• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Seksual Remaja dalam Pencegahan HIV AIDS di Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Seksual Remaja dalam Pencegahan HIV AIDS di Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016 Chapter III V"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam hal ini adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sehingga data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kata/ kalimat maupun gambar (bukan angka-angka). Data-data ini bisa berupa naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi, memo ataupun dokumen resmi lainnya (Moleong, 2014).

(2)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Alasan memilih lokasi tersebut karena Kampung Banten termasuk dari dearah Batu Bedimbar yang mana Batu Bedimbar adalah daerah yang memiliki penderita HIV/AIDS tertinggi diantara daerah lainnya yang berada di Tanjung Morawa, didapat pernyataan 3 informan dalam wawancara mendalam menyatakan bahwa hampir keseluruhan remaja laki-laki di daerah tersebut melakukan hubungan seksual pra nikah, di tanjung Morawa tersebut terdapat lokasi prostitusi, hotel-hotel tempat mesum dengan harga sewa kamar yang murah dan terdapat serta belum pernah dilakukan penelitian perilaku seksual remaja di Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari November 2015 sampai Juli 2016

3.3 Informan Penelitian

(3)

Teknik pemilihan sampel secara acak (seperti yang lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif), dengan sendirinya tidak relevan. Untuk memilih sampel lebih tepat dilakukan secara sengaja (purpose sampling). Selanjutnya, bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi, maka tidak perlu lagi untuk mencari informasi baru, proses pengumpulan informasi dianggap sudah selesai. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak dipersoalkan besar sampel. Dalam hal ini, jumlah informan sedikit atau banyak tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci dan kompleksitas serta keragaman fenomena sosial yang diteliti (Lokollo, 2009). Kriteria informan adalah sebagai berikut:

a. Empat remaja usia 21-22 tahun, untuk mendapatkan informasi tentang hubungan seksualnya dalam pencegahan HIV/AIDS di Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

b. Satu orang tua remaja, untuk mendapatkan informasi kebiasaan, kegiatan, aktifitas dan pergaulan remaja sehari-hari. Pada penelitian ini, informan diambil dari orang tua P karena kasus P sangat menarik dibanding kasus teman lainnya

c. Satu orang petugas kesehatan, untuk mendapatkan informasi tentang pola pergaulan remaja sekitar Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data

(4)

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interview) pada subyek penelitian yaitu remaja, orang tua dan petugas kesehatan untuk Cross check. Setelah mendapatkan informasi dari informan awal, maka peneliti akan melakukan pendekatan secara pribadi. Wawancara mendalam ini bertujuan untuk menggali lebih dalam kebiasaan umum kelompok yang menjadi target penelitian beserta alasan-alasan yang melatarbelakanginya

b. Data Sekunder

Data sekunder dimanfaatkan sebagai data pelengkap atau pendukung data primer yang berhubungan dengan keperluan penelitian. Petikan-petikan dokumen, surat dan rekaman-rekaman lainnya dapat dijaring dengan cara studi dokumentasi. 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif berupaya mengungkap kondisi perilaku dan situasi lingkungan sekitar yang diteliti. Untuk mengungkapnya, jenis data yang digunakan bervariasi, diantaranya hasil observasi, hasil wawancara dan lain-lain. Dalam hal pengumpulan data ini, langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data yang valid, maka digunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Observasi

(5)

Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi ini menggunakan observasi partisipasi, di mana terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Observasi diarahkan untuk memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Kuswanto, 2011).

Peneliti melakukan observasi selama delapan bulan di Kampung Banten Pasar VIII Tanjung Morawa dimulai dari awal pertemuan dengan informan dan observasi lapangan yaitu situasi daerah tersebut sampai penelitian. Peneliti tidak pernah ke kampung Banten Pasar VIII Tanjung Morawa dan tempat hiburan malam sebelumnya terutama di daerah Kampung Banten, sehingga observasi dilakukan bersama dengan seorang teman wanita bernama kak S. Peneliti melakukan observasi kebiasaani perilaku informan, rumah informan, lingkungan rumah informan, lokasi prostitusi yakni jam operasi, tamu yang datang dan respon masyarakat setempat oleh adanya lokasi prostitusi tersebut. Dengan demikian peneliti mulai menjalin relasi dengan beberapa anggota keluarga informan serta masyarakat setempat.

2. Metode Wawancara Mendalam (Interview)

(6)

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk mencari jawaban yang disusun dengan ketat. Metode wawancara digunakan untuk menggali data terkait perilaku seksual remaja dalam pencegahan HIV/AIDS di Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan seseorang yang ditugasi sebagai pencatat sambil merekam dengan tape recorder. Wawancara dilakukan setelah peneliti memiliki hubungan yang cukup dekat dengan informan setelah membangun interaksi. Wawancara mendalam terhadap Enam informan yang terdiri dari empat remaja laki-laki, ibu informan P dan petugas kesehatan yaitu bidan M. 3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dalam pelaksanaan metode dokumentasi, penyelidikan benda-benda tertulis seperti dokumen, gambar, foto, video, grafik dan lain-lain (Bachri, 2010). Penelusuran dokumen dilakukan untuk memperoleh data-data tambahan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui wawancara. Data tersebut didukung oleh gambar, tulisan yang merupakan bukti data primer.

3.5 Definisi Istilah

1. Umur adalah usia subyek saat penelitian dan dihitung dari tanggal kelahiran sampai ulang tahun terakhir

(7)

3. Jenis kelamin adalah identitas fisik remaja sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan

4. Sumber informasi adalah informasi dan situasi sekitar remaja yang dapat memengaruhi remaja kepada perilaku seksual dan pencegahan HIV/AIDS, contohnya pengaruh teman sebaya, orang tua serta media dan petugas kesehatan 5. Teman sebaya adalah orang yang dekat dengan remaja dalam pergaulan sosial 6. Orang tua adalah orang terdekat dengan remaja yang dapat memberikan

pendidikan seks, keterbukaan komunikasi dan selalu berinteraksi sehari-hari sehingga lebih mengetahui remaja tentang perilakunya tersebut

7. Media adalah penyalur pesan, dari pengirim ke penerima pesan tentang kata-kata, video dan gambar porno sehingga dapat merangsang pikiran dan minat remaja untuk berperilaku seksual melalui media cetak maupun elektronik seperti majalah, DVD/VCD, handphone dan internet.

8. Petugas kesehatan adalah orang yang telah menempuh pendidikan kesehatan secara formal dan praktek di pelayanan kesehatan yang menerima pasien dengan keluhan-keluhan dari dampak seksual pergaulan remaja. Contohnya IMS/HIV/AIDS.

9. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui informan tentang seks sehat, perilaku seksual dan HIV/AIDS

(8)

11.Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis

12.Sikap adalah respon informan tentang perilaku seksual di masa remaja

13.Tindakan adalah segala perlakuan dan perbuatan untuk melakukan seksual dan upaya untuk pencegahan HIV/AIDS

14.Pencegahan HIV/AIDS adalah upaya yang dilakukan informan untuk menghindari HIV/AIDS dalam perilaku seksualnya berupa abstinence, be faithful, condom, drugs dan equipment

3.6 Uji Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2009), pada penelitian kualitatif, validitas internal dilakukan dengan pendekatan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan kriteria kredibilitas.

Triangulasi data digunakan untuk memantapkan derajat kepercayaan dan konsistensi, dan juga alat bantu untuk menganalisis data di lapangan (Gunawan, 2013)

(9)

dan petugas kesehatan, serta observasi di lapangan ketika menanyakan beberapa hal berkaitan tentang hubungan seksual. Sedangkan triangulasi dengan menggunakan teori yaitu membandingkan antara hasil penelitian dengan hasil penelitian terdahulu dan teori perubahan perilaku yang akan digunakan pada penelitian ini.

Disamping valid, data dituntut untuk reliabel. Reliabilitas dalam penelitian ini dapat dicapai dengan meneliti kedalam informasi yang diungkapkan informan dengan memberi umpan balik pada informan sehingga bisa dilihat apakah mereka yang menganggap penemuan riset tersebut merupakan laporan yang sesuai dengan pengalaman mereka (Lokollo, 2009).

Jadi triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan kontruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Untuk itu dapat dilakukan:

1. Mengajukan berbagai variasi pertanyaan 2. Mengeceknya dengan berbagai sumber data

3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan (Moleong, 2014)

3.7 Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus

(10)

sehinggadapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;

b. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak; c. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,

mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan

d. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada

(11)

sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik (Sugiyono, 2009)

3.8 Metode Analisis Data

Pada hakikatnya, analisis data adalah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin di jawab (Gunawan, 2013). Adapun langkah-langkah analisa data:

1. Transkip dibaca beberapa kali untuk menemukan tema-tema dan kategori-kategori.

2. Tema-tema yang muncul atau kategori dikembangkan melalui membaca transkip-transkip berulang-ulang dan dengan mempertimbangkan kemungkinan makna dan bagaimana hal itu sesuai tema yang dikembangkan.

3. Kerangka koding awal secara sederhana didasarkan pada topik-topik yang didiskusikan dalam wawancara.

4. Pembacaan yang teliti dan sistematik dan koding transkip-transkip memungkinkan adanya tema-tema umum muncul (Moleong, 2014)

3.9 Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan (November 2015- Februari 2016)

(12)

b. Melaksanakan survei awal ke tempat penelitian

c. Mengurus perijinan dan perlengkapan untuk penelitian d. Melakukan uji coba pedoman wawancara

e. Mencari informan kunci

2. Tahap Pekerjaan Lapangan (Maret–Juni 2016)

a. Menemukan 1 orang informan kunci dan menentukan informan lainnya

Informan kunci tersebut adalah informan P yang memiliki banyak teman remaja yang gaya pacarannya sudah sampai ke hubungan seksual. Informan yang lain adalah orang tua informan P yaitu ibu I yang selalu berinteraksi dengan informan dan teman informan lainnya serta petugas kesehatan yang berada di Gang Banten yaitu bidan M yang membuka praktek mandiri.

b. Menentukan jadwal pelaksanaan pengumpulan data dan menanyakan kesediaan informan

c. Membuat janji dengan informan untuk keperluan pengumpulan data d. Pelaksanaan pengumpulan data

3. Tahap Analisis Data (Juni-Agustus 2016) a. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari wawancara mendalam, hasilnya ditulis dalam bentuk catatan lapangan dan disalin dalam bentuk transkrip.

(13)

Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran tentang topik yang sedang diteliti.

c. Penyajian data

Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk teks, naratif, tabel, gambar, atau bagan.

d. Pemilihan kesimpulan atau verifikasi

(14)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tanjung Morawa 1. Geografi Tanjung Morawa

Kampung Banten adalah daerah dari Desa Butu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa. Tanjung Morawa adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Indonesia. Tanjung Morawa dekat dengan kota Medan menjadikan Tanjung Morawa salah satu sentra industri pengusaha Kota Medan. Tanjung Morawa terhubung dengan Medan melalui Tol Belmera. Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di Deli Serdang yang banyak terdapat Industri/Pabrik. Banyak juga orang yang menyebut Tanjung Morawa sebagai kota Industri, Tanjung Morawa dapat dijangkau sekitar 15-20 menit dari Bandara Kualanamu.

Butu Bedimbar mempunyai luas 300 Ha. Berbatasan dengan wilayah a. Sebelah Utara : Desa Telaga Sari

b. Sebelah Timur : Desa Tanjung morawa A, Desa Dagang Kelambir c. Sebelah Selatan : Desa Limau Manis

d. Sebelah Barat : Desa Bangun Sari Baru

(15)

pencaharian warga sekitar Butu Bedimbar yaitu karyawan/buruh sebanyak 2.477 jiwa, Pegawai Negeri Sipil (PNS)/TNI/POLRI sebanyak 582 jiwa, pengrajin sebanyak 22 jiwa, petani sebanyak 15 jiwa, wiraswasta 771 dan lain-lain sebanyak 451 jiwa.

Penduduk sekitar Butu Bedimbar terbanyak di usia 25-40 sebanyak 3.882 jiwa, kemudian usia 41-56 tahun sebanyak 3.621 jiwa, usia 19-24 tahun sebanyak 1.558 jiwa, usia 57 tahun keatas sebanyak 1.356 jiwa, usia 6-12 tahun sebanyak 1.045 jiwa, usia 0-5 tahun 957 jiwa, usia 13-15 tahun sebanyak 854 jiwa dan usia 16-18 tahun sebanyak 724 jiwa.

2. Pelayanan Kesehatan di Butu Bedimbar

Terdapat banyak pelayanan kesehatan di daerah Butu Bedimbar yang meliputi praktek bidan mandiri, praktek dokter mandiri dan puskesmas pembantu.

3. Tempat lokasi prostitusi di Kampung Banten

Lokasi prostitusi di Kampung Banten berada di Gang Banten tersebut yang harus melewati jalanan sepi setelah gang-gang yaitu dari gang Icah-gang Mulia yang berada di daerah tersebut. Lokasi tersebut dekat dengan pemukiman warga yaitu 100 meter sampai ke tempat tersebut dengan melewati ladang jagung yang tidak jauh dari lokasi tersebut. Lokasi tersebut beroperasi setiap jam 22:00 WIB sampai jam 05:00 WIB dan selalu menerima pelanggan laki-laki untuk melakukan aktivitas seperti minum-minum, bertransaksi seks, menari-nari dan lain-lain. Pada tanggal 04 Juni 2016 lokasi tersebut dibakar oleh informan dan teman-teman mereka lainnya.

(16)
(17)

balkon rumah E dan seperti informan lainnya berkenalan dahulu kemudian menjelaskan dan mewawancarai mendalam juga. Setelah mewawancarai mendalam, diaturlah sebuah rencana dan kegiatan yang akan dilakukan dengan informan untuk beberapa hari sampai data jenuh

Kemudian informan mengajak keliling Kampung Banten yang mana juga terdapat lokasi prostitusi di tempat tersebut dengan melewati tempat yang sangat sunyi dan akhirnya sampai di lokasi tersebut. Lokasi tersebut beroperasi setiap jam 22:00 sampai pagi jam 05:00 WIB, lokasi tersebut sering dikunjungi orang sekitar Tanjung Morawa dan luar Tanjung Morawa.

5. Hambatan di lapangan

a. Tidak mendapatkan informan remaja perempuan yang mau memberikan informasinya karena mereka lebih tertutup masalah perilaku pacarannya, walaupun sudah dilakukan perencanaan untuk dikenali dengan pacar perempuan mereka tetapi informan remaja laki-laki mengatakan kalau informan perempuan tetap tidak mau. Cara mengatasi :

(18)

mengatakan kalau pacar atau teman mereka perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual tetap tidak mau walaupun diajak bertemu untuk lebih dekat.

b. Tidak semua pembicaraan dalam wawancara mendalam dapat direkam karena habis baterai, menjaga orang sekitar yang tidak tahu bahwa sedang dilakukan wawancara mendalam sehingga orang sekitar tidak berperasangka buruk, karena tiba-tiba dilakukan, seperti inspeksi saat kejadian pembakaran lokasi prostitusi di Kampung Banten tersebut. Cara mengatasi :

Peneliti menggunakan catatan-catatan kecil, mengobservasi kebiasaan sekitar, serta mendokumentasikan bekas kejadian pembakaran lokasi prostitusi setelah seminggu menunggu aman pertikaian di Kampung tersebut

6. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dimaksudkan untuk menggali informasi secara mendalam mengenai perilaku seksual remaja dalam pencegahan HIV/AIDS di Kampung Banten Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan didapatkan keterbatasan dan kekurangan yang dihadapi, yaitu triangulasi sumber hanya dilakukan pada informan remaja laki-laki saja tidak terdapat informan remaja perempuan karena sulitnya melakukan pendekatan untuk menggali informasi akibat dari sifat yang tertutup remaja tersebut.

(19)

a. Profil Informan

Diawal pertemuan perawakan tubuh informan kurus, putih dan tinggi. remaja yang telah menggunakan narkotika shabu itu tampak berat badan tidak proporsional dan berjerawat. Rambut hitam, tetapi nampak sudah lama tidak dipotong, yang ditutupi dengan topi. P termasuk tipikal yang ramah, suka mengobrol, menyayangi teman dan percaya dengan teman. Tampak raut wajah yang riang dan senang saat kedatangan teman yang sedang ingin meneliti.

(20)

Istrinya dipanggil Bu I, kesehariannya bekerja di perusahaan yang sama dengan suaminya dahulu, beliau bekerja dari pagi sampai sore hari. Sedangkan P selalu bangun kesiangan oleh karena tidur malamnya di jam lima subuh. Jadi kesehariannya, pagi subuh di rumah tidur, bangun kesiangan sampai jam dua siang kemudian makan siang, menonton TV sampai sore dan jam sepuluh malam keluar bermain dan bergabung dengan teman-temannya.

b. Kasus Informan P

Dua tahun yang lalu P masih bekerja di sebuah klinik daerah Medan tepatnya di Setia Budi. Pergi pagi pulang sore, dan pergi kuliah sore hari dan pulang malam kemudian P pergi bermain dan bergabung dengan temannya terutama dengan E, A dan N. Awalnya P kuliah di sebuah Universitas di Medan yang mana setiap hari bertemu dengan teman kuliah. P berkenalan dengan A, setelah melakukan pendekatan, pengenalan dan memutuskan untuk berpacaran P sering berjumpa, pergi, berkencan bahkan melakukan hubungan seksual.

(21)

seperti biasa untuk “mengencingkan” agar tidak terjadi kehamilan. A malu ketika

terlihat keluar dari kamar, tetapi A cepat-cepat masuk ke kamar lagi. Sebelum subuh menjelang, P keluar kamar dan berpura-pura tidur di ruang tamu agar orang tua tidak mengetahui kalau mereka sekamar.

Informan A sangat dekat dengan keluarga P sehingga keluarga P sangat percaya kepada A. P adalah remaja pengguna narkotika shabu, tidak jarang A selalu marah ketika mereka berhubungan karena alat kelamin P tidak ereksi akibat baru saja menggunakan shabu sehingga A tidak merasa puas. A kelelahan melayani P karena tidak mau ereksi. Empat hari kemudian, mereka mengatur janji tempat dan jam untuk melakukan hubungan seksual, disepakati di rumah P dan dua jam sebelumnya P menggunakan shabu sehingga saat jam yang ditentukan reaksi shabu sudah habis. P mengungkapkan kalau reaksi shabu habis, P selalu sangat bergairah dalam melakukan hubungan seks sehingga bisa memuaskan A. Kemudian seperti biasa, A mengira kalau peneliti di rumah itu adalah sepupu P padahal sedang berlangsungnya penelitian dengan mengaku sebagai sepupu P yang tinggal di rumah tersebut dalam beberapa waktu agar A tidak merasa curiga. Kemudian A masuk ke kamar P dan seperti biasa melakukan hubungan seks.

(22)

dan remaja lainnya membakar lokasi tersebut dimana saat itu suasana sangat ramai, heboh dan ribut. Lokasi tersebut dekat dengan tanaman jagung sehingga saat kejadian tersebut, WPS bersembunyi ke daerah jagung-jagung tersebut untuk menyelamatkan diri.

Saat itu tidak ada korban, tetapi tidak dapat di dokumentasi karena sangat tidak memungkinkan. Seminggu setelah kejadian dan suasana lingkungan sekitar tenang, barulah dapat di dokumentasikan dengan di temani P ke lokasi tersebut. Tiga belas hari kemudian, teman P yaitu E ditahan oleh beberapa orang yang tidak di kenal dan memaksa E untuk memberitahu siapa saja yang terlibat dalam pembakaran lokasi prostitusi tersebut. Nama P juga terseret dalam kasus tersebut.

4.2.2 Informan E a. Profil Informan

Informan E seorang remaja 21 tahun memiliki perawakan tinggi, kulit sawo matang, badan proporsional, hidung mancung dan merupakan seorang mahasiswa di universitas Medan. Tipikal remaja yang cepat bersahabat walau hanya baru berkenalan, cepat berinteraksi, periang, selalu terbuka dan hati-hati, dibuktikan dengan membaca seksama terdahulu surat persetujuan informan dengan teliti sebelum menandatanganinya walaupun sudah diberitahu bahwa surat tersebut cuma sebagai kesediaannya menjadi informan.

(23)

bagaimana perilaku pacaran dengan pasangannya sampai bagaimana dia mendapatkan keperawanan pasangannya setelah sekian lama dia meminta.

Informan E merupakan anak dari sepasang suami istri, yaitu anak dari Bapak R yang berusia 50 tahun dan Ibu L yang berusia 46 tahun. kesehariannya, Bapak R wiraswasta yang kerja ke luar Kota dan Ibu L ibu rumah tangga yang biasanya pergi keluar rumah untuk menjemput anaknya pulang sekolah setelah pekerjaan rumah selesai, arisan dengan teman-teman. Pasangan ini bersuku Jawa. Informan E memiliki kekasih yang bernama R berusia 21 tahun. Dia juga seorang mahasiswa di perguruan yang sama dengan informan E yang bersuku Melayu.

b. Kasus Informan

(24)

mereka bercerita sejenak dengan E memberi minuman ke R yang saat itu R tidak curiga karena seperti biasa E sering memberi R minuman, tapi kali ini sudah dicampur dengan obat cairan mata yaitu I. Tujuh belas menit kemudian mereka memulai melakukan pemanasan terlebih dahulu yaitu bercumbu kemudian mencium bagian yang sensitif seterusnya ke bagian dada R. Setelah terbawa suasana E melanjutkan ke daerah bawah pinggang, sampai akhirnya E mendapat keperawanan R sampai terjadinya ejakulasi. Tetapi E melakukan coitus interuptus. Setelah itu E dan R lelah dan tertidur setengah jam kemudian mereka bangun, mandi dan berkemas sebelum meninggalkan hotel tersebut R bertanya pada E apakah E menaruh sesuatu di minuman R sehingga dia sangat terangsang dan memberikan keperawanannya pada E. Akhirnya R marah dan kecewa. Walaupun demikian E memberi penejelasan kenapa dia melakukannya.

Selang tiga hari kemudian E dan R bertemu setelah usai perkuliahan, kali ini R ke rumah E. R sangat dekat dengan keluarga E sehingga setiap R datang, ibu E tidak begitu mengawasi karena sudah dianggap anaknya sudah besar. Rumah E besar, kamar orang tua E berada di bagian depan. E dan R bercengkerama di ruang tamu kemudian masuk ke kamar dan seperti biasa mereka melakukan hubungan seksual.

(25)

4.2.3 Informan A a. Profil Informan

Seorang remaja berusia 21 tahun yang kesehariannya tidak bekerja, beberapa bulan ini menjadi seorang pengangguran. Memiliki perawakan tubuh ideal, kulit sawo matang, rambut lurus. Anak dari pasangan Bapak Y usia 52 tahun dan Ibu L usia 45 tahun. Bapak Y lulusan sekolah menengah pertama (SMP) yang merupakan karyawan yang kesehariannya bekerja dan Ibu L lulusan sekolah dasar (SD) yang merupakan seorang ibu rumah tangga yang selalu mengantar suaminya jika pergi kerja dan menyambut suaminya ketika pulang kerja. Anak dari pasangan tersebut bernama A yang memiliki kekasih bernama T usia 20 tahun bersuku Jawa. T berasal dari Perbaungan yang bertempat tinggal di Tanjung Morawa di rumah kos. A mempunyai tipikal ramah, tapi masih agak tertutup jika ditanya tentang pergaulannya baik pergaulan pacaran maupun pemakai shabu di awal pertemuan. Tapi setelah dilakukan pendekatan informan lebih terbuka dan menjelaskan semua yang ditanya dari melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, temannya bahkan wanita pekerja seksual.

b. Kasus Informan

(26)

Selang tiga hari A juga mengajak mengikutinya ke lokasi daerah perbaungan untuk menyewa wanita pekerja seks biasa dipakainya, T selalu datang ke lokasi. A tidak bisa mengajak melihat lebih jauh karena takut ketahuan oleh WPS tersebut. Seminggu kemudian, A bersama teman kerjanya yang bernama H pergi ke kos H dan melakukan hubungan seksual.

4.2.4 Informan N a. Profil Informan

Pasangan S dan T memiliki anak remaja yang bernama N. N berusia 22 tahun. N lulusan sekolah menengah atas (SMA) yang sekarang bekerja di salah satu perusahaan daerah Tanjung Morawa. Orang tua N selalu memanjakan anaknya oleh karena anak keempat dari empat bersaudara. Setiap permintaannya dituruti selagi orang tuanya mampu membelikan. Tetapi, dikarenakan kesibukan orang tua N karena pekerjaannya di sebuah perusahaan, N kurang kontrol dari orang tua. N anak dari pasangan bapak H berusia 59 tahun dan ibu Y berusia 56 tahun. Jika orang tuanya bekerja, saudara-saudaranya juga bekerja, ia tinggal seorang diri. Sehingga ia mulai bergaul dengan remaja sekitar dan sering melakukan hubungan seksual dirumahnya.

(27)

b. Kasus Informan

N mempunyai pasangan bernama F yang berusia 21 tahun. N dan F menjalin hubungan dua tahun belakangan ini, awalnya N sering keluar dengan F karena tidak memiliki teman di rumah akibat kesibukan orang tuanya. N selalu pergi siang pulang tengah malam. F bertempat tinggal di kos-kosan yang bebas kapan pulangnya. Tidak jarang N bermalam di kos F. Rumah kos F adalah tempat mereka melakukan hubungan seksual.

F adalah wanita yang suka melakukan hubungan seksual saat menstruasi. N mengetahui itu dan mereka selalu melakukannya karena N merasa kalau F menstruasi hormonnya meningkat menjadi lebih terangsang.

4.3 Hasil Wawancara

Penggalian informasi melalui data primer dari informan yang diwawancarai secara mendalam berjumlah empat orang, yang membahas masalah perilaku seksual remaja dalam pencegahan HIV/AIDS. Uraian pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan hasil wawancara menjelaskan empat tema dan delapan belas sub tema.

1. Sumber Informasi Sub Tema:

a. Teman sebaya b. Orang tua

(28)

2. Pengetahuan Sub Tema:

a. Pengetahuan seks sehat b. Pengetahuan perilaku seksual c. Pencegahan HIV

3. Sikap Sub Tema:

a. Menunjukkan rasa sayang dengan hanya mengobrol tanpa sentuhan fisik b. Jika berhubungan seksual yang salah dan tidak tepat dapat menyebabkan

HIV/AIDS

c. Setiap berhubungan seksual menggunakan kondom d. Berhubungan seks setia pada satu pasangan

4. Tindakan Sub Tema:

a. Usia pertama kali pacaran

b. Usia pertama kali melakukan hubungan seksual c. Tindakan yang dilakukan jika mengalamai kehamilan d. Dengan siapa saja anda melakukan hubungan seks e. Jumlah pasangan seksual sampai sekarang

f. Tempat melakukan hubungan seks

(29)

Untuk lebih jelasnya dilampirkan hasil wawancara dalam penelitian ini yang diuraikan dalam matriks di bawah ini:

1. Karakteristik Informan :

Matriks 4.1 Karakteristik Informan di Kampung Banten Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Informan Umur Pendidikan Jenis Kelamin Keterangan P 22 tahun SMA Laki-laki Utama E 21 tahun Kuliah Laki-laki Utama A 21 tahun SMA Laki-laki Utama N 22 tahun SMA Laki-laki Utama Ibu I 48 tahun SMA Perempuan Pendukung Bidan M 35 tahun D-III Perempuan Pendukung

Dilihat dari karakteristik informan di atas, informan utama remaja dengan umur 21 tahun sebanyak dua orang dan umur 22 tahun sebanyak dua orang juga dan informan pendukung 1 orang berusia 48 tahun dan 1 orang berusia 35 tahun. Dilihat dari status pendidikannya, tiga orang informan utama yaitu P,A dan N hanya lulusan SMA sedangkan informan E sedang melanjutkan kuliah sedangkan informan pendukung 1 orang lulusan SMA dan 1 orang lagi lulusan D-III bidan. Dilihat dari jenis kelamin informan utama, keseluruhan informan adalah laki-laki dan keseluruhan informan pendukung adalah perempuan.

(30)

Matriks 4.2 Teman Sebaya

Informan Pernyataan

P “kalau aku pernah sih dapat informasi seks dari kawanku kalau

melakukan hubungan seks tuh harus hati-hati jangan sampai anak

orang hamil yah tu lah dik “dikencingkan” biar keluar spermanya

yah jadi gak jadi anaklah,,,,trus kalau anak orang nanti hamil

bisa jadi nanti aborsi katanya kalau aborsikan katanya sakit,

belum lagi nanti mamaknya tahu,,,gilak lah apalagi mamakku

dik...dik,,,,”,,,,,,,,,,(suasana di depan rumah dengan kebisingan

kendaraan yang lewat),,,,,,,,,,,,,,

“aku samanya kayak kawanku pacaran dah ngelakuin juga ma

pacarku dik,,sebenarnya karena dah rata-rata gitu jadi gak malu

la kadang kami saling cerita cemana sama pasangan kami

masing-masing,,apalagi aku terkejut waktu si E bilang jadinya dia

dapatin keperawanan si R pacarnya tuh karena pakai obat tetes

dah gak perawan sih”,,,,,,,,,,,,,(suara tetangga memanggil

anaknya),,,,,,,,,,,,,,,

E hmmm,,,,kalau aku tau seks dari kawan,,,,,apa yaahhh oh ya,,, tentang obat tetes mata I tuh lah yang bisa buat ngerangsang

cewekku biar dia mau ngasih perawannya yang katanya kalau dah

Matriks 4.2 (Lanjutan)

(31)

dikasih tuh dia lebih terangsang. Yah aku coba lah makanya aku

tahu trus aku tahu juga cara supaya pasangan gak hamil yah

pakai kondom gitu,,”

Dulu aku sama si P sering kemana-mana sama, dia sama aku

emang kayak gitunya, tau sama tau aja lah tuh dik,,,dik kalau dah

ngelakuin,,,,,jadi waktu aku cerita orang tuh dah pada maen dari

pinggang ke bawah yah aku mau juga lah apalagi aku sayang

sama si R jadi aku pakai lah obat tetes mata tuh”

“kalau HIV/AIDS yah yang aku tau dari kawan-kawanku kondom

selain biar gak hamil pasangan kita, yah bisa cegah HIV

yah,,,walaupun aku gak pakai,,,”

A “aku tau tentang tuh yah cara supaya anak orang gak hamil dik sama pakai super magic supaya gak nular HIV kan dah di

bersihin tuh pakai 2 tisu tuh dik jadi gak pakai-pakai kondom lagi

lah,,,belinya pun gampang di indomaret atau swalayan gitu ada

dik,,,tulah kan dik kalau sama kawan aku mau aja ikut sambil

ngumpul-ngumpul,,,Kadang kalau aku lagi gak kepikir mau

minum obat tuh karena di ajak,,,,ya maulah aku biar sekalian

ngumpul trus kami keluar tulah yang ke banci-banci tuh”

N “Hahah,,,tuh dah rahasia umum bagi kami,,,dah tau sama tau,,, pasti ada aja lah info-info seks cara gak buat anak orang hamil,

kalau ada keluhan penyakit berobat kemana,,,,,trus kawanku juga

pernah cerita-cerita kondom dulu supaya bisa maen sama

pasangan walaupun bukan sama pacar kita yah,,kayak PSK tuh

dik,,biasalah takut juga aku HIV walaupun aku gak pakai kondom

tapi aku pakai super magic”

(32)

HIV/AIDS. Seluruh informan mendapat informasi seksualitas dari teman sebaya tentang cara pencegahan kehamilan pada pasangan tanpa menggunakan kondom/menggunakan serta informasi pencegahan HIV/AIDS tentang cara pencegahan HIV/AIDS dengan penggunaan kondom walaupun mereka tidak menggunakannya.

B. Orang tua

Matriks 4.3 Orang Tua

Informan Pernyataan

P “Kalau aku ma mamak kan kayak kau liat lah dik,,,dekat tapi yang

betul ajalah gak mungkin aku cerita gaya pacaranku ma bu I,,, kalau

diawasi ya enggaklah namanya aku dah gede ,,,karena waktu A

nginap dianya oke oke aja ya tapi kami gak mungkin terang-terangan

jugalah dik,,,,”

“Mana pulak orang tuaku cerita seks ato ngasih tau gitu dik,,,dik,,tau

seks pun pas belajar biologi dulu tuh pun tentang pengenalan alat

reproduksi”

E “Ku dekat kali sama mamak,,,, sampek pernah kalau ada masalahku

sama R pasti aku curhat sama mamak, kayak kemaren tuh kami

berantam mamakku ikut nyelesaiin tapi gak mungkinlah dia tau dah

sampek mana hubungan kami.,,R sama aku juga pernah nginap di

rumah P mamakku juga tau,,,”

Hmm,,, kalau pendidikan seks dari orang tua gak pernah yah aku tau

dari sekolah dulu pelajaran biologi sikit-sikit,,,

(33)

Matriks 4.3 (Lanjutan)

Informan Pernyataan

A “Mmm,,,kayak orang tua sama anak biasalah,,,kalau aku mau keluar ya aku bilang sekalian minta duit,,,tapi dianya gak nanyak sama siapa

karena bagi dia aku kan dah gede,,,,yang penting pandai jaga diri

aja...Pendidikan seksual dari orangtua yah gak da lah,,,palingan

waktu belajar biologi sekilas taulah”

N “Orang tuaku tuh sibuk kerja,,,yang penting orang tuh tau kalau

anaknya baik-baik aja gak pernah ada masalah.,,,,,

Pacaran??? Ya boleh lah,,,hahah”

“,,,,,,pendidikan seks ya dari sekolah SMA dulu lah aku kan jurusan

IPA”

(34)

C. Petugas Kesehatan

Matriks 4.4 Petugas Kesehatan

Informan Pernyataan

P “Waktu SMA dulu,,,ibu-ibu puskesmas datang penyuluhan gitu tentang narkoba, rokok, HIV/AIDS sama yang lain-lainlah banyak”

E “Ada orang puskes ke sekolah,,,biasalah ngasih penjelasan HIV/AIDS”

A “Palingan orang puskes datang dulu kalau orang puskes datang ya kami di suruh kumpul terus dikasih penjelasan HIV/AIDS, narkoba,

seks banyak lah”

N “Oh,,,dari orang ibu-ibu puskesmas ngadain acara penyuluhan...”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, seluruh informan mengetahui seks dan HIV/AIDS dari petugas kesehatan puskesmas yang mengadakan penyuluhan di sekolah menengah mereka terdahulu.

D. Media

Matriks 4.5 Media

Informan Pernyataan

P “ya internet,,, Karenakan gampang tinggal buka handphone aja,,trus DVD lah biar liat video gitu cemana orang tuh

ngelakuinnya jadikan ntar dicoba. Tuh kan nambah info juga

ka cemana aja cara orang tuh selain memuaskan nafsu kita

hahahah” Pengaruh kali lah ,,,,bisa liat yang enggak enggak

dik,,,Setiap kapan aku mau lah....

(35)

Matriks 4.5 (Lanjutan)

Informan Pernyataan

E internet,,,biasa di warnet,,,Kalau gak dari handphone ya dari warnet lah,,,Kalau aku lagi nyantai-nyantai

A ya pasti internet lah,,, kadang DVD,,,Sama si P trus si E kami sama-sama belinya.,,,,,,,Kapan mau lah

N pasti internetlah kalau gak ke warnet, yah kalau lagi malas ke warnet ya dari handphone lah,,siapa yang gak punya internet

sekarang,,,

Gampang di akses...Kapan aja bisa,,,,

Berdasarkan hasil wawancara di atas, keseluruhan informan lebih sering menggunakan handphone untuk mengakses internet karena lebih mudah untuk diakses dan bisa digunakan setiap saat. Informan juga sering ke warnet untuk mendapatkan info yang ingin diketahuinya.

3. Pengetahuan

Matriks 4.6 Pengetahuan seks sehat

Informan Pernyataan

P “hahahah,,,,,,jangan pacaran kalau gitu,,,,seks sehat tuh kan berarti kebalikan dari gak sehat dik,,seks sehat gak ngelakuin

hubungan seks, gak gonta-ganti pasangan, gak maen sama

PSK betul gak dik,,yah kalau gitu jangan pacaran dululah

(sambil menunggu jawaban apakah jawabannya benar”)

E (diam sejenak sambil mengernyitkan dahi),,,,”apa tadi ka,

coba ulang pertanyaannya,,,,,seks tuh rupanya ada

(36)

Matriks 4.6 (Lanjutan)

Informan Pernyataan

ya gak pacaranlah,,,,,ato jangan macam-macamlah kalau

ngapain apalagi minimal ciumanlah gak usah sampek “maen”.

Intinya sih dik kayak kata orang-orang tuh pacaran setelah

nikah lah hahahahah”

A hmm,,,apa ya,,, kalau aku rasa dik seks abis nikah lah,,karena kalau sebelum nikah sama aja kayak kami nih bisa kena

penyakit yang enggak-enggak apalagi gonta-ganti pasangan

kalau gak cocok putus, cari lagi, maen lagi sama yang laen,

gitu-gitu jalah seterusnya kalau belum nikah“

N “kayaknya,,,,,berhubungan seks setelah nikah mungkin,,,tapi

jangan jajan di luar jugaklah dik sama ja tu namanya gak

sama satu pasangan”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, seluruh informan mengetahui apa yang dimaksud dengan seks sehat tetapi mereka tidak dapat menjelaskan dengan baik definisi dari seks sehat. Mereka hanya mengetahui sekilas dari seks sehat berdasarkan contoh yang kemudian dikaitkan dengan kebalikan dari seks tidak sehat yaitu tidak melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan.

Matriks 4.7 Pengetahuan Perilaku seksual

Informan Pernyataan

P “,,,yah perilaku yang berhubungan sama seks-seks gitu pas pacaran,,,kayak ciuman, pegang-pegang daerah

sensitif,,,,,kalau terlalu jauh ngelakuinnya ya bisa hamil

(37)

Matriks 4.7 (Lanjutan)

Informan Pernyataan

mungkin karena kebanyakan kali ya dik hahahah palingan

kalau dah kayak gitukan dik minum obat penghilang sakit aja

dianya yang warna kuning dia ku lihat,,,kalau mau cegah yah

jangan pacaran lah, tapi gak mungkin sekarang nih gak ada

acara pacaran,,,,,”

E “perilaku seksual itu gaya pacaran kita tuh kayak mana udah

sampek mana dan sejauhmana pas pacaran....kayak ciuman

lah sampek maen,,,,, kalau gak mau kayak gitu ya gak usah

pacaran,,,,kalau ditanyak dampaknya palingan hamil kalau

gak pandai-pandai kita makanya “dikencingkanlah’’.

A “kalau perilaku seksual tuh dik menurut aku ya perilaku tuh

semacam tingkah laku gitu berarti tingkah saat pacaranlah

sejauhmana pacarannya,,,,,,kalau bentuknya kayak raba-raba

daerah sensitif sampek kayak suami istri tuh ,,, kalau

dampaknya bisa hamil sama sakit kelamin kalau mo cegahnya

ya jangan pacaran kalau dah pacaran gak mungkin gak

pegangan trus ciuman, walaupun gak hubungan badan

minimal ciuman lah”

N “,,,,melakukan hubungan lah,,,trus harus pande biar gak hamil

apalagi gak pakai kondom,,kalau ditanyak cara cegah perilaku

tuh yah pastinya gak usah pacaran dulu lah ,,,betul gak ka,,”

(38)

bentuk perilaku seksual, dampaknya yang mereka ketahui hamil di luar nikah serta sakit pada kelamin dan penyakit kelamin padahal dampaknya juga pada masa depan mereka yang mana dampak perilaku yang tidak tepat bisa menyebabkan putus sekolah kemudian peluang kerja susah serta kesejahteraan untuk kesehatan tidak terjamin. Sedangkan cara mencegah perilaku seksual informan mengetahuinya dengan tidak berpacaran, karena kalau sudah berpacaran pasti mengarah ke perilaku seksual minimal ciuman.

Matriks 4.8 Pengetahuan Pencegahan HIV/AIDS

Informan Pernyataan

P “,,HIV/AIDS yang penyakit kelamin tuh kan,,,” kayak mana

orang yang sakit tuh dik ciri-cirinya?,,,,kalau biasanya nular

karena dari tuloh dik yang kasih darah tuh orang oh ya dari

donor darah, trus seks sama perempuan gak benar tuh

,,,,,,,,makanya harus sama orang yang bersih maennya biar

gak kenak AIDS,,,, walaupun mencegah yang sebenarnya pakai

kondom ya kan”

E :”...oh,,tau yang penyakit mematikan tuh kan biasanya penyakit orang yang gak bener ,,,,,,,,,” cemana ciri-ciri orang

yang kenak tuh dik? Kalau aku gak pakai kondom tapi yang

super magic tuh yang bisa di beli di swalayan, tisu pertama

untuk memperlama durasi trus tisu kedua untuk

antiseptiknya,,,,trus nular HIV tuh bisa dari donor darah,

ganti-ganti pasangan, maen sama cewek pekerja seks tuh,,,

kalau cara mencegah yang benar pastinya pakai kondomlah

(39)

Matriks 4.8 (Lanjutan)

Informan Pernyataan

A “HIV kan penyakit kelamin,,,setia sama pasangan kalau gak

mau HIV,,,kalau gejalanya aku kurang tau,,,,,trus cegahnya

tuh yah setia sama satu orang ja lah.,,,,”

N “HIV tuh yang penyakit gak da obatnya kan,,,,biasanya cara nularnya tuhgak pakai kondom, gonta-ganti pasangan , jarum

suntik,,tuh bisa nularin HIV makanya jangan dilakuinlah,,,”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, didapatkan kalau pengetahuan informan tentang pencegahan HIV/AIDS sudah baik walaupun tidak secara mendalam, karena mereka hanya mengetahui yang secara umumnya saja. Walau demikian, mereka mengetahui kalau hubungan seksual adalah salah satu jalan menularnya penyakit HIV/AIDS. Sedangkan tanda gejala HIV/AIDS, semua informan masih belum tahu.

4. Sikap

(40)

Matriks 4.9 Pendapat untuk Menunjukkan Rasa Sayang dan Cinta pada Pasangan Dilakukan Hanya dengan Mengobrol/Komunikasi Tanpa Adanya

Sentuhan Fisik

Informan Pernyataan

P “aku gak setujulah dik karena kan gak mungkin kita gak pingin

megang tangan pasangan kita,,, kita pengen mesra-mesra,

karenakan bukan cuma materi kita kasih dia, tapi kita juga

mau nunjukin kalau kita sayang dan dia sayang sama kita

yah,,,kenapa enggak melakukan...”

E “aku gak setuju lah kalau cuma ngomong aja,,, kan pengen juga keluar,,, pegangan trus itulah seterusnya,,,mana da orang

pacaran gak ngapain-ngapain,,,apalagi cuaca mendukung

hahahah”

kalau aku sayang kali sama si R makanya aku ambil

keperawanannya biar dia gak kemana-mana,,

A “yaelah,,, kalau gak pegangan ato yang lainnya ngapain

pacaran,,,,sekalian ta’aruf lah dik hahahaah,,,,biasanya kalau

orang pacaran tuh ya dik gak mungkin ngobrol aja pasti lebih

lah dari tu mau dia pegangan atau ciuman aja”

N “gak setujulah kalau dia sayang pasti dia ngasih apa yang kita minta,,,,apalagi dianya ja dah gak ting-ting, gak mungkinlah

kalau dia sayang ma kita dianya gak mau”

(41)

dengan mengambil keperawanannya. Jadi, seluruh informan menyaakan kalau cinta dan sayang, memberi apa yang diminta termasuk hubungan seksual.

Matriks 4.10 Pendapat jika berhubungan seksual yang salah dan tidak tepat

harus tau kita dia bersih apa gak, karena nanti kalau kita dah

dilokasi ya dik kita dapat info tuh mana yang berjamur

gitulah”

E “maksudnya gak tepat apa ya dik,,,owh kalau tidak tepat tuh

“maen” sebelum nikah ya setujulah dik karenakan dik kalau

kita maen sebelum nikah tuh sekali pernah maen seterusnya

kita mau maen lagi,,,bawaannya kalau pacaran ya pengen gitu

lagilah istilahnya nagih gitu dik,,,,,,,,trus kalau sama orang

yang gak jelas yah bisa HIV/AIDS juga,,, “

A “ya bisa lah kalau sama orang yang gak bener,,tapi aku juga maen sama PSK gitu juga sih dik apalagi kalau lagi banyak

duit aku nanti ke lokasi prostitusi gitu tapi aku sama PSK yang

biasa sama akulah yang aku tau dia gak berjamur,,,,aku cari

tau karena kalau kita dah di tempat kita bisa tau tuh dik siapa

aja yang dah berjamur dari PSK-PSK lainlah atau pelanggan

lain”

N “aku setuju dik karena memang dari situ penularannya yang

seringkan dik memang kalau kita berhubungan dengan org

(42)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, seluruh informan setuju jika berhubungan seksual yang salah dan tidak tepat dalam arti kata tidak tepat orangnya, tidak tepat caranya, dan tidak tepat waktunya dapat menyebabkan HIV/AIDS.

Matriks 4.11 jika setiap berhubungan seksual menggunakan kondom

Informan Pernyataan

P “,,,,,kalau aku dik gak suka pakai kondom gak enak lah pakai

kondom,,,aku percaya sama si A kalau dia bersih jadi kami gak

pernah pakai kondom,,”

E “aku gak setuju sih dik,,karena aku kan ngelakuin sama orang

yang aku yakin dia bersih makanya aku mau,,, lagiankan gak

berani jugalah aku maen sama orang yang aku gak tau dia

bersih apa gak nanti sakit pula aku”

A “aku gak setuju pakai kondom,,,kalau sama cewek yang di

tempat-tempat tuh yah ku liat lah mana yang bersih,,,karena

sering dah dari dulu sama dia,,,” aku palingan pakai super magic juga”

N “kalau masalah kondom aku enggak ,,karena pakai super

magic karenakan semua pasangan maenku yang gak sakit

kelaminlah dik,,,mana mau aku sama yang berjamur,,,aku

pasti taulah kalau dia sakit kelamin apa enggak”

(43)

Matriks 4.12 jika berhubungan seks setia pada satu pasangan

Informan Pernyataan

P “aku setuju aja sih tapi dik karena aku sama si A kan dah

senang kali karena dia pintar memuaskanku hahaah,,,,yah

walaupun gara-gara obat ekstasi tuh pernah ke waria juga,,”

E “setuju,,,,kalau aku sayang kali ma si R makanya aku ambil

keperawanannya biar dia gak kemana-mana,,,,”

A “ kalau setia yah setuju sih tapi tulah dik kadang kalau aku lagi punya duet yah ke lokasi tuh ,,,ato gak kadang aku sama

kawanku,,kalau setia kan yang penting hati kita sama satu

orang aja,,,yang lain tuh cuma selingan,,,,yang pentingkan

tahu siapa pasangan maen kita bersih”

N “ setia sama satu pasangan aku setuju walaupun kadang mau

juga sama teman ku selain sama pacar ku,,,yang penting kan

dia nya bersih”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas,tanggapan setia pada satu pasangan seluruh informan setuju kalau berhubungan setia pada satu pasangan walaupun aplikasinya tidak semua menjalankan.

5. Tindakan

Matriks 4.13 Usia pertama kali pacaran

Informan Pernyataan

P “pacaran umur 12 tahun,,,,”

E “12 tahun kalau gak salah,,”

A pacaran ya,,hmmm,,10 tahun”

(44)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, keseluruhan informan berpacaran pertama kali di usia anak-anak. Dimana mereka sudah mengenal dan tertarik dengan lawan jenis walaupun tidak sampai pada hubungan seksual

Matriks 4.14 Usia pertama kali melakukan hubungan seksual

Informan Pernyataan

P “,,,,yah abis 17 an tahun berarti 18 tahun ngelakuiun

pertama kali,,,,”

E “,,,,ngelakuin umur 17 tahun,,,”

A “kalau hubungan seks usia 17 tahun”

N “,,,kalau ngelakuin umur 16 tahun,,,”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, seluruh informan melakukan hubungan seksual pertama kali di usia anak-anak menuju remaja. Dimana usia tersebut sangatlah muda dan dini untuk melakukan seksual.

Matriks 4.15 Tindakan yang Dilakukan jika Mengalami/Tidak Mengalami Kehamilan

Informan Pernyataan

P “gak pernah sih dik,,, kalau cegah hamil palingan si A

nanti lompat lompat, jongkok terus membasuh V nya”

E “jangan sampek hamil lah,,,biasanya aku cegah hamil

ya tembak luarlah tapi kalau aku mau ngeluarin di

dalam, yah cewekku nanti lompat-lompat”

A “palingan cewekku lompat-lompat ato gak cegah hamil ya tembak luarlah jadi gak hamillah dia trus kalau

yang PSK tuh kan biasanya orang tuh dah pakai KB ka

(45)

Matriks 4.15 Tindakan yang Dilakukan jika Mengalami/Tidak Mengalami Kehamilan

Informan Pernyataan

N “kalau buat biar gak hamil, palingan pasanganku

lompat-lompat biar jatuh loh sperma yang masuk

tuh,,,,”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, keseluruhan informan tidak ada pasangan hubungan seksualnya yang pernah mengalami kehamilan, karena informan dan pasangannya langsung “mengencingkan” dengan kata lain

mengeluarkan sperma dengan melompat-lompat agar spermanya keluar. Sedangkan informan lainnya yang melakukan hubungan seksual dengan PSK, informan menganggap kalau PSK tersebut sudah ber-KB.

Matriks 4.16 Pasangan Hubungan Seksual

Informan Pernyataan

P “Kalau hubungan seks aku ngelakuinya sama pacar, mantan pacar kalau lagi mau ya tinggal SMS aja lah janjian,,, trus

pernah sama waria-waria tuh karena pil yang aku ceritain tadi

lah dik,,,,sepuluh kereta kami abis pesta shabu ya dah

jalan-jalan eh nawar waria kami,,dia bilang 20.000 bukak harga, eh

kami tawar 10.000 dianya mau. Ya dah yang sepuluh kereta

tuh pencarlah,,,, ada yang ke kos waria tuh, ada yang ke

hotel,,,,pas aku dah ngapain dia dari belakangkan dik,,eh

malah dia yang mau ngapain aku trus dibilangnya dibayarnya

(46)

Matriks 4.16 (Lanjutan)

Informan Pernyataan

E “samapacar trus waria tuh lah karena pil ekstasi yang diceritai si P tulah aku juga ada di situ,,,,”

A “ sama pacar,,,,oh ya trus sama teman kerja pernah, yah ke kosnya trus ngelakuin,,, sama WPS juga aku pernah kalau lagi

banyak duitku atau baru gajian ya aku ke sana,,aku juga

maennya sama orang yang biasa sama aku yang ku rasa

bersih,,,,awalnya aku di ajak kawanlah lama-lama kapan aku

mau ya aku ke sana sendiri,,,,, dan lelaki pekerja komersial

karena pil sama sama si P

N “sama pacar biasanya,,,trus pernah sama waria karena

dibawah pengaruh obat,,,,”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, keseluruhan informan melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, dan juga dengan waria karena dibawah pengaruh obat ekstasi dan diantara mereka ada juga yang dengan mantan serta WPS, mereka melakukan dengan yang bukan pacarnya dalam arti kata lain dengan mantannya dan dengan temannya.

Matriks 4.17 Jumlah pasangan seksual sampai saat ini

Informan Pernyataan

P “kalau sampai sekarang dah 10 lah dik kalau di

hitung-hitung,,,,kalau aku sebutin banyaklah dik hampir lupa aku,,,mida

pacar pertamaku trus siska, tuti, liska, rini, sari, febi, yuni, lili

sama ayu”

(47)

Matriks 4.17 (Lanjutan)

Informan Pernyataan

E “dah ada ku hitung-hitung,,,,,ada 5 orang sih,,,siska, lisda, kiki,

dinda, sama rika”

A “jumlah pasangan sampai sekarang ya,,, hmm,, ada 7 orang lah kira-kira” nama yang pertama kali aku ngelakuin tuh dik lupa

yang penting dia teman kerjaku,

serli, kiki, fika, ayu, cici, wati sama yang terakhir nilah dik,,,”

N “ hmm,,,,,6 orang lah”kayak si ika, suci, mila, lini, eva sama cewekku tulah”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, sampai usia sekarang seluruh informan memiliki pasangan yang bervariasi, dari 5 orang, 6 orang, 7 orang dan 10 orang. Paling sedikit 5 orang dan yang paling banyak 10 orang jumlah pasangan sampai saat ini.

Matriks 4.18 Tempat melakukan hubungan seksual

Informan Pernyataan

P “Kalau aku pernah ngelakuin di rumah, hotel, kos cewekku

ka,,,,tapi enak dihotel lebih bebas aja”

E “Ngelakuin di rumah sama hotel,,,enak di hotellah ka karena

di rumah hampir ketahuan,,,”

A “maennya d kos temenku atau pacar,,,,kalau sama PSK tuh yah

di sana lah tempat yang gitu”

N “Ngelakuinnya di kos pacarku trus pernah pas sama waria tuh

(48)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, informan mengaku kalau tempat melakukan hubungan seksual keseluruhan informan di rumah dan di kos. Sedangkan hanya dua informan yang melakukan di hotel dan satu orang informan lainnya di lokasi prostitusi dengan PSK.

Matriks 4.19 Pencegahan HIV/AIDS

Informan Pernyataan

P “Kalau penggunaan kondom aku gak dik,,,aku percaya ma

pasanganku kalau dia gk da sakitnya,,,”

E “Kondom gak makek,,dia cuma sama aku aja kok karenakan aku orang pertama yang ngambil perawannya hahah”

A “Kalau aku gak pernah pakai kondom,,,,,kalau sama PSK pakai super magic ada pembersihnya setelah

berhubungan,,,,tuh lah trus aku kan liat PSK nya juga mana

yang bersih lah,,,,”

N “gak maulah pakai kondom gak enak,,,pasanganku bersih kok

dik,,mana mau aku maen sama yang penyakit kelamin ”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, dijelaskan bahwa pencegahan informan terhadap HIV/AIDS akibat dari perilaku sesualnya sampai ke hubungan badan tidak ada upaya yang dilakukan karena atas dasar jawaban informan yang tidak menggunakan kontrasepsi kondom saat berhubungan, seluruh informan hanya yakin dengan pasangannya dan salah satu informan yakin kalau alat “super magic” adalah semacam antiseptik saat berhubungan sehingga tidak tertular

(49)

BAB 5

PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Karakteristik Informan

Semua informan adalah laki-laki. Remaja laki-laki di Kampung Banten Tanjung Morawa sangat rentan dengan perilaku pacaran yang bebas karena rata-rata remaja laki-laki tersebut sudah berpacaran. Mereka berpacaran dengan satu gang rumah maupun dari daerah yang lain. Keseluruhan remaja di Gang Banten ini sudah berpacaran terutama remaja laki-lakinya sedangkan remaja perempuannya tidak semua karena masih ada remaja perempuan yang tidak dibolehkan pacaran oleh abang laki-lakinya walaupun abangnya tersebut sudah berpacaran. Seperti pernyataan informan P:

“kalau di sini ka dah hampir semualah anak remaja laki-lakinya pacaran tapi kalau yang perempuannya enggak juga apalagi yang punya abang atau adek laki-laki kebanyakan gak ngasih kalau kakak atau adek ceweknya pacaran karenakan ka orang tuh dah tau cemana pergaulan pacaran di sini apalagi sama remaja di Gang nih dah sama-sama taulah kayak yang rumah tuh ka (informan sambil menunjuk dua

rumah dari seberang depan rumahnya),,,”

(50)

sangatlahluas termasuk peran gender, penentuan pernikahan, kehamilan, jumlah anak, kekerasan seksual, kelainan seksual dan lain-lain. Sedangkan pengetahuan dari SMA hanya sekedar diajarkan tentang alat-alat reproduksi tanpa tahu fungsi, sistem tanpa ada kaitan antara kesehatan reproduksi dengan kesehatan lainnya. Laki-laki lebih aktif dan lebih mobile sehingga rasa ingin tahu remaja laki-laki lebih kuat sehingga informan laki-laki lebih mudah berperilaku seksual yang mana rentan HIV/AIDS. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh dari empat informan yang telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di usia remaja.

Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Informan dimaksud adalah informan utama sebanyak 4 orang yaitu informan P, E, A dan N dan informan pendukung adalah orang tua salah satu informan yaitu ibu I orang tua dari informan P, dimana hanya ibu I yang diwawancarai oleh karena diantara empat informan kunci kasus perilaku seksual P yang lebih menarik dari kasus teman lainnya serta petugas kesehatan yang berada di lingkungan Kampung Banten tersebut yaitu bidan M.

(51)

dari status pendidikannya, tiga orang informan utama yaitu P,A dan N hanya lulusan SMA sedangkan informan E sedang melanjutkan kuliah sedangkan informan pendukung 1 orang lulusan SMA dan 1 orang lagi lulusan D-III bidan. Dilihat dari jenis kelamin informan utama, keseluruhan informan adalah laki-laki dan keseluruhan informan pendukung adalah perempuan.

Dapat diketahui bahwa pendidikan formal sangat memengaruhi perilaku seksual dalam pencegahan HIV/AIDS apalagi pada usia akhir remaja sudah melakukan hubungan seksual. Padahal usia remaja sangat memerlukan pendidikan formal maupun informal. Seperti pernyataan dari KPA (2011) mengungkapkan pemahaman remaja tentang HIV dan AIDS masih sangat minim, padahal remaja termasuk kelompok usia yang rentan dengan perilaku berisiko.

(52)

berkurang dan umumnya remaja lebih merasa senang dengan nilai-nilai dan identitas dirinya.

Usia responden yang telah mencapai remaja menunjukkan bahwa telah mengalami beragam pengalaman dalam proses kehidupannya. Pengalaman merupakan faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin meningkat usia seseorang maka semakin matang fungsi inderanya dan semakin banyak pula pengalaman yang didapatkan. Pengalaman yang diperoleh sendiri maupun dari orang lain yang ada disekitarnya dapat memperluas pengetahuan (Naedi dkk, 2010)

Hasil penelitian menunjukkan jumlah informan yang diteliti sebanyak empat orang yang terdiri dari tiga orang remaja laki-laki yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi dengan kata lain tamatan SMA dan satu orang remaja laki-laki yang sedang melanjutkan kuliah D-III di sebuah perguruan tinggi. Umur informan berkisar usia dua puluh satu tahun sampai dua puluh dua tahun serta seluruh informan adalah laki-laki. Sesuai dengan hasil penelitian tentang jenis kelamin berpengaruh secara langsung terhadap perilaku seksual pranikah. Secara praktis, remaja yang berjenis kelamin laki-laki memberikan peluang sebesar 1,4 kali lebih berisiko untuk melakukan perilaku seksual pranikah yang berisiko (Rosdarni dkk, 2015)

(53)

semakin banyak persentase yang mengetahui pengetahuan HIV-AIDS. Semakin tinggi pendidikan semakin banyak kemudahan/akses memperoleh informasi dan pola berpikir rasional lebih mudah dipahami dan pengetahuan remaja tentang pencegahan HIV-AIDS kategori baik persentasenya 56,0%. Sedangkan pengetahuan mengenai pencegahan HIV-ADS kategori kurang 44,0% remaja. Masih perlu sosialisasi pengetahuan yang benar tentang pencegahan HIV-AIDS pada kelompok remaja usia 15–24 tahun serta remaja laki-laki lebih banyak tahu tetang HIV-AIDS dibandingkan remaja perempuan. Remaja laki-laki mempunyai mobilitas yang tinggi dibandingkan remaja perempuan sehingga akses informasi pada remaja laki-laki lebih tinggi.

5.2 Sumber Informasi

Sumber informasi informan merupakan asal informan mendapatkan atau mencari sebuah informasi dimana informasi tersebut bisa diterima secara baik maupun tidak, tergantung dari sumber dan dari persepsi seseorang mengartikannya yang diliputi atau dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan dari berbagai sumber. Informan mendapat dan mencari informasi tentang seksualitas dan pencegahan HIV/AIDS dari teman sebaya, orang tua, petugas kesehatan dan media. Memang keseluruhan informan mendapatkan dari semua sumber tetapi tidak begitu rinci dan rutin. Seperti halnya informasi seks dan HIV/AIDS dari teman yang hanya menjelaskan cara mencegah kehamilan dan HIV tanpa tahu makna sebenarnya, dampak, penularan dan lain-lain.

(54)

terdahulu. Sedangkan orang tua mereka tidak memberikan informasi seks dan HIV/AIDS, mereka hanya menyampaikan kalau pacaran harus ingat batas agar tidak kelewatan tanpa adanya pendidikan seks. Tetapi budaya setempat yaitu para orang tua membolehkan anak remajanya pacaran apalagi pada remaja laki-laki, walaupun masih adanya kontradiksi dalam pemberian informasi seksualitas antara ibu dan anak remaja laki-lakinya. Serta media yang sering mereka gunakan adalah internet dan DVD. Internet di akses dari handphone ataupun pergi ke warnet sambil kumpul dengan teman lainnya. Memang dari semua sumber informasi, informan memperolehnya tapi tidak secara mendalam dan tidak menggali lebih lanjut info yang telah didapat .

Sumber informasi yang diperoleh remaja terkait perilaku seksual sangat bebas dan seringkali tidak tepat sehingga tidak jarang membuat remaja melakukan percobaan. Adanya pengaruh informasi yang tidak tepat dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan akan membuat remaja terpengaruh untuk meniru kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat seperti melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan atau melakukan hubungan (Santrock, 2007).

(55)

(69,1%) memilih sumber informasi tersebut karena informasi dapat dengan cepat diperoleh oleh remaja (Alfarista dkk, 2013).

Keaktifan remaja dalam mengakses sumber informasi terkait perilaku seksual maupun kesehatan reproduksi menjadi asumsi dasar bahwa semakin aktif responden dalam mengakses sumber informasi, semakin rendah perilaku seksual berisiko yang akan terjadi pada remaja. Informasi yang diterima remaja akan memengaruhi pengetahuan remaja. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan merupakan representasi yang dipercayai seorang individu terhadap suatu objek, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan merupakan struktur dasar pengetahuan seseorang. Adanya pengetahuan akan memengaruhi sikap seseorang sehingga pada akhirnya sikap tersebut akan turut memengaruhi perilaku individu. Perilaku seseorang sangat ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan dan sikap individu terhadap suatu stimulus atau objek tertentu (Astuti, 2009). keterpaparan sumber informasi berpengaruh terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS hal ini membuktikan bahwa keterpaparan sumber informasi sangat berperan dalam perubahan perilaku pencegahan HIV/AIDS (Rahman dan Yuandari, 2014).

A. Teman Sebaya

(56)

gaya pacarannya. Mereka juga suka saling bertukar pendapat satu sama lainnya mengenai seks dan HIV/AIDS, maka remaja lebih cepat mendapat informasi seksualitas dan HIV/AIDS dari temannya karena seringnya berinteraksi dan membahasnya di sela-sela obrolan tongkrongan mereka baik dibahas secara serius maupun sebagai lawakan dan lelucon. Seperti pernyataan informan E:

“kami tuh cerita seks atau HIV gituan palingan pas lagi kumpul-kumpul bareng ,,,kayak misalnya nongkrong dimana,,, gitu yah pas teringat cerita seks cemana setiap kawannya sama pasangan sekalian berbagi infolah kalau ada yang belum tau,,kami cerita lah,,,,nanti di situ kan sedikit--sedikit tahu,,,,misalnya yang

tentang “kencingkan” perempuan lompat-lompat supaya spermanya turun atau

keluar, kadang kami ceritanya tuh serius atau kadang sambil lucu-lucuan aja

hahaha,,”

Sedangkan masalah penanganan dampak dari perilaku pacaran yang berisiko, seperti hamil dan penyakit kelamin informan mengetahui dari teman ke teman dimana untuk menangani dan mengobatinya. Dibuktikan pernyataan informan P:

“kalau tentang kemana berobat kalau ada keluhan penyakit kelamin ke situ ja

dik yang depan gang tuh hari tuh ada juga kawan kami, kakak tuh mau kok dia orang kesehatan juga, tapi kalau masalah gugur mengguguri kakak tuh gak terima maksudnya gak mau bantu, ada klinik yang nerima untuk gugurin tapi bukan di gang

nih.”

Pernyataan informan sesuai dengan pernyataan petugas kesehatan (M) di Kampung Banten tersebut yang menyatakan pernah salah satu remaja yang berobat karena keluhan penyakit GO kemudian diberinya obat dan mengedukasinya. Berbeda halnya pada kasus pasien yang datang berobat dengan alasan tidak mendapatkan menstruasi selama 2 bulan yang ternyata sudah hamil jalan 12 minggu. Seperti pernyataan M selaku petugas kesehatan:

“kalau ada pasien yang keluhan sakit kelamin kakak mau bantunya

Referensi

Dokumen terkait

One of the basic assumptions for using this toolbook is that the starting point of the value chain analysis is market development aimed at making an impact on the poor by

seven forms of pronominal possessive adjective pronouns whereas Karonese has.

Sebutan yang dikenal dengan perjanjian antara kaum Muslimin dengan kaum non muslim, yang mana setiap orang dijamin keamanannya dan kebebasan dalam beragama

the efficacy of toothpaste containing kayu sugi (miswak) on dental plaque accumulation both toothpastes were able to reduce plaque, but toothpaste containing Kayu sugi more

I AM WILLING THAT MY THESIS SHOULD BE AVAILABLE FOR REPRODUCTION AT THE DISCRETION OF THE LIBRARIAN OF DEPARTMENT OF ENGLISH, FACULTY OF CULTURAL STUDIES, UNIVERSITY OF

Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak , Bandung: Rafika Aditama, 2008. Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan , Jakarta: Akademi

The results of this study showed that composite direct veneer in post-bleaching enamels using VIII generation bonding (Group 2) had a higher tensile strength compared

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Paninggahan Kabupaten Solok Tahun 2017 didapatkan bahwa