metode pembelian dilakukan melalui rekanan yang akan mengadakan buku atau dengan lelang melalui ULP (Unit Layanan Pengadaan). Untuk pengadaan ini perpustakaan menerima usulan judul bahan pustaka melalui formulir usulan bahan pustaka yang disediakan di perpustakaan.

b. Hadiah/hibah

Pengadaan melalui hibah yaitu pengadaan bahan pustaka yang sumbernya dari hadiah atau sumbangan pihak lain secara cuma-cuma. Pemberi hibah dapat perseorangan atau organisasi seperti dari Paguyuban Warga Salatiga di Jakarta (Pawarsa), Ikatan Alumni SMA 1 Salatiga, dan dari Yayasan Abiyoso untuk koleksi braile untuk mereka yang berkebutuhan khusus.

2. Pengolahan

(59)

a. Penerimaan bahan pustaka dan pengecekan kembali bahan pustaka yang diterima.

Semua koleksi baru baik yang diperoleh melalui pembelian maupun dari hibah semuanya diperiksa kembali isi dan fisiknya. Hal ini bertujuan untuk menyediakan bahan pustaka yang terkontrol isinya dan dalam kondisi yang baik. Apabila dalam proses ini ditemukan koleksi yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku koleksi akan disortir. Selain pengecekan isi dilakukan juga pengecekan fisik bahan pustaka. Kalau koleksi cacat fisik selanjutnya akan dilakukan klaim dan dikembalikan untuk diganti dengan yang baik.

b. Pemberian nomor inventaris

Setelah bahan pustaka diterima dan diperiksa selanjutnya diberi nomor inventaris. Nomor inventaris di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga terdiri dari 8 karakter, misalnya A1103844, B1100499 dan C1100014.

(60)

c. Mengklasifikasikan bahan pustaka

Klasifikasi bahan pustaka di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga menggunakan sistem klasifikasi persepuluhan Dewey (Dewey Decimal Classification). DDC memiliki sepuluh kelas utama yaitu, 000 (Komputer, Informasi, dan karya umum), 100 (Filsafat dan Psikologi), 200 (Agama), 300 (Ilmu Sosial), 400 (Bahasa), 500 (Sains dan Matematika), 600 (Teknologi), 700 (Olahraga, Kesenian dan Rekreasi), 800 (Sastra), 900 (Sejarah dan Geografi).

d. Pengkatalogisasian

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga sudah tidak menggunakan katalog cetak. Katalog yang digunakan adalah katalog daring menggunakan SLiMS, jadi proses katalogisasi yang dilakukan berupa input data ke database perpustakaan.

Proses input data ini meliputi deskripsi tentang, 1) Nomor Inventaris

2) Judul buku

3) Nama pengarang dan keterangan penanggung jawab 4) Tahun terbit

5) ISBN (International Serial Book Number) 6) Catakan/edisi

7) Data fisik buku (tinggi, dan halaman buku)

(61)

9) Jenis Koleksi 10) Gambar Sampul

Setelah proses input data, proses selanjutnya adalah pencetakan label dan barcode bahan pustaka. Label dan barcode

yang telah dicetak selanjutnya ditempelkan pada bahan pustaka yang bersangkutan sebagai identitas koleksi di perpustakaan.

e. Pemberian perlengkapan bahan pustaka

Pemberian perlengkapan bahan pustaka ini meliputi pemberian kantong buku, lembar tanggal kembali (date due slip), stiker warna (untuk membedakan antara satu kelas klasifikasi dengan kelas klasifikasi yang lain) serta pemasangan sampul buku.

f. Shelving

Shelving adalah kegiatan penempatan buku ke dalam rak koleksi sesuai dengan nomor klasifikasi. Proses ini dilakukan setelah bahan pustaka siap dilayankan kepada pengguna perpustakaan.

3. Layanan

(62)

a. Layanan Teknis

Layanan teknis adalah pekerjaan dalam suatu sistem perpustakaan yang berfungsi untuk mempersiapkan bahan pustaka sebelum bahan pustaka tersebut dilayankan kepada pemustaka.

b. Layanan Pembaca

Layanan pembaca adalah layanan yang berhubungan langsung dengan pemustaka. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga melayani pemustaka setiap hari dengan waktu pelayanan hari Senin sampai Jumat pukul 08.00 – 20.00 WIB dan pukul 08.00 – 16.00 untuk hari Sabtu dan Minggu. Layanan pembaca yang ada di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga meliputi layanan kenaggotaan, layanan sirkulasi, layanan referensi dan lain-lain.

1). Layanan Keanggotaan

(63)

anggota telah diatur dan tersedia di website perpustakaan dan untuk menjadi anggota tidak dikenakan biaya pendaftaran.

2). Layanan Sirkulasi a). Peminjaman

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga menerapkan sistem layanan terbuka, artinya pemustaka dapat langsung melihat, mencari dan meminjam bahan pustaka di rak buku sesuai dengan kebutuhannya. Peminjaman buku di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga dibatasi sebanyak dua buku selama tiga hari. Hal ini dilakukan karena tingginya angka peminjaman sehingga dengan pembatasan jumlah hari perpustaran koleksi semakin cepat.

b). Pengembalian

Pengembalian dilakukan melalui konter pengembalian yang berada di bagian paling dekat dengan pintu masuk. Apabila anggota perpustakaan mengalami keterlamabatan maka dikenakan sanksi berupa penundaan anggota sebanyak jumlah hari yang sama dengan jumlah hari keterlambatan.

c). Perpanjangan peminjaman

(64)

dengan ketentuan koleksi yang dipinjam tidak sedang dipesan oleh orang lain.

3). Layanan Membaca

Layanan membaca adalah layanan berupa penyediaan tempat membaca bagi pemustaka. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga memberikan kesempatan mencari informasi kepada yang bukan anggota perpustakaan untuk membaca bahan pustaka di dalam perpustakaan, namun tidak boleh meminjam bahan pustaka tersebut.

4). Layanan Referensi

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga mempunyai layanan referensi. Layanan referensi menyediakan bahan pustaka seperti kamus, ensiklopedia, dan sumber referensi lainya. Disini ada juga koleksi-koleksi terbitan dari pemerintah, bahkan terbitan pemerintah Belanda yang pernah menguasai Kota Salatiga sebelum kemerdekaan. Bahan koleksi yang ada di layanan referensi hanya boleh dibaca di tempat dan apabila pemustaka ingin memperoleh salinan bahan pustaka pada layanan referensi harus menyerahkan kartu identitas kepada pustakawan kemudian bahan pustaka tersebut dapat difoto kopi di luar perpustakaan. 5). Layanan Perpustakaan Keliling

(65)

pemustaka. Perpustakaan keliling menggunakan mobil yang telah dimodifikasi menjadi perpustakaan lengkap dengan rak dan buku-bukunya. Layanan ini dilakukan Senin sampai Kamis dan Sabtu di lokasi yang cukup jauh dari perpustakaan. Terdapat 16 pos pelayanan yang didatangi mobil perpustakaan keliling yang masing-masing pos mendapatkan kunjungan satu kali dalam dua minggu.

6). Layanan Bercerita (Story Telling)

Layanan story telling adalah kegiatan bercerita yang disampaikan pustakawan kepada pemustaka khususnya siswa Play Group, Taman Kanak-kanak dan siswa-siswi Sekolah Dasar khususnya kelas satu sampai tiga. Kegiatan ini bisa juga dilakukan dengan menonton film edukatif yang mengandung pesan moral yang baik. 7). Layanan Pencarian Bahan Pustaka

(66)

8). Layanan Audio Visual

Layanan audio visual merupakan layanan yang berorientasi pada penggunaan media elektronik. Perpustakaan mempunyai ruang multimedia yang dapat digunakan untuk menikmati layanan ini. Ruang multimedia ini dilengkapi dengan sebuah televisi dan

speaker untuk menunjang pelayanan audio visual. 9). Layanan Bimbingan Pemakai

Layanan bimbingan pemakai adalah layanan yang berfungsi untuk membantu pemustaka dalam memanfaatkan seluruh fasilitas yang ada si perpustakaan. Melalui layanan ini Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga mensosialisasikan fasilitas dan layanan yang dimiliki untuk digunakan oleh pemustaka.

10). Layanan Internet

Layanan internet berupa penyediaan akses internet untuk pemustaka. Perpustakaan menyediakan 6 komputer untuk akses internet yang penggunaanya dibatasi maksimal satu jam setiap orang. Selain menggunakan komputer yang disediakan, pemustaka juga dapat menikmati layanan internet melalui wifi

yang disediakan di perpustakaan dengan membawa perangkat sendiri.

11). Layanan Koleksi Serial

(67)

dan majalah, seperti Intisari, Tempo, Trubus dan Femina. Kolesi serial ini hanya dapat dibaca di ruang serial.

12). Layanan Koleksi Digital

Selain koleksi cetak Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga juga mempunyai koleksi elektronik. Koleksi tersebut tersedia di website perpustakaan http://persipda.salatigakota.go.id dan dapat diakses dari dalam maupun dari luar perpustakaan. Koleksi yang tersedia berupa folklore, kebudayaan dan majalah jendela pustaka.

13). Layanan Koleksi Anak

Anak anak mendapat prioritas cukup besar di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga. Disini disediakan ruang anak, koleksi yang diperuntukan untuk anak-anak lengkap dengan permainan anak-anak. Di layanan anak ini pula mereka dapat menikmati koleksi anak dalam format digital dengan didampingi petugas.

14). Layanan Koleksi Buku Braile dan Komputer Bicara

Gambar

Gambar 1.1: Kerangka Pikir Dikembangkan oleh Peneliti
Gambar 2.1: Technology Acceptance Model Final (Chuttur, 2010 hlm. 10)
Tabel 2.1.   Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 1
Tabel 2.2.   Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

8 Padahal berdasarkan hasil penelitian Iyan (1991) pada perkebunan kelapa menunjukkan bahwa pendapatan bersih petani kelapa yang telah melakukan peremajaan lebih besar

Jumlah nilai parameter estimasi dari semua peubah penjelas yang digunakan menunjukkan bahwa usahatani penggemukan sapi potong di Desa Lebih mendekati kondisi constant return

Kearifan lokal menurut Rosidi (2011: 29) adalah kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu berhubungan

Metode optimasi yang dilakukan adalah mengubah beberapa parameter, yaitu panjang antena, lebar antena dan tapered slot ( tapered length dan tapered rate ), untuk

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Pengaruh pemberian vitamin

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas sitotoksik dari ekstrak metanol daun srigading (Nyctanthes arbor-tristis L.) terhadap kematian 50% larva udang (Artemia

Pada tahap ini dilakukan analisis untuk mengidentifikasi proses bisnis yang sedang berjalan, serta menentukan kebutuhan data dan informasi yang diperlukan dalam