• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi Komposisi Senyawa Polyisoprenoid Pada Organ Vegetatif Tiga Jenis Mangrove Ikutan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deteksi Komposisi Senyawa Polyisoprenoid Pada Organ Vegetatif Tiga Jenis Mangrove Ikutan Chapter III V"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai Maret 2017.

Sampel dikumpulkan dari kawasan hutan mangrove Desa Lubuk Kertang,

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Isolasi lipid dari setiap sampel dilakukan di

Laboratorium PT. Socfin Indonesia, analisis kromatografi lapis tipis (Thin Layer

Chromatography) dan polyisoprenoid dilakukan di Laboratorium Fitokimia,

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan Laboratorium Budidaya Hutan

Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu

cutter dan gunting untuk memotong sampel menjadi bagian-bagian kecil, grinding

machiene (Foss) untuk menghaluskan sampel, oven, inkubator, desikator,

timbangan analitik, macropipettes (5-20 ml), micropippetes (5-200 µl), chamber,

bar magnetik, TLC plates, TLC cutter, botol kocok, botol serum, corong, spatula,

kamera, alat tulis, kantong plastik, aluminium foil, label name, silica gel dan

amplop sampel.

Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu bagian

organ vegetatif berupa akar dan daun R. communis, bagian akar dan daun

M. candidum, dan akar dan daun B. asiatica. Sedangkan bahan kimia yang

digunakan adalah, kloroform, metanol, aquades, etanol, KOH, heksan, toluen, etil

(2)

Prosedur Penelitian

Koleksi Sample

Daun dan akar tiga spesies mangrove dikumpulkan dari daerah

Desa Lubuk Kertang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Daun dan akar (sekitar

4-5 gram berat basah) dikumpulkan pada bulan September 2016. Tiga spesies

mangrove yang daun dan akar nya dikumpulkan adalah R. communis,

M. candidum, dan B. asiatica. Usia daun diperkirakan berumur 2-6 bulan.

Tumbuhan mangrove yang dikoleksi tumbuh dengan paparan sinar matahari

alami. Semua sampel segar disimpan dilemari es sebelum digunakan.

Ektraksi Lipid

Daun atau akar (masing-masing dengan berat 2 gram berat kering

diekstrak dengan klorofom/methanol (CHCL3/CH3OH; berdasarkan volume 2:1).

Kemudian diinkubasi pada suhu 40 ºC selama 24 jam. Dinding sel yang berisi

ekstrak dalam CM21 disaring dengan kertas filtrasi No. 2 (Advantec, Tokyo,

Jepang) dan yang tersisa adalah ekstrak lipid di dalam kloroform. Sebagian

ekstrak dimurnikan untuk dianalisis kandungan lipidnya seperti yang digambarkan

sebelumnya (Basyuni et al. 2007). Cairan ekstrak lipid yang pekat dikeringkan

kemudian ditimbang dan di dapatkan berat lipidnya. Sehingga dapat diketahui

kandungan total lipid/jaringan (mg/g jaringan).

Saponifikasi

Ekstrak lipid dari daun dan akar disaponifikasi pada suhu 65 ºC selama 24

(3)

2ml air (water) x sampel

2ml ethanol x sampel

0,45 KOH x sampel

Setelah 24 jam di inkubasi di waterbath, sampel dikeringkan dengan oven

bersuhu 50-55 ºC sampai sampel benar-benar kering.

Bahan kimia

Dolichol dari hati babi diperoleh dari Sigma. Campuran standar senyawa

dolichol (C90-C105) diisolasi dari testis kuda dan campuran polyprenol (C90-C100)

dari Malus sp (Swiezewska & Danikiewicz 2005). Standar dolichol (C95-C110)

berasal dari cakalang hati tuna (Ishiguro et al. 2014). Bombiprenone (C43)

dimurnikan dengan kromatografi silika gel NSL dari CHCL3/CH3OH (2:1)

berasal dari ekstrak daun kering Perilla dan fraksi yang sudah dimurnikan

dikonfirmasi dengan memiliki nilai m/z [M + Na].

Analisis dengan dua dimensi kromatografi lapis tipis

Dimensi pertama TLC dilakukan selama 60 menit diatas silika gel (20 x 3

cm) dengan sistem pelarut toluen-etil asetat (9:1), seperti yang dijelaskan oleh

(Sagami et al. 1992). Dalam analisis TLC, famili polyprenol bergerak sedikit

lebih cepat dari famili dolichol. Tepi longitudinal dari dimensi pertama TLC

dengan lebar 1 cm dan zona konsentrasi dari fase reverse C-18 TLC yang dijepit

dengan cara menggunakan dua bar magnetik (4,0 x 1,1 x 0,8 cm) dengan

mengahadap setiap fase gel. Plat TLC yang terikat kemudian dikembangkan tegak

lurus ke dimensi pertama untuk mentransfer polyprenol dan dolichol ke zona

(4)

Dimensi kedua fase reverse RP-18 silika gel TLC dilakukan dengan

pelarut aseton selama sekitar 30 menit. Posisi polyisoprenoid alkohol dipisahkan

dan dikembangkan dengan uap yodium (iodine vapor). Gambar kromatografi

yang diperoleh dan discan digital dengan seri printer Canon E400. Konsentrasi

polyprenol dan dolichol terdeteksi pada HPTLC RP-18 diukur menggunakan

ImageJ 1.46r (Schneider et al. 2012) dengan standar dolichol dan polyprenol

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Polyisoprenoid di Mangrove Ikutan

Penelitian dilakukan untuk menganalisis kandungan dan kuantifikasi

senyawa polyisoprenoid pada organ vegetatif tiga jenis mangrove ikutan. Dari

hasil ekstraksi daun dan akar R. communis, M. candidum, dan B. asiatica.

diperoleh total lipid dolichol dan polyprenol. Hasil ekstraksi yang diperoleh

terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Total lipid dan pembagian nilai dolichol dan polyprenol pada daun dan akar R. communis, M. candidum, dan B. asiatica.

% in total lipid % in polyisoprenoid Typ

nd = not detected/ tidak terdeteksi.

Penyebaran polyprenol dan dolichol dengan panjang rantai karbon dari

(6)

dari polyprenol dan dolichol dari masing-masing jaringan daun dan akar dari tiga

jenis mangrove ikutan. Total lipid dinyatakan sebagai perkiraan gravimetri fraksi

lipid. Berdasarkan Tabel 1, total lipid pada jaringan daun berkisar dari 606,5

sampai 860,6 mg/g dengan total lipid terkecil terdapat pada daun M. candidum

(606,5 mg/g) dan yang terbesar pada R. communis (860,6 mg/g), sedangkan total

lipid pada jaringan akar berkisar dari 528,4 sampai 595,0 mg/g dengan total lipid

terkecil ditemukan pada akar M. candidum (528,4 mg/g) dan total lipid terbesar

pada B. asiatica (595,0 mg/g). Jumlah polyisoprenoid terbesar pada jaringan daun

terdapat pada jaringan daun M. candidum (140,3 mg/g) dan pada jaringan akar

terdapat pada B. asiatica (46,8 mg/g), sedangkan nilai polyisoprenoid terkecil

terdapat pada jaringan daun dan akar R. communis masing-masing 20,4 mg/g dan

31,1 mg/g.

Basyuni et al. (2016) membagi polyprenol dan dolichol pada daun dan

akar kedalam tiga tipe (I, II, III). Tipe-I terdapat dominasi dolichol lebih dari 90%,

tipe-II mengandung kedua senyawa polyprenol dan dolichol pada jaringan

tumbuhan, sedangkan tipe-III dominasi senyawa polyprenol lebih dari 90%. Pada

jaringan daun dan akar ketiga jenis mangrove ikutan, dapat ditemukan ketiga tipe

diatas sedangkan pada jaringan akar dari ketiga jenis mangrove ikutan terbagi ke

dalam tipe-I dan II. Sama dengan pengamatan sebelumnya yaitu pada daun

mangrove Okinawa, tipe-I, II dan III juga ditemukan pada jaringan daun dan pada

pengematan akar mangrove juga hanya ditemukan tipe-I dan II

(Basyuni et al. 2016). Namun, hasil yang konsisten didapatkan pada tiga akar

(7)

polyprenol, sama dengan penelitian sebelumnya yang menemukan hal serupa pada

akar mangrove di Okinawa (Basyuni et al. 2016).

Daun dan akar B. asiatica dan akar R. communis masuk ke dalam tipe-I.

Sedangkan daun dan akar M. candidum termasuk kedalam tipe-II, dapat dilihat

jumlah polyprenol dengan panjang rantai yang mirip dengan dolichol ditemukan

pada dua jaringan ini (Gambar 2B dan 2E). Pada tipe-III, penemuan polyprenol

lebih dari 90%, yang juga sama dengan pengamatan saat penelitian pada

mangrove Okinawa (Basyuni et al. 2016), seperti yang ditunjukkan pada jaringan

daun R. communis yang termasuk kedalam tipe-III, karena pada jaringan ini hanya

ditemukan 100% polyprenol. Distribusi dari dominasi polyprenol lebih dari pada

dolichol, dan sama dengan tipe-III pada daun tidak terlihat pada jaringan akar dari

tiga jenis mangrove ikutan.

Pada jaringan akar dan daun R. communis dapat dilihat perbedaan rantai

panjang senyawa polyisoprenoid, meskipun pada jaringan daun dan akar

B. asiatica serta daun dan akar M. candidum ditemukan dolichol dan polyprenol,

namun terdapat perbedaan konsentrasi dolichol dan polyprenol (Gambar 2), hal ini

diduga karena perbedaan umur pada jaringan dan perbedaan lingkungan dari

masing-masing jenis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tateyama et al. (1999)

yang menyatakan distribusi rantai panjang polyprenol belum tentu sama dengan

rantai panjang dolichol di jaringan yang sama, hal ini juga didukung pernyataan

Suga et al. (1989) yang menyatakan konsentrasi polyisoprenoid pada tanaman

mengalami perubahan yang disebabkan oleh perbedaan umur dan juga musim.

(8)

jaringan tanaman dengan pertambahan umur dan dengan meningkatmya cekaman

lingkungan (Swiezewska & Danikiewiez 2005).

Analisis Kromatografi Lapis Tipis

Kandungan senyawa polyisoprenoid dari tiga jenis mangrove ikutan

dianalisis menggunakan metode kromatografi lapis tipis (Sagami et al. 1992,

Basyuni et al. 2016) dapat dilihat pada Gambar 2. Polyisoprenoid dengan rantai

panjang yang berbeda dipisahkan menjadi famili polyprenols dan dolichol.

Sedangkan Tabel 2 menjelaskan tentang penyebaran polyprenols dan dolichols

dengan panjang rantai karbon dari setiap famili.

(A) (B) (C)

(D) (E) (F)

Gambar 2. Analisis dua dimensi kromatografi dari daun B. asiatica (A), daun M. candidum (B), daun R. communis (C), akar B. asiatica (D), akar M. candidum (E), dan akar R. communis (F).

Identifikasi rantai panjang polyisoprenoid dari tiga jenis mangrove ikutan

pada daun dan akar menggunakan metode analisis kromatografi lapis tipis

(9)

polyprenol. Analisis polyisoprenoid pada jaringan daun dari tiga jenis mangrove

ikutan menunjukkan bahwa tipe-II lebih mendominasi dari pada hanya ditemukan

salah satu senyawa polyprenol atau dolichol. Pengamatan ini berlawanan dengan

daun dan akar pada hutan mangrove bahwa mayoritas polyisoprenoid alkoholnya

adalah dolichol daripada polyprenol. Berdasarkan hasil dari analisis kromatografi

lapis tipis dari polyisoprenoid dari jaringan daun dan akar B. asiatica, daun dan

akar M. candidum dan akar R. communis ditemukan dolichol dengan panjang

rantai masing C55-C140, C75-C100, C50-C115, C75-C90, dan C80-C90 (Tabel 2).

Dengan metode yang sama ditemukan juga senyawa polyisoprenoid

polyprenol pada jaringan daun B. asiatica, daun dan akar M. candidum, dan

jaringan daun R. communis dengan masing-masing panjang rantai C80-C95, C45

-C140, C80-C90 dan C60-C65 (Tabel 2). Menariknya, pada jaringan daun R. communis

tampak berbeda dengan yang lain, karena bahwa pada spesies ini hanya

mengandung rantai pendek polyprenol (C80-C90) sedangkan rantai panjang

dolichol dan polyprenol tidak terdeteksi. Penemuan ini serupa dengan penelitian

pada famili dari Euphorbiaceae, Lauraceae, Magnoliaceae, dan Moraceae

(Jankowski et al. 1994; Swiezewska et al. 1994; Marczewski et al. 2007)

Pada daun B. asiatica, rantai karbon pada dolichol ditemukan lebih

panjang (>C100 atau lebih) daripada polyprenol (C80-C95) (Gambar 2A dan 2B),

sedangkan pada akar M. candidum (Gambar 2E) rantai karbon dolichol dan

polyprenol tidak jauh berbeda meskipun sedikit lebih panjang pada rantai karbon

dolichol (C75-C90) dari polyprenol (C80-C90). Namun bagaimanapun, rantai karbon

dolichol yang ditemukan pada jaringan daun menujukkan bahwa hasil yang

(10)

(Skoczylas et al. 1994), yaitu dolichol tidak ditemukan pada jaringan daun,

sedangkan pada jaringan daun L. racemosa di mangrove Okinawa

(Basyuni et al. 2016) ditemukan dolichol. Perbedaan yang ada ini mungkin

disebabkan karena perbedaan usia pada daun dan kondisi lingkungannya.

Pengamatan ini menunjukkan bahwa jalur biosintesis dari polyprenol rantai

pendek, polyprenol rantai menengah, polyprenol rantai panjang dan dolichol yang

berbeda diatur dalam kerajaan tumbuhan, termasuk tumbuhan mangrove

(Chouda & Jankowski 2005).

Berbeda dengan daun M. candidum yang justru memperlihatkan panjang

rantai karbon polyprenol (>C100 atau lebih) ditemukan lebih panjang dibanding

dolichol (C50-C115) (Gambar 2B). Sedangkan pada daun R. communis (Gambar

2C), senyawa polyprenol 100% ditemukan dan tidak terdeteksi adanya senyawa

dolichol, hampir sama dengan akar B. asiatica dan akar R. communis yang 100%

ditemukan satu jenis senyawa, pada kedua jaringan tersebut hanya terdeteksi

senyawa dolichol dan tidak terdeteksi adanya polyprenol (Gambar 2D dan 2F).

Menurut Tateyama et al. (1999) bahwa rantai panjang dolichol bervariasi

pada setiap jaringan, bahkan pada spesies yang sama dan muncul untuk

membentuk famili yang berbeda dengan molekul spesies yang mendominasi.

Polyprenol juga terjadi menjadi satu atau dua keluarga polyprenol, khususnya

polyprenol tipe-fikaprenol (polyprenol rantai pendek) dan polyprenol rantai

panjang, tergantung pada tumbuhan dan jaringannya. Dua famili polyprenol

ditemukan pada daun M. candidun, temuan ini juga didukung dengan beberapa

penelitian sebelumnya pada dua famili polyprenol di jaringan daun tua dari

(11)

Tabel 2. Panjang rantai karbon pada pada daun dan akar R. communis, M.

Tabel 2 menggambarkan distribusi dolichol dan polyprenol pada

masing-masing daun dan akar dari tiga jenis mangrove ikutan B. asiatica, M. candidum,

dan R. communis. Dolichol ditemukan disemua jaringan kecuali pada jaringan

daun R. communis yang hanya ditemukan polyprenol rantai pendek, yakni

C60-C65. Senyawa bombiprenone (C43) terdeteksi pada daun B. asiatica dan

M. candidum (Tabel 2). Tidak ada senyawa polyprenol yang terdeteksi di akar

B. asiatica dan akar R. communis. Senyawa polyprenol pada akar hanya terdapat

pada akar M. candidum dalam jumlah kecil yakni C80-C90. Namun polyprenol

mendominasi pada daun M. candidum dengan rantai panjang C45-C140, dan

senyawa polyprenol terdapat pada semua jaringan daun.

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Basyuni et al. 2016), pada jaringan

daun H. tiliaceus yang termasuk kedalam mangrove ikutan, juga hanya ditemukan

rantai pendek polypernol. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Swiezewska et al. (1994); Tateyama et al. (1999); Swiezewska dan Danikiewska

(2005), yang menyatakan bahwa dalam dunia tumbuhan terutama pada jaringan

daun, polyprenol biasanya terdeteksi dengan konsentrasi yang berlimpah

(12)

Dolichol bertindak sebagai lipid pembawa gula dalam biosintesis

N-glikoprotein. Oleh karena itu, meskipun pada daun B. asiatica panjang rantai

dolichol lebih besar dari polyprenol dan sekalipun itu di jaringan daun tumbuhan

mangrove, hal ini dikarenakan bahwa reduktase polyprenol bertanggung jawab

untuk konversi dari polyprenol ke dolichol mungkin aktif pada jaringan daun

B. asiatica, seperti yang ditemukan pada hewan (Pattison & Amtmann 2009;

Cantagrel et al. 2010), dimana dolichol merupakan senyawa polyisoprenoid utama

dan hanya beberapa polyprenol dapat ditemukan (Chojnacki & Dallner 1988;

Daniels & Hemming 1990; Sagami et al. 1992).

Sedangkan dolichol yang ditemukan pada lima dari enam jaringan termasuk

akar dan daun, mendominasi pada ketiga jaringan akar mangrove ikutan, hanya ada

satu janis mangrove ikutan dari jaringan akar yang ditemukan kedua senyawa

polyprenol dan senyawa dolichol namun itupun dalam jumlah kecil. Seperti yang

bisa dilihat pada tabel 2, pada akar B. asiatica hanya ditemukan dolichol (C75-C100),

M. candidum dengan panjang rantai dolichol C75-C90, sedangkan pada jaringan akar

R. communis (C80-C90). Hasil ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang

melaporkan bahwa dolichol lebih dominan daripada polyprenol dengan rantai

panjang di akar Hevea brasiliensis (Tateyama et al. 1999), akar Coluria geoides

(Skorupinska-Tudek et al. 2003), dan akar tumbuhan mangrove (Basyuni et al.

2016).

Oleh sebab itu, jumlah besar dari dolichol yang ada bahkan pada lima dari

enam jaringan tiga jenis mangrove ikutan, menyiratkan bahwa polyprenol tidak

memainkan peran penting dalam beberapa jaringan mangrove ikutan, walaupun

(13)

yang jelas mungkin adalah hasil dari zona mangrove ikutan yang berada dipesisir

dengan kondisi iklim tropis atau subtropis. Dimasa mendatang, akan sangat penting

untuk memahami keberadaan dolichol pada tumbuhan mangrove ikutan ini yang

dapat berfungsi sebagai lipid pembawa gula dalam biosintesis N-glikoprotein

(Pattison & Amtmann, 2009; Cantagrel et al. 2010). Temuan ini menjelaskan

bahwa distribusi polyprenol dan dolichol ditemukan pada tiga jenis mangrove

(14)

KESIMPULAN

Analisis kromatografi lapis tipis dua dimensi dari jaringan daun dan akar

B. asiatica, daun dan akar M. candidum dan akar R. communis ditemukan

senyawa dolichol dengan panjang rantai masing C55-C140, C75-C100, C50-C115, C75

-C90, dan C80-C90, ditemukan juga senyawa polyisoprenoid polyprenol pada

jaringan daun B. asiatica, daun dan akar M. candidum, dan jaringan daun R.

communis dengan masing-masing panjang rantai C80-C95, C45-C140, C80-C90 dan

C60-C65. Jumlah polyisoprenoid terbesar terdapat pada jaringan daun M. candidum

(140,3 mg/g) dan pada jaringan akar pada B. asiatica (46,8 mg/g), sedangkan nilai

polyisoprenoid terkecil terdapat pada jaringan daun dan akar R. communis

masing-masing 20,4 mg/g dan 31,1 mg/g.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat

farmakologi dari tiga jenis mangrove ikutan R. communis, M. candidum, dan B.

Gambar

Tabel 1. Total lipid dan pembagian nilai dolichol dan polyprenol pada daun dan
Gambar 2. Analisis dua dimensi kromatografi dari daun B. asiatica (A),
Tabel 2 menggambarkan distribusi dolichol dan polyprenol pada masing-

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis yang dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dapat diterima karena hasil perhitungan Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI) dan Internal Rate

“Dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa seorang perempuan bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya anakku ini adalah perutku yang mengandungnya dan susuku yang menjadi minumannya,

JUDUL : UGM MILIKI GURU BESAR KEDOKTERAN WANITA PERTAMA DI INDONESIA. MEDIA :

Berdasarkan hasil temuan tersebut, perlu diadakannya sebuah tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada

Alasan utama dari perancangan model ini adalah guna mencari cara menciptakan media visual 3D Holographic yang mudah diciptakan dan diaplikasikan pada sebuah karya Motion

[r]

Hasil Penelitian: Hasil analisis uji wilcoxon signed rank test didapatkan bahwa p value = 0,003 (p value <  ) maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

Danny Salim, S.T., MTSCM sebagai dekan Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah mengizinkan saya dalam mengikuti kegiatan