BUDAYA SASI:
Perlawanan Negara dan Masyarakat
terhadap Eksploitasi dan Kerusakan
Sumber Daya Alam
ARNOLD FREDO BINTER
ii
© Arnold Fredo Binter
All rights reserved. Save exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.
Diterbitkan oleh:
iii
Universitas Kristen Satya Wacana
BUDAYA SASI:
Perlawanan Negara dan Masyarakat
terhadap Eksploitasi dan Kerusakan
Sumber Daya Alam
TESIS
Diajukan untuk memenuhi gelar magister
Di Universitas Kristen Satya Wacana.
Tesis ini telah dipertahankan dalam ujian
Program Pasca Sarjana Studi Pembangunan
Universitas Kristen Satya Wacana,
Pada hari Senin tanggal 1 Juni 2015, pukul 14.00
Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga.
Oleh
Arnold Fredo Binter
iv
Pembimbing:
Dr. Soegeng Hardiyanto
Penguji:
v
DAFTAR ISI
Daftar Isi ... v
Daftar Gambar ... ix
Daftar Tabel ...x
Daftar Narasumber ... xi
Kata Pengantar ... xiii
Abstract ... xiiv
Bab Satu Pendahuluan ... 1
Latar Belakang Masalah ... 1
Tujuan Penelitian ... 5
Metode Penelitian ... 5
Kerangka Pemaparan ... 7
Bab Dua Kearifan Lokal, Konservasi Sumber Daya Alam, dan Perlawanan Sosial ... 9
Pengantar ... 9
Kearifan Lokal ... 10
Konservasi Daya Alam ... 13
Pengertian Konservasi Sumber Daya Alam ... 13
Sasaran Konservasi ... 14
Tujuan dan Manfaat Konservasi ... 14
Strategi Konservasi ... 17
Cara-cara Konservasi ... 19
Perlawanan Sosial ... 21
Bab Tiga Raja Ampat dalam Sejarah Pemekaran, Perkembangan, dan Tantangannya ... 25
vi
Berangkat Dari Mimpi Untuk Maju ... 25
Tahun 2003 Mimpi Menjadi Nyata ... 27
Mengenal Raja Ampat Setelah Pemekaran ... 29
Potensi Darat dan Laut di Raja Ampat ... 35
Kerusakan Lingkungan dan Eksploitasi, Tantangan Raja Ampat Kini . 46 Bab Empat Kampung Warsambin Lokasi Penelitian ... 51
Pengantar ... 51
Sejarah Kampung Warsambin ... 56
Gambaran Umum Distrik Teluk Mayalibit ... 59
Geografi Teluk Mayalibit ... 59
Pemerintahan ... 60
Penduduk dan Kondisi Sosial Masyarakat ... 61
Potensi Kampung Warsambin ... 65
Potensi Wisata Budaya Lokal ... 65
Potensi Sumber Daya Alam ... 67
Ancaman Eksploitasi dan Kerusakan Lingkungan di Kampung Warsambin ... 69
Penebangan Hutan dari Hutan Produksi kah? ... 69
Rusaknya Terumbu Karang dan Ilegal Fishing ... 70
Bab Lima Budaya Sasi di Kampung Warsambim ... 75
Pengantar ... 75
Dari Kabus Menjadi Sasi ... 76
Sasi Adat dan Sasi Gereja ... 80
Sasi Adat ... 80
Mempersiapkan Sasi Adat ... 81
Pelaksanaan Tutup Sasi Adat ... 82
Larangan Selama Sasi Adat ... 82
Pelaksanaan Buka Sasi Adat ... 83
Sasi Gereja ... 83
vii
Pelaksanaan Sasi Gereja Secara Komunal ... 85
Tutup Sasi Gereja oleh Perorangan ... 85
Pelaksanaan Sasi Gereja Secara Komunal ... 87
Larangan Selama Sasi Gereja ... 90
Sasi Gereja Perorangan ... 91
Sasi Gereja Komunal ... 92
Pelaksanaan Buka Sasi Gereja ... 93
Buka Sasi Gereja Perorangan ... 93
Buka Sasi Gereja Secara Komunal ... 96
Budaya Sasi Mon ... 98
Intervensi LSM Conservation International dalam Pelaksanaan Sasi Mon ... 99
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat Mendukung Pelaksanaan Sasi Mon ... 104
Pro dan Kontra Pelaksanaan Budaya Sasi di Kampung Warsambin .. 107
Bab Enam Kearifan Lokal, Usaha Konservasi SDA, Perlawanan Negara dan Masyarakat dalam Wujud Budaya Sasi ... 109
Pengantar ... 109
Budaya Sasi, Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Warsambin ... 111
Sasi Hadir Ditengah Ancaman ... 112
Budaya Sasi Riwayatmu Kini ... 114
Kesimpulan Sementara ... 115
Budaya Sasi itu Konservasi Sumber Daya Alam ... 115
Pengertian Sasi dan Konservasi Sumber Daya Alam ... 117
Budaya Sasi Mencapai Sasaran, Tujuan dan Manfaat Konservasi 117 Budaya Sasi dan Konservasi Membutuhkan Peran Serta Masyarakat ... 120
Kesimpulan Sementara ... 121
Perlawanan Negara dan Masyarakat Dalam Wujud Budaya Sasi ... 122
Teori Perlawanan Sosial Scott dan Budaya Sasi Sebagai Bentuk Perlawanan ... 123
viii
Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Budaya Sasi sebagai “Senjata Perlawanan” ... 128 Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Sasi adalah Bentuk Perlawanan Terbuka ... 130 Kesadaran Kerawanan Ekologis sebagai Modal Perlawanan ... 133 Kesimpulan Sementara ... 136
Bab Tujuh
Penutup ... 139 Kesimpulan ... 139 Kearifan Lokal Sebagai Pelindung Sumber Daya Alam ... 139 Budaya Sasi Sebagai Bentuk Perlawanan Masyarakat dan
Pemerintah ... 140 Rekomendasi ... 141
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Spanduk Protes Warga Atas Ganti Rugi Lahan ... 31
Gambar 3.2 Pantai WTC Waisai ... 38
Gambar 3.3 Air Terjun Werengkris Warsambin ... 38
Gambar 3.4 Pantai Waiwo ... 38
Gambar 3.5 Pantai Saleo ... 39
Gambar 3.6 Kampung Wisata Sawinggrai ... 39
Gambar 3.7 Kampung Wisata Sawanderek ... 39
Gambar 3.8 Kampung Wisata Arborek... 40
Gambar 3.9 Pantai Jetty Yenbuba ... 40
Gambar 3.10 Pulau Agusta ... 40
Gambar 3.11 Teluk Kabui ... 41
Gambar 3.12 Pulau Wayag ... 41
Gambar 3.13 Tumbuhan Akar Bore ... 49
Gambar 3.14 Bom Ikan (Potas) ... 49
Gambar 3.15 Pukat Harimau ... 50
Gambar 4.1 Pemandangan Pintu Masuk Teluk Mayalibit ... 54
Gambar 4.2 Kondisi Kampung Warsambin ... 55
Gambar 4.3 Body Fiber Milik Masyarakat yang Sedang ditambatkan ... 55
Gambar 4.4 Penulis bersama salah satu narasumber ... 56
Gambar 4.5 Peta Pulau Waigeo ... 58
Gambar 4.6 Tarian Yasim Pancar dengan Iringan Musik Suling Tambur di Kalitoko ... 62
Gambar 4.7 Makam Leluhur di teluk Mayalibit... 67
Gambar 5.1 Pelatihan Bagi Masyarakat oleh Fasilitator dari Conservation International ... 101
Gambar 5.2 Pelaksanaan Deklarasi Sasi Mon Tahun 2010 di Teluk Mayalibit ... 103
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Luas Wilayah Kabupaten Raja Ampat menurut
Kecamatan, Tahun 2012 ... 32 Tabel 3.2 Jumlah Wisatawan yang datang di Kabupaten Raja
Ampat per Bulan, Tahun 2010-2013 ... 36 Tabel 3.3 Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012 ... 37 Tabel 3.4 Luas Area dan Dasar Hukum Kawasan Cagar Alam
Tahun 2013 ... 43 Tabel 3.5 Luas Area dan Lokasi Kawasan Hutan Lindung Tahun
2013 ... 43 Tabel 3.6 Produksi Hasil Hutan Menurut Jenis Hasil Hutan
Tahun 2010-2013 ... 44 Tabel 3.7 Volume dan Nilai Produksi Hasil Perikanan Tahun
2009-2013 ... 46 Tabel 4.1 Jumlah RW dan RT di Distrik Teluk Mayalibit Tahun
2013 ... 60 Tabel 4.2 Jumlah Personil Hansip dan Pos Keamanan di Distrik
Teluk Mayalibit Tahun 2013 ... 61 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Distrik
xi
DAFTAR NARASUMBER
Nama Pekerjaan Lokasi Agus Nelayan dan Tokoh
Masyarakat Kampung
Kampung Warsambin
Andi Nelayan Kampung Warsambin Anwar Pegawai Negeri Sipil di
Kantor Distrik Teluk Mayalibit dan warga kampung Warsambin
Kampung Warsambin
Bagiyo Aktifis lingkungan di Coremap (saat
Wawancara) dan Ketua
Dewan Adat Suku Ma‟ya
Waisai
Bambang Aktifis Lingkungan
Conservation International
Sorong
xiii
KATA PENGANTAR
Kearifan lokal atau local knowledge beberapa tahun belakangan ini sedang menjadi topik perbincangan yang menarik. Mulai dari media cetak, media elektronik, bahkan sampai pada jejaring sosial sedang asyik membicarakan tentang topik yang satu ini. Menurut penulis, sekarang masyarakat sedang memasuki masa-masa romantisme tempo dulu. Ingatan masyarakat dibawa kembali ke sejarah dahulu kala tentang bagaimana leluhur kita melakukan tradisi-tradisi yang kaya akan nilai dan pesan moral. Tidak sedikit pula tulisan-tulisan akademik yang mengangkat topik perbincangan tentang kearifan lokal, bahkan ruang-ruang kelas di perguruan tinggi, sampai pada suasana modern
café juga terdapat orang-orang yang asik memperbincangkan topik yang satu ini. Fenomena ini sedang mengungkapkan kepada kita, bahwa laju modernitas begitu cepat, sampai-sampai manusia mulai
merasa „kehausan‟ akan sentuhan-sentuhan tradisional yang memelihara nilai-nilai dan prinsip hidup.
Penelitian ini juga mengangkat topik tentang kearifan lokal, tetapi tidak sekedar ingin menampilkan romantisme tempo dulu, melainkan menghadirkan secara empirik temuan-temuan penelitian. Kearifan lokal yang menjadi penelitian penulis adalah Budaya Sasi di kampung Warsambin, distrik Teluk Mayalibit, kabupaten Raja Ampat. Sebagai perkenalan, budaya sasi bisa didefinisikan sebagai bentuk larangan pengambilan sumber daya alam baik darat maupun laut dalam kurun waktu tertentu sehingga memungkinkan sumber daya alam dapat tumbuh, berkembang dan dilestarikan. Inilah cara yang digunakan masyarakat untuk melindungi sumber daya alam mereka.
xiv
pemerintah pada KKLD, merupakan keunikan dari penelitian ini. Jika ada teori yang menggambarkan hubungan negara dan masyarakat sebagai hubungan antara kelompok superdinant dan subordinant (penguasa dan bawahan), dalam penelitian ini justru menampakan hubungan relasi yang sinergis dan penuh dengan kekuatan. Demikianlah hasil penelitian ini dibuat untuk menambah khasanah informasi, sekaligus juga dapat digunakan untuk menambah studi-studi tentang kearifan lokal dan perlawanan sosial yang pernah ada.
Pada kesempatan ini, penulis mau mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah mendukung penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulisan ini dapat selesai dengan baik dan diajukan untuk sebagai hasil akhir studi di Program Pascasarjana Magister Studi Pembangunan UKSW. Terlebih khusus penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Sang Kepala Gerakan, yang senantiasa memberikan segala kemudahan, kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat melesaikan semuanya ini dengan baik. Kemuliaan hanya bagi nama-Mu Sang Pencipta kehidupan dan semesta.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Soegeng Hardiyanto selaku pembimbing penulisan thesis ini. Begitu banyak pengalaman dan pembelajaran yang penulis dapatkan dengan beliau. Satu hal yang penulis belajar dengan sangat baik dari beliau, yaitu kesabaran dan ketekunan. Proses studi penulis terlebih dalam penulisan thesis ini menempuh waktu yang lama, tetapi dengan kesabaran yang sangat panjang dan ketekunan penulisan ini dapat terselesaikan. Selain itu sumbangan-sumbangan pemikiran untuk penulisan ini yang datang dari beliau sangat memberikan warna bagi hasil penelitian ini.
xv
kritis Om Ten dan Pak Pam, penulis meyampaikan banyak terimakasih.
Sepenuhnya ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keempat orang tua terkasih, Papi Luther Mamile Binter, Mami Loesye Pandin Binter, Bapak Timotius Agus Hariyanto, dan Ibu Yohana Tri Rahayu. Tanpa perjuangan kalian, tanpa keringat dan air mata kalian, penulis tidak akan pernah sampai pada titik ini. Terimakasih buat kasih sayang kalian yang menopang penulis dalam kondisi apapun.
Dari kedalaman hati pula penulis sampaikan terimakasih untuk Adelina Marsye Binter, Nani Junita Binter, Yedija Canggih Jaka Permana, juga Kerenhapukh Nora Kirana Sari & Luis Mozes beserta anak mereka James Dejaneiro Mozes. Terimakasih adik-adikku tercinta support dan doa kalian selalu menjadi penyemangat penulis. Begitu juga terimakasih yang mendalam buat keluarga besar penulis Binter, Pandin, Matulessy, Pelamonia, Laku, Rahawarin, Oeitono, Lusianak yang senantiasa menopang dan mendukung penulis, buat Kaka Semi Pelamonia dan Cici Deasy Matulessy Pelamonia, Kaka Denny Matulessy atas dukungan selama ini.
Secara khusus dengan penuh rasa sayang dan cinta, penulis mengucapkan terimakasih kepada Kezia Ayu Tekan Sari atas semua kesabaran, ketekunan, perhatian dan pengorbanan yang selama ini telah dicurahkan bagi penulis. Terimakasih telah sabar menanti proses studi yang penulis jalani. Terimakasih buat semua air matamu yang menghantarkan penulis sampai saat ini. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati kita berdua.
xvi
Penulis pun mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada pihak Conservation International dan jajaran pemerintah Kabupaten Raja Ampat, yang juga telah membantu penulis selama melakukan penelitian lapangan. Terlebih ketersediaan data sekunder yang dibutuhkan penulis.
Terimakasih pula penulis sampaikan kepada keluarga besar PAMPO Raja Ampat yang telah membantu penulis untuk mendokumentasikan beberapa gambar untuk kepentingan data gambar pada penelitian ini. Terimakasih yang mendalam buat Mas Kurniawan, Bung Junaedi Irianto, Bung Komiter Lothar, Mas Hadi Nyali, Mas Periyanto Irsan, Mas Ahmad Efendi, Mas Lithink Cortesa. Di akhir-akhir penulisan thesis ini kehadiran teman-teman sangat membantu. Tetap semangat berkarya teman-teman!
Terimakasih untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang sudah memberi dukungan sampai terselesaikannya penelitian ini.
Kiranya Tuhan memberkati semua rangkaian pelayanan kita.
Salatiga, Mei 2015
xvii
ABSTRACT
Sasi culture is a local society wisdom which is used to protect and preserve natural resources. In the process of the society life, sasi
culture has experienced shifting forms in the way it is implemented.
Sasi tradition was the initial form which was developed into sasi
church. Recently, it has been developed into sasi implemented by family clan who live in Ulayat area. Sasi culture is also adopted by the society in Warsambin village, Mayalibit bay district, Raja Ampat. The implementation of sasi culture in Warsambin village is meant to solve the potential threat of exploitation and environmental damage. To improve the capacity of sasi culture, the local government of Raja Ampat Regency creates institutionalization for the policy of Regional Ocean Conservation Area. This inspiring sasi culture in the establishment of the Regional Ocean Conservation Area is a form of opposition toward exploitation and environmental damage by the society and government. This opposing action occurs because of the similar capital which is called as Capital of Ecological Vulnerability Awareness.