Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
202
PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN NILAI TUKAR TERHADAP EKSPOR
TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA
(Studi Pada Tahun 2010-2016)
Afni Amanatagama Nagari Suharyono
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang
amanatagama@gmail.com
ABSTRACT
This research aims to know development of Indonesian textile and textile product industry and the factors which influence the Indonesian textile and textile product exports. Independent variables in this research is the Inflation Rate (X1), and the Exchange Rate (X2) with Textile and Textile Product Indonesia Exports (Y) as dependet variable. The type of research is explanatory research, with a quantitative approach. The research uses data of textile and product textile exports from period of 2010-2016. Data source were obtained from the official website of Badan Pusat Statistik Indonesia, Kementerian Perindustrian Indonesia, and Bank of Indonesia. Data analysis using multiple linear regression statistical. According to the result of simultaneous test (F test), indicating that Inflation Rate and exchange Rate has Insignificant effect on Value of Textile and Textile Product Indonesian Exports simultaneously. While the partial test results (t test), indicates that that Inflation Rate significantly influence on Exports Textile and Textile Product Indonesian Exports. The other result, the Exchange Rate indicates an insignificant influence on Textile and Textile Product Indonesian Exports.
Keywords: Inflation Rate, Exchange Rate, Textile and Product Textile Value Export
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil serta faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Tingkat Inflasi (X1), dan Nilai Tukar Dollar terhadap Rupiah (X2), dengan variabel terikat yaitu Ekspor Tekstil dan Produk
Tekstil (Y). Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian penjelasan atau explanatory, dengan pendekatan kuantitatif. Data penelitian ini adalah ekspor tekstil dan produk tekstil di Indonesia periode tahun 2010-2016. Data yang digunakan diperoleh dari website resmi Badan Pusat Statistik Indonesia, Kementerian Perindustrian Indonesia, dan Bank Indonesia. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik regresi linear berganda. Hasil uji simultan (uji F), menunjukkan bahwa Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Dollar terhadap Rupiah secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. Sedangkan hasil uji parsial (uji t), menunjukkan bahwa variabel Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. Sebaliknya, variabel Nilai Tukar menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
203
1. PENDAHULUAN
Kegiatan ekspor maupun impor timbul karena kesadaran bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan. Indonesia adalah salah satu negara yang cukup aktif dalam kegiatan ekspor hasil komoditi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Hamdani (2012:58), menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional, maka perlu sekali mendorong ekspor non migas, karena potensi ekspor non migas Indonesia perlu digali untuk dijadikan produk-produk unggulan ekspor Indonesia.
Sebagai negara yang berkembang membuat Indonesia mengandalkan sektor industrinya. Sektor industri memberikan peluang kerja yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia, selain itu sektor industri dalam prosesnya mempergunakan berbagai input baik dari sektor tekstil maupun sektor-sektor lainnya. Keterkaitan antar sektor ini akan menjadi hal yang sangat baik, karena akan mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya dan pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Purnomo (2008:139) menyebutkan sektor industri tekstil dan produk tekstil Indonesia merupakan salah satu yang berperan penting bagi perekonomian nasional karena mengandalkan beberapa hasil komoditas unggulan yang dipasarkan di perdagangan internasional. Beberapa komoditas andalan Indonesia dari sektor industri tekstil dan produk tekstil memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional.
Inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi pada suatu perekonomian negara. Hal ini sesuai dengan pendapat Dornbusch et al, (2008:39) yang menyatakan bahwa “Inflation is the rate of change in prices, and the price level is the cumulation of past inflations”. Sedangkan Totonchi (2011:459) menyebutkan bahwa Inflasi adalah alat untuk menentukan kondisi perekonomian suatu negara. Mankiw (2006:216) menyatakan bahwa kebanyakan di negara maju semakin bertambahnya jumlah uang beredar maka terjadilah inflasi dan berbeda halnya dengan negara berkembang, inflasi disebabkan ketidak seimbangan fiskal yakni adanya depresiasi nilai tukar serta pertumbuhan jumlah uang yang sangat tinggi.
Pemerintah diberbagai negara pasti akan berusaha membuat inflasi di negaranya berada pada batas normal. Inflasi membuat perekonomian
menjadi lesu karena harga barang dan kebutuhan pokok kian terus melambung. Raharja dan Manurung (2004:319) menyatakan bahwa meningkatnya harga barang baku menyebabkan para produsen akan mengalami penurunan kuantitas produksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi nilai. Pada saat terjadi inflasi maka harga barang barang secara terus-menerus akan mengalami kenaikan, begitu juga berdampak terhadap bahan baku untuk membuat tekstil dan produk tekstil itu sendiri. Dengan meningkatnya inflasi maka biaya produksi barang ekspor akan semakin tinggi sehingga membuat eksportir kurang maksimal dalam berproduksi hal ini mengakibatkan daya saing untuk barang ekspor menjadi berkurang karena ekspor semakin mahal dan berdampak pada menurunnya ekspor.
Faktor lain yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia adalah nilai tukar mata uang yang dapat mendorong peningkatan harga dan volume ekspor TPT. Dalam perkembangan perdagangan internasional, valuta asing terhadap rupiah memiliki peran yang sangat penting untuk melakukan pembayaran transaksi. Karena dalam melakukan perdagangan internasional suatu negara dengan negara lainnya pasti akan memerlukan satuan mata uang yang sama dan dapat diterima secara universal. Kurs merupakan harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Disamping itu, perlu dilihat perkembangan kurs mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing, khususnya dollar Amerika Serikat, karena dollar Amerika Serikat merupakan mata uang Internasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Saunders dkk (2002:317) menyatakan apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri, maka hal ini dapat meningkatkan ekspor. Sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami penurunan terhadap mata uang dalam negeri maka hal ini dapat menurunkan ekspor. Menurut Witjaksono (2010:21), ketika nilai tukar rupiah terdepresiasi terhadap dollar, maka menyebabkan harga barang-barang impor meningkat.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Bisnis Internasional
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
204
ekonomi yang meliputi perdagangan ekspor dan impor serta foreign investment (baik langsung maupun portofolio) yang dilakukan oleh individu dan perusahaan atau organisasi dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan para individu dan organisasi tersebut. Suatu negara atau perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnis internasional memiliki suatu alasan tertentu. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam kegiatan bisnis internasional antara lain meliputi pertimbangan ekonomis, politis maupun sosial budaya. Kegiatan bisnis domestik
dilakukan suatu perusahaan hanya perlu
memperhatikan lingkungan domestik di dalam batas-batas suatu negara saja. Sedangkan perusahaan yang kegiatan bisnisnya bergerak di lingkungan bisnis internasional harus memperhatikan lingkungan domestik, asing, dan internasional karena kegiatan bisnis internasional dilakukan melewati batas-batas antar negara
2.2. Teori Ekspor
Ekspor merupakan salah satu bagian terpenting dari perdagangan internasional. Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan
menggunakan sistem pembayaran, kualitas,
kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai dari negara pengirim maupun penerima. Menurut Hamdani (2012:37), ekspor adalah menjual barang dari dalam negeri ke luar peredaran Republik Indonesia dan barang yang dijual tersebut harus dilaporkan kepada Direktorat Jendral Bea dan Cukai Departemen Keuangan.
Salah satu manfaat ekspor adalah untuk mencari pangsa pasar baru ketika pasar di dalam negeri sudah terlalu jenuh oleh kompetitor. Banyak manfaat selain manfaat yang bersifat ekonomi, seperti yang dijelaskan oleh Hamdani mengenai manfaat ekspor, yaitu:
1) Manfaat secara mikro
a) Memperluas dan mengembangkan pemasaran.
b) Meningkatkan penjualan dan pendapatan. c) Memperluas kegiatan perusahaan.
d) Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan idle capacity.
2) Manfaat secara makro
a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional.
b) Memberdayakan sumber-sumber ekonomi
yang potensial di dalam negeri.
c) Memperluas lapangan kerja dan meghasilkan devisa.
d) Mendorong pertumbuhan IPTEK dan SDM.
e) Mengembangkan SOSBUD bangsa.
Transaksi ekspor biasanya akan berhubungan dengan pihak dari negara lain, sehingga keadaan di negara tujuan ekspor akan berdampak secara langsung kepada kegiatan jaul beli lintas negara ini. Keadaan-keadaan yang bisa berdampak pada kegiatan ekspor ini pada umumnya disebut country risk
2.3. Teori Inflasi
Inflasi adalah proses dimana tingkat harga cenderung naik dan uang kehilangan nilainya. Sedangkan menurut Keynes inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, harga adalah dimana mempertukarkan uang dengan barang atau jasa (Mankiw, 2006). Hal tersebut serupa menurut
Tandelin (2010:342) bahwa inflasi adalah
kecendrungan terjadinya peningkatan harga-harga produk secara keseluruhan. Inflasi mempunyai pengaruh luas terhadap ekspor pada suatu negara.
Tingkat inflasi yang tinggi berhubungan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated), yaitu kondisi ekonomi mengalami permintaan akan suatu produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Menurut Rahardja dan Manurung (2011:359), terdapat tiga komponen penting inflasi yang harus dipenuhi. Pertama, ada sebuah kecenderungan kenaikan harga-harga. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika lebih tinggi dari harga periode sebelumnya, meskipun terjadi penurunan pada waktu tertentu atau kenaikan dari waktu sebelumnya, tetapi cenderung menunjukan peningkatan. Kedua, kenaikan bersifat umum. Kenaikan harga suatu komoditas tidak dapat disebut inflasi jika kenaikanya tidak mempengaruhi kenaikan harga-harga secara umum, yang berarti peningkatan harga hanya dialami oleh saatu atau dua komoditas saja. Ketiga, peningkatan berlangsung secara terus menerus, walaupun secara umum
peningkatan harga-harga barang mengalami
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
205
Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa peningkatan inflasi merupakan sinyal negatif bagi investor dipasar modal, karena inflasi menyebabkan meningkatnya biaya produksi menjadi lebih tinggi dari jumlah yang dapat dinikmati perusahaan, sehingga berdampak pada turunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat tertentu inflasi dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan penawaran agregat. Peningkatan harga dapat menjadi motivasi produsen untuk meningkatkan output-nya sehingga mampu mendorong produsen memaksimalkan produksi dan menciptakan peluang lapangan kerja yang baru. Ketika inflasi lebih dari tingkat 10 % pada umumnya, maka akan menganggu stabilitas ekonomi
2.4. Teori Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual. Menurut Triyono (2008:156), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Kurs menunjukan berapa nilai rupiah yang harus dibayarkan untuk satuan mata uang asing, dan berapa nilai rupiah yang harus dibayar ketika seseorang menjual mata uang asing. Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kurs (exchange rate) merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang lain. Sehingga kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dapat diartikan harga mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Putong (2013:7) menjelaskan bahwa
berdasarkan perkembangannya, sistem penetapan kurs mata uang dikelompokan sebagai berikut : a. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Sistem kurs tetap baik yang disetarakan oleh suatu lembaga keuangan internasional (IMF), maupun oleh masing-masing negara sesuai dengan kemampuan ekonomisnya (biasanya berdasarkan nilai dari Hard Currency)yaitu sistem kurs yang mematok nilai kurs mata uang asing terhadap mata uang negara yang bersangkutan dengan nilai tertentu yang selalu sama dalam periode
b. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate - FER)
Sistem kurs menentukan bahwa nilai mata uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada pasar uang (resmi). c. Sistem Kurs Terkait (Pagged Exchange Rate -
PER)
Sistem kurs yang dikaitkan dengan nilai mata uang negara lain, atau sejumlah mata uang tertentu. Bila kedua sistem nilai kurs yang telah dijelaskan di atas adalah nilai kurs tertinggi terakhir, maka sistem PER menggunakan nilai kurs tengah mata uang tertentu yang mensyaratkan lebih atau kurang dari kurs tengah sebesar 2,5%.
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Indonesia melalui website resmi untuk memperoleh sumber data akurat yang
dapat digunakan peneliti dalam menunjang
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
206
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Deskriptif
4.1.1.Tingkat Inflasi Indonesia
Gambar 1. Grafik Tingkat Inflasi di Indonesia Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)
Gambar 1 menggambarkan tingkat inflasi Indonesia periode 2010 hingga 2016. Pergerakan tingkat inflasi Indonesia sangat fluktuatif, bisa dilihat dari pergerakan grafik yang selalu naik turun tiap tahun. Hal tersebut menggambarkan bahwa harga barang yang beredar di Indonesia tidak stabil. Kondisi dalam negeri Indonesia maupun impor yang tidak menentu membuat harga-harga barang di Indonesia terbalik dengan jumlah uang yang beredar, akibatnya jumlah maupun harga bahan baku untuk produksi industri tidak menentu.
4.1.2.Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
Gambar 2. Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017) Gambar 2 dibawah adalah grafik nilai tukar rupiah terhadap US dollar dari tahun 2010 hingga 2016. Pergerakan nilai rupiah menunjukan tren negatif. Nilai rupiah melemah hingga hampir menyentuh 14.000 Rupiah/US Dollar pada tahun 2015. Hal tersebut akibat tekanan krisis ekonomi global serta faktor dimana bank sentral China menurunkan nilai mata uang yuan juga turut menyumbang tekanan bagi nilai tukar rupiah.
4.1.3.Nilai Ekspor Tekstil Dan Produk Tekstil Indonesia
Gambar 3. Grafik Nilai Ekspor Tekstil Dan Produk Tekstil Indonesia
Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017) Gambar 3 di atas adalah grafik nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dari tahun 2010 bulan Januari hingga tahun 2016 bulan Desember yang bersumber dari laporan Bank Indonesia. Periode tahun 2010 hingga tahun 2011 nilai Ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Periode tahun 2014, nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia anjlok, hal tersebut disebabkan oleh krisis ekonomi global yang disebabkan oleh menurunya permintaan barang di pasar global terutama pelambatan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat akibat efek isu perubahan suku bunga The Fed.
4.2. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Gambar 4. Hasil Uji Normalitas Sumber: data diolah peneliti (2017)
Gambar 4 adalah grafik Normal P-Plot yang menunjukan persebaran data yang menyebar di sekitar garis diagonal. Data juga tersebar mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan hasil di atas, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa data telah memenuhi asumsi normalitas.
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
R
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
207
Uji Autokorelasi Tabel 1. Hasil Uji Autokorelasi
Modеl R R Squarе Adjust R
Sumber: data diolah peneliti (2017)
Tabel 1 menampilkan hasil nilai dari uji autokorelasi menggunakan Uji Durbin Watson sebesar 1,969. Jika disesuaikan dengan dasar pengambilan keputusan dimana (dU< d < 4-dU) maka
perhitungan untuk penelitian ini menjadi (1,6942< 1,969 < 2,3058) dimana H0 diterima yang artinya
ialah asumsi tidak terdapat autokorelasi.
Uji Multikolinearitas Tabel 2. Hasil Uji Multikolinieritas
Modеl Collinarity Statistics Tolеrancе VIF
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 2, Nilai Tolerance antara masing-masing variabel bebas menunjukan nilai tolerance> 0,1 sehingga dapat disimpulkan jika tidak terjadi multikolinieritas. Dilihat dari nilai VIF, masing-masing variabel menunjukan nilai VIF < 10 sehingga dapat disimpulkan juga tidak terdapat multikolinieritas. Dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terjadi multikolinieritas telah terpenuhi.
Uji Heteroskedastisitas Tabel 3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Model Sig.
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Diketahui nilai dari kedua variabel independen yaitu Tingkat Inflasi Indonesia, Kurs IDR/USD, lebih besar dari pada 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak mengalami gejala heterokedastisitas.
4.3. Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Modеl Unstandardizеd
Sumber: Data diolah peneliti (2017) Berikut persamaan regresi tabel di atas:
Y = 0,041 Tingkat Inflasi Indonesia + 0,409 NilaiTukar IDR/USD
Koefisien yang digunakan dalam penelitian ini ialah Standardized Coefficients Beta, sehingga dihasilkan interpretasi sebagai berikut :
a. Koefesien Variabel Inflasi Indonesia X1
Nilai Ekspor TPT (Y) dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,041. Koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap variabel Tingkat Inflasi Indonesia (X1) meningkat satu satuan
maka Nilai Ekspor TPT (Y) akan meningkat sebesar 0,041 dengan asumsi variabel lainnya konstan.
b. Koefesien Variabel Nilai Tukar IDR/USD X2
Koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap variabel Nilai Tukar IDR/USD (X2)
meningkat satu satuan maka Nilai Ekspor TPT (Y) akan meningkat sebesar 0,409 dengan asumsi variabel lainnya konstan
4.4. Uji Hipotesis
Koefisien Determinasi
Tabel 5. Hasil Perhitungan R2
Modеl R R Squarе Adjust R
Squarе
Std. Еrror of thеЕstimatе
1 .244a .060 .037 .10710
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 5, diperoleh hasil R2
sebesar 0,037 yang berarti variabel bebas yang dibahas pada penelitian ini X1 dan X2 berkontribusi sebesar 37 % terhadap variabel terikat Nilai Ekspor PTP (Y) sedangkan sisanya sebesar 63 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Tabel 6. Hasil Uji F
Sumber : Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan pada tabel 6 hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 2,573.
Sementara itu nilai dari Ftabel dengan (α = 0,05 ; df1
= 2df2 = 81) diketahui sebesar 3,11. Apabila nilai dari F hitung dibandingkan dengan nilai dari Ftabel maka diperoleh Fhitung<Ftabel = 2,573 < 3,11. Sedangkan jika diuji melalui cara membandingkan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
208
disimpulkan bahwa model regresi linier berganda yang diestimasi tidak ada pengaruh secara simultan yang signifikan antara (X1), (X2), terhadap (Y).
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t) Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen sebagai berikut :
1) Inflasi Indonesia (X1)
Uji t terhadap variabel (X1) menunjukan hasil t hitung sebesar 2,078 sedangkan nilai pada t tabel(α =
0,05 ; df 81) adalah sebesar 1,66388. Nilai t hitung
< t tabel yaitu 2,078 > 1,66388 dengan signifikansi
t (Sig.) sebesar 0,041, karena Sig. t lebih kecil dari 5% (0,041< 0,05). Hasil penelitian ini menyimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang
artinya variabel inflasi Indonesia (X1)
berpengaruh positif signifikan terhadap variabel nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y).
2) Kurs IDR/USD (X2)
Uji t terhadap variabel Kurs IDR/USD (X2)
menunjukan hasil t hitung sebesar - 0,830 sedangkan
nilai pada t tabel (α = 0,05 ; df 81) adalah sebesar
1,66388. Nilai t hitung < t tabel yaitu - 0,830 <
1,66388 dengan signifikansi t (Sig.) sebesar 0,409 karena Sig. t lebih besar dari 5% (0,409> 0,05).
Hasil penelitian ini menyimpulkan H0
diterimadan Ha ditolak yang artinya variabel Kurs
IDR/USD (X2) tidak berpengaruh negatif
terhadap variabel ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y).
4.5. Pembahasan a. Hipotesis 1
Hasil pengujian hipotesis 1 merupakan hasil perhitungan dari statistik uji simultan dan hasil nilai
koefisien determinasi (R2). Diketahui bahwa tingkat inflasi (X1) dan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar
(X2) tidak berpengaruh secara simultan atau
bersama-sama terhadap ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y). Berdasarkan pada Uji Simultan atau Uji F, diperoleh nilai sig. sebesar 0,083 atau lebih dari taraf signifikan yang diisyaratkan (0,083>0,05). Hal ini membuktikan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat inflasi (X1) dan nilai
tukar rupiah terhadap US dollar (X2) terhadap ekspor
tekstil dan produk tekstil (Y) secara simultan atau bersama-sama ditolak.
Pengaruh tidak signifikan ini disebabkan sebagian besar bahan baku untuk produksi adalah barang impor sehingga semakin naiknya Tingkat Inflasi semakin murah biaya produksi bersamaan dengan nilai tukar Rupiah yang menguat juga menjadikan permintaan ekspor Tekstil dan Produksi Tekstil turun sehingga produksi dalam negeri komoditi Tekstil dan Produk Tekstil yang bertambah terhambat dengan menguatnya nilai tukar Rupiah mengakibatkan permintaan turun. Hasil koefisien determinasi (R2) juga menunjukan bahwa Nilai Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (Y) dipengaruhi oleh variabel Tingkat Inflasi (X1) dan Nilai Tukar
Rupiah terhadap US Dollar (X2) sebesar 0,037 atau
3.7 % yang artinya Tingkat Inflasi (X1) dan Nilai
Tukar Rupiah terhadap US Dollar (X2) berkontribusi
hanya sebesar 3.7 % terhadap Nilai Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (Y) sedangkan sisanya sebesar 96.3 % yang mempengaruhi ekspor komoditi tekstil dan produksi tekstil tersebut adalah GDP, FDI, FTA, ketenagakerjaan, produksi dalam negeri, biaya dan mutu bahan baku, teknologi, serta tarif dan hambatan tarif.
b. Hipotesis 2
Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian hipotesis 2. Berdasarkan hasil perhitungan statistik uji t dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat inflasi di Indonesia (X1) terhadap nilai ekspor tekstil dan
produk tekstil Indonesia (Y). Berdasarkan Uji t yang telah dilakukan, maka hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara tingkat inflasi di Indoneisa (X1) terhadap nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y) diterima. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tandelin (2010:342) Inflasi mempunyai pengaruh luas terhadap ekspor pada suatu negara. Karena pengaruh inflasi yang semakin tinggi mengakibatkan harga bahan baku impor semakin murah sehingga biaya produksi semakin rendah berpengaruh pada harga komoditi tekstil dan produk tekstil yang lebih kompetitif.
c. Hipotesis 3
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
209
Produk Tekstil Indonesia (Y). Nilai tukar (X2) secara
parsial memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y). Penguatan rupiah tidak menyebabkan harga komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) semakin rendah. Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah terhadap US dollar (X2) terhadap nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y) secara parsial ditolak. Hal tersebut terjadi karena beperapa faktor antara lain bahan baku untuk komoditi Tekstil dan Produk Tekstil sebagian besar adalah Impor. Naiknya nilai tukar akan membuat harga produk di pasar internasional menjadi lebih mahal tetapi karena bahan baku komoditi Tekstil dan Produk Tekstil sebagian besar adalah impor menjadikan harga komoditas Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia tidak mahal. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Mankiw (2012) yang menjelaskan bahwa ketika harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta akan turun dan ketika harga turun, maka jumlah barang yang diminta akan naik.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Analisis regresi menunjukan tidak adanya pengaruh secara simultan antara tingkat inflasi di Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap US dollar terhadap nilai ekspor tekstil dan produk tekstil
Indonesia. Hasil koefisien determinasi
menunjukan berkontribusi sebesar 37 % terhadap variabel terikat nilai ekspor tekstil dan produk tekstil (Y) sedangkan sisanya sebesar 63 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat inflasi di Indonesia (X1) terhadap nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y).
3. Terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan dari nilai tukar rupiah terhadap US Dollar (X2)
terhadap nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y).
5.2. Saran
1. Diharapkan pemerintah dapat membuat peraturan perundang-undangan yang tepat mengenai tingkat inflasi. Sehendaknya, tingkat inflasi yang ditentukan di Indonesia tidak hanya bermotivasi untuk menekan jumlah uang beredar yang ada di
Indonesia. Pemerintah harus bisa meningkatkan produksi dalam negeri yang berorientasikan ekspor.
2. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan bagi pemerintah untuk menjadi pertimbangan bagi Bank Indonesia dalam menyusun kebijakan moneter terkait inflasi dan nilai tukar
3. Diharapkan pemerintah mengembangkan bahan baku yang juga berpotensi untuk meningkatkan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia. Semakin tersedianya bahan baku dengan tidak mengandalkan impor untuk produksi tekstil dan produk tekstil yang di ekspor Indonesia, tentu akan semakin baik. Karena dengan tersedianya bahan baku yang dapat diperoleh dari dalam negeri dengan tidak impor, maka produsen tekstil dan produk tekstil lebih efektif dalam memproduksi.
4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dipertimbangkan bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti pengaruh indikator makroekonomi terhadap ekspor suatu negara. Koefisien determinasi yang sangat kecil pada penelitian ini yaitu variabel bebas pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang besar pada variabel terikat, maka indikator makroekonomi lain seperti GDP dan FDI dapat digunakan. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode penelitianlain seperti metode kausalitas Granger dan analisis jalur (path analysis).
DAFTAR PUSTAKA
Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, dan Richard Startz. 2008. Tenth Edition; Macroeconomics. New York : McGraw-Hill Companies
Hady, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional Buku Dua Edisi Revisi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hamdani.2012. Ekspor Impor Tingkat Dasar Level Satu. Jakarta: Bushindo
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Tiga, Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat
Putong, Iskandar. 2013. Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
210
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius
Totonchi, Jalil. 2011. Macroeconomic Theories Of Inflation International Conference on Economics and Finance Research (IPEDR). Vol. 4 Halaman 459-462
Triyono.2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi Pembangunan, vol.9, no.2, halaman.156-167. Surakarta