• Tidak ada hasil yang ditemukan

58802077 Standar Tata Ruang Meeting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "58802077 Standar Tata Ruang Meeting"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RADIASI PERALATAN ELEKTROMAGNETIK

PADA RUANG PERTEMUAN (MEETING) TERHADAP KESEHATAN MANUSIA (Suatu Kajian Pustaka)

NI WAYAN DEWI ARSANI (0804405078)

Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 80361

Abstrak

Sarana umum dapat dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila telah memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Ruang pertemuan atau meeting adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dengan memberikan kenyaman kepada peserta meeting tersebut. Sanitasi ruangan meeting ini memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indikator dan parameter antara lain Letak ruangan dan lingkungannya yang mencakup persyaratan pada kondisi dan keadaan ruangan. Sound system yang baik digunakan di ruang meeting adalah sound system stereo dengan peletakan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan yang lain, sehingga suara akan diterima merata oleh peserta. Suara diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80 – 85 dB. Sistem pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux. Jarak ideal layar dengan proyektor ± 40 m sedangkan jarak antara layar dengan kursi terdepan adalah minimal 10 m. Bagian tepi layar atas, bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum membentuk sudut 60º-80º dengan titik mata untuk peserta terdepan. Tiap peserta harus dapat melihat dengan sudut pandang maksimal 30˚. Jarak antara kursi peserta dengan kursi lain minimal 40 cm.

Kata kunci :Radiasi Elektromagnetik, Ruang Pertemuan(Meeting) Kesehatan Manusia.

PENDAHULUAN

Sarana bangunan seperti ruangan meeting umumnya merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis.

Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Dan pada saat ini penulis akan membahas lebih rinci mengenai radiasi peralatan elektromagnetik pada ruang pertemuan terhadap kesehatan manusia.

Yang dimaksud dengan ruang pertemuan (meeting) adalah suatu tempat termasuk

fasilitasnya dimana ditiap suatu instansi mempunyai tempat untuk berkumpul mengeluarkan pendapat untuk mengambil suatu keputusan demi kepentingan bersama. Dasar pelaksanaan Penyehatan ruang pertemuan (meeting) adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. (Arifin, 2009)

Ruangan meeting merupakan suatu tempat yang mempunyai fungsi umum untuk tempat berkumpul dalam memecahkan suatu masalah.

Sanitasi ruangan meeting memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indicator dan parameter antara lain Letak gedung, Lingkungan ruangan tersebut dengan parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada ruangan. (Mukono, 2006)

(2)

Karya Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peralatan diruang pertemuan (meeting) memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan manusia.

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian ini tergolong kedalam penelitian hukum normatif dan penelitian hukum kepustakaan maka titik berat penelitian mempergunakan bahan hukum bukan data, sehingga data primer yang dipergunakan hanya bersifat memperkuat, melengkapi dan menunjang, kemudian sumber data sekunder dilakukan melalui sumber data kepustakaan (library research) yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Adapun bahan hukum primer yang digunakan terutama berpusat dan bertitik tolak pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia seperti Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.

Berikutnya dipergunakan pula bahan hukum sekunder berupa pendapat hasil-hasil penelitian, kegiatan ilmiah dan beberapa informasi dari media masa.

Pendekatan masalah yang dipakai terhadap penelitian ini, adalah beberapa pendekatan yang dikenal dalam hukum normatif, yaitu pendekatan kasus (the case approach), pendekatan perundang-undangan (the statute approach), pendekatan analisis konsep hukum (analitical conceptual approach).

Jenis bahan hukum yang dipergunakan berupa bahan-bahan hukum primer seperti peraturan perundang-undangan, surat keputusan Menteri, peraturan daerah, sedangkan bahan-bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan-bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan-bahan hukum primer dapat membantu menganalisis dan memahami hukum primer adalah : a) hasil karya ilmiah para sarjana; b) hasil penelitian ; c) laporan-laporan, media massa

Bahan-bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder meliputi bibliografi.

Adapun metode pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode gabungan antara bola salju (snowball methode) dengan metode sistematis (systematic methode).

Dari hasil pengumpulan data, kemudian data dianalisis, dikontruksi dan diolah sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, kemudian disajikan secara deskriptif.

Dalam penelitian hukum normatif, yang dianalisis bukanlah data, melainkan dilakukan secara deskriptif, interpretatif, evaluatif, argumentatif dan sistematis. Bahan hukum yang dikumpulkan akan disajikan secara utuh, kemudian dianalisis. Adapun analisis yang dikemukakan bersifat deskriptif artinya uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari proporsi-proporsi hukum atau non hukum. Interpretatif adalah analisis dengan cara menginterprestasi atau menjelaskan penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum, seperti penafsiran yang sistematis dan gramatikal. Penafsiran secara sistematis artinya terdapat hubungan antara pasal satu dengan pasal-pasal yang lainnya. Sedangkan penafsiran secara gramatikal adalah penafsiran berdasarkan arti kata. Evaluatif yakni melakukan evaluasi atau penilaian tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak oleh peneliti terhadap suatu pandangan, proporsi, pernyataan rumusan, norma, keputusan baik yang tertera dalam bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder.

Sedangkan analisis yang bersifat argumentatif tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum. Dalam pembahasan permasalahan hukum makin banyak argumen makin menunjukkan kedalam penalaran hukum. Sistematis, adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang tidak sederajat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ruang pertemuan (meeting) adalah tempat dengan segala fasilitas didalamnya, dimana masyarakat dapat berkumpul dan untuk memecahkan suatu masalah sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan untuk kesejahteraan masyarakat.

Hubungan Ruangan pertemuan (meeting) Dengan Kesehatan Manusia

(3)

Gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan antara lain: (Arifin, 2009)

1. Letak kursi bagian terdpan yang terlalu dekat dengan layar ( kurang dari 6m) dapat merusak mata.

2. Letak pintu, jendela dan lain-lain lobang ventilasi yang keliru menimbulkan gerak angin yang keras dan peserta dapat sakit karenanya.

3. Ventilasi yang kurang baik, menimbulkan tidak adanya gerak udara dalam ruangan, sehingga keadaan dalam ruangan panas sekali dan menimbulkan pusing.

4. Letak lampu bahaya diatas pintu-pintu yang menyilaukan dapat mengganggu mata para peserta.

5. Kurangnya pemeliharaan kebersihan pada tempat-tempat duduk/kursi, menjadikan kursi tersebut menjadi tempat bersarang dan berkembang biaknya binatang pengganggu antara lain kutu busuk, yang dapat menimbulkan gangguan kepada para peserta 6. Pemakaian proyektor yang rusak (misalnya

bergetar) atau lensa yang sudah kabur akan menimbulkan kerusakan mata.

7. Lantai yang tidak memenuhi syarat misalnya licin akan menimbulkan kecelakaan kepada peserta, dan lantai yang berdebu akan mengganggu pemandangan peserta.

Persyaratan Ruangan Meeting

1. Bagian Luar Ruangan a. Letak Ruangan Meeting

Letak atau lokasi ruangan meeting perlu diperhatikan karena letak berpengaruh terhadap kenyamanan dari ruangan meeting. Bentuk letak ini perlu diperhatikan sebagai berikut: (Arifin, 2009)

- Terletak disebuah gedung yang nyaman dengan alasan dapat memberikan keleluasan dan kepuasan para peserta untuk melakukan meeting.

- Letaknya yang strategis yaitu mudah dicapai dengan oleh peserta meeting.

- Terletak jauh dari faktor penganggu, seperti tempat pembuangan sampah, industri yang gaduh dan terlalu ramai.

b. Lingkungan Ruang Meeting

- Lingkungan sekitar ruangan meeting harus bersih, tidak terdapat sampah-sampah yang berserakan.

- Arah lalu lintas dibuat teratur baik untuk peserta maupun untuk kendaraan-kendaraan yang keluar masuk Lingkungan ruang meeting .

c. Tempat Sampah

Tersedianya tempat-tempat sampah dan tempat pengumpulan sampah sementara. Penempatan dan jumlah tempat sampah memadai.

Adapun syarat-syraat dari tempat sampah tersebut adalah : (Arifin, 2009)

- Kedap Air - Ertutup rapat - Mudah diangkat

- Dapat menampung jumlah sampai pada setiap pertunjukan.

d. Saluran Pembuangan Air Hujan

Saluran air hujan unuk ruangan meeting perlu ada hal ini untuk menjaga agar air hujan tidak menggenang. Karena dengan terdapatnya genangan air akan dapat menimbulkan gangguan kepada para peserta, selain itu genangan air akan dapat digunakan untuk perkembangbiakan panyakit seperti demam berdarah.

2. Bagian Dalam Ruangan Meeting

Ruangn meeting adalah bagian luar ruangan (Eterior ruangan ) dan bagian dalam ruangan meeting ( interior ruangan )

a. Exterior Ruangan :

Halaman yang ada didalam ruangan tatapi terletak diluar ruangan pertunjukan (diluar dinding yang membatasi tempat meeting) yang modern, maka pada exterior ruangan terdapat berbagai macam fasilitas seperti wc/urinoir (Arifin, 2009)

Demikian untuk exterior gedung minimal terdapat wc/urinior dan ruang tunggu.

1) WC dan urinoir :

Persyaratan dari WC adalah (Arifin, 2009)  Jumlah WC (Jamban) adalah minimal 1 buah

untuk setiap 20 kursi

 Jamban untuk laki-laki dan jamban untuk wanita harus terpisah.

 Harus tersedia air yang cukup banyak untuk menggelontor maupun untuk membersihkan.  Keadaan jamban harus selalu dalam keadaan

bersih dan terpelihara.

 Penerangan minimal 5 fc pada permukaan lantai.

Persyaratan dari urinoir :

(4)

 Penerangan minimal 5 fc pada lantai.  Keadaan selalu bersih dan terpelihara.

Urinoir yang baik adalah type single urinoir, cara membersihkannya secara berkala 5 menit atau 10 menit sekali dapat dipakai “intermittent automatic flushing device”.

Ditempat tersebut sebaiknya terdapat wash tafel (tempat cuci tangan) dilengkapi dengan sabun dan tissue.

4) Ruang Tunggu

Ruang tunggu diruangan meeting perlu sekali karena :

- Memberikan tempat bagi para peserta meeting untuk beristirahat.

- Memberikan tempat bagi para peserta untuk menunggu meeting dimulai. Oleh sebab itu, maka kamar tunggu perlu dijaga kebersihannya, disediakan tempat sampah yang cukup, kursi diatur sedemikian rupa, diberi pot-pot bunga sehingga ruang tunggu tersebut bentuknya menarik dan menyenangkan.

b. Interiour Ruangan:

Adalah ruangan yang dimana terdapat tempat duduk para peserta untuk melakukan meeting. Yang perlu mendapatkan perhatian didalam interiour gedung ini antara lain adalah (Arifin, 2009)

1. Dinding

Dinding ruangan meeting dibuat anti gema suara dengan menerapkan sistem “acoustic” dengan maksud :

mencegah gema suara yang memantul dan menggaduhkan bunyi asli.

mencegah penyerapan suara (absorpsi) sehingga suara hilang dan menjadi kurang jelas. membantu resonansi (menguatkan suara).

2. Lantai

 Lantai dibuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin dan mudah dibersihkan.

Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga pemandangan peserta yang dibelakang tidak terganggu oleh peserta yang dimuka.

Menurut hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Departemen Penerangan bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa : Jarak antara sandaran kursi adalah lebih kurang 90 cm, dengan sudut penurunan ideal ke arah layar 6,28 terhadap garis horizontal, berarti perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10 cm.

3. Ventilasi

Ventilasi untuk ruang meeting adalah penting oleh karena untuk mengatur sirkulasi udara, agar udara kotor dalam ruangan keluar dan udara bersih masuk sehingga peserta merasa nyaman. Untuk ruangan normal 27˚C dan kelembaban yang baik adalah 40%”. (Soebagio Reksosoebroto, 2009) “Suhu ruang antara 20˚C-25˚C, dengan kelembaban diantara 40%-50%”. (Rudi Gunawan, 2008)

Sistem ventilasi pada umumnya terbagi atas dua yaitu:

a) Ventilasi Alami (Natural Ventilation System) Ventilasi alam ini dapat dibuat dengan jalan memasang jendela dan lubang-lubang angin atau dengan menggunakan bahan bangunan yang berpori-pori.

b) Ventilasi Buatan (Artificial Ventilation System)

Untuk ventilasi buatan ini dapat berupa :

Fan (kipas angin), fungsinya hanya memutar udara didalam ruangan, sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah.

Exhauster (pengisap udara), prinsip kerjanya adalah mengisap udara kotor dalam ruangan sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah.  Air Conditioning (AC)

AC yang baik untuk ruang meeting adalah menggunakan AC central. Air Conditioning (AC), prinsip kerjanya adalah penyaringan, pendinginan, pengaturan kelembaban serta pengaturan suhu dalam ruangan. Yang perlu diperhatikan bila menggunakan AC adalah ruangan harus tertutup rapat dan orang tidak boleh merokok didalam ruangan.

4. Tempat Duduk atau Kursi

Persyaratan dari tempat duduk atau kursi adalah : (Moskie, 2009)

Konstruksi cukup kuat dan tidak mudah untuk bersarangnya binatang pengganggu antara lain kutu busuk atau serangga lainnya.

 Ukuran kursi yaitu :

 Lebih kurang 40-50 cm.

 Tinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm.

 Tinggi sandaran 38-40 cm dengan lebar sandaran disesuaikan dengan kenyamanan.

 Sandaran tangan berfungsi juga sebagai pembatas.

(5)

 Letak kursi agar diatur sedemikian rupa sehingga semua peserta dapat melihat slide secara penuh dengan tidak terganggu. Jarak antara kursi dengan kursi didepannya minimal 40 cm yang berfungsi untuk jalan ke tempat kursi yang dituju.

 Tiap peserta harus dapat melihat slide dengan sudut pandang maksimal 30˚. Peserta yang duduk di baris terdepan harus masih dapat melihat seluruh slide sepenuhnya. Artinya bagian tepi layar atas, bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum membentuk sudut 60º-80º dengan titik mata.

5. Pencahayaan

Pada dasarnya pencahayaan diperlukan sebelum dan setelah pertunjukkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pencahayaan adalah:

- System pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux dan tidak boleh bergetar.

- Tersedia cukup cahaya untuk kegiatan pembersihan ruangan meeting.

- Kekuatan penerangan pada tangga adalah 3 fc.

6. Sound System

Sound system adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk mengeraskan suara sehingga bias terdengar jelas oleh seluruh peserta.

Sound system yang baik digunakan di ruang meeting adalah sound system stereo dengan peletakan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan yang lain, sehingga suara akan diterima merata oleh peserta meeting. Suara diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80 – 85 dB.( Riefsie, 2008 )

Prinsip dasar peletakan speaker yang digunakan untuk menghasilkan aliran suara yang konsisten di semua tempat dalam ruang meeting.

Gambar 5. Pemantulan Suara diruangan Sumber : Riefsie, 2008

Kebanyakan pemasangan tirai pada dinding berhasil mengabsorpsi suara dengan frekuensi tinggi, tetapi kurang memperhatikan frekuensi

rendah. Oleh Karena itu, diberlakukan prinsip 1/4 λ. Bahan penyerap suara yang digunakan harus diletakkan sejauh 1/4 λ dari frekuensi terendah yang diserap. Pada contoh di bawah ini, jika frekuensi terendahnya adalah 42 Hz, maka bahan penyerap suara sebaiknya diletakkan pada jarak 2 meter dari dinding. Untuk materialnya, dapat digunakan rock wool (fibreglass) yang dikatakan merupakan material dengan kemampuan absorpsi yang cukup tinggi. Material ini dikatakan dapat membuat sebuah ruangan hampir mendekati ruangan anechoic, dengan harga yang cukup murah.

Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah penghitungan Critical Distance atau Jarak kritis. Jarak kritis merupakan batas jarak di mana suara langsung yang berasal dari speaker dan suara pantul memiliki energi yang sama. Jarak kritis ini berbeda-beda di segala frekuensi. Semakin tinggi tingkat absorpsi suara di ruangan tersebut, maka semakin jauh pulalah jarak kritisnya. Desain ruangan akustik yang baik diusahakan memiliki Critical Distance sejauh mungkin dari sumber suara.

7. Layar Slide

Layar slide merupakan alat yang pokok dan penting dalam ruang meeting. Adapun syarat-syarat layar yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

- Layar sebaiknya berwarna putih dan diberi warna gelap di tepi.

- Ukuran harus disesuaikan dengan proyeksi dari proyektor yang digunakan.

- Permukaan harus licin dan bersih.

- Jarak antara layar dengan proyektor harus sesuai sehingga gambar yang di proyeksikan pada layar benar-benar baik (focus harus tepat) sehingga tidak menghasilkan gambar yang kabur.

8. Proyektor dan Ruangan

Persyaratan proyector dan ruangan adalah: - Proyektor tidak boleh bergetar, sehingga

gambar pun akan ikut bergetar.

- Proyektor harus dapat memproyeksikan gambar dengan jelas.

(6)

9. Keadaan Yang Bebas Serangga dan Binatang Pengerat

Pencegahan terhadap serangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Kebersihan umum baik di luar dan di dalam gedung harus di jaga.

- Pemasangan kawat-kawat kasa pada lubang-lubang angin.

- Pengaturan barang-barang harus teratur jangan sampai ada sudut-sudut mati yang menyulitkan pembersihan.

- Pencahayaan harus sempurna agar sinar dapat menyinari secara merata keseluruhan ruangan.

Pencegahan terhadap binatang pengerat dapat dilakukan dengan cara sebagai brikut:

- Menjaga kebersihan ruangan

- Menghindari adanya sudut-sudut mati dan ruangan yang gelap.

- Menghindari tempat-tempat yang bisa digunakan untuk bersarangnya binatang pengerat.

- Memasang terali pada lubang ventilasi bagian bawah

3. Peryaratan Lain Yang Diperlukan Di Ruangan Meeting

Ruangan meeting memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indicator dan parameter antra lain Letak gedung, Lingkungan ruangan meeting dengan parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada halaman dan gedung.

Beberapa persyaratan atau karakteristik khusus dapat kita temukan pada ruang meeting ini antara lain : (Arifin, 2009)

- Layar film : Berwarna putih dengan warna gelap ditepi, Ukuran sesuai dengan kekuatan proyektor, Permukaan bersih & licin, Jarak ideal layar dengan proyektor ± 40 m.

- Sound system : Suara 80-85 dB, Simetris di kanan – kiri dinding gedung

- Tempat duduk : Dibuat untuk perorangan, Ada sandaran belakang, tangan + kaki, Tidak berhimpitan, Jarak dengan tempat duduk depannya 40 cm (berfungsi sebagai jalan peserta), Baris terdepan min 6 m dari layar, dengan sudut pandang < 30º, Tinggi tempat duduk dan lantai sebaiknya 48 cm dengan sandaran 38-40 cm, Tempat duduk dibuat empuk, mudah dibersihkan

- Proyektor dan ruangannya : proyektor yang ada didalam ruangan harus baik, tidak bergetar, terang sehingga tidak merusak mata, Ruangan untuk proyektor disesuaikan dengan ukuran

proyektor,jumlah peserta, kelembaban dan suhu yang diperhatikan

4. Sanitasi di tempat-tempat meeting sangat diperlukan

Perlunya sanitasi di tempat - tempat meeting karena: (Arifin, 2009)

1. Adanya kumpulan manusia yang berhubungan langsung dengan lingkungan

2. Kurangnya pengertian dari masyarakat mengenai masalah kesehatan

3. Kurangnya fasilitas yang baik

4. Adanya kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit

5. Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan 6. Adanya tuntutan physical dan mental confort

5. Aspek penting dalam penyelenggaraan sanitasi tempat-tempat umum

1. Aspek teknis /hukum (persyaratan H dan S, Peraturan dan perundang-undangan sanitasi 2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan

tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dan lain-lain

3. Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Tiap peserta harus dapat melihat dengan sudut pandang maksimal 30˚ terhadap layar.

2. Suara yang diterima merata oleh peserta sebaiknya antara 80 – 85 dB

3. Suhu ruang antara 20˚C-25˚C, dengan kelembaban diantara 40%-50%

4. Ruangn meeting adalah suatu tempat untuk melakukan suatu pertemuan untuk menyelesaikan masalah demi mendapatkan hasil yang diinginkan. Penyehatan Lingkungan adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. 5. Pencahayaan Umum untuk ruangan dan area

yang jarang digunakan dan/atau tugas-tugas atau visual sederhana khususnya ruangan meeting sebesar 150 lux.

6. Hubungan ruang meeting dengan manusia, gangguan-gangguan tersebut dapat dicegah antara lain:

(7)

b. Letak pintu, jendela dan ventilasi dengan jarak yang satu dengan lain sedikit-dikitnya 5 m dengan tinggi 1,8 dan membuka kearah ke luar.

c. Ventilasi yang baik digunakan adalah cross ventilasi terutama ruang proyektor harus mempunyai ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara didalam ruangan tersebut (10% – 20%) dari luas lantai sehingga petugas / operator tidak merasa pengap atau panas.

d. Letak lampu pada plafon dengan jarak lampu yang satu dengan lampu yang lain maksimal 2,5 meter dengan intensitas cahaya minimal 150 lux.

e. Pemeliharaan kebersihan dengan menempatkan tempat sampah di dekat pintu keluar.

f. Lantai yang memenuhi syarat dibuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin dan mudah dibersihkan

g. Tidak memakai film proyektor yang rusak (lensa yang sudah kabur) dan tidak boleh bergetar

h. WC harus dirawat agar tidak menimbulkan bau.

7 Persyaratan di ruang meeting dibagi menjadi bagian yaitu:

a.Bagian luar gedung: letak gedung dan tempat sampah saluran pembuangan air hujan b.Bagian dalam ruang meeting Exterior gedung,

misalnya: WC dan runag tunggu. Interior gedung: dinding, lantai, ventilasi, tempat duduk atau kursi, pencahayaan, sound system,layar film dan projektor dan ruangan.

Saran

• Untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan gedung sehingga menjadi lebih baik perlu diadakan pengawasan yang lebih teratur lagi, sehingga dapat tercipta lingkungan tempat yang aman, nyaman dan bersih bagi pesertanya serta terlindung dari bahaya kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Moskie. 2009. Lokasi Duduk dengan nyaman di ruang meeting. http://www. adandu.com/blog/moskie/lokasi_duduk_den gan_nyaman_di_ tempat meeting .html, diakses Minggu, 25, april, 2011)

[2] Mukono, H. 2006. Prinsip dasar kesehatan lingkungan edisi ke 2. Surabaya : Airlangga University Press.

[3] Arifin, M. 2009. Inspeksi Sanitasi

lingkungan .

http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/02 /inspeksi-sanitasi- lingkungan .html, diakses Minggu, 25, april, 2011.

[4] Riefsie. 2008. Sistem Audio-video Audotorium. http://forum. kompas.com/sains/2592-sistem-audio-video-audotorium.html , diakses Minggu, 25, april, 2011.

[5] ---. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 288/Menkes/SK/III/2003 Tentang Pedoman penyehatan sarana dan bangunan umum. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gambar

Gambar 5. Pemantulan Suara diruangan

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, perlu menetapkan Peraturan

Adapun judul skripsi ini adalah, “Proses Inklusi Sosial Anak Jalanan Dampingan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan ( KKSP ) Medan.” Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah

Hasil rata-rata pertambahan tinggi semai yang rendah pada perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh air kelapa disebabkan oleh peran zat pengatur tumbuh yang

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh dari penelitian pengaruh pemberian jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik penderita

Tahap pertama dilakukan hidrolisis asam dengan konsentrasi 2% selanjutnya dilakukan hidrolisis enzim β-glukoamilase, Trichoderma sesuai variabel yang telah

• Penerapan Fungsi Eksponen dan Logaritma dalam Ekonomi • Bunga Majemuk • Fungsi Pertumbuhan Mengkaji materi melalui ceramah dan tanya jawab serta pemberian contoh

Syaikh Ahmad Muhammad Ali Al Thuraifi, Ketua Dewan Fatwa dan Kajian di Universitas Al Quranul Karim.. Syaikh

(2) Hadirnya antroponimi dan toponimi universal pada transformasi dari kelisanan CPSJ ke keberaksaraan WSJ, secara semiotik, dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk