KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan kekuatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tanggung jawab untuk menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, tak luput
dari ingatan semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW.
Pada Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini penulis mengambil judul
“Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik
Melalui E-Government dan Akuntabilitas Publik pada Sistem Pemerintahan Malang”.
Penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, dimaksudkan sebagai laporan
Kuliah Kerja Lapangan kunjungan di Pemerintahan Kota dan Pemerintahan
Kabupaten Malang.
Penulis menyadari masih adanya kelemahan dan kekurangan serta
keterbatasan dalam penyusunan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. Akhir kata
penulis berharap semoga laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat berguna bagi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Birokrasi adalah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para
pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Max Weber
memandang Birokrasi sebagai suatu istilah kolektif bagi suatu badan yang terdiri atas
pejabat-pejabat atau sekelompok yang pasti dan jelas pekerjaannya serta pengaruhnya
dapat dilihat pada semua macam organisasi. Secara teoritis birokrasi adalah alat
kekuasaan untuk menjalankan keputusan-keputusan politik, namun dalam prakteknya
birokrasi telah menjadi kekuatan politik yang dapat merobohkan kekuasaan. Di
negara sedang berkembang seperti Indonesia, birokrasi yang baik tercermin dengan
bagaimana pelayanan publik dari birokrasi tersebut dapat berjalan dengan baik dan
hasil dari pelayanan tersebut dapat berjalan maksimal karena kesejahteraan
masyarakat sangat tergantung pada kemampuan mereka mendapat akses dan
kemampuan untuk dapat menggunakan pelayanan publik. Akan tetapi permintaan
akan pelayanan tersebut biasanya jauh melebihi kemampuan pemerintah untuk dapat
memenuhinya. Hal ini dikarenakan pemusatan segala urusan publik hanya kepada
negara dan urusan pelayanan publik yang demikian kompleks mustahil dapat diurus
pemerintah melaksanakan kebijakan desentralisasi untuk menanggulangi
masalah-masalah yang berkaitan dengan kekuasaan yang tidak merata di setiap daerah.
Pelaksanaan desentralisasi dipandang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi
yang memungkinkan setiap warga negara untuk menentukan sendiri nasib dan
mengapresiasikan keinginannya secara bebas (Setiyono, 2004: 205). Desentralisasi
yang juga merupakan bentuk pelaksanaan dari demokrasi lokal dengan memanfaatkan
kinerja pemerintah daerah dan pada akhirnya juga diharapkan dapat mendorong
pemerintah daerah dapat melaksanakan dan memberikan pelayanan yang maksimal
kepada masyarakat yang ada di daerah. Namun pada prakteknya desentralisasi yang
diharapkan dapat memberikan kesejahteraan pada daerah-daerah justru dimanfaatkan
oleh para aparat-aparat pejabat birokrasi di daerahnya. Semangat dari desentralisasi
yang junjung tinggi untuk melaksanakan birokrasi yang baik perlahan memudar
karena birokrasi dijadikan alat politisasi oleh para pejabat-pejabat daerah untuk
mendapatkan kekuasaan di daerahnya. Birokrasi yang seperti ini yang dapat
memunculkan praktek korupsi karena pejabat birokrasi tersebut merasa daerahnya
adalah kewenangan para pejabat tersebut untuk melakukan apapun termasuk korupsi.
Masalah-masalah mengenai birokrasi dapat kita jumpai dalam
kegiatan-kegiatan birokrasi yang ada di setiap daerah. Karena kinerja birokrasi yang buruk
maka hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah reformasi birokrasi. Gerakan
reformasi ini menghendaki birokrasi memiliki netralitas politik, transparan,
menciptakan birokrasi yang lebih baik, kinerja birokrasi dan penyelenggaraan
pemerintahan (daerah) yang lama harus segera dapat ditinggalkan dan diganti dengan
paradigma birokrasi yang baru. Menurut Fadel Muhammad (2008), reformasi
birokrasi melalui reinventing local government akan dapat berhasil jika ada inovasi
dan terobosan yangberkesinambungan untuk meningkatkan kinerja dan network agar
perubahan menjadi lebih cepat menyebar dan mendapat dukungan.
Seperti contoh adalah Pemerintah Kota (Pemkot) dan Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Malang, sejauh ini dinilai memiliki potensi terbesar dalam menciptakan
model pelayanan publik yang partisipatif dan sekaligus berkeadilan. Pemkot dan
Pemkab sudah melakukan reformasi birokrasi untuk mewujudkan pelayanan yang
maksimal terhadap masyarakatnya Pemkot Malang menerapkan e-government
sebagai implementasi pelayanan publik berbasis sistem informasi. Sementara itu,
Pemkab Malang memiliki sejumlah terobosan yang patut ditiru daerah lain. Terutama
dalam memberikan akses informasi, transparansi, dan pengaduan publik yang
ditunjang teknologi informasi.
C. Fokus Permasalahan
Penentuan tahapan penelitian memiliki dua tujuan. Pertama, penetapanfokus
berfungsi untuk membatasi studi. Jadi dalam hal ini fokus membatasi bidang inkuiri.
Kedua, penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi criteria inklusif-eksklusif atau
mengenai bagaimana pelaksanaan reformasi birokrasi dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan publik melalui e-government dan akuntabilitas publik pada sistem
Pemerintahan Malang.
D. Tujuan Penelitian
Berdasakan permasalahanya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memahami dan menjelaskan reformasi birokrasi dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan publik melalui e-government dan akuntabilitas publik pada sistem
Pemerintahan Malang.
E. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya Ilmu Politik.
Pengembangan tersebut diharapkan bisa menjadi bahan referensi bagi materi
perkuliahan dan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan
peningkatkan kualitas pelayanan publik melalui e-government dan
akuntabilitas publik.
2) Manfaat Praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca terkait reformasi birokrasi dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan publik melalui e-government dan akuntabilitas publik pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reformasi Birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur
negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain itu, dengan pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan
strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan
dinamika tuntutan masyarakat.1
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala
bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang
pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah
di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.2
1 Kejaksaan Republik Indonesia, “Reformasi Birokrasi Pengertian Umum.”
http://www.kejaksaan.go.id/reformasi.php?iat=1&id=2 (diakses pada tanggal 3 Juli 2012)..
2 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Pelayanan Publik” http
Pemerintahan elektronik atau e-government adalah penggunaan teknologi
informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi
warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan.
e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik,
untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses
kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama adalah
Citizen atau Customer (G2C),
Government-to-Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling
diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta
aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.3
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi
publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan
lembaga yudikatif Kehakiman) yang mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini
sering digunakan secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat
dipertanggungjawabkan yang dapat dipertanyakan , yang dapat dipersalahkan dan
yang mempunyai ketidakbebasan termasuk istilah lain yang mempunyai keterkaitan
dengan harapan dapat menerangkannya salah satu aspek dari administrasi publik atau
pemerintahan, hal ini sebenarnya telah menjadi pusat-pusat diskusi yang terkait
dengan tingkat problembilitas di sektor publik.4
3 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Pemerintah Elektronik” http
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_elektronik (diakses tanggal 3 juli 2012).
4 Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Akuntabilitas”
BAB III
3.1 Kebijakan Pengembangan E-Goverment Kota Malang
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan sudah merupakan tuntutan, cepat atau lambat di era
global dan otonomi daerah yang telah memunculkan semangat keterbukaan dan
pemberdayaan potensi masyarakat, timbulnya harapan masyarakat akan kebutuhan
pelayanan prima dan kecepatan dalam mengakses informasi, mengharuskan
Pemerintah Daerah untuk segera menerapkan teknologi informasi dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan melaluibimplementasi e-Government secara
terintegrasi. Di Kota Malang, bersamaan dengan terbitnya Inpres No : 3 Tahun 2003
tentang kebijakan dan strategi Nasional pengembangan e-Government, sudah
memulai pelaksanaan pengembangan e-Government melalui program pembangunan
jaringan “Malang Online” sebagai langkah awal dalam penyediaan infrastruktur
telematika yang dilaksanakan secara bertahap dalam setiap tahun dimulai sejak tahun
anggaran 2003.
Menyesuaikan dengan tujuan dan strategi Nasional dalam pengembangan
e-government, kebijakan pengembangan e-Gov melalui program “Malang Online”
diarahkan dengan maksud dan tujuannya adalah membangun sistem informasi dan
komunikasi Kota Malang dengan menjalankan fungsi teknologi informasi yang
memanfaatkan komputer, yakni:
Fungsi Internet (Jaringan Global)
Menyebarkan informasi seluas-luasnya mengenai potensi Kota
Malang agar aparatur Pemerintah Kota Malang semakin memahami
secara luas seputar teknologi informasi dan komunikasi khususnya
dalam perkembangannya di Indonesia dan mancanegara.
Fungsi Intranet (jaringan lokal)
Mempermudah aparatur Pemerintah Kota Malang untuk
melakukan koordinasi, komunikasi dan transformasi data antar unit
kerja. Mempermudah unsur pimpinan Pemerintah Kota Malang untuk
melakukan pemantauan dan koordinasi internal antar unit kerja
terhadap data-data atau informasi perkembangan pembangunan yang
terbaru (uptodate) di lingkungan Pemerintah Kota Malang.
Meningkatkan kebutuhan informasi dalam organisasi Pemerintah Kota
Malang, yaitu pelayanan informasi, pelayanan interaktif, dan
informasi baik intern Pemerintah Kota Malang maupun ekstern
(masyarakat) dapat terlayani secara cepat, baik dan benar. Terciptanya
mekanisme pengambilan keputusansecara berdaya guna dan berhasil
guna, dalam upaya menunjang keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
3.3 Pelaksanaan Pembangunan Jaringan “Malang Online”
Memasuki era otonomi daerah, peran dan fungsi kewenangan daerah dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat
di daerah menjadi semakin luas. Dalam menciptakan good governance serta
penyelenggaraan otonomi daerah, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) pada setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dihindarkan
lagi. Penerapan TIK yang terintegrasi dalam satu kesatuan sistem merupakan
kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi dalam rangka mendukung pertukaran data
dan informasi serta penyaluran berita secara cepat, akurat dan aman.
Keberadaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di lingkup
Balaikota telah digunakan jaringan kabel atau yang lazim disebut jaringan Lokal Area
Network (LAN), sedangkan yang berada di luar lingkup Balaikota menggunakan
wireless. Untuk mendukung program tersebut, Pemerintah Kota Malang berusaha
dengan keras untuk mewujudkannya melalui kegiatan pembangunan jaringan yang
anggaran 2005 telah berhasil dibangun seluruh jaringan yang menghubungkan
seluruh SKPD sampai ditingkat Kecamatan. Untuk program tahap berikutnya
jaringan Malang Online akan diperluas nantinya meliputi seluruh Kelurahan yang ada
di Kota Malang (57 Kelurahan).
3.4 Kabupaten Malang, Peraih Special Category Bidang Akuntabilitas Publik Jauh hari sebelum UU No 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
lahir, JPIP sudah memasukkan isu transparansi dan akses informasi publik menjadi
bagian penilaian Otonomi Award. Isu lain, yaitu sanitari birokrasi, responsivitas dan
responsibilitas aparatur, serta pengaduan masyarakat, dijadikan pembentuk indikator
akuntabilitas publik. Indikator itu mengukur sejauh mana pemerintah daerah
bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Sebagai peraih Otonomi Award 2010 bidang
akuntabilitas, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang memiliki sejumlah terobosan
yang patut ditiru daerah lain. Terutama dalam memberikan akses informasi,
transparansi, dan pengaduan publik yang ditunjang teknologi informasi. Melalui
badan pengolahan data elektronik (PDE), Pemkab Malang telah membuat website
pemkab dan subdomain yang melingkupi seluruh satuan kerja perangkat daerah
(SKPD), kecamatan, DPRD, dan BUMD.
Yang istimewa adalah keberanian Pemkab Malang memberikan kemudahan
akses bagi publik untuk memperoleh dokumen rincian APBD. Yang perlu menjadi
catatan, kabupaten/kota lain hanya memublikasikan APBD dalam bentuk ringkasan.
diunduh di website http://www.malangkab.go.id. Dalam versi cetak, dokumen APBD
tersebut bisa setebal sepuluh sentimeter (10 cm) atau setara 2 rim kertas HVS. Akses
terhadap APBD yang mudah diunduh tersebut jelas merupakan terobosan yang patut
dipertahankan dan ditiru daerah lain. Itu perlu diapresiasi karena masih banyak
daerah lain yang menganggap APBD sebagai dokumen rahasia. Padahal, APBD
merupakan informasi publik yang boleh didapatkan masyarakat. Justru, pejabat
pemerintah yang mempersulit akses, menurut UU No 14/2008, bisa dipidanakan.
3.5 Program Penunjang Akuntabilitas Publik Pemerintah Kabupaten Malang Inovasi lain penunjang akses informasi publik yang dikembangkan Pemkab
Malang adalah domain website Pemkab Malang menggunakan metode CMS (content
management system). Yaitu, sebuah sistem yang memberikan kemudahan bagi semua
user dalam mengelola dan mengubah isi website. User dalam hal ini adalah
masing-masing SKPD, kecamatan, serta BUMD yang bertanggung jawab atas isi website.
Sampai saat ini, telah terkoneksi instansi Pemkab Malang sebagai user yang dapat
memberikan informasi melalui website sesuai tanggung jawabnya. Sampai
pertengahan 2010, antara lain, ada empat asisten sekretaris daerah, 14 bagian
sekretariat daerah, tiga bagian sekretariat DPRD, 19 dinas, 10 badan, inspektorat,
UPT perizinan, RSUD Kanjuruhan, 33 kecamatan, 12 kelurahan, dan 7 desa.
Untuk memperluas akses informasi publik, Pemkab Malang juga memiliki
sejumlah program penunjang lain. Meliputi, layanan pengaduan masyarakat dengan
(M-CAP). Surat warga (pengaduan) merupakan upaya pemkab untuk menjaring
aspirasi, kritik, keluhan, saran, dan masukan dari masyarakat, baik di wilayah
Kabupaten Malang maupun dari luar wilayah. Pengaduan diakomodasi melalui
website dan pos PO BOX 9000. Seluruh pengaduan masyarakat dapat ditujukan
kepada bupati, wakil bupati, maupun instansi pemerintah (SKPD). Contohnya,
rekapitulasi surat warga (pengaduan) yang masuk pada 2007 yang mencapai 61 surat,
2008 (104 surat), 2009 (202 surat), dan pertengahan 2010 (97 surat) merupakan
pengaduan serius dan telah ditanggapi.
Mail tracking dibuat sebagai solusi atas persoalan administrasi surat-menyurat
yang konvensional. Mail tracking tersebut memakai aplikasi yang menggunakan
jaringan internet yang terintegrasi ke website Pemkab Malang. Dengan sistem
tersebut, administrasi surat keluar dan masuk dari internal maupun masyarakat umum
bisa terlacak. Dengan demikian, tidak ada lagi keruwetan surat-menyurat karena
berkas hilang entah di meja pejabat yang mana. Telecenter merupakan pusat fasilitas
teknologi informasi bagi masyarakat. Berupa balai informasi masyarakat berbasis
internet yang dilengkapi fasilitas internet, telepon, dan faksimile. Fasilitas tersebut
sementara ditempatkan di daerah yang telah menjadi sentra UKM karena
diprioritaskan untuk menunjang perkembangan sentra ekonomi masyarakat.
Contohnya, Telecenter Tirtoyudo dan Telecenter UPT Kendedes.
Sementara itu, mobile-community access point (M-CAP) muncul karena
khususnya di daerah pedesaan. Program tersebut berfungsi sama seperti telecenter.
Namun, tidak statis, tapi bergerak karena berupa mobil yang dilengkapi fasilitas
seperti telecenter. Pemkab Malang menyediakan unit mobil M-CAP yang dilengkapi
fasilitas enam laptop dan penunjangnya untuk melayani layanan internet, telepon, dan
faksimile di desa-desa. Mobil tersebut keliling ke desa-desa dengan jadwal khusus
agar masyarakat desa bisa mengakses kebutuhan informasi, terutama tentang
pemerintahannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam kenyataannya fungsi dan peranan e-Government dalam mendukung
kegiatan pelayanan publik sungguh sangat besar. Implementasi e-Gov yang
dikembangkan oleh Pemerintah Kota Malang melalui program pengembangan
“Malang Online” yang telah dilaksanakan sesuai dengan arah kebijakan
sebagaimana yang ditetapkan dalam Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government.
Web site yang telah dibangun merupakan satu bagian dari program Malang
Online sebagai pelaksanaan fungsi pelayanan data informasi dalam
implementasi e-Government, dapat dimanfaatkan sebagai media informasi
dan komunikasi yang efektif dalam upaya mempromosikan potensi daerah
yang akan dikembangkan sebagaimana motto “Tribina Cita”, guna menarik
minat investor dalam mengembangkan usahanya di Kota Malang, serta
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kota Malang.
Keberanian Pemkab Malang memberikan kemudahan akses bagi publik untuk
memperoleh dokumen rincian APBD. Yang perlu menjadi catatan,
kabupaten/kota lain hanya memublikasikan APBD dalam bentuk ringkasan.
Sementara itu, Kabupaten Malang memublikasikan rincian APBD-nya yang
Banyaknya program-program yang diusung oleh pemerintah Kabupaten
Malang yang mempermudah dalam hal pelayanan masyarakat guna
menciptakan pelayanan yang maksimal. Masyarakat dapat mengakses dengan
mudah informasi-informasi terutama yang berkaitan dengan pemerintah
Kabupaten Malang
SARAN
Diperlukan partispasi masyarakat yang lebih agar implementasi kebijakan
mengenai e-Goverment dan akuntabilitas publik dapat terlaksana sesuai
dengan apa yang diterapkan oleh pemerintah.
Mengintensifkan himbauan berupa ajakan terhadap pubik mengenai
partisipasi publik dalam proses pembuatan kebijakan melalui pendekatan
terhadap masyarakatnya.
Ainur Rohman, Ahmad dkk., 2008, Reformasi Pelayanan Publik, Malang: Averroes
Press.Peni Suparto, “Pelaksanaan E-Government Menuju Good Governance”,Tesis, Malang, 2006
Kurniawan, Agung, 2009, Transformasi Birokrasi, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Prianto, Dr. Agus, 2006, Menakar Kualitas Pelayanan Publik, Malang: In-TRANS
Kejaksaan Republik Indonesia, “Reformasi Birokrasi Pengertian Umum.” http://www.kejaksaan.go.id/reformasi.php?iat=1&id=2 (diakses pada tanggal 3 Juli 2012).
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Pelayanan Publik” http http://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_publik (diakses tanggal 3 juli 2012).
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Pemerintah Elektronik” http http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_elektronik (diakses tanggal 3 juli 2012).
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Akuntabilitas” http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntabilitas (diakses tanggal 3 juli 2012).