• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pemberian Izin Pemasangan Reklame Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Pemberian Izin Pemasangan Reklame Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011 Chapter III V"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROSEDUR PEMBERIAN IZIN PEMASANGAN REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11

TAHUN 2011 DI KOTA MEDAN

A. Gambaran Umum Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)

1. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)

Kota Medan

Sesuai dengan undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yang menegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi

adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

yang semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi,

keadilan dan pemerataan. Sehingga kualitas layanan aparatur pemerintah

kepada masyarakat merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pemerintah Kota Medan membentuk

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) sesuai dengan Peraturan Daerah

Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.

Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi yang menunjukkan

bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan prima aparatur pemerintah

kepada masyarakat merupakan suatu keharusan dan tidak dapat diabaikan lagi,

karena hal ini adalah merupakan bagian dari tugas dan fungsi pemerintah.

Pelayanan prima kepada masyarakat tersebut diatas tertuang antara lain dalam :

a. GBHN Republik Indonesia Tahun 1999 Bab III.

(2)

Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat.

c. Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata

laksana Pelayanan Umum.

d. Surat Edaran Menkoswasbangpan Nomor 56/MK.WASPAN/6/1998,

antara lain menyebutkan bahwa langkah-langkah perbaikan mutu

pelayanan masyarakat diupayakan dengan menerapkan pola pelayanan

terpadu (satu atap dan satu pintu) bagi unit-unit kerja kantor

pelayanan yang terkait dalam proses atau menghasilkan suatu produk

pelayanan.

e. Keputusan Menpan No. KEP/24/M.PAN/2004 tentang Pedoman

Umum Penyusun Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan

Instansi Pemerintah.

f. Keputusan Menpan No. KEP/24/M.PAN/2004 tentang Petunjuk

Teknisi Transparansi dan Akuntabilitas Penyelenggara Pelayanan

Publik.

Adapun maksud didirikannya BPPT Kota Medan adalah untuk

menyelenggarakan pelayanan perizinan yang prima dan satu pintu. Hal

tersebut diharapkan dapat mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif

bagi penanaman modal dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi

masyarakat Kota Medan. Adapun prinsip dari pelayanan prima adalah

sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993,

antara lain : Sederhana, jelas, aman, trasnparan, effisien, ekonomis, adil dan

(3)

Sedangkan tujuan didirikannya BPPT Kota Medan antara lain :

a. Mewujudkan pelayanan prima.

b. Melayani kepentingan masyarakat dalam mengurus perizinan dengan

baik yang didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan publik, yaitu

responsivitas, kesederhanaan, transparansi, dan kepastian hukum.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja aparatur Pemerintah Kota

Medan, khususnya yang terlibat langsung dengan pelayanan masyarakat.

d. Mendorong kelancaran pemberdayaan ekonomi masyarakat, yang pada

gilirannya masyarakat dapat terdorong untuk ikut berpartisipasi aktif

dalam berbagai kegiatan pembangunan.

Dalam setiap organisasi ataupun instansi memiliki visi dan misi. Adapun

visi dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan adalah

Terwujudnya Pelayanan Prima Perizinan untuk mewujudkan Medan Kota

Metropolitan yang modern, madani dan religius.

Sedangkan, misi dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan,

antara lain :

a. Mewujudkan pelayanan perizinan yang sederhana, transparan, tepat

waktu dan memiliki kepastian hukum.

b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang memiliki daya saing dan

(4)

2. Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota

Medan

Berdasarkan peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010

tentang Rincian Tugas Pokok Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)

Kota Medan, dimana di dalamnya salah satunya mengatur Struktur Organisai

Badan Pelayanan Perizinan (BPPT) Kota Medan yaitu pada Bab II pasal 2

dimana Organisasi Badan terdiri dari :

a. Ketua

b. Sekretariat

c. Bagian Tata Usaha, Membawahkan :

1) Sub Bagian Umum

2) Sub Bagian Keuangan

3) Sub Bagian Penyusunan Program

d. Bidang Pelayanan Perizinan I

e. Bidang Pelayanan Perizinan II

f. Bidang Pelayanan Perizinan III

g. Bidang Pelayanan Perizinan IV

h. Tim Teknisi

(5)
(6)

3. Deskripsi Jabatan

a. Sekretariat/Badan

1) Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

2) Badan sebagaimana dimaksud didukung oleh sekretariat

yang dipimpin oleh Kepala.

3) Kepala sekretariat sebagaimana dimaksud karena jabatannya

adalah Kepala Badan.

Sekretariat/Badan mempunyai tugas pokok melaksanakan

koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang

perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi,

sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian.

b. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha dipimpin oleh Kepala Bagian yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Tugas pokok Bagian Tata Usaha melaksanakan sebagian tugas

Badan lingkup ketatausahaan yang meliputi pengelolaan

administrasi umum, keuangan dan penyusunan program :

1) Sub Bagian Umum

Dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian

(7)

2) Sub Bagian Keuangan

Dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian

Tata Usaha lingkup pengelolaan administrasi keuangan.

3) Sub Bagian Penyusunan Program

Dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha lingkup

penyusunan program dan laporan.

c. Bidang Pelayanan Perizinan I

Bidang Pelayanan Perizinan I dipimpin oleh Kepala Bidang yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Bidang Pelayanan Perizinan I mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagain tugas Badan lingkup pelayanan perizinan

yang berkaitan dengan Usaha, Perdagangan, dan Prindustrian.

d. Bidang Pelayanan Perizinan II

Bidang Pelayanan Perizinan II dipimpin oleh Kepala Bidang yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Bidang Pelayanan Perizinan II mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perizinan

yang berkaitan dengan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat.

e. Bidang Pelayanan Perizinan III

(8)

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Bidang Pelayanan Perizinan III mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perizinan

yang berkaitan dengan Tata Ruang, Perhubungan dan Lingkup

Hidup.

f. Bidang Pelayanan Perizinan IV

Bidang Pelayanan Perizinan IV dipimpin oleh Kepala Bidang, yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Bidang Pelayanan Perizinan IV mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perizinan

yang berkaitan dengan Konstruksi, Kesehatan dan Lain-lain.

g. Tim Teknis

Tim Teknis mempunyai tugas :

1) Meneliti permohonan ijin.

2) Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin.

3) Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap

permohonan izin apabila diperlukan.

4) Melaksanakan proses perizinan, perhitungan retribusi dan

persiapan konsep Surat Keputusan/Perizinan.

5) Memberikan sarana-sarana atau pertimbangan-pertimbangan

kepada Kepala Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan

fungsi Badan.

(9)

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

h. Kelompok Jabatan Fungsional

1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah Tenaga

Fungsiaonal yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undang.

2) Setiap kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga

Fungsional Senior yang dihunjuk

3) Jumlah Tenaga Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan

beban kerja

4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut maka Badan Pelayanan Terpadu

menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pelayanan Terpadu ;

b. Penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang Pelayanan

Terpadu ;

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Tujuan dibentuknya Badan Pelayanan Terpadu antara lain :

a. Mewujudkan Pelayanan Prima

b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja aparatur pemerintah

kabupaten/kota, khususnya yang terlibat langsung dengan pelayanan

(10)

c. Mendorong kelancaran pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat

terdorong untuk ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan

pembangunan.35

B. Prosedur Pemberian Izin Pemasangan Reklame Di Kota Medan

Proses dan Prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan,

proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang dilakukan oleh

aparat/petugas. Pada umumnya permohonan izin hars mnempuh prosedur tertentu

yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemeberi izin. Disamping harus

menempuh prosedur perizinan, selaku pemberi izin, pemohon izin juga harus

memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh

pemerintah atau pemberi izin.36

Pemasangan reklame harus memperhatikan aspek estetika kota, pemasangan

reklame juga tidak sembarang memasang atau mendirikan reklame. Perusahaan

iklan ataupun reklame atas nama pribadi harus melalui prosedur-prosedur yang

sudah ditetapkan pemerintah Kota Medan sesuai dengan Peraturan Walikota Medan

Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Penataan Reklame.

Prosedur pelayanan izin reklame di Kota Medan ditangani oleh Dinas yang

ditunjuk dalam Peraturan Walikota Kota Medan dalam hal ini Dinas Kebersihan

dan Pertanaman melakukan pengaturan, pembinaan, pengawasan, pengendalian,

pemasangan dan pemeliharaan terhadap reklame, Dinas TRTB melakukan

35

Profil Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan, Tahun 2017 36

(11)

pengaturan terhadap izin IMB untuk reklame yang menggunakan konstruksi

baja/besi dan BPPT dalam hal pelaksanaan proses administrasi dimulai dari

permohonan/perpanjangan, pemeriksaan berkas, penertiban dan penandatanganan

Izin Penyelenggaraan Reklame.37 Pengelolaan yang dilakukan dapat dilihat dari

unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Prosedur perizinan dan persyaratan pemasangan reklame di Kota Medan,

yakni :38

(1) Setiap orang atau Badan yang menyelenggarakan reklame di daerah wajib

memiliki izin tertulis dari Walikota.

(2) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang

bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Walikota.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mengisi

surat permohonan izin reklame:

a. reklame papan/billboard/videotron/megatron kepada DTRTB dengan

melampirkan persyaratan:

1) Fotokopi identitas diri/penanggung jawab/penerima kuasa (Kartu

Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM) atau paspor);

2) Fotokopi akte pendirian perusahaan;

3) Surat kuasa apabila pemilik/penanggung jawab berhalangan dengan

disertai fotokopi KTP, SIM, paspor dari pemberi kuasa;

4) Surat perjanjian kontrak pembuatan dan/atau pemasangan reklame,

37

J. P. G, Sianipar. Manajemen Pelayanan Ma syarakat, Rineka Cipta, Jakarta.1997, hlm 4

38

(12)

apabila diselenggarakan pihak ketiga;

5) IMB terhadap objek pajak reklame yang pertama kali dimohonkan

bagi objek pajak reklame yang memiliki konstruksi bangunan dengan

luasan 10 M2 (sepuluh meter bujur sangkar) ke atas;

6) Gambar sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame, gambar rencana

konstruksi, desain, dan tipologi reklame bagi objek pajak reklame

yang dimohonkan untuk objek pajak reklame yang memiliki

konstruksi bangunan;

7) Perhitungan kekuatan konstruksi yang ditandatangani oleh

penanggungjawab struktur/konstruksi yang memiliki sertifikasi dari

lembaga yang berwenang;

8) Surat persetujuan dari pemilik tanah dan/atau bangunan dengan

melampirkan surat kepemilikan atas tanah dan/atau bangunan yang

sah, bagi objek pajak reklame yang pertama kali dimohonkan; dan

9) Membuat pernyataan akan menanggung segala risiko yang

ditimbulkan akibat adanya penyelenggaraan reklame.

b. reklame kain berupa umbul-umbul dan spanduk, reklame selebaran,

reklame berjalan termasuk yang dipasang pada kendaraan, reklame

udara, reklame apung, reklame suara, reklame film/slide, dan reklame

peragaan kepada BP2T dengan melampirkan persyaratan:

1) Fotokopi identitas diri/penanggung jawab/penerima kuasa (KTP,

SIM atau paspor);

(13)

3) Surat kuasa apabila pemilik/penanggung jawab berhalangan dengan

disertai fotokopi KTP, SIM, paspor dari pemberi kuasa;

4) Surat perjanjian kontrak pembuatan dan/atau pemasangan reklame,

apabila diselenggarakan pihak ketiga

5) Gambar sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame, desain, dan

tipologi reklame; dan

6) Surat persetujuan dari pemilik tanah dan/atau bangunan dengan

melampirkan surat kepemilikan atas tanah dan/atau bangunan

yang sah, bagi objek pajak reklame yang pertama kali

dimohonkan.

c. reklame melekat/poster/stiker/rombong kepada Dinas Pendapatan dengan

melampirkan persyaratan:

1) Fotokopi identitas diri/penanggung jawab/penerima kuasa (KTP,

SIM atau paspor);

2) Fotokopi akte pendirian perusahaan;

3) Surat kuasa apabila pemilik/penanggung jawab berhalangan dengan

disertai fotokopi KTP, SIM, paspor dari pemberi kuasa;

4) Surat perjanjian kontrak pembuatan dan/atau pemasangan reklame,

apabila diselenggarakan pihak ketiga;

5) Gambar sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame, desain, dan

tipologi reklame; dan

6) Surat persetujuan dari pemilik tanah dan/atau bangunan dengan

(14)

sah, bagi objek pajak reklame yang pertama kali dimohonkan.

(4) Gambar rencana konstruksi reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf a angka 6, terdiri dari:

a. Gambar denah skala 1:100;

b. Gambar tampak depan, samping dan atas skala 1:50

c. Gambar potongan skala 1:10 atau 1:20;

d. Gambar detail rangka bidang reklame skala 1:10 atau 1:20; dan

e. Gambar detail pondasi atau pile skala 1:10 atau 1:20.

(5) IMB reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a angka5 dapat

dimohonkan secara bersamaan pada saat pengajuan permohonan izin

reklame.

(6) Khusus permohonan izin reklame pada jenis reklame sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b yang mengggunakan jalan/ruang

milik jalan harus melampirkan izin penggunaan jalan.

(7) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak apabila

tidak memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis

yang telah ditentukan dalam Peraturan Walikota ini.

(8) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan kepada pihak

lain.

Persyaratan dan administrasi penyelenggaraan reklame :39

1. Fotokopi Tata Letak Bangunan untuk Bangunan Reklame (TLB Reklame)

39

(15)

2. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), jika reklame melekat pada

bangunan

3. Izin Pelaksanaan Teknis Bangunan (IPTB) Penanggung Jawab perencana

Arsitektur

4. Fotokpi Bukti Kepemilikan tanah (Jenis Bukti Kepemilikan tanah yang

bisa diterima di PTPS : Sertifikat Hak Milik, Sertifikat Hak Guna

Bangunan, Sertifikat Hak Pakai, Sertifikat Hak Pengelolaan)

5. Mengajukan Surat Permohonan :

a. Surat Permohonan atau Formulir permohonan

b. Surat Pernyataan di atas kertas bermaterai Rp 6000 tentang

kebenaran data dan keabsahan data

6. Identitas Pemohon :

a. Kartu Tanda Penduduk

b. Kartu Keluarga

c. Nomor Pokok Wajib Pajak

7. Jika yang mengajukan izin adalah Badan Hukum :

a. Akta pendirian (Kantor Pusat dan Kantor Cabang, jik ada) dan SK

Pengesahan yang dikeluarkan oleh :

1. Kemenhunkam, Jika PT dan Yayasan

2. Kementrian/Dinas Koperasi, Jika Koperasi

3. Pengadilan Negeri, Jika CV

b. Akta Perubahan SK dan SK Perubahan yang dikeluarkan oleh

(16)

c. NPWP Badan Hukum

8. Jika Dikuasakan ;

a. Surat Kuasa diatas kertas bermaterai Rp 6.000

b. KTP orang yang diberi kuasa

9. Fotokopi Bukti Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Tahun

Terakhir

10.Surat Pernyataan di atas kertas bermaterai Rp 6.000 dari pemohon yang

menyatakan tidak akan mengubah bentuk reklame

11.Proposal Teknis ( download disini pelayanan.jakarta.go.id )

12.Jika Reklame berada pada tanah/bangunan disewa:

a. Perjanjian sewa-menyewa tanah/bangunan

b. Surat pernyataan diatas kertas bermaterai Rp 6.000 dari pemilik

tanah/bangunan yang menyatakan tidak keberatan tanah/bangunan

digunakan

c. Fotokopi KTP Pemilik tanah/bangunan

13.Izin Penyelenggaraan Reklame Kelas B (IMB Reklame Kelas B)

terdahulu, jika perpanjangan

Prosedur Penyelenggaraan Reklame :

1. Pemohon datang ke kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) setempat

dan mengisi formulir pendaftaran wajib pajak/wajib retribusi pribadi atau

badan usaha untuk mendapatkan nomor pokok wajib pajak daerah

(17)

2. Setelah mendapatkan NPWPD/NPWRD, kemudian pemohon mengisi

surat pemberitahuan pajak daerah, pajak reklame dengan melampirkan

fotokopi surat izin tempat usaha (SITU), formulir permohonan izin

pemasaran reklame dan rekomendasi dari camat

Izin Penyelenggaraan Reklame dapat diberikan kepada Penyelenggara

Reklame atau Jasa Periklanan/Biro Reklame apabila :

1. Melengkapi Persyaratan dan Administrasi

2. Membayar Pajak Reklame terutang sebesar 25% dari tarif pajak

3. Membayar sewa titik lokasi, khusus untuk penyelenggaraan reklame di

dalam sarana dan prasarana kota

4. Membayar nilai strategis reklame untuk penyelenggaraan reklame di luar

sarana dan prasarana kota

5. Membayar biaya jaminan bongkar sebesar 15% dari jumlah pajak reklame

terutang untuk 1 (satu) kali penyelenggaraan reklame.

Setelah semua berkas persyaratan serta administrasi masuk dan diperiksa,

izin penyelenggaraan reklame sudah bisa didapatkan kurang lebih dalam jangka

waktu 60 hari kerja

C. Hambatan dalam Pemberian izin Pemasangan Reklame

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan

bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh masyarakat40 Dalam pengaturan perizinan investasi di

Indonesia ini ditemukan proses atau prosedur perizinan berbelit-belit dan berlapis,

40

(18)

sehingga terkesan tidak efektif dan efisien. Walaupun beberapa instansi sudah

memperkenalkan sistem pelayan perizinan yang mutakhir oleh unit BPPT.

Dewasa ini jenis dan prosedur perizinan di Indonesia masih beraneka ragam,

rumit dan sukar ditelusuri, sehingga sering merupakan hambatan bagi kegiatan

dunia usaha. Jenis perizinan di Negara Indonesia sedemikian banyaknya. Namun,

bukan berarti dengan wewenang yang dimiliki oleh pemerintah pusat atau daerah

dapat memberikan izin sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan aspek lain41

Hambatan dalam pemberian izin pemasangan reklame, yaitu berasal dari

1. Internal

a. Pengawasan. Belum adanya koordinasi yang pasti berkaitan dengan tim

teknis salah satunya adalah Satpol PP. “kelemahan negara berkembang

dalam menyelenggarakan pembangunan terutama terletak pada

SDM”42

Berdampak akan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang ada

dilapangan.

b. Batas jumlah reklame

Belum adanya peraturan yang membahas tentang batas jumlah reklame

yang dapat izin dalam satu tempat maupun dalam batas jumlah ijin yang

dikeluarkan, sehingga banyaknya masyarakat untuk membuat pemohonan

agar mendapatkan surat rekomendasi perizinan reklame. Karena semakin

cepatnya pengaruh globalisasi yang ada di Kota Medan. Pemerintah harus

cepat dan tegas dalam membuat sebuah peraturan yang membatasi jumlah

reklame yang mendapatkan.

41

Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 79 42

(19)

c. Lokasi pemasangan reklame

Lokasi adalah titik tempat atau konstruksi dimana reklame

diselenggarakan. Lokasi terbagi atas kelas jalan I, kelas jalan II, kelas jalan

III, dalam ruang berjalan, megatron dan Jembatan Penyebrangan Orang

(JPO) atau bando jalan. Pembagian klasifikasi kelas jalan dijelaskan dalam

Lampiran III peraturan walikota. Banyaknya jumlah pemohon untuk

mendapatkan izin reklame di Kota Medan, tidak diimbangi dengan

fasilitas atau tempat untuk memasang reklame, berdampak pemasangan

reklame yang tidak teratur dan berantakan. Pemerintah memang harus

benar-benar siap memfasilitasi tempat pemasangan untuk pemohon agar

tidak terjadinya pelanggaran pada pemasang reklame.

d. Adanya pelanggaran oleh pemohon reklame terhadap tempat yang dilarang

oleh pemerintah daerah untuk didirikan reklame, banyak pemohon yang

memasang reklame terlebih dahulu kemudian baru mengajukan izin

pemasangan, keterlambatan perpanjangan izin reklame oleh pemohon

yang berasal dari luar kota, penertiban yang sedikit susah karena banyak

pemohon yang tidak memasang reklame sesuai izin yang diajukan, akibat

sosialisasi yang tidak merata.

e. Birokrasi yang tercerminkan oleh antara lain prosedur administrasi dalam

mengurus investasi (seperti perizinan, peraturan atau persyaratan, dan

lainnya) yang berbelit-belit dan langkah-langkah prosedurnya yang tidak

(20)

f. Kurang responsif, kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur

pelayanan publik, mulai dari tingkatan petugas sampai pada tingkatan

pertanggungjawaban instansi.

g. Kurang inovatif, berbagai macam informasi yang seharusnya disampaikan

kepada masyarakat menjadi terlambat atau bahkan tidak sampai.

h. Kurang mengakses (accessible), berbagai unit pelaksana pelayanan jauh

dari jangkauan masyarakat.

i. Kurang mau mendengar keluhan, saran, dan aspirasi masyakat

j. Kurangnya kesadaran penyelenggara reklame untuk mengurus perizinan

pemasangan reklamenya. Permasalahan seperti ini disebabkan karena

kurangnya kedisiplinan masyarakat dan dalam prakteknya sering terjadi

pemasangan reklame dilakukan tanpa memiliki surat izin pemasangan

reklame. Selain itu faktor yang menjadikan penyelenggara reklame tidak

mengurus perizinan reklame adalah karena mereka tidak berkenan untuk

mengeluarkan uang untuk biaya perizinan. Padahal secara logika, justru

penyelenggara reklame seperti ini akan mengalami kerugian apabila

reklame yang mereka buat dengan jumlah dan biaya tertentu akan disita

bahkan dimusnahkan oleh petugas. Apabila ditemukan kasus seperti ini,

maka jika reklame yang melanggar adalah reklame liar/tidak ada izinnya,

petugas akan langsung mencopotnya sedangkan untuk reklame yang

melanggar surat izin pemasangan reklame petugas akan memberikan

(21)

2. Eksternal

a. Kurangnya pengawasan dari eksternal aparatur pemerintah yang

mengakibatkan adanya pelanggaran-pelanggaran reklame. Pelanggaran ini

adanya ketidaksesuaian pemasangan reklame yang dilakukan masyarakat.

Masyarakat yang diposisikan sebagai yang bertanggung jawab atas

pemasangan reklame. Aparatur pelayanan tidak mengetahui keadaan

lapangan, sehingga adanya pembatas komunikasi antara aparatur

pelayanan dengan masyarakat. maka dari itu mudah terciptanya

pelanggaran reklame. Partisipasi adalah mempertemukan seluruh

kepentingan yang sama dan berbeda dalam suatu proses dan penetapan

secara proporsional untuk semua pihak.43 Pengawasan merupakan fungsi

organik dari manajemen, yang saling terkait dengan perencanaan.

Pengawasan dilakukan untuk dapat mengevaluasi dari hasil pelaksanaan

pekerjaan diperoleh secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan sebelumnya. Dengan adanya pengawasan maka dapat

meminimalisir adanya kemungkinan penyalahgunaan atau menghindari

penyimpangan yang terjadi. Adapun jenis pengawasan yang dilakukan

dalam pengelolaan pajak reklame oleh BP2T Kota Medan yaitu

pengawasan secara langsung dan pengawasan tidak langsung.

b. Pihak pemohon perizinan reklame yaitu pemasangan reklame pada tempat

yang sulit untuk dijangkau biasanya agak lama. Biasanya kalau ada pejabat

yang penting dalam proses perizinan sedang keluar, sehingga waktu yang

43

(22)

harus ditunggu oleh pemohon terlalu lama. Perizinan penyelenggaraan

reklame di lokasi yang tanahnya merupakan milik pemerintah daerah

biasanya prosesnya agak lama sehingga pemohon memasang langsung

sebelum izin keluar.

c. Mengertinya akan prosedur pelayanan perijinan reklame dapat

mempercepat proses izin yang dikeluarkan, karena jika terjadinya

kesalahan persyaratan maupun prosedur untuk mendapatkan izin

pemasangan reklame akan mempersulit aparatur pemerintah untuk

melakukan proses pelayanan.

Beberapa hambatan lain yang juga dapat diidentifikasi adalah pada sisi

kelembagaan dimana hambatan utama terletak pada sisi organisasi yang tidak

dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan publik, penuh dengan

(23)

BAB IV

AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL BAGI PEMEGANG IZIN REKLAME

A. Hak yang diperoleh Pemegang Izin Reklame

Dalam peraturan tersebut sesungguhnya penyelenggara reklame hanya

diberi hak dan kewajiban serta larangan. Tidak ada sanksi tegas yang mengatur

apabila terjadi pelanggaran terhadap larangan dalam penyelenggaraan reklame

tersebut. Tindakan yang dilakukan hanya berupa penertiban yang dilakukan

terhadap setiap penyelenggaraan reklame apabila :tanpa izin; telah berakhir masa

berlakunya izin dan tidak diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

tanpa peneng dan pelunasan pajak; terdapat perubahan, sehingga tidak sesuai lagi

dengan izin yang telah diterbitkan; dan tidak terawat dengan baik.44

Pemegang izin reklame berhak untuk melakukan kegiatan

penyelenggaraan/pemasangan reklame sesuai dengan izin yang diberikan.

Pemegang izin reklame wajib dan bertanggung jawab secara penuh untuk

memelihara konstruksi reklame yang dipasang dalam rangka menjaga kebersihan,

ketertiban dan keindahan reklame, dan lingkungan, serta mencegah akibat yang

timbul dari penyelenggaraan/pemasangan reklame terhadap keselamatan orang dan

barang pihak lain. Pemegang izin bertanggung jawab secara penuh terhadap segala

akibat yang ditimbulkan baik terhadap keselamatan orang maupun barang dari

penyelenggaraan/pemasangan reklame. Setiap pemegang izin reklame diwajibkan

44

(24)

membayar pajak reklame sesuai Peraturan Daerah yang berlaku. Pemegang izin

reklame berhak untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan/pemasangan reklame

sesuai dengan izin yang diberikan.

Pemegang Izin wajib mematuhi dan melaksanakan ketentuan sebagai

berikut :

a. Melaksanakan penyelenggaraan reklame sesuai dengan gambar konstruksi dan

denah lokasi yang telah disetujui ;

b. Tidak mengubah atau mengganti bentuk dan isi reklame serta tidak

melimpahkan hak penyelenggaraan reklame kepada pihak lain ;

c. Melaksanakan kewajiban membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan ;

d. Pemegang izin diwajibkan untuk membayar uang jaminan pembongkaran

sebesar Rp. ... ;

e. Memelihara bangunan, papan dan isi reklame sehingga tidak membahayakan

keselamatan umum dan mengganggu keindahan dan estetika kota. Apabila

terjadi suatu hal akibat dari penyelenggaraan reklame sehingga mengakibatkan

kerugian pihak lain, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab pemegang izin ;

Melaksanakan dan mentaati ketentuan-ketentuan yang telah

direkomendasikan oleh dinas/instansi terkait serta yang tertuang dalam surat

pernyataan/perjanjian.

Apabila Izin Penyelenggaraan Reklame tidak diperpanjang, maka Pemegang

Izin diwajibkan untuk membongkar konstruksi dan papan reklame dalam waktu

(25)

perpanjangan, maka 60 (enam puluh) hari sebelum habis masa berlaku izin harus

menyampaikan permohonan.

Pelanggaran atas semua ketentuan dalam izin ini dapat mengakibatkan

pencabutan izin meskipun jangka waktu izin belum berakhir dan segala biaya yang

telah dikeluarkan oleh pemegang izin sehubungan dengan penyelenggaraan reklame

termasuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak dapat ditagihkan atau

dimintakan kepada Pemerintah Kota Medan.

B. Kewajiban yang harus di penuhi oleh Pemegang Izin Reklame

Sesuai dengan Pasal 19 ayat (1) dan (2) Peraturan Walikota Medan Nomor

38 Tahun 2014 Tentang Penataan Reklame

(1) Penyelenggara reklame wajib:

a. memasang plat izin atau stempel masa berlaku izin dan ukuran bidang

reklame yang dapat terlihat jelas oleh umum;

b. memelihara benda-benda dan alat-alat yang dipergunakan untuk reklame

agar selalu dapat berfungsi dan dalam kondisi baik;

c. menanggung segala akibat jika penyelenggara reklame yang bersangkutan

menimbulkan kerugian kepada pihak lain;

d. menyusun naskah reklame dalam bahasa Indonesia dengan mempergunakan

huruf cetak dan apabila dipandang perlu dapat menambah naskah dengan

bahasa asing disamping atau di bawah naskah bahasa Indonesia;

e. memasang reklame pada titik atau lokasi dalam kawasan/zona yang telah

(26)

f. menempatkan tanda berupa penning, stiker, plat dan/atau tanda-tanda lain

yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang; dan

g. menghapus atau menghilangkan dan meniadakan reklame paling lambat 7

(tujuh) hari setelah jangka waktunya berakhir atau setelah izinnya dicabut.

(2) Penyelenggaraan reklame harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. tidak menutup pandangan rambu, lampu pengatur, dan kamera lalu lintas;

b. konstruksi reklame dapat dipertanggungjawabkan menurut persyaratan

teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

c. lampu reklame yang dipasang diarahkan ke bidang reklame sehingga tidak

menyilaukan pandangan pemakai jalan;

d. instalasi listrik yang dipasang harus memenuhi persyaratan teknis sehingga

tidak membahayakan keselamatan umum;

e. tidak menutup/mengganggu pandangan perlintasan kereta api;

f. jarak jaringan kabel listrik tegangan menengah ke atas harus mendapat

rekomendasi dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero);

g. tidak mengganggu fungsi atau merusak sarana dan prasarana kota serta tidak

menggangu pemeliharaannya;

h. kaki konstruksi tidak boleh berada di saluran air, sungai atau badan jalan;

dan

i. jarak dari as rel kereta api sampai bidang/konstruksi reklame terdekat harus

mendapat rekomendasi dari PT Kereta Api Indonesia.

Pemegang izin reklame wajib dan bertanggung jawab secara penuh untuk

(27)

ketertiban dan keindahan reklame, dan lingkungan, serta mencegah akibat yang

timbul dari penyelenggaraan/pemasangan reklame terhadap keselamatan orang dan

barang pihak lain. emegang izin bertanggung jawab secara penuh terhadap segala

akibat yang ditimbulkan baik terhadap keselamatan orang maupun barang dari

penyelenggaraan/pemasangan reklame. Setiap pemegang izin reklame diwajibkan

membayar pajak reklame sesuai Peraturan Daerah yang berlaku.

Pemegang izin pemasangan reklame berkewajiban untuk :

a. Memenuhi ketentuan-ketentuan yang diwajibkan untuk pemasangan reklame

dan memenuhi pembayaran pajak terhutang yang besarnya ditetapkan dalam

Peraturan Daerah tentang ketentuan-ketentuan pemungutan pajak reklame ;

b. Memelihara supaya benda-benda dan alat-alat yang dipergunakan untuk

reklame selalu dalam keadaan baik ;

c. Meniadakan reklame secepatnya setelah jangka waktunya berakhir atau ijinya

telah dicabut.

Sesuai dengan Pasal 17 materi reklame harus

(1) Materi reklame harus sesuai dengan kepribadian dan budaya bangsa serta tidak

boleh bertentangan dengan norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan,

norma hukum, ketertiban, dan keamanan serta kesehatan.

(2) Dalam rangka pengawasan maka perubahan materi reklame harus diberitahukan

terlebih dahulu secara tertulis kepada instansi pemberi izin sesuai

kewenangannya berdasarkan jenis izin reklame yang telah ditetapkan dengan

(28)

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang

Pajak Reklame.

(3) Perubahan materi reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

hanya dapat dilakukan:

b. dalam masa pajak berjalan;

c. untuk kategori materi yang sama, misalnya materi non rokok tidak boleh

diubah menjadi materi rokok; dan

d. apabila tidak ada perubahan pada bentuk dan ukuran bangunan/media

reklame.

(4) Perubahan materi reklame dalam masa pajak berjalan dari non rokok menjadi

rokok atau sebaliknya, maka nilai pajak reklame terhitung penuh sebagai pajak

baru melalui permohonan perubahan izin reklame.

(5) Penentuan masa berlaku izin yang telah ditetapkan oleh Dinas/Badan pemberi

izin tidak dapat dilakukan perubahan.

(6) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), harus

diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum materi reklame diubah.

(7) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit

melampirkan:

a. identitas Wajib Pajak;

b. surat izin reklame; dan

(29)

6. Sanksi Terhadap Penyalahgunaan Izin yang diberikan

Hukum merupakan suatu peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu

kehidupan manusia yang mempunyai fungsi untuk melindungi kepentingan

masyarakat. Agar peraturan atau ketentuan dapat berjalan dengan efektif maka

diperlukan adanya sebuah penegakan hukum. Dengan adanya penegakan hukum

maka hukum menjadi harus dilaksanakan dan menjadi kenyataan.45

Izin adalah persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau

Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari larangan

umum tersebut. Izin adalah instrumen pemerintah dalam rangka

menyelenggarakan pemerintahan dalam mengatur kepentingan umum. Izin adalah

seperangkat peraturan yang berisi tentang perkenaan atau izin. Wewenang lahir

karena adanya hukum yang tertulis.

Sanksi terhadap penyalagunaan izin Reklame, yang diberikan Pemerintah

Kota Medan itu sendiri dilakukan oleh beberapa instansi pemerintahan dan

masing-masing memliki tugas dan wewenangnya sendiri. Instansi yang

berwenang tersebut adalah Kantor Pelayanan Perizinan sebagai pengurusan

administrasi (front office), Dinas BPPT Kota Medan sebagai instansi teknis yang

mengurus mengenai reklame yang berkonstruksi, Dinas Pendapatan Daerah

sebagai instansi yang berkaitan pengurusan pajak dari reklame itu sendiri, dan

yang terakhkir adalah Satuan Polisi Pamong Praja sebagai pelaksana perda.

Izin dapat dicabut atau dinyatakan tidak berlaku serta tidak mempunyai

kekuatan hukum apabila: pemegang izin tidak memenuhi kewajiban-kewajiban

45

(30)

dan ketentuan penyelenggaraan reklame sebagaimana diatur dengan Peraturan

Walikota ini. penyelenggaraan reklame yang dipasang tidak sesuai dengan izin

yang diberikan karena ditemukan adanya perubahan materi, ukuran, ketinggian,

titik, dan konstruksi bangunan reklame; naskah reklame tidak dipenuhi

sebagaimana mestinya; menurut pertimbangan Walikota ternyata pada saat

berlangsungnya penyelenggaraan, materi reklame tidak memenuhi ketentuan

seperti yang telah diatur dalam Peraturan Walikota ini; dan masa berlaku izin

telah berakhir.46 Sebelum pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, Dinas Pendapatan, dan Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu terlebih dahulu menerbitkan surat peringatan kepada

penyelenggara reklame. (3) Terhadap pencabutan izin sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), maka atas pajak dan retribusi yang sudah dibayar tidak boleh

dilakukan kompensasi atau restitusi. Apabila izin telah dicabut sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), maka perizinan lainnya yang berkaitan dengan

penyelenggaraan reklame dinyatakan tidak berlaku. Walikota dapat melimpahkan

kewenangan pencabutan izin, pemberian sanksi tanda silang dan publikasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Dinas dan/atau pimpinan unit kerja

terkait.

Dalam penelitian yang dilakukan penulis di BPPT Kota Medan penulis

mendapatkan data bahwa pemerintah Kota Medan melalui BPPT mengeluarkan

larangan untuk pemasangan reklame di beberapa tempat, yaitu:

46

(31)

(1) Dilarang memasang reklame di depan kantor pemerintah, gedung sekolah,

rumah ibadah, dan gedung bersejarah yang tidak dipergunakan untuk

komersial.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas dikecualikan terhadap:

d. gedung sekolah yang melaksanakan acara yang bersifat pendidikan dan

bersifat temporer;

e. rumah ibadah yang melaksanakan upacara-upacara keagamaan dan

bersifat temporer; dan

f. gedung bersejarah yang dipergunakan untuk kegiatan usaha bersifat

sementara dan dalam jangka waktu tertentu/insidentil.

(3) Dilarang menempatkan reklame pada:

a. badan jalan;

b. bantaran dan/atau badan sungai/irigasi;

c. rambu lalu lintas;

d. pohon; dan

e. taman kota dan hutan kota.

Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa terdapat larangan-larangan

khusus dalam penyelenggaraan reklame. Salah satu penyebab utamanya adalah

karena reklame merupakan salah satu fasilitas yang berhubungan langsung dengan

masyarakat banyak. Jika penyelenggaraannya tidak teratur, maka dapat

berdampak langsung pada masyarakat Kota Medan. Misalnya jika konstruksi

(32)

masyarakat yang berada di sekitar reklame tersebut. Jika lokasi pemasangan

reklame yang dapat mengganggu atau merusak keindahan tata kota Medan.

Pembongkaran reklame oleh dinas terhadap:

2. reklame yang tidak memiliki izin/menyimpang dari izin;

3. reklame yang telah dicabut izinnya dan belum dibongkar oleh penyelenggara

reklame; dan

4. reklame yang berakhir masa berlakunya dan tidak diperpanjang izinnya

(1) Pembongkaran reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dilakukan oleh

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan.

(2) Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dalam melakukan pembongkaran

reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu atau menunjuk

pihak lain untuk melaksanakan pembongkaran reklame.

(3) Mekanisme pembongkaran reklame oleh Dinas Tata Ruang dan Tata

Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:

g. Instansi pemberi izin menyampaikan daftar reklame yang tidak

memiliki/menyimpang dari izin, reklame yang telah dicabut izinnya atau

reklame yang berakhir masa berlakunya kepada Dinas Tata Ruang dan

Tata Bangunan;

h. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan melakukan pembongkaran terhadap

reklame yang tidak memiliki/ meyimpang dari izin setelah menerima

daftar reklame dari instansi pemberi izin;

i. Sebelum melakukan pembongkaran terhadap reklame yang telah dicabut

(33)

oleh penyelenggara reklame, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

menyampaikan surat pemberitahuan kepada penyelenggara reklame

mengenai pelaksanaan pembongkaran oleh Pemerintah Daerah;

j. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan melakukan pembongkaran reklame

yang telah berakhir masa berlakunya dan belum dibongkar oleh

penyelenggara reklame sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

k. Setelah melakukan pembongkaran reklame, Dinas Tata Ruang dan Tata

Bangunan menyampaikan data reklame yang telah dibongkar kepada

dinas pemberi izin dan melaporkan hasil pelaksanaan pembongkaran

reklame kepada Walikota47

Sanksi denda pada pelanggaran perizinan penyelenggaraan reklame adalah

sebagai bentuk dari sanksi administrasi yang dilakukan aparatur pemerintah dalam

fungsinya sebagai pemberi izin dikarenakan penyelenggara reklame dalam hal ini

pelaku usaha tidak memberikan laporan tentang perkembangan penyelenggaran

reklame yang mereka lakukan berkaitan dengan salah satu bentuk sanksi

administrasi yaitu sanksi denda. Denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan

terhadap pelanggaran yang berkitan dengan kewajiban pelaporan. Selama ini

Pemerintah Kota dalam hal ini BP2T Kota Medan dalam memberikan Izin

Penyelenggaraan Reklame di Kota sudah sesuai Peraturan yang berlaku dalm hal

ini adalah sudah sesuai dengan Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2014

Tentang Penataan Reklame, namun apabila dikemudian hari terdapat pelanggaran

yang dilakukan oleh staff BP2T Kota Medan semisal ada kesalahan prosedur

47

(34)

dalam pemberian izin penyelenggaraan reklame, maka BP2T akan memberikan

sanksi disiplin PNS terhadap staf tersebut.

Dalam penyelenggaraan reklame sendiri ada beberapa sanksi yang akan

diberikan pada badan atau orang pribadi jika melanggar aturan. Pemberian sanksi

tidak hanya di berikan untuk pelanggaran penggunaan tapi juga pada badan atau

orang pribadi yang izin reklamenya telah di cabut dan tidak berlaku lagi. Izin

penyelenggaraan reklame di cabut dan di nyatakan tidak berlaku lagi apabila pada

reklame tersebut terdapat perubahan jenis, ukuran, ketinggian, titik dan konstruksi

sehingga tidak sesuai dengan izin yang diberikan. Penyelenggara reklame tidak

mengasuransikan reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (7), 3 (tiga)

bulan setelah izin diterbitkan. Sebelum pencabutan izin, Kepala Daerah terlebih

dahulu menerbitkan Surat Peringatan kepada penyelenggara reklame. Terhadap

pencabutan izin maka atas pajak dan retribusi yang sudah dibayar tidak boleh

dilakukan kompensasi atau restitusi. Apabila izin telah dicabut maka perizinan

lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan reklame dinyatakan tidak

berlaku.

Reklame yang telah dicabut izinnya atau yang telah berakhir masa izinnya

harus sudah dibongkar oleh penyelenggara dalam jangka waku 7 (tujuh) hari

setelah izin dicabut atau setelah masa izinnya berakhir. Jika dalam hal

penyelenggara reklame tidak melaksanakan pembongkaran sedangkan izinnya

sudah berakhir maka Kepala Daerah berwenang untuk melakukan pembongkaran

yang dimaksud. Kepala Daerah juga berwenang untuk membongkar reklame yang

(35)

Proses penetapan sanksi administrasi berupa bestuurdwang harus didahului

dengan surat peringatan tertulis yang dituang kan dalam surat keputusan tata

usaha Negara (KTUN). Surat peringatan tersebut harus memuat hal-hal sebagai

berikut :48

1. Peringatan harus definitive pada surat peringatan harus secara jelas dan

tegas tertulis tindakan Pemerintah.

2. Organ yang berwenang harus disebut Surat peringatan harus memberikan

informasi yang jelas tentang organ/instansi yang berwenang menerapkan

sanksi.

3. Peringatan harus ditujukan kepada orang yang tepat Peringatan harus

ditujukan kepada orang/badan hukum yang memang telah atau sedang

melakukan pelangggaran terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Orang/badan hukum yang telah atau sedang

melakukan pelangggaran terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang ber-laku harus mempunyai kemampuan untuk mengakhiri

keadaan yang terlarang tersebut.

4. Ketentuan yang dilanggar jelas Ketentuan peraturan perundang- undangan

yang sedang atau telah dilangggar harus tercantum secara jelas dalam surat

peringatan.

5. Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas Fakta keadaan yang

sedang atau telah dilangggar sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku harus diungkapkan atau diuraikan secara jelas.

48

Ivan Fauzani Raharja, dkk. Penegakan Hukum Sanksi Administrasi Terhadap

(36)

6. Peringatan harus memuatinstansi yang mengeluarkan izin) artinya

keputusan yang dikeluarkan tersebut ternyata keliru atau mengandung

cacat lainnya dan diketahui dengan jelas. Jika demi- kian maka keputusan

(izin) tersebut dapat dicabut dengan memperhatikan ketentuan dalam

hukum administrasi negara, baik tertulis maupun berupa asas- asas hukum.

suatu keputusan yang secara jelas dan diketahui mengandung kesalahan

atau kekeliruan sedah barang tentu tidak akan dibiarkan, tanpa dilakukan

perubahan atau pencabutan, hanya karena keingi- nan untuk

mengedepankan asas kepastian hukum. Pengenaan uang paksa oleh

Pemerintah (dwangsom) dianggap sebagai sanksi yang reparatoir. Sanksi

ini diterapkan jika warga negara melakukan pelanggaran.

Pembongkaran reklame karena telah dicabut izinnya atau karena masa

izinnya, berakhir dilakukan oleh Kepala Daerah dengan menggunakan Biaya

Jaminan Bongkar. Reklame yang dibongkar oleh Kepala Daerah harus diambil

oleh penyelenggara reklame paling lambat dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak

tanggal pembongkaran. Apabila batas waktu, telah terlampaui, maka reklame

tersebut menjadi milik Pemerintah Daerah.

Pasal 32 (1) Pemegang izin/penyelenggara reklame diharuskan melakukan

pembongkaran dan pembersihan reklame paling lama 7 (tujuh) hari terhitung

sejak tanggal berakhir dan/atau dicabut izinnya. (2) Apabila dalam waktu yang

telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pembongkaran dan

pembersihan tidak dilakukan oleh pemegang izin/penyelenggara reklame, maka

(37)

nama Walikota akan melaksanakan pembongkaran serta pembersihan dan biaya

yang telah ditimbulkan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kota Medan dan material hasil pembongkaran menjadi milik Pemeritah

Daerah. (3) Walikota berwenang untuk membongkar reklame yang tidak

memiliki/menyimpang dari izin. (4) Walikota dapat bekerja sama dengan pihak

ketiga untuk melakukan pembongkaran reklame. (5) Walikota melimpahkan

kewenangan kepada Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan/instansi

pemberi izin untuk melelang material hasil pembongkaran reklame sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang berlaku.49

Kendala yang dialami pemanggilan terhadap pemohon terkait pelanggaran

izin yang telah dilakukan oleh Penyelenggara Reklame namun tidak ditanggapi

oleh penyelenggara reklame tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi

hambatan tersebut yaitu mengeluarkan Surat Keputusan Pencabutan Izin Reklame

kepada Penyelenggara Reklame dan membuat surat kepada Satuan Polisi Pamong

Praja (selanjutnya disebut Satpol PP) terkait dengan pelanggaran izin reklame

untuk dilakukan penindakan Satpol PP sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Adanya kendala dalam penerapan sanksi-sanksi administrasi terhadap

penyelenggaraan reklame tentu saja tak lepas dari tidak berfungsinya salah satu

komponen-komponen model sistem implementasi sanksi administrasi yaitu ada

pada unsur pelaksana yaitu BP2T dan Satpol PP belum ada ketegasan terhadap

para pemegang izin agar mereka mau untuk hadir pada saat dilakukannya

49

(38)

pemanggilan. Keberhasilan implementasi kebijakan itu tergantung dari

terlaksananya komponen-komponen model sistem implementasi kebijakan publik.

Komponen-komponen model sistem implementasi kebijakan publik terdiri

atas :

(1) kebijakan yang dilaksanakan;

(2) target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan

diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau

peningkatan;

(3) unsur pelaksana, baik organisasi atau perorangan, yang bertanggung jawab

dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi

tersebut; dan

(4) faktor lingkungan (fisik, sosial, budaya dan politik). Selain itu adanya kendala

pada dalam penerapan sanksi-sanksi administrasi terhadap penyelenggaraan

reklame terletak pada kegagalan faktor sistem organisasi pelaksana karena

ketidakjelasan jaringan sistem, model monitoring yang biasa dipakai, serta

evaluasi yang dipilih antara BP2T dan Satpol PP.

Faktor yang dapat menentukan kegagalan dan keberhasilan dalam

implementasi kebijakan, yaitu:

1. Faktor yang terletak pada rumusan kebijakan yang telah dibuat oleh para

pengambil keputusan, menyangkut kalimatnya jelas atau tidak, sasarannya

tepat atau tidak, mudah dipahami atau tidak, mudah diinterpretasikan atau

(39)

2. Faktor yang terletak pada personil pelaksana, yakni yang menyangkut tingkat

pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan

diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan kerjasama dari para pelaku

pelaksana kebijakan. Termasuk dalam personil pelaksana adalah latar

belakang budaya, bahasa, serta ideologi kepartaian masing-masing. Semua itu

akan sangat mempengaruhi cara kerja mereka secarakolektif dalam

menjalankan misi implementasi kebijakan; Faktor yang terletak pada sistem

organisasi pelaksana, yakni menyangkut jaringan sistem, hirarki kewenangan

masing-masing peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari

pemimpin organisasinya, aturan main organisasi, target masing-masing tahap

yang ditetapkan,model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang

dipilih.

Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran izin reklame di Kota Medan

belum efektif dikarenakan meskipun banyak pengenaan sanksi baik berupa sanksi

administratif maupun sanksi pidana tidak juga mengurangi jumlah pelanggaran

izin reklame di Kota Medan.

Permasalahan mengenai reklame tanpa izin sangatlah kompleks, akibat

yang ditimbulkan dari maraknya reklame tanpa izin juga berdampak pada

keselamatan masyarakat lainnya. Reklame yang terpasang tanpa melalui proses

perizinan di BPPT sangatlah mengganggu kepentingan masyarakat lainnya,

karena apabila reklame tersebut dipasang pada sebuah pohon dan pada suatu saat

pohon itu tumbang dan mengenai orang maka tidak ada yang akan dimintai

(40)

Tindakan hukum administrasi yang dilakukan oleh BP2T Kota Medan

hanya berupa teguran dan sanksi yang berupa pencopotan reklame tanpa izin

secara paksa. Dalam hal ini Pemerintah Kota Medan khususnya BP2 T Kota

Medan harus juga melakukan tindakan hukum berupa sosialisasi kepada

masyarakat Kota Medan dalam hal perizinan reklame. Namun pada kenyataannya

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan yang telah penulis lakukan

dalam bab-bab sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut

1. Pengaturan pemberian izin pemasangan reklame di Kota Medan, yaitu

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

dan Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Penataan

Reklame.

2. Prosedur pemberian izin pemasangan reklame berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 11 Tahun 2011 di Kota Medan. Mengajukan permohonan secara tertulis

kepada Walikota dengan mengisi surat permohonan izin reklame:

a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron kepada DTRTB dengan

melampirkan persyaratan:

b. Fotokopi identitas diri/penanggung jawab/penerima kuasa (Kartu Tanda

Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM) atau paspor);

c. Fotokopi akte pendirian perusahaan;

d. Surat kuasa apabila pemilik/penanggung jawab berhalangan dengan

disertai fotokopi KTP, SIM, paspor dari pemberi kuasa;

e. Surat perjanjian kontrak pembuatan dan/atau pemasangan reklame,

(42)

f. IMB terhadap objek pajak reklame yang pertama kali

dimohonkan bagi objek pajak reklame yang memiliki konstruksi

bangunan dengan luasan 10 M2 (sepuluh meter bujur sangkar) ke atas;

g. Gambar sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame, gambar rencana

konstruksi, desain, dan tipologi reklame bagi objek pajak reklame yang

dimohonkan untuk objek pajak reklame yang memiliki konstruksi

bangunan; Perhitungan kekuatan konstruksi yang ditandatangani oleh

penanggungjawab struktur/konstruksi yang memiliki sertifikasi dari

lembaga yang berwenang; Surat persetujuan dari pemilik tanah dan/atau

bangunan dengan melampirkan surat kepemilikan atas tanah dan/atau

bangunan yang sah, bagi objek pajak reklame yang pertama kali

dimohonkan; dan Membuat pernyataan akan menanggung segala risiko

yang ditimbulkan akibat adanya penyelenggaraan reklame.

3. Akibat hukum yang timbul bagi pemegang izin reklame, Pemegang izin

reklame berhak untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan/pemasangan

reklame sesuai dengan izin yang diberikan. Pemegang izin reklame harus

membayar retribusi izin, Pemegang izin bertanggung jawab secara penuh

terhadap segala akibat yang ditimbulkan baik terhadap keselamatan orang

maupun barang dari penyelenggaraan/pemasangan reklame.

B. Saran

Dari pembahasan tersebut, beberapa saran dapat penulis sampaikan

(43)

1. Pemerintah Kota Medan harusnya merevisi Peraturan Daerah No. 11

Tahun 2011 yang mengatur tentang pajak reklame beserta sanksi dan

ketentuan-ketentuan lainnya dalam menghadapi maraknya reklame tanpa

izin. Pembentukan peraturan daerah tersebut akan mempermudah BPPT

dalam menangani permasalah reklame tanpa izin karena pada saat

penelitian ini dilakukan BPPT Kota Medan masih mengadopsi perizinan

lainnya dalam menangani permasalahan reklame. Lemahnya penerapan

sanksi menjadikan penyelenggara reklame tidak mengalami ketakutan

didalam melakukan pelanggaran dan penyimpangan didalam

penyelengaraan reklame.

2. Sosialisasi perizinan perlu ditingkatkan agar masyarakat luas dapat

mengetahuinya dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengurus

izin. Selain itu, sosialisasi juga dapat meningkatkan kepercayaan

masyarakat kepada BPPT sehingga masyarakat dapat mengurus izinnya

sendiri agar masyarakat paham dalam proses pengurusan perizinan.

Selain itu Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan lebih

memperhatikan lokasi penempatan dan media pemasangan untuk reklame

jenis insidentil, hal ini akan meminimalisir maraknya reklame tanpa izin.

3. Dengan adanya akibat hukum pemegang izin reklame, Pemegang izin

bertanggung jawab secara penuh terhadap segala akibat yang

ditimbulkan baik terhadap keselamatan orang maupun barang dari

Gambar

Gambar.  Struktur Organisasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa alternatif reko- mendasi yang dirumuskan untuk dimensi lingkung- an dan ekonomi dapat memberikan dampak yang jauh lebih baik,

[r]

Dari hasil wawancara dan kuesioner didaptkan hal hal yang menjadi hambatan dalam memuaskan pasien antara lain dari segi administrasi yaitu pendaftaran yang masih

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Jetis yang berjumlah 34 siswa dan objek dalam penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar

Eduardo Somarriba Chavez ∙ Carlos Astorga Domián ∙ Nelly Vasquez Morera ∙ Rolando Cerda Bustillos Luis Orozco Aguilar ∙ Francisco Quesada Chaverri ∙ Marilyn Villalobos

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini akan dikembangkan model matematis untuk menentukan jumlah kapal dan komposisinya dengan menggunakan jumlah

Objek dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar matematika siswa dengan tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

Skripsi ini membahas tentang Pengaruh Stereotip Dang Jolma oleh masyarakat terhadap Efektivitas Komunikasi Antarbudaya dengan etnis Nias di Kelurahan Pasir Bidang.. Tujuan