• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Melalui Online Dispute Resolution (ODR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Melalui Online Dispute Resolution (ODR)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ciri bisnis atau perekonomian yang paling menonjol pada era

globalisasi adalah moving quickly (bergerak cepat). Perubahan dan pergeseran

yang cepat dalam era super industrialis sekarang telah mengantar umat manusia

kesuatu kehidupan “dunia tanpa batas” (borderless world).1 Keadaan ini

digambarkan John Naisbitt sebagai perubahan yang dihadapi manusia. Dunia yang

dihuni manusia telah berubah menjadi global village (perkampungan global)

dengan sistem perekonomian single economy. Lebih lanjut, Naisbitt menyebutkan

“The World moving from trade countries to a single economy, one

economy,one market place”.2

Atau jika diartikan bahwa sekarang ini perdagangan tidak lagi dibatasi hanya satu

wilaya atau negara, dunia bergerak menjadi ekonomi tunggal, satu ekonomi, satu

pasar yang disebut juga perdagangan internasional.

Perdagangan internasional telah lama ada sejak munculnya negara

kebangsaan, yang merupakan bentuk awal negara dalam arti modern. Awal

munculnya perdagangan internasional ditandai dengan perdagangan di jalur sutera

yang diramaikan oleh para pedagang dan pembeli dari berbagai wilayah.3

Perdagangan antar wilayah ini pada mulanya terjadi karna terdapat saling

1Kenichi Ohmae, Borderless World, Harper Business (Printed in USA : Maknisey Company Inc. 1990), hlm. 12

2 John Naisbitt,,Pan Books (Published in Great Britain Sidgwick & Jackson Ltd. 1990), hlm. 2

(2)

ketergantungan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi melalui sumber daya yang

terdapat di daerah tempat tinggalnya. Jadi, secara singkat perdagangan

internasional adalah perdagangan yang dilakukan antara Negara yang satu dengan

Negara yang lain. Seperti tersebut diatas bahwa bisnis internasional merupakan

kegiatan bisnis yang dilakukan melewati batas - batas suatu Negara.4 Transaksi

bisnis seperti ini merupakan transaksi bisnis internasional. Adapun transaksi

bisnis yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang sering disebut

sebagai Perdagangan Internasional (International Trade).5

Hal yang turut menstimulasi perkembangan perdagangan internasional

adalah penggunaan internet.6 Saat ini penggunaan internet bukan hanya sebatas

pada pemanfaatan dalam mencari informasi, melainkan juga digunakan sebagai

sarana untuk melakukan transaksi perdagangan yang biasa disebut e-commerce.7

Keberadaan transaksi e-commerce menawarkan praktek dagang yang praktis dan

cepat bagi pihak yang melakuakan transaksi perdagangan terutama perdagangan

internasional. Yang artinya dengan pengunaan internet dalam kegiatan bisnis

internasional itu dapat memperpendek jarak, memperingan biaya,

menyederhanakan proses. 8

Diperkirakan intensitas transaksi bisnis baik domestik ataupun

internasional meningkat setiap harinya. Semakin banyak serta luasnya kegiatan

4

Kenichi Ohmae,op cit, hlm 12

5 Surya, Hukum Bisnis : Sengketa Bisnis

https://www.academia.edu/8616155/Hukum_Bisnis_Sengketa_Bisnis (diakses pada tanggal 12 Mei 2017, Pukul 01.00 WIB).

6 Doni Wijayanto, Internet Merubah Perdagangan Internasional, http://yuridis.com/internet-merubah-perdagangan-internasional/, Diakses Pada Tanggal 16 Juli 2017. Pukul 14. 38 WIB

7

Erie Hariyanto, Problematika dan Perlindungan Hukum E-comerce di Indonesia,

https://www.academia.edu/28112284/PROBLEMATIKA_DAN_PERLINDUNGAN_HUKUM_E -COMMERCE_DI_INDONESIA, diakses Pada Tanggal 16 Juli 2017, Pukul 14.33 WIB

(3)

perdagangan, maka akan memicu meningkatnya frekuensi sengketa pula. Dalam

survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

(APJII) April 2016 menyatakan dari 256,2 juta orang di Indonesia, 132,7 juta

orang menggunakan internet. Dan dari 132,7 juta orang tersebut 63,5 %

melakukan transaksi online.9 Hal ini sangat membuka peluang akan terjadinya

sengketa antara pengguna jasa internet. Beragam sengketa yang timbul dari

kegiatan bisnis atau aktivitas komersial itu secara umum disebut sengketa bisnis

atau sengketa komersial.10

Secara konvensional, penyelesaian sengketa komersial pada umumnya

diselesaikan melalui pengadilan (litigasi).11 Namun dalam prakteknya proses

litigasi menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversarial yang belum mampu

merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat

dalam penyelesaian, membutuhkan biaya yang mahal, tidak responsif, dan kadang

menimbulkan permusushan antara pihak yang bersengketa.12 Padahal setiap

sengketa bisnis yang terjadi tentunya harus diselesaikan secara cepat. Karena

membiarkan sengketa dagang / bisnis terlambat diselesaikan akan mengakibatkan

pembangunan ekonomi tidak efisien, produktifitas menurun, dunia bisnis mandul,

biaya produksi meningkat dan berujung pada kesejahteraan dan kemajuan social

kaum pekerja terhambat.13

9 APJII 2016 https://apjii.or.id/content/read/39/264/Survei-Internet-APJII-2016 (diakses pada tanggal 12 Mei, Pukul 10.54 WIB)

10Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrage Dalam Sengketa Komersil (untuk Penegakan

Keadilan), Tatanusa : Jakarta, 2004,hlm. 5. 11Ibid., hlm 28.

12Nugroho Susanti Adi, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya , Kencana: Jakarta, 2015, hlm 1-2.

(4)

Penyelesaian sengketa bisnis pada era globalisasi memiliki ciri “moving

quickly” (bergerak cepat), menuntut cara - cara yang “informal procedure and be

put in motion quickly” (prosedur yang tidak formal dan cepat).14 Oleh karena itu

perlu suatu sistem yang tepat, efektif dan efisien. System tersebut harus

mempunyai kemampuan penyelesaian sengketa dengan sederhana, cepat dan

biaya ringan.15 Dengan melihat kondisi di atas yang terjadi dengan segala

tuntutannya dalam penyelesaian sengketa bisnis, maka peluang alternatif untuk

penyelesaian sengketa sangat diperlukan.16

Bagaimana cara menyelesaikan perselisihan yang terjadi di dunia bisnis ,

terutama di dunia bisnis internasional yang sebagaimana diketahui ini merupakan

kegiatan ekonomi lintas wilayah namun dibutuhkan penyelesaian yang cepat dan

praktis juga.17 Berdasarkan hal tersebut munculah gagasan menarik yaitu

bagaimana cara menyelesaikan perselisihan perdata melalui mekanisme

penyelesaian sengketa yang bisa melalui Internet yang berpijak pada inovasi

system Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut “APS”), dan

munculah Online Dispute Resolution (selanjutnya disebut “ODR”). 18ODR

sederhanaya adalah suatu cara penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui

media internet, dalam arti bahwa proses penyelesaiannya dilakukan oleh para

pihak yang berada di wilayah yang berbeda tanpa perlu bertemu secara langsung

14 M. YahyaHarahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilandan Penyelesaian

Sengketa (Bandung :PT Citra AdityaBakti, 1997),hlm. 280 - 281

15Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty,2002) hlm.36.

16Huala Adolf, Arbitrase Komersial Internasional dari.., op cit hlm 13.

17Rafal Morek, 2005, Jurnal: “Regulation of Online Dispute Resolution: Between Law and Technology), URL:http://www.odr.info/cyberweek/Regulation %20of%20ODR_Rafal%, diakses pada Sabtu 28 Mei 2017, hlm 5.

(5)

(face to face).19 Pada dasarnya, ODR sama seperti penyelesaian sengketa

konvensional lainnya. Perbedaannya terletak pada medianya yang menggunakan

media Internet (International Network). ODR termasuk ke dalam APS, dimana

APS memiliki 3 (tiga) tipe penyelesaian sengketa, yaitu negosiasi, mediasi dan

arbitrase.20

Selanjutnya, gagasan tersebut dikembangkan menjadi mekanisme arbitrase

online yang difungsikan untuk menyelesaikan sengketa akibat perbuatan hukum

secara elektronik khususnya dan sengketa lain pada umumnya. Objeknya terutama

pada sengketa yang berdasarkan undang-undang memang dapat diselesaikan

melalui proses penyelesaian sengketa alternatif. Beberapa institusi seperti

Villnova Law School di Amerika Serikat telah menyelenggarakan Virtual

Magistrate pada tahun 1996.21 Juga, Universty of Massaschusets di Armheerst

telah menyelenggarakan penyelesaian sengketa secara online sejak tahun 1996

dalam bentuk Arbitrase Online di bawah the Uniform Domain Name Disputes

Resolution Policy.22

Penggunaan teknologi informasi dalam sistem penyelesaian sengketa

perdata khususnya penyelesaian sengketa online (ODR) sangat membantu para

pihak yang berada di lintas negara sehingga dapat memperpendek jarak,

memperingan biaya, menyederhanakan proses dan mempercepat penyelesaian.23

Namun selain memberikan keuntungan, disisi lain penggunaan teknologi

informasi dalam penyelesaian sengketa dapat menimbulkan permasalahan.

19Basarah,Prosedur Alternatif Penyelesaian Sengketa ; Arbitrase Tradisional dan Modern (Online), (Yogyakarta: Genta Publishing, 2011 ) hlm 92.

20 I Made Widnyana,Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase, (Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 2014) hlm 47.

21

Paustinus Siburian, Arbitrase Online (Jakarta: Djambatan, 2004), hlm 18 22

Ibid

(6)

Masalah mendasar menyangkut sistem ODR adalah masalah perjanjian

yang dapat berubah dari suatu sistem hukum ke sistem hukum yang lain

dikarenakan hukum positif masing-masing pihak yang berbeda.24 Salah satu syarat

pembentukan perjanjian arbitrase adalah adanya pilihan forum yang akan menjadi

penyelesaian sengketa yang mungkin terjadi.25 Pemilihan forum pada umumnya

mempertimbangkan beberapa hal diantaranya adalah tempat ditandatanganinya

perjanjian, tempat pelaksanaan perjanjian dan domisili pihak yang mengajukan

sengketa. 26

Secara normatif, pengaturan mengenai Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa di Indonesia dapat ditemukan dalam UU No. 30 Tahun

1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut

“UU Arbitrase dan APS”). Namun demikian, legitimasi keberadaan arbitrase

online dan aturan pelaksanaan yang mengatur bagaimana arbitrase online itu

dijalankan sendiri tidak diatur secara jelas dalam peraturan tersebut. Apabila

pengaturan pelaksanaan arbitrase online diserahkan kepada para pihak untuk

mengaturnya sendiri, dikhawatirkan tidak ada standar yang baku tentang

pelaksanaan arbitrase online yang efektif dan efisien.27 Di samping itu ada juga

banyak hambatan khususnya menyangkut sarana dan prasarana pelaksanaan

arbitrase online.28

24Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Online Dispute Resolution dan Pemberlakuannya di Indonesia, https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/viewFile/16298/10844, diakses Pada Tanggal 27 Mei 2017, Pukul 00.01 WIB

25 Ibid

26Sunaryati Hartono, “Pokok – Pokok Hukum Perdata Internasional”, (Bandung : Karya

Nusantara, 1976) hlm 70 27

Bambang Sutiyoso, op cit

(7)

Dalam konteks itulah Penulis berupaya membahas beberapa hal yang

berkaitan dengan penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR. Proses ODR,

Putusan ODR yang dilakukan suatu lembaga ODR Virtual Magistrate. Penulis

berusaha untuk menggali lebih dalam mengenai aspek hukum arbitrase dalam

bidang bisnis dengan menganalisis pengaturan arbitrase dan pengaturan mengenai

transaksi atau perikatan secara elektronik atau online melalui internet. Dengan

demikian, skripsi ini diharapkan mampu memberi wacana yang lebih jelas

mengenai ODR dan seberapa jauh aturan perundang-undangan di Indonesia

mengatur penyelesaian sengketa bisnis internasional baik yang dilakukan secara

langsung maupun yang dilakukan melalui internet dan kemungkinan alternatif

penyelesaian sengketa bisnis internasional melalui ODR dapat diberlakukan di

Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adapun rumusan masalah

dalam skripsi ini adalah:

1.Bagaimana penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan hukum di Indonesia ?

2.Bagaimana proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR ?

3.Bagaimana kedudukan odr dalam penyelesaian sengketa bisnis

berdarkan hukum di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Adapun tujuan

(8)

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan hukum

di Indonesia

b. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR.

c. Untuk mengetahui kedudukan ODR dalam penyelesaian sengketa

bisnis berdarkan hukum di Indonesia.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Skirpsi ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan,

khususnya pada Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional dalam

penyelesaian sengketa bisnis internasional melalui ODR dapat

diselesaikan tanpa menimbulkan konfrontasi antar negara.

b. Secara Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran yuridis kepada kalangan

perdagangan internasional tentang jenis penyelesaian sengketa melaui

ODR.

D. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan

skripsi berjudul “Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Melalui Online

Dispute Resolution”, terlebih dahulu dilakukan penelusuran terhadap judul skripsi

yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara melalui surat tertanggal 19 April

(9)

Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media

internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain

yang mengangkat judul tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah di luar

sepengetahuan penulis dan tentu saja substansinya pasti berbeda dengan substansi

yang ada dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini

didasarkan kepada defenisi - defenisi, teori - teori, dan aturan hukum yang

diperoleh melalui referensi media cetak dan media elektronik. Oleh karena itu,

Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Tinjauan Kepustakaan

Adapun Tinjauan Kepustakaan tentang skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Sengketa Bisnis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud sengketa adalah

sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan:

perkara, pertikaian, perselisihan. Sedangkan, bisnis adalah usaha komersial dalam

dunia perdagangan, bidang usaha, usaha dagang. Dari kedua kata tersebut

dapatlah disimpulkan bahwa sengketa bisnis adalah perbedaan pendapat atau

perselisihan yang terjadi di dalam usaha komersial atau perdagangan.

Di dalam Pasal 2 UU Arbitrase Dan APS dikatakan bahwa:

“Undang-undang ini mengatur penyelesaian sengketa atau beda pendapat antar para pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu yang telah

mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegasmenyatakan bahwa

(10)

dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase

atau melalui alternative penyelesaian sengketa.”29

Di dalam pasal di atas dikatakan bahwa sengketa adalah beda pendapat antar para

pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu yang telah mengadakan penrjanjian.

2. Penyelesaian Sengketa Bisnis

Secara umum pola penyelesaian sengketa bisnis dapat dibagi menjadi dua,

yaitu melalui pengadilan dan melalui alrternatif penyelesaian sengketa.30

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian

sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaiakan oleh pengadilan.31

Alternative Dispute Resolution (ADR) atau Alternatif Penyelesaian

Sengketa (APS) adalah lembaga penyelesaian sengketa di luar pengadilan

berdasarkan kesepakatan para pihak dengan mengesampingkan penyelesaian

sengketa secara litigasi di pengadilan.32

Menurut Priyatna Abdurrasyid, alternatif penyelesaian sengketa adalah

sekumpulan prosedur atau mekanisme yang berfungsi memberi alternative atau

pilihan suatu tata cara penyelesaian sengketa melalui bentuk APS/Arbitrase

(negosiasi dan mediasi) agar memperoleh putusan akhir dan mengikat para pihak

secara umum, tidak selalu dengan melibatkan intervensi dan bantuan pihak ketiga

yang independen yang diminta membantu memudahkan penyelesaian sengketa

tersebut.33

29

Indonesia (Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa), Undang-Undang tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, UU No. 30 Tahun 1999, LN Tahun 1999 Nomor 138, TLN Nomor 3872.

3030

Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya, (Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), hlm. 15

31Ibid, hlm 15 32

Ibid, 15 33

(11)

Menurut M. Husseyn Umar, penyelesaian yang tidak melalui pengadilan

ini disebut sebagai Alternative Dispute Resolution atau penyelesaian sengketa

alternatif.34

3. Bisnis Internasional

Bisnis Internasional adalah transaksi bisnis yang dilakukan oleh suatu

Negara dengan Negara lain yang artinya kegiatan bisnis dilakukan melewati batas

– batas suatu Negara. 35

Huat, T Chwee, mengartikan bisnis dalam arti luas yaitu suatu istilah

umum yang menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi

barang atau jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis berperan sebagai suatu

sistem yang memproduksi barang atau jasa demi memuaskan kebutuhan

masyarakat. Tujuan dari semuanya yaitu mendapatkan keuntungan dari upaya

memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan bagi orang yang mengusahakan dalam

mengusahakan uang dan waktunya dengan menjalankan kegiatan bisnis disebut

entrepreneur.36

Glos, Steade dan Lowry, menurut mereka bisnis merupakan sekumpulan

aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan

mentransformasikan berbagai sumber daya menjadi barang atau jasa yang

diinginkan konsumen.37

34M. Husseyn Umar, “ Beberapa Masalah Dalam Penerapan ADR”, Makalah disampaikan pada Lokarnya Nasional Menyonsong Pembangunan Hukum Tahun 2000, diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dengan BAPENAS tanggal 2-3 desember 1996, (Bandung, 1996), hlm.1

35Deka Sembiring, Buku Ajar Pengantar Bisnis, (Bandung : PT Citra Aditya, 2014), hlm. 23

36

Pengertian Bisnis Menurut Para Ahli, http://dilihatya.com/1326/pengertian-bisnis-menurut-para-ahli, Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2017, Pukul 23.00 WIB

(12)

Ball, McCullach, Frantz, Geringer, dan Minor, mengartikan bahwa bisnis

internasional merupakan suatu bisnis yang kegiatannya melampui batas negara,

yang mencakup perdagangan internasional, pariwisata, transportasi dan yang

lainnya. 38

4. Online Dispute Resolution

Online Dispute Resolution (ODR) atau Penyelesaian Sengketa Online

adalah proses penyelesaian sengketa alternatif yang menyelesaikan klaim atau

perselisihan dengan menggunakan teknologi berupa internet sebagai fasilitasnya.

ODR dapat digunakan untuk perselisihanyang timbul dari transaksi online,

e-commerce, dan perselisihan lainnya yang timbul tanpa melibatkan internet

"offline"39

Gabrielle Kaufmann-Kohler dan Thomas Schultz memberikan pendapat

mengenai definisi daripada ODR, yaitu ;

“ODR is usually defined either as a sui generis form of dispute resolution or as online alternative dispute resolution (online ADR).”40

Berdasarkan pendapat tersebut dapat didefinisikan bahwa ODR dikatakan sebagai

jenis penyelesaian sengketa alternatif secara online.

F. Metode Penelitian

Metode merupakan cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Maksud

metode ini ialah supaya kegiatan praktis dapat terlaksana secara rasional dan

38Donald Ball, Wendell H. McCulloch, Paul L. Frantz, Michael Geringer, Michael S.

Minor International Business: The Challenge of Global Competition (U.S: McGraw-Hill Higher Education, 2005) hlm 6

39“International Journal Online Dispute Resolution”

http://www.americanbar.org/content/dam/aba/migrated/2011_build/dispute_resolution/consumero dr.authcheckdam (diakses pada tanggal 12Mei 2017 Pk.10.00 WIB)

40

(13)

terarah agar mencapai hasil optimal.41 Dalam penulisan skripsi ini, metode yang

dipakai adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

hukum normatif. Metode pendekatan yuridis normatif adalah suatu penelitian

yang mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku

dalam masyarakat, dan menjadi acuan perilaku setiap orang.42 Sedangkan yang

dimaksud dengan penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang

bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu

peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.43 Dalam skripsi

ini penulis membahas mengenai penerapan ODR sebagai suatu penyelesaian

sengketa yang baru dan dikaitkan

2. Data dan Sumber Data

Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang mengikat dan terdiri dari

norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan, bahan hukum yang

tidak dikodifikasikan, yurisprudensi dan traktat. 44 Dalam penelitian ini

bahan hukum primer adalah peraturanperundang-undangan yang

berhubungan dengan perjanjian / kontrak, Transaksi Elektronik, arbitrase

dan peraturan lainnya yang terkait. Bahan hukum primer yang penulis

gunakan, antara lain :

41Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm 15

42 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : Citra Aditya

Bakti,2004) hlm.52. 43

Ibid

44Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

(14)

1) New York Convention On The Recognition Of Foreign Arbitral

Awards 1958,

2) UNCITRAL Model Law On 1985,

3) China International Economic and Trade Arbitration Comission

(CIETAC) Online Arbitration Rules ,

4) Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,

5) Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,

6) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

7) Dan juga peraturan – peraturan lainnya yang berkaitan dengan arbitrase.

b. Bahan hukum sekunder yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer.45 Dalam penelitian ini berupa literatur yang berkaitan

dengan perjanjian/kontrak, transaksi elektronik, dan arbitrase. Literatur

yang digunakan antara lain, buku, jurnal ilmiah baik nasional dan

internasional serta makalah, hasil penelitian, skripsi dan thesis.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

atau petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder.46 Dalam

penelitian berupa kamus hukum, ensiklopedia, dan website resmi dari

internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

45Ibid, hlm 13.

(15)

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka

digunakan metode pengumpulan data dengan cara47 : Studi kepustakaan, yaitu

mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis bukubuku, surat kabar,

makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundangundangan dan

bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data

berikut dengan analisisnya.48 Metode analisis data dilakukan dengan metode

kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif.

Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode

penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan

secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui

dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih

khusus.49 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal

dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada

kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.50 Penarikan kesimpulan

terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode

penarikan kesimpulan secara deduktif maupun induktif, sehingga akan dapat

merangkum jawaban terhadap permasalahan yang telah disusun.51

G. Sistematika Penulisan

47Ibid, hlm24

48Soerjono Soekanto, op cit, hlm. 69.

49 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11.

50Ibid., hlm. 10.

(16)

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa

sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang

dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB I. berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II memuat kedudukan penyelesaian sengketa bisnis berdasarkan

hukum di Indonesia. Dalam bab ini berisi tentangtinjauan umum tentang

penyelesaian sengketa bisnis, penyelesaian sengketa bisnis melalui pengadilan

berdasarkan hukum di Indonesia, dan putusan sidang penyelesaian sengketa bisnis

di luar pengadilan berdasarkan hukum di Indonesia.

BAB III berisi proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR. Dalam

bab ini berisi tentangtinjauan umum penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR,

proses penyelesaian sengketa bisnis melalui ODR.

BAB IV akan membahas kedudukan ODR dalam penyelesaian sengketa

bisnis berdarkan hukum di Indonesia. Dalam bab ini berisi tentang sumber hukum

terkait ODR dalam hukum Indonesia, kedudukan ODR dalam hukum Indonesia,

kekuatan mengikat keputusan ODR, peluang menerapkan ODR di Indonesia

BAB V adalah penutup. Pada bab terakhir ini akan dikemukakan

kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang merupakan

ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran yang penulis

Referensi

Dokumen terkait

kebersihan yang mengelola sampah tanpa menggunakan alat pelindung diri dengan menelan telur cacing tersebut yang melekat pada tangan yang tidak memakai

Tidak seperti model tutorial yang memberikan pendahuluan berupa materi kemudian berlanjut ke tahap akhir dimana pengguna dihadapkan pada soal – soal layaknya ujian, pada

Dengan mengamati gambar yang menunjukkan contoh sila pertama Pancasila di sekolah yang disajikan pada grup WhatsApp/Zoom/Google Meet , siswa dapat menunjukkan

Sebaran melintang suhu (Gambar 3a dan 4a) menunjukkan perairan dekat pantai (stasiun 4 dan 5) dan perairan selat (stasiun 2 dan 3) mempunyai sebaran suhu lebih

At dahil sa kanila, magpahanggang ngayon, nakikilala natin para sa atin ang sinabi ni San Agustin, “Si Hesus ay naglaho sa ating mga mata, upang matagpuan natin siya sa

Orang tua yang memiliki anak autis diharapkan mampu membangun sikap yang tepat agar dapat membantu anaknya yang autis secara tepat pula. Orang tua terlebih dahulu harus bisa

You’ll look at the various options on the TypeScript compiler, learn how to create declaration files for third-party JavaScript libraries, and see how to include TypeScript in

[r]