• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Badan Permusyawaratan Nagari dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari baringin Tahun 2015-2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Badan Permusyawaratan Nagari dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari baringin Tahun 2015-2020"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembangan politik di Indonesia senantiasa mengalami kemajuan dari

orde lama sampai sekarang. Kebijakan politik maupun pemerintahan orde lama

lebih menekankan pada keleluasaan sentralisasi, dimana semua urusan diserahkan

sepenuhnya ke pusat. Hal ini tentunya belum sepenuhnya terdapat adanya

otonomi daerah. Baik di tingkat desa sampai tingkat provinsi. Masing-masing

daerah sepenuhnya disetir oleh pemerintah. Di tingkat desa misalnya, kebijakan

kebijakan pemerintah melalui perangkat desa merupakan kebijakan atasannya dari

Camat, Bupati, Gubernur, sampai ke pusat, sehingga perangkat desa belum

memaksimalkan keadaan desa yang dipimpinnya.

Munculnya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 merupakan sebagian kecil

dari proses demokrasi di Indonesia. Langkah otonomi ini bukanlah sebuah final,

melainkan langkah awal dari transisi Indonesia menuju demokrasi dari

pemerintahan otoriter yang merupakan peristiwa politik paling dramatis pada

akhir abad ke-20. Walaupun sejarah yang menyakitkan, peristiwa politik tersebut

membawa Indonesia kearah kebebasan yang dibungkam pada masa orde baru.

Kebijakan pemerintah terkhususnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah memberikan angin segar bagi pemerintah daerah.

Bagaimana tidak, dengan adanya kebijakan ini pemerintah daerah akan bisa

(2)

Kenyataan masa lalu memberitahu kepada kita semua satu hal namun berimplikasi

pada sebuah multiplier effect yakni adanya kooptasi penguasa yang begitu membelenggu baik dari tingkat desa, desa sampai kepada individu-individu rakyat

dalam masyarakat. Karena itu, Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 antara lain menyatakan bahwa :

“pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang.”1

Dari Undang-Undang tersebut dapat kita ketahui bahwa pemerintah daerah

berhak untuk mengurus urusan pemerintahan daerahnya agar terciptanya

kesejahteraan di daerahnya melalui pemberdayaan, pelayanan serta kebijakan

yang tentunya bermanfaat bagi masyarakat. Otonomi daerah memiliki tujuan

untuk membangun kemandirian suatu daerah dan mebangun jiwa demokrasi di

tingkat lokal. Demokrasi tersebut dapat diukur dari sejauh mana keberhasilan

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah.

Sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah yang memberikan kebebasan bagi daerah untuk

menjalankan pemerintahannya sendiri, pemerintah daerah juga mempunyai

kewenangan untuk membentuk organisasi atau lembaga kemasyarakatan terendah

yang ada di pemerintah lokal yaitu desa. Menurut Undang-Undang No.6 Tahun

2014 tentang Desa, Desa memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus

1

(3)

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan keberagaman suku dan budaya,

salah satunya yaitu suku bangsa Minangkabau. Minangkabau merupakan suku

bangsa yang berada di bagian tengah Pulau Sumatera. Menurut tambo yang

merupakan sejarah tradisional masyarakat Minangkabau mejelaskan bahwa

Minangkabau memiliki dua wilayah utama, yaitu wilayah luhak dan wilayah

darek2. Wilayah luhak ataupun yang biasa juga disebut darek merupakan daerah

yang merupakan daerah asal muasal masyarakat Minangkabau, wilayah luhak di

Minangkabau terdiri dari tiga luhak yaitu Luhak Tanah Data, Luhak Agam, Luhak

Limo Puluah Koto. Sedangkan wilayah rantau merupakan daerah yang berada di

sekitar pinggiran wilayah luhak, wilayah rantau ini merupakan tempat tujuan

merantau bagi masyarakat Minang pada saat itu.

Nagari merupakan satu kesatuan masyarakat hukum adat yang hidup dalam

wilayah kesatuan masyarakat Minangkabau yang mempunyai batasan-batasan

alam yang jelas, dibawah pimpinan penghulu, mempunyai aturan-aturan tersendiri

serta menjalankan pengurusan berdasarkan musyawarah mufakat.3 Pada awalnya

nagari mempunyai lembaga yang mengatur segala segi kehidupan yang ada dalam

masyarakat minang, baik itu dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, agama dan

2

LKAAM, Adat Basandi Syara, Syarak Basandi Kitabullah, Padang : Surya Citra Offset, 2002, Hal. 22

3

(4)

lain-lain. Lembaga ini disebut dengan Tungku Tigo Sajarangan yang terdiri dari

Niniak Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai. Ketiga unsur kepemimpinan

Tungkuu Tigi Sajarangan ini memiliki peran yang berbeda antara satu dan yang

lainnya.

Secara historis pemerintahan nagari merupakan sebuah pemerintahan

tradisional yang diperintah oleh penghulu-penghulu suku yang memiliki

kewenangan yang sama derajatnya yang tergabung dalam sebuah kerapatan adat.4

Sistem pemerintahan nagari ini sudah dijalankan sejak dahulu oleh masyarakat

Minangkabau. Pada tahun 1979 melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Tentang Pemerintahan Desa, pemerintah menyeragamkan sistem pemerintahan

terendah di Indonesia menjadi desa. Maka semenjak tanggal 01 Agustus 1983

nagari yang pada awalnya merupakan sistem pemerintahan terendah di Sumatera

Barat berubag menjadi desa yang merupakan sistem pemerintahan budaya Jawa.

Pemerintahan desa yang berasal dari budaya Jawa dipimpin oleh seorang

Kepala Desa. Pada pemerintahan desa, desa atau kelurahan adalah bagian dari

wilayah kecamatan. Dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan

pemerintahan desa, Kepala Desa bertanggung jawab kepada pejabat yang

berwenang mengangkat melalui Camat, dan memberikan keterangan

pertanggungjawaban tersebut kepada Lembaga Musyawarah Desa (LMD).5

Lembaga Musyawarah Desa merupakan lembaga permusyawaratan/ pemufakat

4

Ibid, Peraturan Daerah Sumatera Barat

5

(5)

desa yang keanggonnya terdiri dari kepala-kepala dusun, pimpinan lembaga

kemasyarakatan dan pemuka masyarakat di desa yang bersangkutan.6 LMD

memiliki fungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung

dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Keanggotan LMD berbeda dengan keanggotaan BPAN (sebelum menjadi

Badan Permusyawaratan Nagari dahulu bernama Badan Perwakilan Anak Nagari /

BPAN). Keanggotaan BPAN dipilih dari unsur Ninik Mamak, Alim Ulama,

Cadiak Pandai, Bundo Kanduang (wakil dari tokoh-tokoh perempuan

Minangkabau), utusan Jorong serta utusan pemuda. Keanggotaan BPAN

diresmikan secara administratif dengan keputusan Bupati. BPAN juga merupakan

wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila sebagai mitra

pemerintahan nagari. Peraturan Daerah sumatera Barat Nomor 9 tahun 2000 Tentang

Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari dapat disimpulkan bahwa BPAN mempunyai

kedudukan yang penting dan berbeda dengan LMD. Pertanggungjawaban Wali Nagari

dapat diminta melalui BPAN dan BPAN dapat melakukan fungsi pengawasan dalam

pelaksanaan pemerintahan nagari. Ini berbeda dengan LMD, yaitu tidak mempunyai

peran yang vital dalam hal keputusan desa dan Kepala Desa hanya menyampaikan

keterangan pertanggungjawaban kepada LMD.

Permerintahan desa yang berjalan sejak tahun 1983 memberikan dampak terhadap

tatanan kehidupan masyarakat minang. Adapun perubahan yang ditimbulkan bagi

masyarakat minang yaitu :7

6

Pasal 17 Angka 1 UU Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa

7

(6)

1.Jati diri masyarakat Minagkabau mengalami erosi. Pemahaman dan

penghayatan falsafah adat Minagkabau Adat Basandi Syarak, Syarak

Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang

jadi Guru mengalami degradasi

2.Anak nagari tidak lagi mempunyai kewenangan politis. Hubungan erat

yang pernah terjalin antara pemerintah dengan anak nagari dan

masyarakat adat menjadi semakin berkurang, bahkan hilang,

3.Hilangnya batas-batas nagari sehingga wilayah nagari terpecah.

Pembentukan dan pemekaran desa menyebabkan hilangnya salah satu

syarat adanya wilayah suatu nagari, yaitu mempunyai wilayah dengan

batas-batas yang jelas,

4.Masyarakat kehilangan tokoh Angku Palo atau Wali Nagari. Fungsinya

tidak dapat digantikan oleh Kepala Desa atau Lurah. Wali Nagari adalah

tokoh kharismatik yang sangat dihormati dan menjadi panutan bagi anak

nagari. Wali Nagari tidak hanya menguasai dan memahami seluk beluk

pemerintahan nagari tetapi juga menguasai dan memahami adat istiadat

serta taat beragama. Sedangkan kebanyakan dari Kepala Desa atau

Lurah merupakan orang-orang muda yang kurang memahami adat

istiadat setempat. Bahkan ada diantara mereka bukan berasal dari desa

(7)

5.Sistem Sentralistik yang diterapkan selama pemerintahan orde baru

sangat mengurangi nilai-nilai luhur yang diwarisi sejak lama seperti

gotong-royong dan sistem demokrasi,

6.Aspirasi anak nagari dalam pembangunan kehilangan wadah aslinya yaitu

nagari,

7.Generasi muda Minang sudah banyak yang tidak mengetahui dan

memahami tentang nagari, terutama mereka yang tinggal di kota,

8.Tungku Tigo Sajarangan dan Tali Tigo Sapilin terpinggirkan dan

kehilangan fungsinya.

Pada tahun 1999 pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan yakni

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah. Melalui

undang-undang tersebut sistem pemerintahan nagari kembali berlaku di Minangkabau,

undang-undang ini juga diatur dengan Peraturan Daerah (PERDA) Propinsi

Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan

Nagari.

Dalam menjalankan sistem pemerintahan nagari, nagari dipimpin oleh Wali

Nagari yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat di nagari tersebut. Dalam

melaksanakan pemerintahan nagari Wali Nagari dibantu oleh staff dan kaur serta

lembaga- lembaga yang telah dipilih sesuai dengan musyawarah dan mufakat dari

masyarakat nagari. Adapun lembaga yan telah disepakati yaitu8 :

8

(8)

1. Pemerintahan Nagari yang dipimpin oleh seorang wali nagari dan dibantu

dengan beberapa staf atau kaur, juga beberapa jorong yang dipimpin oleh

kepala jorong.

2. Badan Musyawarah Nagari ( BAMUS)

Badan perwakilan anak nagari merupakan suatu lembaga perwakilan dari

beberapa unsur yang terdapat tatanan sosial dinagari yaitu : Ninik mamak,

Alim ulama, Cadiak pandai, Rang mudo. Lembaga-lembaga ini telah

mewakili tiap unsur yang ada berada dalam suatu nagari dan nantinya

lembaga ini akan meneruskan keinginan dari masyarakat sesuai dengan

golongan mereka masing – masing. 3. Bundo Kanduang

Bundo kanduang adalah suatu organisasi kaum wanita yang berda dalam

nagari tersebut, bundo kandung dalam sistim adat minangkabau adalah

kaum ibu yang sangat dihargai dan dihormati jati dirinya. Keberadaan

bundo kandung di lembaga pemerintahan nagari sangat mendukung sekali

agar nantiknya roda pemerintahan yang dijalankan oleh wali nagari bisa

mewakili segala kepentingan – kepentingan masyarakat nagari. 4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari ( LPMN )

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari berperan dalam pemberdayaan

masyarakat nagari dan memperhatikan eksistensi dalam beberapa kegiatan

(9)

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Agam No. 12 Tahun 2007

tentang Pemerintahan Nagari, Badan Musyawarah Nagari (BAMUS Nagari)

merupakan unsur pelaksana sistem pemerintahan nagari. BAMUS Nagari

berfungsi menetapkan peraturan nagari bersama waki nagari, menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat. Anggota BAMUS Nagari terdiri dari unsur

niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang serta generasi muda

yang ada di nagari. Jumlah keanggotaan BAMUS Nagari ini berjumlah ganjil,

paling sedikit lima orang dan paing banyak sebelas orang sesuai dengan luas

wilayah nagari, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan nagari.

Pemerintah Nagari dan Badan Musyawarah Nagari adalah dua lembaga

pemerintahan yang tidak bisa dilepaskan dalam suatu wilayah terkecil. Dua

lembaga ini saling berkaitan antara satu dan yang lain dalam menjalankan roda

pemerintahan. Pemerintahan Nagari sebagai pelaksana dan Badan Musyawarah

Nagari sebagai pengawas pemerintahan Nagari. Sebagaimana yang dijelaskan

dalam Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan Nagari menjelaskan bahwa Nagari merupakan kesatuan masyarakat

hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu dan berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam hal adat istiadat yang

sudah berlaku secara turun temurun dan diakui sepanjang adat

Kedudukan Badan Musyawarah Nagari (BAMUS Nagari) di Nagari

Baringin adalah sebagai pendamping Wali Nagari dalam menyerap aspirasi

(10)

dasarnya Wali Nagari beserta Badan Musyawarah Nagari (BAMUS Nagari)

sebagai pejabat pemerintahan di nagari harus dapat menjalankan tugasnya dengan

baik untuk membina dan memakmurkan masyarakat yang berada dibawah

kepemimpinannya.9 Dalam mencapai daya guna dan hasil guna pelaksanaan

tugas, maka wali nagari beserta perangkat menyelenggarakan urusan

pemerintahan umum di nagarinya dan yang perlu diperhatikan adalah manusia

yang akan menentukan berhasilnya pembangunan untuk menciptakan masyarakat

yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Agar terciptanya nagari yang

sejahtera sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, maka sangat diperlukan

kerjasama yang sangat baik antara BAMUS Nagari dan Wali Nagari dalam

menyusun dan melaksanakan pembangunan bagi Nagari Baringin agar sesuai

dengan visi dan misi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah nagari.

Di Nagari Baringin, BAMUS memiliki fungsi yakni mengumpulkan aspirasi

yang ada dalam nagari tersebut baik itu dari segi sosial, ekonomi, agama maupun

budaya. Selain itu dalam Perda Kabupaten Agam No. 12 Tahun 2007 dalam

menjalankan fungsinya BAMUS juga memiliki hak dan wewenang seperti

merancang peraturan nagari bersama wali nagari, pengawasan terhadap kinerja

wali nagari dan pelaksanaan peraturan nagari. Dalam merancang peraturan nagari

salah satunya yaitu penyusunan Rencana Pebanguan Jangka Menengah Nagari.

Dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari BAMUS

Nagari memiliki peran yaitu sebagai penerima aspirasi yang ada di tengah-tengah

9

(11)

masyarakat, yang mana aspirasi yang terkumpul akan dipilih oleh secara

musyawarah oleh BAMUS Nagari dan beberapa tokoh yang ada dalam Nagari

tersebut.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari merupakan salah satu

bentuk dari Peraturan Nagari yang disusun oleh Badan Permusyawaratan Nagari

dan Wali Nagari. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari ini merupakan

dokumen rencana pembangunan nagari selama periode pemerintahan wali nagari

yaitu selama enam tahun. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 12 Tahun 2007

tentang Pemerintahan Nagari, Nagari dituntut untuk melakukan perubahan dalam

segala hal dengan memafaatkan potensi yang ada di nagari. Untuk mencapai hal

tersebut nagari perlu menghimpun berbagai kemampuan dan kepentingan dengan

melibatkan seluruh stakeholder sebagai langkah awal mewujudkan visi dan misi

kedepan yang dituangkan dalam suatu bentuk perencanaan pembangunan nagari.

Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan kegiatan masa

depan yang tepat melalui urtan ilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

tersedia. Sedangkan pembangunan merupakan upaya yang dilakukan oleh semua

komponen masyarakat dalam rangka mencapai tujuan bernagari, dimana dalam

pelaksanaan pembangunan tersebut membutuhkan pengaturan pengalokasian

sumber daya, dana dan waktu secara tepat dan sistematis agar dapat berjalan

dengan semestinya dan dapat dipertanggungjawabkan serta menjawab seluruh

(12)

dengan hal tersebut dan sesuai amanat pasal 109 Undang-undang Nomor 6 tahun

2014, nagari wajib menyusun perencanaan nagari yang dituangkan dalam bentuk

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari (RPJM Nagari) yang

merupakan acuan perencanaan pembangunan untuk jangka enam tahun dan

selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintahan (RKP) Nagari setiap

tahunnya. Agar terkumpulnya seluruh aspirasi masyarakat dan permasalahan

pembangunan yang ada di nagari maka perlu ada suatu badan atau lembaga yang

memiliki fungsi untuk menampung aspirasi masyarakat tersebut. Maka daripada

itulah BAMUS Nagari memiliki fungsi menampung aspirasi yang ada di dalam

masyarakat karna mereka lebih mengetahui permasalahan serta kebutuhan di

nagari. Sebagai sebuah lembagayang masih baru dalam nagari, Bamus masih

harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah nagari karena dalam

pelaksanaannya Bamus belum sepenuhnya diketahui masyarakat apakah Bamus

sudah bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya bagi masyarakat dalam

menampung aspirasi masyaraat.

Dari pemeparan latar belakang yang sudah disampaikan maka peneliti

tertarik untuk membahas tentang “Peran BAMUS Nagari Baringin dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nagari Tahun

(13)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat

permasalahan yang menjadi kajian peneliti yaitu “Bagaimana keterlibatan Badan Musyawarah Nagari dalam proses penyusunan Rencana pembangunan Jangka

Menengah Nagari tahun 2015-2020 ?”

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dan urutan yang sistematis dalam

penyusunan skripsi ini, penulis akan memberikan pembatasan masalah dalam

skripsi ini agar tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai maka pmenulis

memberikan pembatasan masalah yaitu Penelitian ini hanya fokus pada

keterlibatan Badan Musyawarah Nagari dalam proses penyusunan RPJM Nagari

Baringin Tahun 2015-2020.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

keterlibatan Badan Musyawarah Nagari dalam Penyusunan RPJM Nagari

Baringin Tahun 2015-2020.

1.5. Manfaat Penelitian

(14)

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah

pengetahuan di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara tentang peran Badan Musyawarah

Nagari di Nagari Baringin, serta dapat menjadi bahan masukan maupun

rujukan bagi penelitian lainnya,

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dan masukan bagi Nagari Baringin sebagai bahan pertimbangan

dan evaluasi dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nagari

3. Secara pribadi, penelitian ini memberi wawasan yang sangat berarti bagi

peneliti dalam memahami peran Badan Musyawarah Nagari dalam

perumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari.

1.6. Kerangka Teori

1.6.1. Teori Peran

Peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang

dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Selanjutnya

dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama,

harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau

kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh

pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang

(15)

kewajiban-kewajibannya.10 Soekanto menyatakan bahwa Peran adalah aspek dinamis dari

kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.11 Menurut Soerjono

Soekanto, unsur-unsur peranan atau role adalah:

1). Aspek dinamis dari kedudukan

2). Perangkat hak-hak dan kewajiban

3). Perilaku sosial dari pemegang kedudukan

4). Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang.

Persepsi peran diperoleh dari semua rangsangan yang ada disekitar kita

(teman,buku, televisi, Koran, radio, dan lain sebagainya) yang merupakan

pandangan seorang individu mengenai bagaimana ia seharusnya bertindak dalam

suatu situasi tertentu, dan harapan peran adalah bagaimana orang lain meyakini

bagaimana seseorang tersebut seharusnya bertindak dalam suatu situasi tertentu.

Jika situasi yang muncul berupa perbedaan dimana seorang individu dihadapkan

pada pengharapan peran yang berlainan maka disebut sebagai konflik peran.

Sebenarnya terdapat sesuatu kesepakatan tak tertulis yang menentukan apa yang

diharapkan dan menekankan pentingnya mengkomunikasikan dengan tepat dan

akurat mengenai pengharapan peran, yaitu berupa kontrak psikologis, yang

10

http://www.materibelajar.id/2016/01/definisi-peran-dan-pengelompokan-peran.html diakses pada hari senin 15 Mei 2017 pukul 22:59 WIB

11

(16)

mendefinisikan pengharapan perilakuyang mengiringi semua peran. Jika

pengharapan peran yang tersirat dalam kontrak psikologis tidak terpenuhi, maka

terjadi reaksi (reperkusi) negative pada kinerja dan kepuasan orang-orangyang

terkait dalam peran tersebut dalam hal ini masyarakat sebagai pemilih. Menurut

Biddle dan Thomas yang dimaksud dengan peran adalah serangkaian rumusan

yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan

tertentu. Pada teori Biddle dan Thomas ini terbagi peristilahan dalam teori peran

kedalam empat golongan yaitu12:

1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial

2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut

3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku

4. Kaitan antara orang dan perilaku

Menurut Levinson peranan mencakup tiga hal yaitu13:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentangapa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

12

Sarlito Wirawan Sarjono, 2006, Teori-Teori Psikologi Sosial. Edisi Revisi, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 244

13

(17)

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Pada akhir tahun 1960-an, Henry Mintzberg, seorang lulusan MIT,

melakukan penelitian seksama terhadap lima orang eksekutif untuk menentukan

tugas mereka. Berdasarkan observasinya, Mintzberg menyimpulkan bahwa

manajer melakukan sepuluh peran atau rangkaian perilaku yang berbeda dan

saling berkaitan erat. Seperti yang diperlihatkan dalam table di bawah ini,

kesepuluh peran ini bisa dikelompokan sebagai antarpersonal, interpersonal, dan

pengambilan keputusan.

a. Peran Antarpersonal

Semua manajer diharuskan melakukan tugas-tugas terkait seremonial dan

bbersifat simbolis. Sebagai contoh, ketika rector perguruan tinggi

memberikan ijazah sarjana pada acara wisuda atau seorang pengawas pabrik

menjadi pemandu tur pabrik untuk sekelompok murid sekolah menengah, ia

berperan sebagai tokoh utama (figurehead). Semua manajer memiliki peran

kepemimpinan. Peran ini mencakup perekrutan, pelatiahan, pemberian

motivasi, dan pendisiplinan karyawan. Peran ketiga dalam pengelompokan

antarpersonal adalah peran penghubung. Mintzberg mendeskripsikan

aktivitas ini sebagai hubungan dengan individu luar yang memberikan

informasi kepada manajer tersebut. Individu luar tersebut mungkin adalah

individu atau kelompok di dalam atau di luar organisasi. Manajer penjualan

(18)

perusahaannya sendiri mempunyai kerja sama hubungan internal. Ketika

manajer penjualan tersebut berhubungan dengan eksekutif penjualan lain

melalui sebuah asosiasi perdagangan pemasaran, ia mempunyai suatu kerja

sama hubungan eksternal.

b. Peran informasional

Semua manajer, sampai pada tingkat tertentu, mengumpulkan informasi dari

organisasi-organisasi dan institusi luar. Biasanya, mereka mendapatkan

informasi dengan membaca majalah dan berkomunikasi dengan individu

lain untuk mempelajari perubahan selera masyarakat, apa yang mungkin

direncanakan oleh para pesaing, dan semacamnya. Mintzberg menyebut hal

ini sebagai peran pemantau. Para manajer juga bertindak sebagai penyalur

untuk meneruskan informasi ini kepada anggota organisasional. Hal ini

disebut sebagai peran penyebar. Selain itu, manajer bertindak selaku juru

bicara ketika mereka mewakili organisasi di hadapan pihak luar.

c. Peran Pengambilan Keputusan

Akhirnya, Mintzberg mengidentifikasikan empat peran terkait pengambilan

keputusan. Dalam peran kewirausahaan, para manajer memulai dan

mengawasi proyek-proyek baru yang akan meningkatkan kerja organisasi

mereka. Sebagai penyelesai masalah, manajer melakukan tindakan korektif

untuk menyelesaikan berbagai masalah yang tidak terduga. Sebagai

pengalokasi sumber daya, manajer bertanggung jawab menyediakan sumber

(19)

negosiator, dimana mereka mendiskusikan berbagai persoalan dan

tawar-menawar dengan unit-unit lain demi keuntungan unit mereka sendiri.

1.6.2. Teori kebijakan

Kebijakan publik merupakan suatu ilmu multidisiplin karena melibatkan

banyak disiplin imu seperti ilmu poltik, sosial, ekonomi dan psikologi. Studi

kebijakan berkembang pada awal 1970-an terutama melalui tulisan Harold D.

Laswell. Depenisi dari kebijakan publik yang paling awal dikemkakan oleh Lasell

dan Abraham Kaplan yang mendefenisikan kebijakan publik / publicpolicy

sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan

praktik-praktik tertentu (aprojected of goal, values and practices). Menurut Thomas R.Dye kebijaka publik adalah segala yang dikerjakan pemerintah,

mengapa mereka melakukan dan perbedaan yang dihasilkan (what government did, why they do it and what differences it makes). Dalam pemahaman bahwa

„keputusan” termasuk juga ketika pemerintah memutuskan untuk “tidak memutuskan” atau memutuskan untuk “tidak mengurus” suatu isu, maka

pemahaman ini juga merujuk pada defenisi Thomas R. Dye yang menyatakan

bahwa kebijakan publik merupakan “segala sesuatu yang dikerjakan dan tidak dikerjakan oleh pemerintah.”14

Senada dengan defenisi Dy, George C. Edwards

III dan Ira Sharkansky juga menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan :

14

(20)

”Apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah

yang dapat ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan atau dalam

policy ststement yang berbentuk pidato-pidato dan wacana yang diungkapkan pejabat politik dan pejabat pemerintahan yang segera

ditindaklanjuti dengan program-program dan tindakan pemerintah.”15

Kedua defenisi baik dari Dye dan Edwards III dan Sharkansky sama-sama

menyetuui bahwa kebijakan publik juga termasuk dalam hal “keputusan untuk tidak melakukan tindakan apapun”. Memberi contoh bahwa keputusan pemerintah

untuk menunda pelaksanaan Undang-Undang tersebut juga termasuk kebijakan

publik.16 Bardasarkan defenisi-defenisi kebijakan publik yang telah dijabarkan di

atas, maka kebijakan publik memiliki konsep-konsep sebagai berikut :

a. Kebijakan publik berisi tujua, niali-nilai dan praktik / pelaksanaannya

b. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintahan, bukan

organisasi swasta

c. Kebijakan publik tersebut menyangku pilihan yang dilakukan atau tidak

dilakukan oleh pemerintah

Menurut Subarson, kebijakan publik dapat berupa Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Provinsi, Peaturan Pemerintah

Kota/Kabupaten dan Keputuan Walikota/Bupati. Berdasarkan peraturan menteri

15

Sri Suwitri, Konsep Dasar kebijakan Publik, Semarang: Universitas Diponegoro, Hal.9

16

(21)

ini, pernyataan pejabat publik juga merupakan bagian dari kebijakan publik. Hal

ini dapat dipahami karena pejabat publik adalah salah satu aktor kebijakan yang

turut berperan dalam implementasi kebijakan itu sendiri.17

Kebijakan juga dapat dipandang sebagai sistem. Bila kebijakan dipandang

sebagai sebuah sistem, maka kebijakan memiliki elemen-elemen pembentuknya.

Menurut Thomas R. Dye terdapat tiga eemen kebijakan yang membentuk sistem

kebijakan. Dye menggambatkan ketiga elemen kebijakan tersebut sebagai

kebijakan publik/public policy , pelaku kebijakan/policy stakeholder dan lingkungan kebijakan/policy environment.18

Ketiaga elemen ini saling memiliki andil dan saling mempengaruhi. Sebagai

contoh, pelaku kebijakan dapat memiliki andil dalam kebijakan, namun mereka

juga dapat dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. Lingkungan juga

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik itu

sendiri. Dalam bukunya Dunn menyatakan “Oleh karena itu,sisite kebijakan berisi proses

yang dialektis yang berarti bahwa dimensi obyektif dan subyektif dari pembuat kebijakan

tidak terpisahkan dalam prakteknya.”19

Jika kebijakan dapat dipandang sebagai suatu sistem, maka kebijakan juga dapat

dipandang sebagai suatu proses. Dilihat dari proses kebijakan, Nugroho menyebutkan

17

A.G. Subarsono, Analisa Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Hal.3

18

William N dunn, Pengantar Analisa Kebijakan PublikEdisi Kedua, Yogyakarta: Gadjah Mada Universisty Press, Hal. 110

19

(22)

bahwa teori proses kebijakan paling klasik itemukan oleh David Easton. David Easton

menjelaskan bahwa proses kebijakan dapat dianalogikan dengan sistem biologi :

“Pada dasarnya sitem biologi merupakan proses interaksi antara makhluk hidup

dan lingkungannya, yang akhirnya menciptakan kelangsungan perubahan hidup

yang relatif stabil. Dalam terminologi ini Easton menganalogikannya dengan

kehidupan sistem politik. Kebijakan publik dengan model sistem mengandaikan

bahwa kebijakan merupakan hasil atau output dari (politik) seperti dipelajari dalam

ilmu politik, sistem politik terdiri dari input, throughput dan output.”20

Model proses kebijakan dari Easton mengasumsikan proses kebijakan publik dalam

sistem proses politik mengandalkan input yang berupa tuntutan (demand) dan dukungan (

support). Model Easton ini tergolong dalam model yang sederhana, sehingga model

Easton ini dikembangkan oleh para akedemisi lain seperti Anderson, Dye, Dunn, serta

Patton dan Savicky. Selanjutnya baik Dunn maupun Patton dan Savicky mengemukakan

model-model proses kebijakan yang lebih bersifat siklis daripada tahap-tahap. Hampir

sama dengan Nderson, dkk maupun Dye, Dunn membuat analisis pada tiap tahap

pembuatan kebijakan dari model Anderson, dkk maupun Dye. Dunn menjelaskan bahwa

tiap tahap kebijakan Dunn mendefenisikan analisis kebijakan yang semestinya dilakukan.

Pada tahap penyusunan agenda-agenda setting, analisis yang dilakukan adalah perumusan

masalah/identification of policy problem. Dalam hal ini Dunn mebuat sintesis dari model

Anderson,dkk dan Dye, yaitu menggabungkan tahapan antara identification of problem

dan agenda setting dari Dye dengan tahap policy agenda dari Anderson. Pada tahap

20

(23)

formulasi kebijakan/policy formulation, terdapat langkah analisis yang seharusnya

dilakukan di peramalan /forecasting, Dunn menjelaskan :

“Peramalan dpat menguji masa depan yang pleausibel, potensial dan secara

normatif bernilai , mengestimasi akibat dari kebijakan yang ada atau yang

diusulkan, mengenali kendala-kendala yang mungkin akan terjadi dalam

pencapaian tujuan dan mengestimasi kelayakan politik (dukungan dan oposisi) dari

berbagai pilihan.”

Dunn memberi contoh forecasting pada kebijakan asuransi kesehatan di AS dengan

proyeksi statisyik yang menyebutkan bahwa pemerintah AS akan kehabisan dana asuransi

kesehatan masyarakat pada tahun 2005 jika tidak ada pendapatan tambahan. Pada tahap

adopsi kebijakan/policy adoption yang merupakan tahap yang dikemukakan oleh

Anderson, dkk seharusnya dilakukan analisis rekomendasi kebijakan. Rekomendasi

kebijakan merupakan hasil dari analisis berbagai alternatif kebijakan setelah

alternatif-alternatif tersebut diestimasikan melalui peramalan.21 Mengenai implementasi kebijakan,

Nugroho menyatakan :

“Rencana adalah 20% keberhasilan, implementasi adalah 60% sisanya, 20%

sisanya adalah bagaimana kita mengedalikan implementasi. Implementasi

kebijakan adalah hal yang paling berat, karena disini masalah-masalah yang 23

kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman

utama adalah konsistensi implementasi.”22

21

Op.cit, William N. Dunn, hal.27

22

(24)

Melihat bahwa implementasi merupakan tugas yang memakan sumber

daya/resources paling besar, maka tugas implementasi kebijakan juga sepatutnya

mendapatkan perhaian lebih. Terkadang dalam praktik proses kebijakan publik terdapat

pandangan bahwa implementasi akan bisa berjalan secara otomatis setelah formulasi

kebijakan berhasil dilakukan. Nugroho menyatakan imolentation myopia yang sering

terjadi di Indonesia alah satunya adalah “selama ini kita anggap kalau kebijakan sudah

dibuat, implementasi akan berjalan dengan semestinya”. Terkadang sumber daya

sebagian besar dihabiskan untuk membuat perencanaan, padahal justru tahap

implementasi kebijakan yang seharusnya memakan sumber daya paling besar, buakn

sebaliknya.

1.6.3.Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan penelitian ini peneliti juga meakukan review dari

penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun

penelitian yang juga menjadi panduan bagi peneliti adalah skripsi yang dilakukan

oleh Widya Wulandhari yang merupakan mahasiswi dari Universitas Andalas.

Dimana penelitian ini mebahas tentang bagaimana Badan Permusyawaratan

Nagari dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengawas wali nagari dalam

melakukan menjalankan perannya sebagai wali nagari dan menjalankan

peratuaran nagari yang telah disepakati antara Wali Nagari dan Badan

Permusyawaratan Nagari.

Selain itu peneliti juga meriview skripsi dari Andhika Della P dari

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dimana dalam pemnelitin ini membahas

(25)

Skripsi ii berisi tentang bagaimana perbandingan kinerja Badan Permusyawarah

Desa Plosorejo dan Desa Miri. Terdapat perbedaan kinerja Badan

Permusyawaratan Desa antara kedua desa ini, kinerja Badan Permusyawaratan

Desa Miri lebih aktif daripada Desa Plosorejo. Hal ini disebabkan karena berbagai

faktor yakni pendidikan, pekerjaan dan pengalaman. Serta dalam skripsi ini juga

membahas tentang pengawasan dalam pelaksanaan Peraturan desa oleh Kepala

Desa.

Terakhir Peneliti juga mereview skripsi yang berjudul Sistem Pemerintahan

Nagari di Minangkabau dengan Studi Kasus di Nagari Guguak VIII Koto

Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat. skripsi ini berisi tentang sistem

pemerintahan di Nagari Cingkariang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Agam Nomor 31 Tahun 2001 tentang Sistem Pemerintahan Nagari. Pembahasan

skripsi ini berisi tentang sistem pemerintahan nagarai yang diatur dalam peraturan

yang telah ditetapkan oleh Bupati Agam pada tahun 2001.

1.7. Metodologi Penelitian

1.7.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk melakukan

pemahaman yang cermat terhadap fenomena sosial berdasarkan gejala-gejalanya.

Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

(26)

masyarakat pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana

adanya.23. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data serta

fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan

disimpulkan.

1.7.2.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

jenis penelirian kualitatif. Aplikasi penelitian kualitatif ini adalah konsekuensi

dari konsekuensi metodologi dari penggunaan metode deskriptif. Bogdan dan

Taylor mengungkapkan bahwa metodololgi kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan prilaku yang diamati.24

Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses

penjaringan informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek.

Dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis

maupun praktis.

1.7.3.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data

yaitu data primer dan data sekunder. Diman data primer adalah dat ayng diperoleh

dari hasil wawancara dengan narasumber yang telah ditentukan, adapun yang akan

menjadi narasumber adalah sebagai berikut :

23

Hadari Nawawi. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 1987. hal. 63

24

(27)

a. Ketua Bamus Nagari Baringin yaitu Bapak Asli Dt. Sambilan Balik

b. Sekretaris Wali Nagari Baringin yaitu Bapak Fakhruddin

c. Wali Jorong Data Baringin yaitu Bapak A. Saidi Marajo

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti

buku, majalah, laporan, jurnal dan dokumen lainnya.

1.7.4.Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh untuk mendukung proses analisa, maka tahapan

selanjutnya adalah melakukan analisa data. Dalam analisa data ini, data yang

sudah terkumpul akan diolah yang kemudian akan di analisis untuk dapat

disimpulkan sebagai hasil dari penelitian. Metode analisa data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun

dan diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan terhadap masalah-masalah

yang aktual berdasarkan data-data yang sudah terkumpul dari penelitian.25

1.7.5. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti yaitu di Nagari Baringin

Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat.

1.8. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini lebih terperinci dan terarah, maka penelitian akan

dibagi dalam empat bab, yaitu :

25

(28)

BAB I : Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Deskripsi Singkat Objek Penelitian

Bab ini akan mendeskripsikan tentang lokasi penelitian berupa

profil dari Nagari Baringin, Wali Nagari serta Badan Musyawarah

Nagari Baringin.

BAB III : Peran Badan Musyawarah Nagari dalam Perumusan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari Baringin

Pada Bab III ini akan menyajikan tentang analisis hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB IV : Penutup

Bab IV ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan pada

Referensi

Dokumen terkait

Pada kesempatan yang baik ini, tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan pemikiran dalam

Gambar 5.10 merupakan dua sheet yang menampilkan data Child Outlet by Branch dalam bentuk grafik dan tabel.. Child Outlet by Branch adalah data berdimensi cabang dan

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang di publikasikan yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah, tabungan wadiah dan

Sebagai alat pengawasan manajemen, maka tujuan audit internal yaitu membantu seluruh tingkatan manajemen dalam memberikan jasa penilaian terhadap pengendalian dan

Pasal 1 angka 31 Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan Pajak Parkir adalah pajak yang dipungut atas

pada salinitas yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup larva udang galah ( Macrobrchium rosenbergii ) asahan.

Masker untuk memutihkan wajah dari beras yang merupakan cara merawat kulit wajah secara alami ini bisa Kita lakukan minimal 1 minggu sekali dan harus secara rutin untuk

1. Keterlibatan siswa Asrama Manik Hargo Gereja Santo Isidorus Sukorejo dalam mengikuti pembelajaran fisika pada pokok bahasan tekanan udara melalui Pembelajaran Berbasis