• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERAKAN POLITIK ISLAM SUNNI SYIAH DI IND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GERAKAN POLITIK ISLAM SUNNI SYIAH DI IND"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GERAKAN POLITIK ISLAM SUNNI-SYIAH DI INDONESIA

(MASA KERAJAAN ACEH)

M A K A L A H

Diajukan untuk memnuhi tugas akhir Mata Kuliah Sejarah Politik Islam Program Studi Agama dan Filsafat

Konsentrasi SKI Semester 2

Dosen Pengampu: Dr. Moch. Nur Ichwan, M.A

Disusun Oleh:

Lisa Aisyiah Rasyid, S.H.I NIM: 1420510072

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

(2)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada dasarnya gerakan Islam bertujuan kepada tegaknya agama Islam di muka bumi agar kedamaian dan kesejahteraan bagi umat Islam terwujud. Banyak ideologi atau paham yang melandasi gerakan ini. Gerakan Islamisasi tersebut, terjadi di seluruh belahan bumi, dengan waktu dan tempat yang berbeda, termasuk di Indonesia. Ditinjau dari sudut sejarah, agama Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai cara. Perbedaan-perbedaan yang ada mengenai sejarah Islamisasi di nusantara ini memiliki banyak permasalahan yang rumit di antaranya adalah ketersediaan data yang sangat terbatas tentang kedatangan Islam, sebagaimana yang disampaikan Snouck Hurgronje dalam orasi ilmiahnya di Leiden pada tahun 1907 M.1

Meskipun demikian, proses islamisasi di Indonesia menurut hemat penulis setidaknya dapat dilacak melalui sejarah perkembangan aliran politik Islam Suni-Syi’ah. Perkembangan Sunni dapat dilacak melalui mazhab Syafi’i dan Syi’ah melalui mazhabnya sendiri (syi’ah). Selanjutnya, untuk mengetahui lebih mendalam gerakan Islamisasi kedua aliran ini, diperlukan pandangan ringkas tentang islamisasi dan teori islamisasi di Indonesia, pertumbuhan kedua aliran ini dari sumbernya, dan perkembangan lanjut dari keduanya di Indonesia.

Sebenarnya tidak ada perbedaan berarti antara aliran Sunni dan Syi’ah dalam gerakan politik keduanya di Indonesia, khususnya ketika kedatangan awal keduanya. Karena awal kedatangan Islam di Indonesia ini pada umumnya terjadi melalui jalur perdagangan dan perkawinan. Dan para penganut kedua aliran tersebut yang memasuki wilayah Indonesia dan menyebarkan Islam ini, adalah rata-rata merupakan pedagang yang kemudian menetap dan mengawini perempuan keturunan indonesia asli.

PEMBAHASAN

(3)

A. Asal-usul Tradisi Politik Sunni di Indonesia

Mengenai Sunni di Indonesia, menurut hemat penulis dapat dilacak melalui aktivitas mazhab Syafi’i di Indonesia. Mazhab ini merupakan mazhab yang paling besar pengaruhnya terhadap masyarakat Islam di Indonesia. Seorang pengembara muslim dari Marokko, Ibn Bathuthah, yang melakukan kunjungan ke Pasai pada tahun 746 H/1345 M, dalam bukunya menulis bahwa penduduk di pulau-pulau yang dikunjunginya (di Sumatera) pada umumnya menganut mazhab Syafi‘i. Ia juga menuturkan bahwa di Kerajaan Pasai, Sumatera, ada Raja Malik al-Zhahir yang terkenal sebagai ahli agama dan hukum Islam. Melalui kerajaan inilah mazhab Syafi‘i dan doktrin politik Sunni disebarluaskan ke berbagi wilayah di Nusantara. Bahkan para ahli hukum dari Kerajaan Malaka (1400-1500 M) sering datang ke Pasai untuk mencari kata putus terhadap permasalahan hukum yang terjadi di Malaka.2

Di sisi lain, kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara mendapat justifikasi dari doktrin politik Sunni klasik. Dalam hal ini para ulama Nusantara berusaha merumuskan dan melanjutkan doktrin politik Sunni klasik untuk mendukung praktik-praktik kenegaraan di kerajaan-kerajaan Nusantara tersebut. Kitab-kitab klasik seperti Hikayat Raja-raja Pasai,Taj al-Salathin dan Bustan al-Salathin, adalah contoh bagaimana doktrin politik Sunni berkembang dalam mendukung kekuasaan raja-raja Nusantara. Karya-karya tersebut memperlihatkan bagaimana kontinuitas doktrin Sunni tetap terpelihara dalam praktik dan pemikiran politik Islam di Nusantara.3 Demikianlah gerakan islamisasi Sunni yang terjadi di

Indonesia melalui mazhab Syafi’i oleh Syekh Ismail dari Mesir yang diawali dari Samudra Pasai dan berkembang ke Semenanjung Malaka. Dan hingga saat ini menjadi paham yang dianut oleh mayoritas umat Islam di Indonesia.

Posisi Shaykh al-Islam dalam kerajaan-kerajaan Melayu mirip dengan kerajaan Usmani di Turki yang juga bermazhab Sunni. Dalam kerajaan Usmani,

2Fachry Ali dan Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru (Bandung: Mizan, 1986), hlm. 32-34

(4)

Shaykh al-Islam memegang peranan penting dalam masalah-masalah agama. Ia membantu tugas-tugas Sultan (raja) dalam menjalankan perannya mengurus persoalan keagamaan umat Islam. Ini wajar, karena dalam tradisi politik Sunni, dinasti Usmani merupakan lambang kekuatan politik umat Islam.

B. Asal-usul Tradisi Politik Syi’ah di Indonesia

Mengenai aliran syi’ah di Indonesia, banyak yang menyatakan bahwa di kalangan Mubaligh-mubaligh yang menyebarkan Islam di nusantara terdapat Ahlil Bait atau orang Syi'ah. Para mubaligh tersebut adalah orang-orang yang mengunjungi Aceh dan Malaka, memasuki Nusantara dari Persia dan India. Para mubaligh tersebut juga merupakan golongan Sayyid dan Syarif.4 Melalui mereka

inilah, setelah di aceh, agama Islam kemudian terus tersiar di antara raja-raja hindu di Jawa dan suku-suku yang belum beragama. Selain dari mereka ini, ada juga mubaligh yang datang dari Arab Hadramaut.

Paham syi’ah masuk ke Indonesia ketika pertengahan abad IV H terjadi perebutan kekuasaan di Tunis (Afrika Utara) yang dilakukan oleh kaum Fathimah melawan raja-raja Abbasiyah. Rajanya yang pertama bernama al-Qayyim bin Ubaidillah yang memerintah Tunisia dan sekitarnya pada tahun 313 H. Kerajaan Fatimiyah meluaskan wilayahnya dan menguasai Mesir pada tahun 341 H, dengan sultannya yang bernama al-Muiz Li Dinillah (341 H).5 Kekuasaan Bani Fatimiyah

berajalan lama sampai 250 tahun, yaitu sampai tahun 564 H, ketika diambil alih oleh Salahudin al-Ayyubi pembebas Palestina yang terkenal. Bani Fatimiyah ini menganut faham syi’ah. Raja-raja Islam Bani Fatimiyah ini mengirim mubaligh-mubaligh ke Indonesia pada abad IV samapai VI H. bahkan mengirim juga angkatan lautnya untuk membantu fatwa-fatwa Syi’ah, untuk mendirikan kerajaan-kerajaan bermazhab Syi’ah. Sultan-sultan yang ada di kerajaan pada

4Darwis Muhdina, Jurnal Al-Fikr,”Aliran Sunni-Syi’ah dan Peran Serta Politik Umat Islam”,Volume 15 Nomor 3 Tahun 2011 (Makkassar: UIN Alauddin Makassar, 2011), hlm. 541

(5)

masa awal itu hampir semuanya adalah para mubalig yang dikirim Bani Fatimiyah.6

C. Politik Islam Sunni-Syi’ah Masa Kerajaan Aceh

Dari catatan sejarah masuknya ke Aceh dan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di sana, dapatlah kita mengetahui bahwa sejak semula Partai Sunni dan Partai Syiah telah saling rebut pengaruh dan kekuasaan hal mana dengan ringkas dapat dicatat sebagai berikut.

1. Kerajaan Islam Peurlak

Tahun 800 M, rombongan Missi Islam yang menyamar sebagai pedagang, tiba di Peureulak dengan tujuan islamisasi. Rombongan ini dipimpin oleh orang-orang Syiah yang tertindas dan dikejar-kejar Daulah Amawiyah dan Abbasiyah. Usaha mereka untuk mengislamkan Peureulak berhasil dengan baik sekali, di mana waktu yang relatif singkat sebahagian besar rakyat Peureulak telah masuk Islam dan pada hari selasa tanggal 1 Muharram 225 H/840 M diumumkan proklamasi berdirinya kerajaan Islam Peureulak, dengan raja yang pertamanya Sultan Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah, dari aliran politik Syiah.7 Karenanya

kerajaan ini pada mulanya dipengaruhi dan dikuasai oleh aliran politik Syiah.

Selanjutnya, aliran politik Sunni yang berpengaruh pada masa Daulah Abbasiyah, mengirim pula missinya ke Peureulak secara rahasia, sehingga dengan ketekunan dan kecakapan berdakwah, mereka berhasil mengumpulkan pengikutnya di Peureulak. Akhirnya, ketika pemerintahan Sulthan Alaiddin Sayyid Maulana Abbas (Sulthan Peureulak ke III) (888-913 M), meletuslah pemberontakan yang berlangsung selama 2 tahun oleh pengikut Sunni yang melawan pemerintah yang dikuasai Syiah.8

6Ibid.

7A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

(Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 32

(6)

2. Kerajaan Islam Samudra Pasai

Pada tahun 1042 M berdirilah kerajaan Islam Samudra Pasai, setelah Meurah Giri memimpin sebuah Missi Islam dari Peureulak ke Pasai dan berhasil mengislamkan penduduknya. Meurah Giri seorang dari keluarga Sulthan Mahmud dari Dinasti Makhdum Johan yang menganut aliran Sunni.9

Sekalipun yang mula-mula menyiarkan Islam ke daerah Pasai adalah orang-orang dari aliran Sunni dan berkesempatan pula memegang tampuk kekuasaan negara, namun dengan cara diam-diam orang-orang aliran Syiah yang terjepit di Peureulak datang pula ke daerah ini untuk mengembangkan pahamnya. Usaha kaum Syiah ini berhasil, dan pada masa pemerintahan Ratu Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu (1400-1428 M), diangkatlah salah seorang tokoh mereka menjadi Perdana Menteri, yaitu Arya Bakooy yang terkenal ekstrim dan benar-benar mempergunakan kedudukan dan keuasaannya untuk mengembangkan paham partainya, bahkan untuk menindas para pemimpin dan ulama Sunni.10

Arya Bakooy kemudian mendapat perlawanan oleh rakyat dan tokoh kerajaan lainnya, sehingga akhirnya terjadilah perang saudara antara golongan Syiah di bawah pimpinan Maharaja Bakooy Ahmad Permala dengan rakyat pengikut Sunni di bawah pimpinan Malik Musthafa dengan bantuan Sulthan Mahmud II Alaiddin Johan (1409-1465 M).11 Akibatnya Bakooy Ahmad Permala

terbunuh dalam pertempuran dan kalahlah golongan Syiah dalam arena politik di Samudra Pasai.

3. Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamirkan pada tanggal 12 Zulka’idah 916 H/1511 M, adalah lanjutan dari kerajaan-kerajaan kecil sebelumnya, yaitu kerajaan Islam Peureulak, kerajaan Islam Samudra Pasai,

9H. Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 15

10Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Cet. IV (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 75

(7)

kerajaan Beunua (Teumieng), kerajaan Islam Lingga, kerajaan Islam Pidie, kerajaan Islam Daya, dan Kerajaan Darussalam.12

Adalah satu hal yang logis, kalau saling rebut pengaruh dan kekuasaan antara Sunni dan Syiah yang telah berkecamuk dalam kerajaan Islam Peureulak dan Peureulak Samudra Pasai, berlanjut terus dalam kerajaan Aceh Darussalam. Masing-masing pihak mencoba mempengaruhi pimpinan negara dan selanjutnya kalau mungkin merebut kekuasaan.

Usaha-usaha mereka tidak pernah dapat tercapai karena Sulthan sangat waspada dalam kalangan rakyat, pada saat-saat ancaman penjajahan Portugis semakin menjadi-jadi. Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya perpecahan diambil sulthan dengan amat bijaksana.

Sungguh dalam politik, Sunni dan Syiah tidak pernah mencapai sasaran pokoknya dalam kerajaan Aceh Darussalam, namun ajarannya mengenai aqidah, tasawuf, thariqat, filsafat dan ibadat berkembang dalam kalangan rakyat; bahkan tidak hanya berkembang dengan wajar, tetapi juga saling tuduh dan saling fitnah.

PENUTUP A. Kesimpulan

Gerakan politik Sunni di Indonesia, menurut hemat penulis dapat dilacak melalui aktivitas mazhab Syafi’i di Indonesia. Mazhab ini merupakan mazhab yang paling besar pengaruhnya terhadap masyarakat Islam di Indonesia. Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa masuknya mazhab Syafi’i ke Indonesia

12A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

(8)

adalah sekitar abad kw-13. Sedangkan paham syi’ah masuk ke Indonesia ketika pertengahan abad IV H terjadi perebutan kekuasaan di Tunis (Afrika Utara) yang dilakukan oleh kaum Fathimah melawan raja-raja. Gerakan islamisasi Syi’ah bermula di Aceh melalui ajaran tasawuf wujudiyah. Tokoh penganut ajarantasawuf wujudiyah di Aceh ialah Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-Samatrani.

Selanjutnya, dari pembahasan-pembahasan sebelumnya sebagaimana telah dijelaskan, terlihat bahwa proses islamisasi di Nusantara muncul sebagai gejala politik. Konversi raja-raja Melayu di Nusantara ke dalam agama Islam merupakan kekuatan politik yang berperan sangat signifikan dalam pengislaman masyarakat kerajaan Nusantara.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Fachry dan Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam Rekonstruksi Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, Bandung: Mizan, 1986.

(9)

Daliman, A., Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Ombak, 2012.

Hitti, Philip K., History of The Arab, terj. R. Cecep Lukman Yasin et.al, Cet. Ke-2, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Huda, Nor, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2013.

Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.

, “Jurnal Islamica”, dalam Akar Tradisi Politik Sunni di Indonesia pada Masa Kerajaan Islam di Nusantara, Vol. 6, No. 1, September 2011. Lapidus, Ira M., A History of Islamic Societies, Terj. Ghufran A.Mas’adi dengan

judul Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Kesatu dan Dua,, Cet. Ke-3, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Muhdina, Darwis, Jurnal Al-Fikr,”Aliran Sunni-Syi’ah dan Peran Serta Politik Umat Islam”, Volume 15 Nomor 3 Tahun 2011, Makkassar: UIN Alauddin Makassar, 2011.

Saifullah, H., Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Suryanegara, Ahmad Mansur Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Cet. IV, Bandung: Mizan, 1998.

Tjandrasasmita, Uka, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia dari Abad XII sampai XVIII M, Jakarta: Cinta Ilmu, 2000.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas dan memenuhi syarat kelulusan Program Pendidikan Strata 1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul

Pendapat sebagian mahasiswa FAI UNISSULA yang lain (25% responden) bahwa nikah siri tidak sah sebab tidak memiliki kekuatan hukum. Adapun akibat dari nikah siri

Data Output Product Data Team Data Shift Data Product Data Problem Data Machine Data Plan Performance Machine Monitoring Kinerja Mesin Evaluasi Kinerja Mesin Perhitungan

The outstanding features of the Indonesian Islamic financial industry include its unique model of Shariah governance, world s first retail Sukuk and Islamic online

Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = 0, variabel biaya periklanan dengan media elektronik, periklanan dengan surat kabar, periklanan dengan poster,

6. Time deposits: money put in savings accounts usually stays there for a periotl time. Demand deposits: money put into a checking can be withclrawn or transferred from the

Kemudian puisi Sukmawati ini juga ditanggapi kurang baik dari sastra atau penulis, Sukmawati memang bukan penulis puisi, apalagi sastrawan. Tapi bukan

Kejadian tanah runtuh merupakan satu proses semulajadi yang sering berlaku di kawasan perbukitan, samada perbukitan semulajadi atau kawasan yang telah diganggu oleh