• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Sel Epitelium dan Sel Infsi pada MukosaOralPengguna Tambalan Amalgam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Sel Epitelium dan Sel Infsi pada MukosaOralPengguna Tambalan Amalgam"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amalgam adalah salah satu bahan yang paling sering digunakan untuk perawatan restoratif terutama pada daerah posterior. Biaya yang relatif murah, mudah digunakan dan tahan lama adalah alasan mengapa amalgam menjadi bahan tumpatan populer.1,2Hanya saja banyak kontroversi yang terjadi di kalangan tenaga medis terkait keamanan amalgam terutama kandungan merkuri yang berbahaya bagi tubuh pasien dan berpengaruh dalam jangka waktu lama. Toksisitas merkuri menjadi salah satu alasan banyak tenaga medis dokter gigi mulai meninggalkan amalgam.2

Merkuri adalah satu-satunya jenis logam yang berbentuk cair. Merkuri bersifat toksis sehingga berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh manusia.3Sumber paparan merkuri pada praktik dokter gigi berasal saat penanganan amalgam.4Salah satu risiko utama dari amalgam adalah pelepasan uap merkuri dari amalgam yang terjadi selama penggunaannya di dalam mulut .5Uap merkuri dapat lepas dari tambalan amalgam selama semua langkah yang terlibat saat restorasi seperti triturasi, kondensasi, setting, polishing dan pelepasan tambalan amalgam dari gigi. Mengunyah dan minum minuman panas juga dapat melepaskan merkuri dari tambalan amalgam.6

Hasil penelitian dengan menggunakan binatang menyatakan adanya uap merkuri dilepaskan secara terus-menerus dari tumpatan amalgam dan akan diserap dan terakumulasi di jaringan dan organ, hal ini didukung dengan sejumlah penelitian termasuk penelitian pada jenazah dimana kadar merkuri pada jaringan tubuh manusia yang memiliki tumpatan amalgam lebih tinggi dibandingkan yang tanpa tumpatan.7

Tanda-tanda klasik dari paparan merkuri kronis adalah gingivitis, kehilangan tulang alveolar, kehilangan gigi, ulser pada rongga mulut dan saliva berlebih. Menurut Trivedi dan Talim yang telah melakukan analisis histologi pada jaringan gingiva terdekat dengan tambalan amalgam, terjadi 62,5% reaksi inflamasi pada jaringan yang berkontak dengan amalgam. Dimana sel inflamasi muncul dari

(2)

pembuluh darah dan mengarah ke tempat asal injuri.8Sebagai lapisan terluar, oral mukosa akan melindungijaringan rongga mulut dari lingkungan eksternal. Oral mukosa akan melakukan proses adaptasi pada epitel dan jaringan ikat untuk menahan gaya mekanis dan abrasi yang disebabkan aktifitas normal seperti mastikasi. Selain itu, lapisan epitel mulut akan bertindak sebagai pelindung terhadap populasi mikroorganisme yang tertinggal di rongga mulut yang dapat menyebabkan infeksi bila masuk ke dalam jaringan.9Pada pemeriksaan haematoxiline-eosin histopatologi menunjukkan jaringan ikat terakumulasi sel inflamasi kronik termasuk sel giantmultinucleated akibat material amalgam.10 Mereka juga menemukan bahwa prosedur restorasi secara klinis pada gigi posterior klas 2 amalgam menyebabkan inflamasi gingiva secara langsung yang ditandai dengan eritema dan peningkatan kedalaman sulkus.7

Hubungan reaksi alergi akibat hipersensitivitas terhadap bahan restorasi telah dipelajari secara ekstensif. Bahan seperti amalgam telah lama diidentifikasi sebagai alergen pada rongga mulut.8 Suatu tinjauan dari kasus-kasus yang dilaporkan sebagai hipersensitivitas terhadap merkuri akibat terpajan pada dental amalgam. Djerassi dan Berova pada tahun 1999 melaporkan bahwa pada sekitar 16% pasien menunjukkan reaksi positif terhadap tes epikutan yang dilakukan dengan amalgam dan senyawanya.8 Bentuk hipersensitivitas dari penggunaan tambalan amalgam adalah dengan munculnya amalgam tattoo yang sering terlihat pada mukosa bukal, ginggiva ataupun palatum.10Adanya dental amalgam dapat menyebabkan perubahan warna dan peningkatan konsentrasi pada gigi yang direstorasi serta gigi tetangganya. Kehadiran dental amalgam juga mempengaruhi mukosa oral dan menginduksi perubahan warna, amalgam tattoo, lichen planus dan leukoplakia.11

Siblerud pada tahun 2008 melakukan penelitian terhadap perbandingan parameter kesehatan rongga mulut pada 50 subyek menggunakan amalgam dengan 51 subyek tanpa menggunakan amalgam. Pada kelompok yang menggunakan amalgam menunjukkan pendarahan gingiva berlebih, penyakit periodontal, dan nafas busuk daripada kelompok tanpa menggunakan amalgam. Peneliti juga melakukan penelitian terhadap 86 subyek yang di survey sebelum dan sesudah pelepasan amalgam. Hasil

(3)

dari penelitian tersebut adalah 86% gejala-gejala di rongga mulut seperti perdarahan gingiva, penyakit periodontal dan nafas busuk berkurang setelah pelepasan amalgam.12 Amalgam masih digunakan saat ini karena bahan material yang kuat tahan terhadap beban kunyah. Di samping itu biaya relatif murah dan prosedur penatalaksanaan juga mudah. Badan berwenang dunia seperti World HealthOrganization dan American Dental Association masih menyatakan amalgam masih aman dan efektif asalkan manipulasinya sesuai prosedur serta uap merkuri yang dilepaskan dari restorasi amalgam selama proses pengunyahan adalah sangat kecil.1

Telah banyak penelitian tentang bahaya amalgam dan toksisitas dari merkuri, namun belum ada penelitian tentang keberadaan sel-sel epitelium dan sel inflamasi

pada mukosa oral akibat tambalan amalgam. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran sel epitelium dan sel inflamasi pada mukosa oral bagi pengguna tambalan amalgam. Peneliti memilih bahan amalgam karena masih banyak yang menggunakan amalgam sebagai bahan tambalan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka timbul permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan jumlah dan bentuk sel epitel pada mukosa oral pengguna tambalan amalgam dengan tanpa pengguna tambalan.

2. Apakah terdapat sel inflamasi pada mukosa bukal pengguna tambalan amalgam.

3. Apakah terdapat gambaran klinis amalgam tatto pada mukosa oral pada pengguna tambalan amalgam.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan jumlah danbentuk sel epitel di mukosa bukal pada pengguna tambalan amalgam dan tanpa pengguna tambalan amalgam.

(4)

2. Untuk mengetahui ada tidaknya sel inflamasi di mukosa bukal pada pengguna tambalan amalgam.

3. Untuk mengetahui gambaran klinis amalgam tattoo di mukosa bukal pada pengguna tambalan amalgam.

1.4Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak terdapat perbedaan jumlah sel epitel, bentuk dan sel inflamasi pada

mukosa oral pengguna tambalan amalgam dibandingkan tanpa menggunakan tambalan.

Hα : Terdapat perbedaan jumlah sel, bentuk dan sel inflamasi epitel pada mukosa oral pengguna tambalan amalgam dibandingkan tanpa menggunakan tambalan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pengetahuan dan bahan ajar bagi Departemen Biologi Oral tentang gambaran sel inflamasi dan epitelium mukosa bukal padapengguna tambalan amalgam.

2. Sebagai manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa eksfoliatif sitologi dapat menjadi suatu metode pemeriksaan terhadap reaksi mukosa terhadap agen yang ada di rongga mulut.

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan ada penelitian akumulasi kandungan merkuri pada paku sayur secara spesifik untuk mengetahui bagian-bagian dari paku sayur yang paling tinggi terakumulasi merkuri

Sejalan dengan pengertian di atas yang dimaksud pengertian program pendidikan dan pelatihan, merupakan proses pelaksanaan diklat secara terus menerus bagi suatu

30-32 Dengan melihat penelitian ini dimana Bacillus cereus resisten merkuri diisolasi dari urin pasien pengguna amalgam, penelitian selanjutnya dapat dikembangkan

1) Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, yang lama kelaman secara bertahap diserap oleh individu dan mempengaruhi suat

Lining Mucosa : mukosa yang memerlukan fleksibilitas untuk membantu proses pengunyahan, percakapan, maupun penelanan bolus makanan yaitu mukosa pipi, palatum molle dan dasar

Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

Campuran merkuri-emas (amalgam) yang sudah bersih dari lumpur dan pasir diperas dengan kain parasut, kemudian langkah terakhir untuk mendapatkan emas murni adalah

1) Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, yang lama kelaman secara bertahap diserap oleh individu dan mempengaruhi suat