BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ilmu keselamatan dan kesehatan kerja ialah ilmu dan seni dalam pengelolaan hazard (bahaya) dan resiko agar tercipta kondisi tempat kerja yang
aman dan sehat. Perkembangan dan kebutuhan ilmu/keahlian K3 berkembang sangat pesat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi produksi, percepatan pembangunan melalui industrialisasi serta tuntutan kebutuhan
pekerjaan yang semakin meningkat dalam hal efektifitas, efesiensi, produktifitas, tingkat kesehata dan keselamatan. Kesehatan kerja atau occupational health
cenderung diartikan sebagai upaya kesehatan yang mengurusi masalah–masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat ditempat mereka bekerja. (Cecep Triwibowo :2013)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenga kerja yang diatur dalam undang–undang. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja
akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Arti penting dari keselamatan dan kesehatan kerja bagi perusahaan merupakan
dapat terganggu dengan penyakit, stres dalam bekerja, atau kecelakaan. Program
kesehatan yang baik kakan menguntungkan para pekerja secara materil. Selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman sehingga secra
keseluruhan para karyawan dapat bekerja lebih produktif. (Cecep Triwibowo :2013)
2. 1. 2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan utamanya selain untuk meningkatkan derajat kesehatan para pekerja juga untuk efesiensi dan produktifitas pekerjaan. Keselamatan dan
kesehatan kerja juga bertujuan untuk menjamin kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya dan mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja. Beberapa tujuan dari program K3 ialah:
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial, baik dari pihak perusahaan maupun karyawan.
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktifitas perusahaan. 3. Menghemat biaya premi asuransi.
4. Menghindari tuntutan hukum dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada karyawannya.
5. Memelihara lingkungan kerja yang sehat.
6. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja.
7. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari
kerja.
9. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.
Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan perlidungan terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman atau tidak sehat.
2. 2 Keselamatan Kerja
Salah satu resiko besar yang diahadapin perusahan ialah keselamatan
kerja, karena keselamatan kerja tidak hanya merugikan korban jiwa dan materi bagi para tenaga kerja namun juga mejadi salah satu faktor yang dapat
mengganggu proses produksi secara keseluruhan dan dapat merusak lingkungan kerja bagi masyarakat sekitar perusahaan. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata
lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia yang menginginkan terjadinya
kecelakaan. Keselmatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Teori keselamata kerja menurut beberapa ahli,yaitu:
1. Suma’mur (2001) mengungkapkan bahwa keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para pekerja yang bekerja diperusahaan yang bersangkutan.
2. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan yang mencakup kondisi
3. Mathis dan jackson (2002), menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cederayang berkaitan dengan pekerjaan.
4. Secara filosofi (Depnaker RI, 1991), keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya demi terjaminnya keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani manusia serta hasil karya dan budaya yang
bertujuan untuk kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya.
5. Secara ilmuan (Depnaker RI, 1991), keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapanyang khusus mempelajari tentang cara – cara pencegahan dan penanggulangan atas kecelakaan yang terjadi ditempat kerja.
6. Secara hukum (Depnaker RI, 1991), keselamata kerja adalah perlindungan agar tenaga kerja senantiasa dalam keadaan selamat dan selama melakukan pekerjaan ditempat kerja termasuk orang lain bukan tenaga kerja yang berada
ditempat kerja serta mengamankan sumber bahaya dan proses produksi serta dapat bekerja lebih efesien.
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan disetiap tempat kerja (perusahaan).
2. 3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Seperti yang kita ketahui manajemen ialah suatu proses kegiatan yang
yang yang dilakukan untuk mencapai tujun yang telah ditetapkan dengan
menggunakan sumber daya yang ada. Peraturan pemerintah RI nomor 50 tahun 2012 menyatakan bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efesien dan produktif.
Tujuan ditetapkannya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan efektifitas
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan
serikat pekerja/serikat buruh. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, efesien untuk mendorong produktifitas (pasal 2).
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen K3 didalam perusahaannya apabila mempekerjakan pekerja/buruh aling sedikit 10 orang atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi yang kemungkinan terjadi dilingkungan
kerja. Perusahaan atau pengusaha dalam menerapkan sistem manajemen K3 wajib berpedoman pada peraturan pemerintah dan ketentuan peraturan
perundang-undangan serta dapat memperhatikan konvensi atau standar internasional. (Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012). Langkah-langkah yang harus dilakukan perusahaan untuk mengembangkan sistem manjaemen K3 pada
1. Pembentukan komitmen
Komitmen merupakan modal utama dalam penerapan K3 secara riil mengenai arti penting kesehatan dan keeselamatan kerja. Pembentukan komitmen
tentang arti pentingnya K3 harus dimulai dari level top management supaya penerapan sistem K3 berjalan efektif dan optimal.
2. Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan sebagai dasar penerapan program kerja K3 yang nantinya akan dilaksanakan secara menyeluruh oleh seluruh karyawan.
Dalam menentukan program kerja K3, idealnya komite K3 melakukan assessment diarea kerja mengenai masalah–masalah K3 diperusahaan tersebut. 3. Pengorganisasian
Bentuk komitmen dari pimpinan perusahaan selain melalui kebijakan tertulis, dapat juga memfasilitasi pembentukan komite K3 yang khusus menangani permasalahan K3 yang terdiri dari berbagai wakil dari divisi yang terlibat
sesuai dengan kompetisinya masing–masing. 4. Penerapan
Penerapan K3 tentu saja berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas program– program kerja K3 secara optimal. Harus disertai evidence serta bukti–bukti lapangan mengenai penerapan program kerja tersebut.
5. Pelaporan
Setiap penrapan program–program K3 harus dilakukan pelaporan sebagai bukti
6. Evaluasi
Proses evaluasi memang sangat diperlukan sebagai bentuk pengukuran efektifitas program/penerapan K3 sudah demikian efektif atau belum. Secara
praktis biasanya dibentuk suatu tim auditor untuk melakukan audit dan verifikasi mengenai penerapan yang dijalankan mengenai sistem manajemen.
2. 3. 1 Pelaksanaan Rencana K3
Perencanaan rencana K3 harus harus dilaksanakan oleh pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan menyediakan sumber daya manusia yang
mempunyai kualifikasi dan menyediakan prasarana dan sara yang memadai. Cara yang mudah dalam merencanakan K3 biasanya menggunakan teknik berupa HIRARC (High Identification Risk Assessment & Risk Control), yaitu suatu cara
mengidentifikasi potensi–potensi bahaya yang kemungkinan bisa menimbulkan kecelakaan kerja dan melakukan langkah penanggulangan sebagai kontrol. Dapat
dilakukan dengan identifikasi potensi, penilaian faktor risiko dan pengendalian faktor resiko.
2. 3. 2 Tujuan dan Sasaran Sistem Manajemen K3
1. Sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenagan kerja yang setinggi – tingginya baik buruh, petani, nelayan, pegawai negri, atau pekerja bebas. 2. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan akibat
kerja, memelihara dan meningkattkan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
3. Memberi perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan, agar terhindar dari
perlindungan masyarakat luas dari bahay yang mungkin ditimbulkan oleh
proses industri.
2.3.3 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Prof. Dr. Hj. Sedarmayanti (2016) mengemukakan Tujuan inti dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberi perlindungan
kepada karyawan. Bagaimanapun pekerja adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Dengan adanya jaminan keselamatan,
keamanan, kesehatan selama bekerja, mereka tentu akan memberikan kepuasan dan meningkatan loyalitas mereka terhadap perusahaan. Dengan menerapkan sistem manajemen K3, setidaknya sebuah perusahaan telah menunjukkan itikad
baiknya dalam mematuhi peraturan dan perundang-undangan sehingga mereka dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenaga kerjaan.
Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan bekerja lebih obtimal dan ini akan berdampak pada produk yang dihasilkan.
2. 3. 4 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut kepustakaan SMK3 Unit Adolina, PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina menyadari pentingnya kebutuhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, karyawan, mitra kerja, tamu dan
lainnya. Selanjutnya ditetapkan kebijakan sebagai berikut:
1. Memenuhi segala bentuk Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah dan
2. Memakai/menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) diloksi kerja yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
3. Memastikan bahwa Sistem Manajemen K3 dipatuhi dan dilaksanakan sesuai
kebijakan dan prosedur serta intruksi kerja yang telah ditetapkan.
4. Monitor serta menyelesaikan semua masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan/pekerjaan maupun kebiasaan yang merugikan keselamatan dan
kesehatan kerja serta lingkungan dengan musyawarah dan mengiventarisir masalah tersebut sehingga tidak terulang kembali.
5. Guna menjamin terlaksananya hal-hal tersebut di atas, perusahaan mengalokasikan sumber daya, tenaga dan dana sesuai dengan kebutuhan operasi perusahaan.
6. Kebijakan ini dapat ditinjau kembali bila diperlukan.
2.3.5 Pedoman Pelaksanaan SMK3 PTPN IV Unit Usaha Adolina
Menurut kepustakaan SMK3 Unit Usaha Adolina, dalam Pasal 13 UU No.1 Tahun 1970 dinyatakan bahwa: “barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan” serta melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja pada Disnaker setempat dengan atau tanpa korban manusia,
denggan menggunakan Form laporan kecelakaan (bentuk 2F5) selambat-lambatnya dalam tempo 2 kali 24 jam (Pasal 11). Keselamatan kerja erat
kaitannya dengan peningkatkan produksi dan produktivitas atas dasar:
1. Dengan peningkatkan keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan yang menjadi penyebab sakit, cacar dan kematian dapat dikurangi atau ditekan
2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan tata cara pelaksanaan kerja
yang baik dan benar serta pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja yang produktif dan efisien, dan kesemuanya bertalian dengan tingkat produksi dan
produktifitas yang tinggi.
3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga faktor
manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi pula.
4. Parktek keselamatan tidak bisa dipisahkan dari keterampilan. Kedua-duanya
berjalan dengan sejajar dan merupakan unsur-unsur essensial bagi kelangsungan proses produksi/jasa/pelayanan.
5. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi
pimpinan dan karyawan akan membawa iklim keamanan dan pimpinan yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi/jasa/pelayanan.
6. Setiap aktifitas kerja yang berkaitan dengan bahaya dan resiko kecelakaan, diidentifikasi dan dilakukan tindakan pengendalian yang terencana sehingga
dapat menjamin bahwa setiap aktifitas yang dilakukan berlangsung dengan aman berdasarkan Sistem Manajemen K3.
2.4 Loyalitas Karyawan
2.4.1 Pengertian Loyalitas
Menurut Hasibuan (2011) mengemukakan bahwa loyalitas karyawan adalah
kesetiaan yang dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi didalam maupuun diluar pekerjaan dari rongrongan orang tidak
kesediaan utuk melindungi dan menyelamatkan fisik dan perasaan seseorang hal
ini sejalan dengan defenisi loyalitas yang diberikan oleh Siswanto (2005), loyalitas adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakkan, dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Menurt Utomo (2010) loyalitas dapat dikatakan sebagai kesetiaan seseorang terhadap suatu hal yang bukan hanya kesetiaan fisik semata, namun lebih pada
kesetiaan nonfisik seperti pikiran dan perhatian. Loyalitas para karyawan dalam suatu organisasi mutlak diperlukan demi kesuksesan organisasi itu sendiri.
Semakin tinggi loyalitas para karyawan maka semakin mudah bagi organisasi itu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemilik organisasi. Begitu pula sebaliknya bagi organisasi yang loyalitas
karyawannya rendah, maka semakin sulit bagi organisasi tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan orgsanisasinya yang telah ditetapkan sebelumnya.
Loyalitas para karyawan bukan hanya sekedar kesetiaan fisik atau keberadaannya didalam organisasi namun termasuk pikiran, perhatian, gagasan, serta dedikasinya tercurah sepenuhnya kepada organisasi. Saat ini loyalitas
karyawan bukan sekedar menjalankan tugas-tugas serta kewajibannya sebagai karyawan yang sesuai dengan uraian-uraian tugasnya atau disebut juga dengan job description, melainkan berbuat seoptimal mungkin untuk menghasilkan yang
terbaik dari organisasi.
2.4.2 Ciri–Ciri Loyalitas Karyawan
1. Bertanggung jawab, artinya mampu mengemban tugas dengan benar, berani
mengambil resiko apapun yang dilakukan akan dipertanggung jawabkan walaupun menyakitkan.
2. Mau berkorban untuk kepentingan bersama atau organisasi karena merasa memiliki organisasi yang harus diperjuangkan bersama.
3. Berani menjadi dirinya sendiri, memiliki sikap percaya diri yang tinggi,
mampu menyelesaikan masalah–masalah yang dihadapinya.
4. Selalu melibatkan diri disetiap kegiatan yang diselenggrakan organisasi.
5. Karyawan senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik membangun yang disampaikan oleh pemimpinnya maupun karyawan lain.
2.4.3 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas karyawan
Menurut jusuf (2010) faktor–faktor yang mempengaruhi loyalitas karyawan sebagai berikut:
1. Faktor Rasional, menyangkut hal yang bisa dijelaskan secara logis seperti: gaji, bonus, jenjang karir, dan fasilitas–fasilitas yang diberikan lembaga kepada karyawan.
2. Faktor emosional, menyangkut perasaan atau ekspresi diri seperti: pekerjaan yang menantang, lingkungan kerja yang mendukung, perassaan aman karena
perusahaan merupakan tempat bekerja dalam jangka panjang, pemimpin yang berkharisma, pekerjaan yang membanggakan, penghargaan–penghargaan yang diberikan perusahaan dan budaya kerja.
2. 4. 4 Aspek-Aspek Loyalitas
Aspek-aspek loyalitas yang terdapat pada individu dikemukakan oleh siswanto (dalam Soegandhi 2013), yang menitik beratkan pada pelaksanaan kerja yang
dilakukan karyawan antara lain:
1. Taat pada peraturan, setiap kebijakan yang diterapkan dalam organisasi untuk memperlancar dan mengatur jalannya pelaksanaan tugas oleh
manajemen organisasi ditaati dengan baik. Keadaan ini akan menimbulkan kedisiplinan yang menguntungkan organisasi baik intern maupun ekstern.
2. Tanggung jawab pada perusahaan/organisasi, karateristik pekerjaan dan pelaksanaan tugasnya mempunyai konsekuensi yang dibebankan karyawan. Kesanggupan karyawan untuk melaksanakan tugas
sebaik-baiknya dan kesadaran akan setiap resiko pelaksanaan tugasnya akan memberikan pengertian tentang keberanian dan kesadaran tanggung jawab
terhadap resiko atas apa yang telah dilaksanakan.
3. Kemauan untuk bekerja sama, bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuan
yang tidak mungkin dicapai oleh orang-orang secara individual.
4. Rasa memiliki, adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap organisasi
akan membuat karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap organisasi sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercapainya tujuan organisasi.
5. Hubungan antar pribadi, karyawan yang mempunyai loyalitas kerja tinggi mereka akan mempunyai sikap fleksibel kearah tata hubungan antara
karyawan, hubungan yang harmonis antara karyawan dan atasan, situasi
kerja dan sugesti dari teman kerja.
6. Kesukaan terhadap pekerjaan, organisasi harus dapat menghadapi
kenyataan bahwa karyawannya tiap hari datang untuk bekerjasama sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati sebagai indikatornya dapat dilihat dari: keunggulan
karyawan dalam bekerja, karyawan tidak pernah menuntut apa yang diterimanya diluar gaji pokok.
2.5 Kerangka Teori
Sebuah perusahaan yang sehat dan baik adalah perusahaan yang selalu memperhatikan kondisi karyawan, baik itu keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam perusahaan.
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber:Penulis, 2017
2.6 Penelitian Terdahulu
Penulis melakukan peninjauan terhadap beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai pengaruh penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah banyak dilakukan. Peneliti Sistem Manajemen
K3 (X)
mengambil empat penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan:
1. Penelitian pertama dilakukan oleh Wahyu Susiono, program studi teknik
industri, Fakultas Teknik,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2013. Telah melakukan penelitian dengan topik yang sama yaitu dengan judul “ Penetrapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)dan
diidentifikasi Potensi Bahaya Kerja,( Studi kasus di PT. LTX Kota Cilegon-Banten”. Penelitian ini menggunakan metode HIRA (Hazzard
Identification and Risk Assesment) dan dianalisis dengan metode FTA (Fault tree analysis). Hasil dari penelitian ini adalah berdasarkan metode HIRA teridentifikasi potensi bahaya sebanyak 35 potensi bahaya kerja
dibagian fluid utility yang terdiri dari 6 area sebagai area identifikasi. Diperoleh potensi bahaya kerja didaerah boiler 10potensi bahaya kerja,
area kompresor 5 potensi bahaya kerja, area train demin water 3potensi bahaya kerja, area WWTP 6 potensi bahaya kerja, area filter press 7potensi bahaya kerja dan di area colling water 4 potensi bahaya kerja. Berdasarkan
metode FTA kejadian puncak yang teridentifikasi ada 6 kejadian yang disebabkan 6 penyebab dasar yaitu kebocoran gas, kebocoran air,
kebocoran instalasi pipadan ledakan boiler.
2. Penelitian kedua dilakukan oleh Marisca Imaculta Firani Mentang, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas SamRatulangi
2013. Telah melakukan penelitian dengan topik yang sama yaitu dengan judul “Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
dari penelitian ini adalah berdasarkan pengujian kuesioner dengan 47
pertanyaan yang dibagikan kepada 18 responden yang ada 16 orang (88,89% responden) memberikan jawaban “YA” pada 36 butir pertanyaan
yang ada, sehingga persentase jawaban “YA” yang dihasilkan adalah lebih dari 75% yang berarti pelaksanaan SMK3 PT. CBM pada proyek trakindo Balikpapan facility upgrade berada pada kategori baik, sedangkan 2orang
lainnya (11,11% responden) menyatakan pelaksanaan SMK3 berada pada kategori sedang karena keduanya kurang memberikan jawaban “YA”.
Berdasarkan hasil kuesioner dari para responden dinyatakan bahwa PT. Cakra Buana Megah telah menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada peningkatan fasilitas PT. Trakindo
Utama Balikpapan dengan baik.
3. Penelitian ketiga dilakukan oleh Nita Sri Handayani, Program Studi Psikologi, Fasilitas Psikologi, Universitas Gunadharma 2012. Telah
melakukan penelitian dengan topik yang sama yaitu dengan judul “Pengaruh Sistem Manajemen K3 terhadap Kinerja Karyawan pada PT.
XX”. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan diketahui bahwa terdapat hubungan antara sistem manajemen K3 dengan kinerja karyawan sebesar 32,7%. Artinya terdapat pengaruh sistem manajemen K3 terhadap
kinerja kinerja karyawan pada PT. “XX” sebesar 32,7%, 67,3% dipengaruhi faktor-faktor lain, misalnya kompetensi individu orang yang
bersangkutan, dukungan organisasi dan dukungan manajemen.
Sumatera Utara 2008. Telah melakukan penelitian dengan topik yang sama
yaitu dengan judul “ Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Oleh P2K3 untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja di
PT. Wijaya Karya Beton, Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem manajemen K3 di PT. Wika Beton SUMUT telah tampak baik, diawali dengan pembangunan komitmen K3 bersama-sama
antara karyawan, pengurus, dan pihak manajemen perusahaan. Perusahaan telah melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko