BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 UMUM
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental
yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium di P4TK. Secara umum urutan
tahap penelitian ini meliputi:
a. Penyediaan bahan penyusun beton
b. Pemeriksaan bahan
c. Perencanaan campuran beton (mix design)
d. Pembuatan benda uji
e. Pemeriksaan nilai slump
f. Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari
Jumlah benda uji yang akan dibuat akan dijelaskan pada tabel 3.1 benda uji
berbentuk silinder dan memiliki diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
Tabel 3.1 Jumlah benda uji silinder
Benda Uji
Benda Uji
Kuat Tekan Jumlah
28 hari
Beton
Konvensional 5 5
Beton + CFRP 5 5
Beton + GFRP 5 5
Σ = 15
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian
Mulai
Analisa dan pengolahan data Secara Teoritis : Analisa perbandingan kuat tekan
Pengujian Kuat Tekan Benda Uji pada Umur 28 Hari
Analisa dan pengolahan data hasil pengujian : Analisa perbandingan kuat tekan
Penarikan Kesimpulan dan Saran
Selesai Mulai
Penyediaan dan Pemeriksaan Benda Uji
Perencanaan Beton (Mix Design)
Pembuatan Benda Uji
Beton Konvensional
Beton dengan CFRP
3.2 PENYEDIAAN DAN PEMERIKSAAN BAHAN PENYUSUN BETON
Bahan penyusun beton yang direncanakan terbagi atas 3, yaitu bahan
penyusun untuk beton konvensional, beton dengan CFRP, dan beton dengan
GFRP. Bahan-bahan penyusun masing-masing benda uji meliputi :
a. Semen Portland
b. Batu Pecah (Split)
c. Pasir (Sand)
d. Air (Water)
Masing-masing tipe beton terdiri komponen penyusun utama yang
berbeda. Bahan penyusun untuk beton konvensional adalah beton tanpa FRP,
bahan penyusun untuk beton dengan CFRP adalah beton dengan Wrapping
Carbon Fiber Reinforcement Polymer, sedangkan untuk beton dengan GFRP
adalah beton dengan Wrapping Glass Fiber Reinforcement Polymer. Agregat
penyusun adalah Batu Pecah (Split).
Perencanaan campuran beton normal yang berbeda dimaksudkan untuk
menjadi varibel pembanding antara kedua beton untuk mengetahui kinerja dari
beton normal dengan bahan penyusun CFRP dan GFRP.
3.2.1. Semen Portland
Semen yang dipakai dalam penelitian ini adalah semen Ordinary
Portland Cement (OPC) tipe I yaitu Semen Padang dalam kemasan 1 zak 50 kg.
3.2.2. Agregat Halus
Dalam penelitian ini agregat halus yang digunakan malalui tahapan
pembersihan lumpur dan liat melalui penyucian dengan ayakan no.200. Agregat
halus (pasir) yang dipakai dalam campuran beton melalui pemeriksaan, meliputi:
3.2.2.1. Analisa Ayakan Pasir
a. Tujuan:
Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai
modulus kehalusan pasir (FM)
b. Hasil pemeriksaan:
Pasir dapat dikategorikan pasir halus.
Berdasarkan nilai modulus kehalusan (FM), agregat halus dibagi dalam
beberapa kelas, yaitu :
▪ Pasir halus : 2.20 < FM < 2.60
▪ Pasir sedang : 2.60 < FM < 2.90
▪ Pasir kasar : 2.90 < FM < 3.20
3.2.2.2. Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan
No.200)
a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Kandungan lumpur : 4,3%< 5% , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Untuk memeriksa kadar bahan organik yang terkandung di dalam pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Warna kuning terang (standar warna No.3), memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Standar warna No.3 adalah batas yang menentukan apakah kadar bahan organik
pada pasir lebih kurang dari yang disyaratkan.
3.2.2.4. Pemeriksaan Clay Lump Pada Pasir
a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan liat pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Kandungan liat 1,3%< 1% , tidak memenuhi persyaratan (pasir dicuci)
c. Pedoman :
Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1%
(dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus dicuci.
3.2.2.5. Pemeriksaan Berat Isi Pasir
a. Tujuan :
Untuk menentukan berat isi (unit weight) pasir dalam keadaan padat dan
longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok / padat : 1725,503 kg/m3
Berat isi keadaan longgar : 1654,168 kg/m3
c. Pedoman :
3.2.2.6. Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir
a. Tujuan :
Untuk menetukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air (absorbsi)
c. Pedoman :
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam keadaan
SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated
Surface Dry) di mana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan
dalamnya kering, keadaan pasir kering di mana pori-pori pasir berisikan udara
tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu di
mana pasir basah total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan
air adalah persentase dari berat pasir yang hilang terhadap berat pasir kering di
mana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi :
Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu.
3.2.3. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan dalam perencanaan beton yaitu batu
pecah. Untuk mencapai tujuan dari penelitian, ukuran diameter agregat kasar
(Batu Pecah) yang digunakan adalah agregat lolos ayakan no.15.
Pencucian agregat juga terlebih dahulu dilakukan demi mencapai index
properties yang baik dari material yang digunakan. Pencucian dimaksudkan untuk
meminimalisasi lumpur maupun liat yang mungkin terdapat pada material dan
dapat menurunkan mutu rencana dari beton.
Pemeriksaan yang dilakukan pada agregat kasar meliputi:
3.2.3.1. Analisa Ayakan Batu Pecah
a. Tujuan :
Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai
modulus kehalusan(fineness modulus / FM) kerikil.
b. Hasil pemeriksaan :
FM : 6.01
5.5 <6.01< 7.5 , memenuhi persyaratan.
2. Agregat kasar untuk campuran beton adalah agregat kasar dengan modulus
kehalusan (FM) antara 5.5 sampai 7.5.
3.2.3.2. Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Kerikil Lewat Ayakan
No.200)
a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan lumpur pada kerikil.
b. Hasil pemeriksaan :
Kandungan lumpur : 0.95%< 1% , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat kasar tidak dibenarkan
melebihi 1% (ditentukan dari berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 1%
maka pasir harus dicuci.
3.2.3.3 Pemeriksaan Keausan Dengan Mesin Los Angeles
a. Tujuan :
Untuk memeriksa ketahanan aus agregat kasar.
b. Hasil pemeriksaan :
Persentase keausan : 30,50< 50%
c. Pedoman :
keausan tidak boleh lebih dari 50%.
3.2.3.4 Pemeriksaan Berat Isi Batu Pecah
a. Tujuan :
Untuk memeriksaan berat isi (unit weight) agregat kasar dalam keadaan padat
dan longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok / padat : 1620.325 kg/m3
c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi batu pecah dengan cara
merojok lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti
bahwa kerikil akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan
mengetahui berat isi batu pecah maka kita dapat mengetahui berat batu becah
dengan hanya mengetahui volumenya saja.
3.2.3.5 Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah
a. Tujuan :
Untuk menentukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air (absorbsi)
batu pecah.
keadaan SSD dengan volume batu pecah dalam keadaan SSD. Keadaan SSD
(Saturated Surface Dry) di mana permukaan batu pecah jenuh dengan uap air,
keadaan batu pecah kering di mana pori batu pecah berisikan udara tanpa air
dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu di mana
pasir basah total dengan pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah
persentase dari berat batu pecah yang hilang terhadap berat batu pecah kering,
di mana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi :
Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu.
3.2.4. Air
Air yang digunakan dalam pembuatan sampel adalah air yang berasal
dari sumber air yang bersih. Secara pengamatan visual air yang dapat pembuatan
kotoran-kotoran seperti minyak dan zat organik lainnya. Dalam penelitian ini air yang
dipakai adalah berasal dari PDAM Tirtanadi, di Laboratorium Bahan Rekayasa
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.
3.2.5 Fiber Reinforcement Polymer (FRP)
FRP (Fiber Reinforcement Polymer) yang digunakan Carbon Fiber
Reinforcement Polymer dan Glass Fiber Reinforcement Polymer.
Spesifikasi dari CFRP231C
Memiliki tebal 0.35 mm, kuat tarik 2.6 GPa, modulus elastisitas 231
GPa, dan regangan 1%.
Spesifikasi dari GFRP Tipe E CR (Corrosion Resistant)
Memiliki tebal 0.35 mm, kuat tarik 2.35 GPa, modulus elastisitas 72
GPa, dan regangan 2%
3.3 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)
Perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi
atau proporsi bahan-bahan penyusun beton. Proporsi bahan-bahan penyusun beton
ini ditentukan melalui sebuah perencanaan beton (mix design). Hal ini dilakukan
agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis. Dalam menentukan
proporsi campuran dalam penelitian ini digunakan metode yang berdasarkan pada
SNI 2847:2002.
Kriteria dasar perancangan beton dengan menggunakan metode ini
adalah minimalisasi penggunaan agregat halus (pasir) dalam campuran
beton.Sehingga beton akan di dominasi oleh agregat bergradasi lebih kasar dan
mineral filler pasir akan lebih minimum.
Perencanaan campuran beton pada penelitian ini. Dari hasil perhitungan
mix design diperoleh perbandingan campuran, seperti tabel 3.2.
Tabel 3.2 Perbandingan Campuran Beton Normal.
Semen Pasir Air Kerikil
Perhitungan mix design secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.
3.4 Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji campuran untuk percobaan, yaitu campuran beton
normal. Setelah semua bahan selesai disediakan, hidupkan mesin molen dan
masukkan air kedalamnya yang berfungsi untuk membasahi mesin tersebut
supaya adukan beton yang sebenarnya tidak berkurang. Setelah ±30 detik, air
didalam molen dibuang. Pertama yang dilakukan adalah memasukkan pasir, dan
semen biarkan selama ±3 menit supaya pasir, dan semen tercampur dengan
merata. Kemudian air dimasukkan secukupnya (10% dari total air) ke dalam
molen secara menyebar, dengan tujuan agar campuran agregat halus, dan semen
tidak menimbulkan abu yang mengepul dan keluar dari molen. Selanjutnya
masukkan batu pecah dan biarkan mesin molen ±7 menit sampai campuran beton
benar-benar tercampur secara merata. Setelah itu masukkan air secara bertahap
tiap 1 liter sehingga terlihat campuran mulai mengalami penggumpalan. Setelah
itu tunggu campuran beton hingga mencapai kondisi beton segar.
Adukan yang sudah tercampur merata, dituangkan ke dalam sebuah pan
besar yang tidak menyerap air, dan kemudian adukan diukur kekentalannya
dengan menggunakan metode slump test dari kerucut Abrams-Harder. Setelah
pengukuran nilai slump, campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder
yang berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 dengan cara dibagi dalam tiga
tahapan, dimana masing-masing tahapan diisi 1/3 bagian dari cetakan silinder dan
lalu dipadatkan dengan menggunakan alat vibrator. Setelah umur beton 24 jam,
cetakan silinder dibuka dan mulai dilakukan perawatan beton (curing) dengan
cara direndam dalam bak perendaman sampai pada masa yang direncanakan untuk
melakukan pengujian. Ketika mau dilakukan pengujian beberapa beton dilapisi
dengan CFRP dan GFRP.
3.5 Pemeriksaan nilai slump
Adapun tahapan pengujian slump adalah:
2. Adukan beton dimasukkan kedalam kerucut hingga 1/3 tinggi kerucut lalu
dirojok 25 kali
3. Adukan beton dimasukkan lagi kedalam kerucut hingga 2/3 tinggi kerucut
lalu dirojok 25 kali
4. Adukan beton ditambah lagi hingga penuh lalu dirojok 25 kali.
5. Permukaan kerucut diratakan
6. Kerucut diangkat perlahan-lahan vertikal ke atas
7. Penurunan adukan diukur dengan mistar dengan cara meletakkan kerucut
terpancung disamping adukan beton maka penurunan diukur dari tinggi
permukaan kerucut terpancung hingga ke tinggi permukaan adukan beton
tersebut.
3.6. Pemasangan FRP
• Untuk Carbon Fiber Reinforcement Polymer menggunakan Sikadur 330
A dan Sikadur 330 B dengan perbandingan 4:1. Pertama kita campurkan
Sikadur 330 A dan B, lalu kita letakkan pada FRP. Sebelum ditempelkan
beton terlebih dahulu digrenda agar permukaan kasar, sehingga FRP dapat
melekat dengan baik, jika tidak digrenda maka permukaan akan licin
dikarenakan waktu pembuatan beton menggunakan minyak, selanjutnya
kita tempelkan FRP pada beton lalu di roller.
• Untuk Glass Fiber Reinforcement Polymer menggunakan MAPE Wrap 1
SP A dan MAPE Wrap 31 SP B dengan perbandingan 3:1. Pertama kita
campurkan MAPEWRap 1 SP A dan MAPEWrap 31 SP B, lalu letakkan
campuran pada FRP. Sebelum ditempelkan beton terlebih dahulu digrenda
agar permukaan kasar sehingga FRP dapat melekat dengan baik, jika tidak
digrenda maka permukaan akan licin dikarenakan waktu pembuatan beton
menggunakan minyak, selanjutnya kita tempelkan FRP pada beton lalu di
roller.
3.7. Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton
Pengujian yang dilakukan terhadap tiap benda uji yaitu pengujian kuat
tekan beton (Compressive Test) pada Laboratorium P4TK.
Gambar 3.3. Compression Test Machine GOTech U60 di Lab P4TK
Pengujian dilakukan pada umur beton 28 hari untuk tiap variasi beton
masing-masing sebanyak 5 buah. Sehari sebelum pengujian sesuai dengan umur
rencana, silinder beton dikeluarkan dari bak perendaman dan dikeringkan kurang
lebih 24 jam. Beberapa beton dilapisi CFRP dan GFRP.
Adapun tahap-tahap pengujian kuat tekan silinder beton adalah
1. Keluarkan benda uji silinder yang akan diuji kekuatan tekannya dari bak
perendaman untuk tiap benda uji yang akan diuji kuat tekannya berdasarkan
umur beton kemudian diamkan 1 hari agar benda uji berada dalam kondisi
kering saat pengujian. Setelah itu beberapa beton dilapisi oleh CFRP dan
GFRP.
Gambar 3.4. FotoBenda Uji
2. Lelehkan mortar belerang dan letakkan kedalam cetakan pelapis.
3. Letakkan permukaan atas benda uji ke dalam cetakan pelapis secara tegak
dan menempel pada permukaan atas benda uji. Lakukan pengapingan untuk
kedua sisi penampang beton.
4. Timbang benda uji
5. Letakkan benda uji pada mesin tekan compression machine secara centris.
Gambar 3.5. Benda Uji pada Compression Machine
6. Hidupkan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
7. Lakukan pembebanan sampai jarum penunjuk beban tidak naik lagi dan
menunjukkan bahwa beton tidak lagi memberi perlawanan terhadap kuat
tekan yang diberikan. ambil grafik dimana arah y adalah pembebanan, arah x
adalah deformasi vertical. dan catat angka max load yang ditunjukkan pada
komputer.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. KUAT TEKAN DAN REGANGAN SILINDER BETON
4.1.1 KUAT TEKAN DAN REGANGAN BETON DENGAN TEORITIS
Sebelum pengujian diperlukan sebuah analisa agar eksperimen tersebut
tidak meleset, maka dari itu kita memerlukan perhitungan analisa dari kuat tekan
dan regangan dari beton tersebut, analisa tersebut dilakukan dengan oleh metode
(ACI Committee 440R-02, 2008) dan Richarts Model.
Tabel 4.1. Hasil Kuat Tekan dan Regangan Beton dengan Teoritis
Benda Uji Kuat Tekan
(MPa)
Regangan
Beton Konvensional 30 0,001
Beton dangan CFRP 54,15 0,006
Beton dengan GFRP 35,04 0,003
Maka dari hasil di atas kita dapat membuatkan grafik kuat tekan secara
teoritis pada Gambar 4.1
Gambar 4.1. Grafik Kuat Tekan Secara Teoritis
sedangkan dengan GFRP meningkatkan kuat tekan sebesar 14,384% dikarenakan
modulus elastisitas yang dimiliki GFRP lebih kecil dibandingkan dengan CFRP.
Dan regangan yang terjadi < 0.01 sehingga memenuhi syarat (ACI Committee
440R-02, 2008)
4.1.2 KUAT TEKAN DAN REGANGAN BETON DENGAN EKSPERIMEN
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton
konvesional, beton dengan CFRP, dan beton dengan GFRP, dimana benda uji
berbentuk silinder melalui proses pembuatan dan perawatan yang dilaksanakan di
Laboratorium Beton USU.
Pengujian dilakukan pada umur 28 hari. Pengujian dilakukan berdasarkan
SNI 1974 : 2011, Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder. Hasil
pengujian kuat tekan untuk ketiga variasi beton dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
No Benda
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Faktor bentuk untuk benda uji silinder normal
adalah 1 sesuai dengan SNI 1974 : 2011.
Tabel 4.3. Hasil Regangan Beton Secara Eksperimental
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Pembebanan dan Deformasi vertikal untuk beton
Konvensional
Elastis
Elastis
Plastis
Plastis
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Pembebanan dan Deformasi vertikal untuk beton
dengan CFRP Elastis
Elastis Elastis
Plastis
Plastis
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Pembebanan dan Deformasi vertikal untuk beton
dengan GFRP
Dari hasil pengujian kuat tekan ketiga jenis benda uji dapat disimpulkan
bahwa beton dengan CFRP memiliki kuat tekan yang lebih tinggi di bandingkan
dengan kuat tekan beton dengan GFRP dan beton konvensional. Dengan kuat
tekan beton dengan CFRP pada umur 28 hari adalah 44.257 MPa, kuat tekan
beton dengan GFRP sebesar 38.016 MPa, dan kuat tekan beton konvensional
sebesar 38.98 MPa. Peningkatan kuat tekan beton dengan CFRP, kuat tekan beton
dengan GFRP berada antara 26.89 %, 14.89 % dari beton konvensional.
Elastis Plastis
Elastis
Elastis
Plastis
Dalam mendesain beton ini perlu diketahui bahwa kuat tarik, regangan,
dan modulus elastisitas dari tiap FRP akan memberikan hasil yang berbeda
terhadap kuat tekan dari beton yang direncanakan. Beton dengan CFRP, akan
menghasilkan beton yang memiliki kuat tekan yang tinggi dikarenakan kuat tarik
dari CFRP yang tinggi sebesar 2.6 GPa, regangan yang kecil sebesar 1 %, dan
modulus elastisitas tinggi sebesar 210 GPa, dibandingkan dengan beton dengan
GFRP dan konvensional.
4.2. POLA RETAK PADA PENGUJIAN KUAT TEKAN
Pola retak pada pengujian kuat tekan benda uji silinder beton yang kerap
terjadi adalah keruntuhan pola retak kerucut, retak total dan retak geser. Pola retak
beton berdasar pada SNI 1974 : 2011.
Gambar 4.5. Pola Retak (SNI 1974 : 2011)
Pola keretakan dapat di amati melalui Gambar 4.5
4.4. DISKUSI
Fiber Reinforcement Polymer (FRP) adalah salah satu material perkuatan
struktur yang dapat memperkuat struktur secara eksternal. Dalam penelitian ini
FRP dijadikan sebagai bahan pelapis beton.
FRP merupakan material yang dapat berbentuk lembaran, pelat, atau
tulangan. Umumnya FRP ini dapat diperoleh dari PT MAPE, PT. SIKA, dll.
Pada penelitian ini, trial mix sebanyak tiga kali, demi mencapai mutu
rencana. Trial Mix dan dapat dilihat pada daftar berikut :
1. Trial Mix I pada tanggal 28 Maret 2017
Mix Design diperoleh perbandingan bahan penyusun beton untuk 3 benda
uji sebagai berikut :
Semen : 7.76 kg
Pasir : 12.40 kg
Kerikil : 21.30 kg
Air : 3.54 L
Pada Trial Mix ini diameter dari agregat kasar yang di gunakan adalah lolos
ayakan diameter 19 mm.
Pengujian benda uji trial mix I (pada umur 3 hari )
Tabel 4.4. Pengujian Benda Uji Trial Mix I
Sampel Berat (Kg)
Kuat Tekan
kN MPa
Sampel I 12.526 320 21.83
Sampel II 12.865 380 24.56
Dari hasil pengujian kuat tekan ketiga jenis benda uji dapat disimpulkan
bahwa beton dengan CFRP memiliki kuat tekan yang lebih tinggi di bandingkan
dengan kuat tekan beton dengan GFRP dan beton konvensional. Dengan kuat
tekan beton dengan CFRP pada umur 28 hari adalah 53.322 MPa, kuat tekan
beton dengan GFRP sebesar 45.803 MPa, dan kuat tekan beton konvensional
sebesar 38.98 MPa. Peningkatan kuat tekan beton dengan CFRP, kuat tekan beton
dengan GFRP berada antara 26.89 %, 14.89 % dari beton konvensional.
Dalam mendesain beton ini perlu diketahui bahwa kuat tarik, regangan,
dan modulus elastisitas dari tiap FRP akan memberikan hasil yang berbeda
terhadap kuat tekan dari beton yang direncanakan. Beton dengan CFRP, akan
menghasilkan beton yang memiliki kuat tekan yang tinggi dikarenakan kuat tarik
dari CFRP yang tinggi sebesar 2.6 GPa, regangan yang kecil sebesar 1 %, dan
modulus elastisitas tinggi sebesar 210 GPa, dibandingkan dengan beton dengan
GFRP dan konvensional.
Maka dari itu perbandingan penelitian saya dengan yang telah dilakukan
peneliti yang lain hanya berbeda sedikit. Seperti dengan penelitian Remi Eid dan
Patrick Paultre kenaikan yang terjadi sebesar 25% untuk CFRP, Taufikrahman
kenaikan terjadi 20% untuk CFRP dan Penelitian I Ketut Sudarsana dan A.A
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kuat tekan beton dengan CFRP secara teoritis adalah 54.15 Mpa. Kuat tekan
beton dengan GFRP secara teoritis adalah 35.04 MPa. Sedangkan kuat tekan
beton normal secara teoritis adalah 30 MPa. Jadi dapat diambil kesimpulan
bahwa beton dengan adanya CFRP dan GFRP secara teoritis dapat
meningkatkan kuat tekan sebesar 44.6%, 14.384% dari beton konvensional.
2. Kuat tekan beton rata-rata dengan CFRP secara eksperimental pada umur 28
hari adalah 53.322 Mpa. Kuat tekan beton rata-rata dengan GFRP pada umur
28 hari adalah 45.803 MPa. Sedangkan kuat tekan beton normal rata-ratapada
umur 28 hari adalah 38.983 MPa. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa beton
dengan adanya CFRP dan GFRP secara eksperimental dapat meningkatkan
kuat tekan sebesar 26.89%, 14,89% dari beton konvensional
3. Kuat tekan yang terjadi yang secara teoritis dengan eksperimental hanya
terdapat perbedaan di beton dengan CFRP.
5.2. SARAN
1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh CFRP dan GFRP untuk
perkuatan beton.
2. Meneliti perbandingan jumlah lapisan untuk melihat kinerja struktur beton
yang berbeda.
3. Meneliti perbandingan dengan menambahkan tulangan pada beton dengan
CFRP dan GFRP pada perkuatan kolom.