i
ABSTRAK
Anak merupakan perhiasan kehidupan dunia yang menjadi kebanggan orangtua, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an (QS.Al-Kahfi:46), yang menyebutkan bahwa, “Kalau ada barang atau perhiasan dunia yang paling berharga, itulah anak namanya, dia mengalahkan seluruh harta lainnya, dia di atas segala sesuatu yang dimiliki”. Anak merupakan perhiasan kehidupan dunia yang menjadi kebanggaan orangtua. Karena itu betapa penting mengemban amanah Allah untuk merawat, mengasuh dan mendidik anak. Dalam hukum Islam hak asuh anak dapat diberikan pada orangtua yang masih hidup, dan jika salah satunya meninggal maka kewajiban mengasuh anak jatuh kepada orangtua yang masih hidup. Demikian pula halnya apabila terjadi perceraian maka hak asuh anak yang masih dibawah umur pada umumnya jatuh kepada pengasuhan ibunya. Apabila kedua orangtuanya telah meninggal dunia maka hak pengasuhan anak dapat diberikan kepada keluarga yang terdekat yang dalam hukum Islam adalah garis keturunan ayah untuk anak yang masih di bawah umur. Namun hak pengasuhan anak tersebut dapat saja beralih ke garis keturunan ibunya, jika wali dari pihak ayah lalai dalam melaksanakan hak pengasuhanya sebagaimana yang telah ditentukan dalam undang-undang melalui suatu putusan pengadilan agama. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya pembatalan hak asuh terhadap anak-anak yang masih dibawah umur, bagaimana akibat hukum dari pengalihan hak asuh anak akibat Putusan Pengadilan Agama No. 50/Pdt.G/2006/PA.Medan, dan apakah dasar pertimbangan hukum hakim Pengadilan Agama dalam menetapkan hak asuh anak pada putusan tersebut.
Jenis penelitian tesis ini adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis, maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum terhadap anak-anak yang masih dibawah umur (belum mummayiz) yang di asuh oleh walinya. Dari pendekatannya penelitian ini bersifat memaparkan, menganalisa permasalahan yang ada dan kemudian menarik kesimpulan yang menjadi inti dari solusi permasalahan tersebut. Analisa data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang selanjutnya dilakukan evaluasi dan analisa secara kualitatif untuk membahas permasalahan yang ada berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan hukum terhadap anak dibawah umur yang diasuh oleh walinya dengan menggunakan metode deduktif. Uraian hasil analisa dideskripsikan secara kualitatif dengan menggunakan interpretasi dan logika hukum, sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dalam menjawab permasalahan dan membuat kesimpulan serta saran yang bermanfaat.
Hak pengasuhan anak di bawah umur dapat batal disebabkan karena orangtua dipandang tidak cakap di mata hukum sehingga dicabut kekuasaannya oleh hakim, penunjukkan hakim kepada keluarga yang mempunyai perioritas urutan hak pengasuhan anak di bawah umur, pencabutan kekuasaan pengasuhan keluarga atas keputusan pengadilan, faktor psikologis anak. Putusan Pengadilan Agama No. 50/Pdt.G/2006/PA.Medan menimbulkan akibat hukum pengalihan hak asuh anak dari paman (pihak ayah) ke nenek (pihak ibu) termasuk pengalihan hak-hak keperdataan serta harta si anak. Pertimbangan hukum putusan majelis hakim pengadilan agama berdasarkan kepada asas hadhanah harus berada di tangan pengasuh (hadniah) yang bertempat tinggal bersama-sama dengan yang diasuhnya.
Perlu dipertimbangkan faktor psikologis dan keamanan anak yang berada dibawah pengasuhan dari pengasuhnya, pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan agama hendaknya dilakukan sesuai prosedur yang berlaku dengan mengedepankan prinsip musyawarah dan kekelargaan dalam pengalihan hak asuh tersebut, putusan pengadilan agama hendaknya bermanfaat bagi perkembangan psikologis anak tersebut dalam upaya memberikan perlindungan hukum melalui hak pengasuhan.
Kata Kunci : Hak Asuh, Pembatalan, Hukum Islam