• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi TI dalam Kerangka Strategi Bisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Posisi TI dalam Kerangka Strategi Bisnis"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

HALAMAN 1 DARI 4 (C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

Posisi TI dalam Kerangka Strategi Bisnis

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]

EKOJI

999

Nomor 192, 19 Mar

et 2013

(2)

Bukanlah  sebuah hal  yang  mudah bagi  direksi  untuk  memutuskan  apakah  investasi  besar  akan dialokasikan untuk pengembangan teknologi informasi atau tidak. Di satu pihak mereka  merasa bahwa  kebutuhannya  tidak begitu mendesak,  sementara di  pihak lain para  pesaing  yang ada telah melakukan investasi yang tidak  dapat dikatakan kecil. Ditinjau dari kerangka  strategis perusahaan, posisi teknologi informasi cukup jelas. Jika pengembangan suatu sistem  teknologi  informasi  dapat  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  berpengaruh  terhadap  penciptaan  produk  atau  jasa  perusahaan  yang  cheaper,  better,  dan  faster  dibandingkan  dengan  para  pesaing  bisnis,  berarti  investasi  yang  dilakukan  memiliki  nilai  yang  sangat  strategis.  Hampir  semua  teori  manajemen  sistem  informasi  modern menekankan  perlunya  strategi  perencanaan  dan  pengembangan  teknologi  informasi  dirancang  sejalan  (align)  dengan  strategi  bisnis  perusahaan.  Dengan  kata  lain,  para  praktisi  teknologi  informasi  di  perusahaan  (SDM  di  divisi  teknologi  informasi)  harus  mengetahui  secara  jelas,  �iloso�i  keberadaan  peralatan  komputer  dan  telekomunikasinya  dalam  bisnis.  Secara  sederhana,  sebuah perusahaan memerlukan strategi karena adanya aspek 3‐C (company, customers, dan  competitors). 

Company  pada  dasarnya  memiliki  fungsi  untuk  merubah  bahan  mentah  atau  bahan  baku  menjadi  suatu  produk  atau  jasa  yang  dapat  dijual  kepada  pihak  customers  dengan  cara  meutilisasikan sumber daya‐sumber daya yang dimiliki (yang pada dasarnya sangat terbatas),  seperti  uang,  manusia,  mesin,  lokasi,  dan  lain  sebagainya.  Strategi  diperlukan  tidak  hanya  untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan dan spesi�ikasi standar  perusahaan,  namun  karena  adanya  faktor  lain,  yaitu  competitors.  Namun  dilihat  dari  kacamata  pelanggan  atau  customers,  hubungan  ketiga  “C”  tersebut  di  atas  dapat  lebih  disederhanakan. Bagi mereka, yang penting adalah memperoleh produk atau pelayanan yang  cheaper,  better, dan faster (lebih murah,  lebih baik,  dan lebih cepat).  Murah dalam arti kata  secara �inansial terjangkau oleh pelanggan, baik dalam arti kata memenuhi kualitas minimum  yang diinginkan,  dan cepat dalam arti kata mudah diperoleh kapan saja diinginkan (Taylor,  1995). 

Sumber: David Taylor,1995

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

(3)

Dilihat  dari  kacamata  perusahaan,  aspek  cheaper,  better,  dan  faster  di  atas  menjadi  lebih  rumit. Umumnya, untuk mendapatkan sesuatu produk atau menghasilkan suatu layanan yang  berkualitas baik dan cepat, diperlukan biaya yang tidak sedikit. Hal inilah yang menyebabkan  membengkaknya  struktur  pembiayaan  pada  produk  sehingga  target  cheaper  terasa  sulit  untuk  diraih.  Demikian  pula  sebaliknya.  Untuk  mendapatkan  harga  yang  termurah  dibandingkan  dengan  kompetitor,  terkadang  standar  kualitas  atau  pelayanan  harus  dikorbankan. Pertanyaannya, apalah tidak mungkin ketiga hal tersebut tercapai? Jawabannya  tergantung pada strategi yang diterapkan masing‐masing perusahaan.

Pada  dasarnya,  strategi  berhubungan  dengan  bagaimana  mengatur  dan  mengelola  sumber  daya‐sumber  daya  yang  dimiliki  perusahaan,  baik  yang  bersifat  tangible  (uang,  waktu,  manusia,  ruangan,  mesin,  infrastruktur,  kertas,  listrik,  dsb.)  maupun  yang  intangible  (informasi,  kesempatan,  manajemen,  struktur  organisasi,  dsb.).  Dua buah  perusahaan  yang  memiliki  komposisi  sumber  daya  serupa  belum  tentu  memiliki  kinerja  yang  sama,  karena  masing‐masing memiliki cara pengelolaan yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan,  untuk  dapat  menghasilkan  suatu  produk  atau  jasa  yang  cheaper,  better,  dan  faster,  maka  pengelolaan  sumber  daya  di  dalam  perusahaan  harus  pula  cheaper,  better,  dan  faster  dibandingkan dengan kompetitor lain (lihat gambar).

Sumber : David Taylor , 1995

Dengan  kondisi  di  atas,  posisi  teknologi  informasi  dalam  kerangka  strategi  perusahaan  menjadi  jelas. Kuncinya adalah bagaimana teknologi  informasi  dapat membantu manajemen  perusahaan dalam penciptaan produk atau jasa yang cheaper, better, dan faster dibandingkan  dengan  para  pesaing  sejenis.  Seorang  pelanggan  akan  lebih  senang  menabung  di  Bank  A  daripada Bank B karena pelayanan customer service‐nya lebih cepat dan lebih baik. Demikian  pula  pelanggan  lain  yang  memilih  perusahaan  Asuransi  A  dibandingkan  Asuransi  B  dan  Asuransi C karena administrasinya lebih baik, dan sangat cepat dalam proses klaim asuransi  (mulai melapor terjadinya kecelakaan sampai dengan pemberian santunan).

Bagaimana kalau investasi  yang diperlukan untuk teknologi informasi  sedemikian besarnya  sehingga membuat produk atau layanan menjadi mahal? Sekali lagi jawabannya terletak pada  strategi  perusahaan.  Jika  dengan  teknologi  informasi  yang dikembangkan  perusahaan akan 

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

(4)

menjadi  lebih  maju  (semakin  banyak  pelanggan,  sehingga  meningkatkan  revenue  secara  signi�ikan),  maka ratio  ROI  (return  of investment) akan menjadi  cukup  tinggi.  Dengan kata  lain,  tidak  ada  alasan  untuk  tidak  memanfaatkan  kemampuan  teknologi  informasi  untuk  meningkatkan  daya  saing  perusahaan.  Era  global  sangat  bergantung  pada  informasi.  Informasi  adalah  hasil  pengolahan  data  mentah.  Teknologi  informasi  merupakan  tulang  punggung  pengolahan  dan penyampaian informasi tanpa  mengenal  batas  ruang dan waktu.  Hanya  perusahaan  yang  menguasai  informasilah  yang  akan  survive  di  dalam  era  revolusi  global saat ini. 

‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Referensi

Dokumen terkait

Untuk skala nasional, kegiatan minapadi air tawar sudah sangat lazim dilakukan, tetapi kegiatan minapadi air payau ini merupakan kegiatan pertama yang dilembagakan melalui

Ini berarti bahwa variabel store atmosphere dan product quality secara bersama-sama mempengaruhi variabel kepuasan konsumen di Rumah Makan Cah Ayu sebesar 72,6%

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada siklus pertama, kreatifitas dan hasil belajar siswa sudah menunjukkan hasil meskipun belum optimal,

Dalam kajlan Inl, peralatan kajlan yang dlgunakan lalah soalseildlk berstruktur yang dltadblr sendlrl oleh responden Kajlan mendapatl tahap keperluan latlhan dalam enam

Penggunaan lahan sawah mendominasi di daerah tengah delta Berbak (lokasi penelitian) mencakup desa Rantau rasau I, Rantau Rasau II, Bangun Karya, Harapan Makmur,

Terdapat lima faktor yang menjadi penyebab perubahan kebudayaan yaitu: (1) Perubahan lingkungan alam; (2) Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan suatu

Salah satu budaya lokal di Jombang yang sekarang mulai dikenalkan dan ditingkatkan yaitu Wayang Topeng Jatiduwur (Nanang, dkk. Bukti bahwa Wayang Topeng Jatiduwur

Zainun guru kelas (pengajar) pelajaran akidah akhlak kelas V A Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin, serta staf tata usaha yang sudah berkenan memberikan