27 Pengembangan Insektarium disertai Buku Pedoman Pembuatan Koleksi Serangga
sebagai Media Pembelajaran Praktikum untuk Siswa Kelas X SMA/MA
SULISTIYAWATI DAN DEWI NURHAMIDAH Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengetahui kelayakan media Insektarium disertai buku pedoman pembuatan koleksi serangga yang diperoleh dari kekayaan alam setempat sebagai media pembelajaran melalui kegiatan praktikum untuk siswa kelas X SMA/MA berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, peer reviewer dan guru biologi, serta mengetahui tanggapan siswa terhadap media yang dikembangkan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan prosedural dengan menggunakan desain penelitian model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation). Instrumen penilaian yang digunakan untuk pengumpulan data berbentuk angket dengan aspek penilaian meliputi penyajian media insektarium, penyajian buku pedoman koleksi serangga, kelayakan materi, dan kelayakan bahasa. Kualitas produk dinilai melalui uji coba keterbacaan dengan subjek coba yaitu 2 guru biologi dan 15 siswa, setelah sebelumnya produk telah divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan peer reviewer. Berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, peer reviewer, kualitas produk dinyatakan Baik (B) dan layak digunakan sebagai media pembelajaran praktikum dengan persentase keidelan masing-masing 94%, 81,8%, 89,7%, 81,9%. Berdasarkan tanggapan siswa terhadap produk memiliki kualitas Sangat Baik (SB) dengan persentase keidealan 89,6% sehingga disimpulkan bahwa media Insektarium yang bersumber dari serangga-serangga sebagai kekayaan setempat sebagai wujud local wisdom, disertai dengan Buku Pedoman Pembuatan Koleksi Serangga pada Sub Bab Insekta untuk siswa kelas X SMA/MA ini telah layak digunakan sebagai media pembelajaran praktikum.
Kata Kunci : Media insektarium, buku pedoman pembuatan koleksi serangga, insekta, dan praktikum.
PENDAHULUAN
Suatu kegiatan sains harus diawali
dari melakukan observasi dan
eksperimentasi. Proses sains akan lebih
tepat jika diajarkan melalui kegiatan
praktikum. IPA atau sains bertujuan
untuk mengembangkan rasa ingin tahu
melalui penemuan berdasarkan
pengalaman langsung yang dilakukan
melalui kerja ilmiah. Kerja ilmiah melatih
siswa untuk memanfaatkan fakta,
membangun konsep, prinsip, teori
sebagai dasar untuk berpikir kreatif,
kritis, analitis, dan divergen. Pada
kegiatan praktikum siswa akan diarahkan
pada pembelajaran berdasarkan
pengalaman konkrit, diskusi dengan
teman sekaligus memperoleh ide dan
konsep baru.
Kenyataan yang ada di lapangan
berdasarkan observasi di MAN
guru masih dominan menggunakan
metode ceramah dalam menyampaikan
materi. Materi avertebrata memiliki
karakteristik yang menuntut agar siswa
belajar aktif. Sehingga salah satu metode
yang tepat untuk digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi avertebrata
ini adalah dengan praktikum.
Berdasarkan observasi di MAN
Maguwoharjo menunjukkan bahwa pada
materi kingdom tidak menggunakan
metode praktikum. Hal ini disebabkan
karena bahan utama yang digunakan
untuk praktikum sulit didapat di
lingkungan. Realita yang ada banyak
guru cenderung berpegang pada teori
bahkan siswa dituntut untuk menghafal
istilah-istilah yang kurang dipahami. Hal
ini berdampak pada ketuntasan hasil
belajar siswa. Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditentukan di
MAN Maguwoharjo adalah 75. Akan
tetapi berdasarkan data hasil belajar
KKM siswa hanya mencapai 51,31.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
masih sangat dibutuhkan keberadaan
media sederhana yang berkualitas dengan
menggunakan media insektarium.
Penggunaan media pembelajaran
dalam proses pembelajaran dapat
membangkitkan rasa ingin tahu siswa,
serta meningkatkan motivasi rangsangan
kegiatan belajar siswa. Sulistyarsi (2010 :
3) menyatakan dalam penelitiannya
bahwa mempelajari materi insekta
dengan menggunakan media insektarium
akan lebih menarik dibandingkan dengan
hanya mempelajari serangga dari buku
saja maupun mengamati gambar serangga
yang ada pada buku.
Pemanfaatan serangga yang
ditangkap dari lingkungan setempat di
mana siswa berproses dalam
pembelajaran termasuk upaya dalam
memanfaatkan potensi alam dengan
kharakteristik sesuai alam sekitarnya. Hal
ini dapat dikategorikan sebagai
penghargaan terhadap kearifan lokal
(Suyono Suyatno, 2014).
Berdasarkan masalah tersebut
perlu adanya pengembangan media
pembelajaran yaitu berupa Insektarium.
Media insektarium ini ditunjang dengan
buku pedoman pembuatan koleksi
serangga untuk memudahkan siswa
dalam mempelajari materi insekta dan
memberikan petunjuk bagi siswa
bagaimana cara yang benar dalam
mengoleksi serangga.
METODE PENELITIAN
A. Penelitian untuk Mendapatkan
29 1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal
17 Mei sampai 29 Juni 2014. Lokasi
penelitian di Perkebunan Teh Jamus,
Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur.
2. Alat dan Bahan
a. Alat : jaring serangga, pinset, botol
pembunuh, suntikan, jarum, gabus,
& kuas
b. Bahan : floroform 70% & formalin 5%
3. Cara Kerja: penangkapan,
pembiusan, pengawetan,
mounting/penataan, pengeringan,
pelabelan, storing/penyimpanan
B. Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian dan pengembangan
(Research and Development). Model
pengembangannya ADDIE. Prosedur
pengembangan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
tahap analisis, tahap perancangan,
tahap pengembangan, dan tahap
evaluasi.
C. Uji Coba Produk
1. Subjek Coba
5 orang peer reviewer, 1 orang ahli
materi, 1 orang ahli media, serta
subjek coba yaitu 2 orang guru biologi
SMA/MA dan 15 orang siswa kelas X
MAN Maguwoharjo.
2. Jenis Data : Data kualitatif dan
kuantitatif.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Guru
No. Aspek Kriteria Jumlah
1. Penyajian Media Insektarium 1,2,3 3
2. Penyajian buku pedoman
pembuatan koleksi serangga
4,5,6,7,8,9,10 7
3. Materi 11,12,13,14,15,16 6
4. Bahasa 17,18,19,20,21 5
Jumlah 21
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Siswa
No. Aspek Kriteria Jumlah
1. Penyajian Media Insektarium 1,2 2
2. Penyajian buku pedoman
pembuatan koleksi serangga
3,4,5,6,7,8,9,10 8
3. Materi 11,12,13 3
4. Bahasa 14,15 2
Jumlah 15
4. Teknik Analisis Data
a) Data kualitatif diubah menjadi kuantitatif.
Tabel 3. Aturan Pemberian Skor
Penilaian Guru
Kategori Skor
Sangat Baik (SB) 5
Baik (B) 4
Kurang (K) 2 Sangat Kurang (SK) 1
Tabel 4. Aturan Pemberian Skor
Tanggapan Siswa
Kategori Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Cukup (C) 3
Kurang (K) 2
Tidak Setuju (TS) 1
b) Setelah data terkumpul, skor rata –
rata tiap aspek penilaian dinilai
=∑
c) Mengubah skor rata-rata tiap aspek
Tabel 5. Kriteria Kategori Penilaian Ideal
Nilai Rentang skor (i) kuantitatif Kategori kualitatif A > (Mi + 1,80 SBi) Sangat Baik
B (Mi + 0,60 SBi < ≤ (Mi + 1,80 SBi) Baik
C (Mi - 0,60 SBi) < ≤ (Mi + 0,60 SBi) Cukup
D (Mi - 1,80 SBi) < ≤ (Mi - 0,60 SBi) Kurang
E > (Mi - 1,80 SBi) Sangat Kurang
d) Menentukan nilai keseluruhan media
Insektarium
Persentase = x 100
%
Tabel 6. Skala Presentase Penilaian
Kualitas Produk
No. Interval Kriteria
1. 81 % - 100 % Sangat Baik
2. 61 % - 80 % Baik
3. 41 % - 60 % Sedang
4. 21 % - 40 % Kurang
5. 0 % - 20 % Sangat Kurang
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Serangga yang berhasil
dikumpulkan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan diperoleh sebanyak 8 ordo
serangga yang diperoleh dari alam
sekitar sebagai kekayaan alam lokal
berupa ragam serangga setempat.
2. Pengembangan Produk
Hasil penyusunan awal media ini telah
ditinjau dan dinilai kualitasnya melalui
beberapa tahapan yaitu:
a. Tahap Analisis / Analysis
1) Analisis kurikulum dengan
menganalisis Kompetensi Isi (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai
dengan kurikulum 2013.
2) Analisis instruksional dengan
menjabarkan Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) menjadi
indikator-indikator serta menentukan
urutannya.
3) Analisis karakteristik siswa:
penyampaian materi dalam produk
harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan siswa.
4) Analisis kebutuhan media yaitu siswa
dan guru membutuhkan media bantu
sebagai penunjang praktikum.
5) Analisis ketersediaan media adalah
31 pembelajaran praktikum di MAN
Maguwoharjo.
b. Tahap Perancangan / Design
Tahap perancangan ini meliputi
kegiatan pra penyusunan petunjuk
praktikum yang didasarkan atas hasil
analisis, yang meliputi :
1) Pengumpulan referensi materi
mengenai insekta dan insektarium.
2) Pembuatan media Insektarium
3) Penyusunan buku pedoman pembuatan
koleksi serangga.
4) Perencanaan Alat Evaluasi
c. Tahap Pengembangan / Development
Tahapan validasi desain dilakukan
untuk mereview produk awal dengan
tujuan untuk perbaikan.
3. Hasil Penelitian Kualitas Produk
Tabel 7. Hasil perhitungan kualitas produk oleh ahli materi
No. Komponen
Penilaian
Skor Tertinggi Ideal
Skor Rata-Rata
Persentase Keidelan (%)
Kategori Kualitatif
1. Kelayakan
Materi / Isi
40 39 97,50 Sangat Baik
2. Kebahasaan 10 8 80,00 Baik
NILAI 50 47 94,00 Sangat Baik
Tabel 8. Hasil perhitungan kualitas produk oleh ahli media
No. Komponen
Penilaian
Skor Tertinggi Ideal
Skor Rata-Rata
Persentase Keidelan (%)
Kategori Kualitatif
1. Penyajian Media
Insektarium
30 25 83,33 Baik
2. Penyajian Buku
Pedoman
Pembuatan Koleksi Serangga
25 20 80,00 Baik
NILAI 55 45 81,81 Baik
Tabel 9. Hasil perhitungan kualitas produk oleh Peer Reviewer No
.
Komponen Penilaian
Skor Tertinggi Ideal
Skor Rata-Rata
Persentase Keidelan (%)
Kategori Kualitatif
1. Penyajian Media
Insektarium
15 13,6 90,66 Sangat Baik
2. Penyajian Buku
Pedoman Pembuatan Koleksi Serangga
35 32,4 90,28 Sangat Baik
3. Kelayakan
Materi
4. Kebahasaan 25 21,4 85,60 Sangat Baik
NILAI 105 94,2 89,71 Sangat Baik
Tabel 10. Hasil perhitungan kualitas produk oleh guru biologi SMA/MA
No. Komponen
Penilaian
Skor Tertinggi Ideal
Skor Rata-Rata
Persentase Keidelan (%)
Kategori Kualitatif
1. Penyajian Media
Insektarium
15 13,5 90,00 Sangat Baik
2. Penyajian Buku
Pedoman Pembuatan Koleksi Serangga
35 27,5 78,57 Baik
3. Kelayakan Materi 30 25 83,33 Baik
4. Kebahasaan 25 20 80,00 Baik
NILAI 105 86 81,90 Baik
Tabel 11. Hasil perhitungan respon produk oleh siswa SMA/MA
No. Komponen
Penilaian
Skor Tertinggi Ideal
Skor Rata-Rata
Persentase Keidelan (%)
Kategori Kualitatif
1. Penyajian Media
Insektarium
10 9,2 92,00 Sangat Baik
2. Penyajian Buku
Pedoman Pembuatan Koleksi Serangga
40 35,26 88,15 Sangat Baik
3. Kelayakan
Materi
15 13,86 92,40 Sangat Baik
4. Kebahasaan 10 8,86 88,60 Sangat Baik
NILAI 75 67,18 89,60 Sangat Baik
B. Pembahasan
Produk yang telah dikembangkan
yaitu media Insektarium disertai buku
pedoman pembuatan koleksi serangga
sebagai media praktikum kelas X
SMA/MA. Bagi siswa mempelajari
avertebrata dalam hubungannya dengan
lingkungan sekitarnya adalah bagian
penting dalam mempelajari biologi.
Untuk mengenal hakekat hidup, serta
dalam kehidupan tersebut diperlukan
suatu cara atau metode. Pengawetan
hewan sangat diperlukan terutama
untuk memenuhi kebutuhan pada masa
yang akan datang dalam membantu
perkembangan ilmu. Awetan hewan
sering diperlukan sebagai alat peraga
dalam kegiatan belajar mengajar biologi
di kelas. Adanya awetan yang dibuat
33 alat peraga dan koleksi.
Pemanfaatan serangga lokal sebagai
materi untuk insektarium sekaligus
sebagai wujud merealisasikan prinsip
kearifan lokal (local wisdom) di dalam
menyusun media pembelajaran. Prinsip
ini diharapkan dapat memunculkan
pemahaman siswa terhadap kekayaan
alam sekitarnya yang dapat digunakan
sebagai materi belajar, sehingga tidak
selalu tergantung dari buku-buku
referensi asing (Edi Santosa, 2012).
Kehadiran Insektarium sangat
diperlukan dan penting untuk
efektivitas dan efisiensi dalam proses
belajar mengajar biologi. Media
Insektarium yang dikembangkan
mampu menepis pendapat bahwa mata
pelajaran biologi bersifat abstrak
sehingga sulit dipahami oleh siswa,
media ini telah menggambarkan objek
biologi secara faktual dan nyata yang
dapat menunjukkan bagian-bagian
penting dari spesies serangga sehingga
memudahkan siswa dalam mengamati
dan memahami materi serangga.
Menurut Afifah, dkk., (2014)
berdasarkan penelitiannya
mengungkapkan bahwa Insektarium
diambil dari serangga yang
ditemukan di lingkungan yang
digunakan sebagai media pembelajaran
secara kontekstual sehingga akan lebih
merangsang minat siswa untuk dapat
melihat objek secara langsung dan
memperjelas penyampaian materi agar
tidak bersifat verbalistik.
Keutamaan memanfaatkan
sumber daya alam setempat, yang
dalam penelitian ini berupa serangga,
juga akan meningkatkan kesadaran
siswa terhadap potensi alam
sekitarnya untuk menunjang
keberhasilan belajarnya. Sekaligus
untuk menghindari ketergantungan
terlalu besar kepada sumber-sumber
referensi atau kepustakaan asing,
yang kadangkala alamnya berbeda
dengan kondisi siswa di mana mereka
bertempat tinggal dan belajar. Upaya
ini termasuk dalam melestarikan
kearifan lokal / local wisdom (Edi
Santosa, 2012). Selain itu, siswa akan
lebih mudah memahami ciri-ciri
morfologi dan taksonomi serangga
sekaligus dapat melakukan identifikasi.
Cicilia, dkk., (2010) mengemukakan
bahwa penggunaan media insektarium
dalam kegiatan pembelajaran membuat
siswa tidak hanya memperoleh
pengetahuan saja, tetapi juga
kerja sama antar teman (afektif).
Media Insektarium yang peneliti
kembangkan telah dilengkapi dengan
buku pedoman pembuatan koleksi
serangga dengan tujuan untuk
memudahkan siswa dalam mempelajari
materi insekta dan memberikan
petunjuk bagi siswa bagaimana cara
yang benar dalam mengoleksi
serangga. Selain itu siswa akan dapat
belajar secara mandiri membuat
insektarium sendiri yang lebih
inovatif tanpa atau dengan bimbingan
guru. Buku ini tidak saja hanya berisi
urutan sistematis cara membuat koleksi
serangga tetapi juga materi tentang
manfaat serangga dalam kehidupan
manusia, pandangan-pandangan islam
terhadap agama, dan etika dalam
pengoleksian serangga.
Jenis serangga yang berukuran
besar untuk dijadikan insektarium
karena memperhatikan nilai estetika
dan harmoni yang dapat menarik
perhatian siswa untuk menggunakannya
sebagai media pembelajaran
(Anwariningsih, 2011).
Tujuan dari pembuatan insektarium
ini sendiri adalah untuk mempermudah
siswa dalam pemahaman morfologi,
anatomi, dan sistematika serangga
sehingga dapat melakukan identifikasi,
maka peneliti hanya mengambil jenis
serangga yang berukuran besar, sering
muncul di materi buku teks, dan
terdapat melimpah di alam. Sedangkan
insektarium yang ada di Laboratorium
bertujuan sebagai koleksi alamiah harus
dibuat selengkap mungkin, guna
kebutuhan pada masa yang akan datang
dalam membantu perkembangan ilmu.
Komponen kelayakan materi
mendapat penilaian tertinggi karena
menurut ahli materi buku pedoman
pembuatan koleksi serangga ini sudah
relevan dengan kurikulum sekarang
yaitu kurikulum 2013 yang sedang di
pakai oleh intitusi pendidikan. Buku
ini telah dilengkapi dengan kajian
serangga dalam perspektif islam.
Menurut Fadlillah (2014) salah satu
prinsip pengembangan kurikulum 2013
adalah keagamaan yang dikembangkan
untuk mendukung peningkatan iman,
takwa, serta akhlak mulia, memelihara
toleransi dan kerukunan umat
beragama. Pusat Perbukuan (2004)
merumuskan standar penilaian buku
harus relevan dengan kurikulum yang
berlaku. Hal ini sesuai dengan
fungsinya sebagai media pengajaran
35
berbagai ketentuan kelembagaan,
termasuk di dalamnya kurikulum.
Komponen kelayakan materi
mendapatkan respon yang paling baik
oleh siswa, sebab mereka merasa tertarik
untuk mempelajari materi insekta serta
termotivasi untuk mampu membuat
media insektarium sendiri.
Komponen penyajian media
insektarium mendapat penilaian
tertinggi hal ini disebabkan karena
dalam pembuatan media insektarium
telah mengikuti langkah-langkah yang
benar dari awal penangkapan sampai
pengawetan serangga berdasarkan
sumber-sumber referensi yang telah
ada. Menurut Suwanda (2009) untuk
mendapatkan spesimen awetan yang
baik maka proses pembuatannya harus
mengikuti prosedur yang benar,
dimulai dari cara mematikan, fiksasi
hingga pembuatan spesimen awetan
atau awetan dalam bentuk preparat.
Komponen penyajian buku
pedoman pembuatan koleksi serangga
mendapat penilaian terendah hal ini
disebabkan oleh cara penulisan yang
masih kurang mudah untuk dibaca.
BSNP menetapkan beberapa kriteria
kualitas buku yang memenuhi syarat
kelayakan, yang meliputi empat
komponen yang salah satunya adalah
komponen kegrafisan. Berdasarkan
perhitungan, peer reviewer menilai
desain yang dikembangkan termasuk
berkategori sangat baik dengan
persentase keidelan sebesar 89,71%.
Uno (2007) mengemukakan
pemanfaatan media realia atau media
nyata dalam proses pembelajaran IPA
merupakan cara yang efektif yang dapat
menyampaikan informasi secara akurat
karena lebih mudah diingat, menarik,
dan variatif. Komponen penyajian buku
pedoman pembuatan koleksi serangga
memperoleh nilai terendah, menurut
siswa sampul pada buku ini kurang real
dan relevan terhadap jenjang sekolah
SMA.
Husen (1998) menyatakan, bahwa
bahasa buku pelajaran haruslah sesuai
dengan bahasa siswa,
kalimat-kalimatnya efektif, terhindar dari makna
ganda, sederhana, sopan, dan menarik.
Menurut Indriana (2011) realia adalah
objek nyata yang masih dalam keadaan
utuh, dapat dioperasikan, dalam ukuran
yang sebenarnya dan dapat dikenali
sesuai dengan wujud aslinya yang
dapat digunakan sebagai bahan atau
sumber belajar. Menurut Pribadi
dalam kelas dapat memberikan
pengalaman langsung yang berkesan
untuk siswa sehingga membantu
mempermudah siswa dalam memahami
suatu materi.
Sebuah buku teks telah mencakup
pada standar-standar kelayakan isi,
kelayakan penyajian dan kelayakan
bahasa, maka sudah bisa dikatakan
layak digunakan oleh siswa sebagai
salah satu sumber pembelajaran yang
bermutu dan sarana mencapai
kompetensi yang ditetapkan berdasarkan
relevansi kurikulum (BSNP, 2009).
KESIMPULAN
1. Penelitian Pengembangan ini telah
menghasilkan media Insektarium yang
disertai dengan Buku Pedoman
Pembuatan Koleksi Serangga sebagai
media praktikum pada sub bab materi
Insekta untuk siswa SMA kelas X
SMA/MA. Media ini disusun
berdasarkan prosedur pengembangan
ADDIE dari Sugiyono (2008).
2. Media yang dikembangkan memiliki
kualitas dengan kategori Baik menurut
2 guru biologi MAN Maguwoharjo
dengan persentase keidealan 81,9%
dan Sangat Baik menurut 15 siswa
kelas X MAN Maguwoharjo dengan
persentase keidelan 89,6%.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2008. Media Pembelajaran.
Lembaga Pengembangan
Pendidikan (LPP) dan UPT
Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press), Surakarta.
BSNP. 2006. Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP. Jakarta.
BSNP. 2006. Panduan Penilaian
Kelompok Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dan
Teknologi. BSNP. Jakarta.
BSNP. 2009. Laporan BSNP Tahun 2009 : Pengembangan Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran. BSNP. Jakarta.
Cicilia Novi Primiani, dkk. 2011.
“Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi BelajarBiologi Melalui Pendekatan Kontekstual dengan
Media Herbarium dan
Insektarium”. (Journal
Pendidikan) IKIP PGRI Madiun.
Edi Santosa. 2012. Revitalisasi dan
Eksplorasi Kearifan Lokal (Local
Wisdom) dalam Konteks
Pembangunan Karakter Bangsa. FORUM.Vol 40. N0. 2. Oktober 2012.
Fatmawati. 2013. “Pengembangan Media Rangka Aves sebagai Sumber Belajar Biologi pada SubMateri Pokok Rangka untuk Siswa
SMA/MA Kelas XI IPA”.(Skripsi)
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Husen, Akhlan, H. 1998. Telaah
37 Bahasa Indonesia. Jakarta :
Depdikbud Bagian Proyek
Penataan Guru SLTP Secara D-III Tahun 1997/1998.
Indriana, D. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, Mengenal,
Merancang dan
Mempraktikannya. Yogyakarta : DIVA Press
Ni’matul Afifah, dkk. 2014. “Efektivitas Penggunaan Herbarium dan
Insektarium pada Tema
Klasifikasi Makhluk Hidup
sebagai Suplemen Media
Pembelajaran IPA Terpadu Kelas VII MTs”. (Journal Pendidikan) Universitas Negeri Semarang.
Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Dinas Pendidikan.
Pribadi, Benny A dan Yuni Katrin. 1996. Media Teknologi. Universitas Terbuka. Jakarta.
Pusat Perbukuan. 2004. Pedoman
Penilaian Buku Pelajaran Bahasa dan SastraIndonesia SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suwanda. 2009. Pedoman Pembuatan
Dan Pengelolaan Koleksi
Penyakit Tumbuhan. Jakarta : Pusat Karantina Tumbuhan Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian.
Suyono Suyatno. 2014. Revitalisasi
Kearifan Lokal sebagai Upaya
Penguatan Identitas
Keindonesiaan. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. Diakses dari
http://badanbahasa.kemendikbud. go.id.