• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendeteksian Fraud dan Pemeriksaan Kiner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendeteksian Fraud dan Pemeriksaan Kiner"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pendeteksian

Fraud

dalam Pemeriksaan Kinerja atas

Pelayanan Dasar Publik Sektor Pendidikan

1

Eko Yulianto

Pemeriksaan kinerja boleh dikatakan sedang naik daun saat ini karena dianggap

memiliki peranan dalam peningkatan akuntabilitas publik. INTOSAI menilai bahwa

pemeriksaan kinerja memiliki kontribusi dalam meningkatkan nilai-nilai legitimasi

dan kepercayaan (trust) dalam pemerintahaan melalui penyajian informasi yang andal mengenai ekonomi, efisiensi dan efektivitas program-program pemerintah

2

.

Untuk alasan tersebut, banyak lembaga audit negara kini mulai memberikan

perhatian lebih pada pemeriksaan kinerja. Sebagai contoh, The U.S. Government Accountability Office (GAO), bahkan menjadikan pemeriksaan kinerja sebagai aktivitas pokok dalam melaksanakan misinya. Sementara itu, Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) sendiri nampaknya juga sudah mulai melirik potensi pemeriksaan

kinerja akhir-akhir ini.

Keputusan BPK untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kinerja di satu sisi

memang strategis mengingat peranannya dalam meningkatkan akutabilitas

pemerintah. Namun, di sisi lain, pelaksanaan pemeriksaan kinerja juga memiliki

konsekuensi tersendiri terkait kesiapan sumber daya manusia dan konsekuensi

strategis menyangkut ‘ sumbangan ’ BPK dalam pengungkapan dan pencegahan

kasus-kasus korupsi. Konsekuensi terakhir ini harus menjadi pemikiran tersendiri

mengingat masih masifnya praktik korupsi di negeri ini.

Paper ini ditulis untuk secara singkat mengusulkan beberapa gagasan mengenai

desain pemeriksaan kinerja yang perlu dilakukan untuk memenuhi tuntutan

pendeteksian dan pencegahan korupsi oleh pemerintah. Pembahasan akan

difokuskan pada pemeriksaan kinerja pelayanan publik dasar sektor pendidikan.

Pemilihan topik ini dilandasi pada pemikiran bahwa pendidikan merupakan salah

satu program prioritas pemerintah yang menentukan masa depan bangsa

Indonesia,dan darisisi anggaran, sektor pendidikan memperoleh alokasi anggaran

yang cukup besar.

1

Judul paper ini berbeda dengan judul yang diminta untuk workshop ini. Kami menganggap bahwa pendeteksian

fraud sudah menjadi bagian dalam pemeriksaan kinerja, seperti yang diatur dalam SPKN. Jadi konstruksi yang tepat

seharusnya “Pendeteksianfraud dalam pemeriksaan kinerja”, bukan “Pemeriksaan kinerja atas pendeteksian fraud”. Selengkapnya lihat di SPKN: Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja, paragraf 07 dan 16-25.

2

(2)

RisikoFrauddalam Sektor Pendidikan

Dalam berbagai literatur auditing di Indonesia, istilah fraud jarang diterjemahkan dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) mengartikanfraudsebagai satu jenistindakan melawanhukum yang dilakukandengan sengaja untukmemperoleh

sesuatu.

3

Fraud bisa terjadi diberbagai bidang pekerjaan, di mana ada aliran uang di situlah praktik-praktikfraudmulai bertumbuh.

Dengan memakai logika sederhana ini, kita tentu juga bisa mengajukan hipotesis

bahwa praktik korupsi juga bisa terjadi di sektor pendidikan, mulai Kementrian

Pendidikan sampai dengan dinas pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Hipotesis ini masuk akal sebab sektor pendidikan memperoleh alokasi anggaran,

menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebesar 20% dari

total anggaran yang dialokasikan pemerintah. Untuk APBN 2010, misalnya, bidang

pendidikan memperoleh alokasi sekitar Rp221 triliun dari total Rp992 triliun. Bagi

pelaksana anggaran dan masyarakat, angka ini merupakan sebuah harapan.

Namun, bagi BPK, besarnya angka alokasi ini juga berarti besarnya risiko

penyimpangan yang mungkin terjadi.

Analisis terhadap risiko terjadinya fraud sektor pendidikan akan lebih mudah dilakukandengan memahamiproses bisnis utama yang terkait dalam pelaksanaan

program-program bidang pendidikan. Meskipun memiliki cakupan dan sasaran

yang berbeda-beda, program-program bidang pendidikan yang selama ini

dijalankan biasanya berwujud pada bantuan dari Kementrian Pendidikan kepada

daerah, dengan penerima/pengelola akhir sekolah. Adapun bantuan tersebut

biasanya disalurkan melalui pemberian Dana Alokasi Khusus maupun Bantuan

Operasional Sekolah.

Dalam kaitan ini, proses bisnis terkait pemberian bantuan dapat dipilah menjadi

tiga area pokok: perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban. Dalam

perencanaan, aktivitas terkait biasanya melibatkan pendataan jumlah penerima

bantuan yang eligible (layak) dan penentuan besaran alokasi bantuan. Sedangkan pada tahap pelaksanaan, aktivitas utamanya menyangkut pencairan dana ke

penerima bantuan dan pelaksanaan kegiatan yang tercakup dalam program

bantuan terkait. Terakhir, pertanggungjawaban meliputi pelaporan kegiatan dan

pertanggungjawaban keuangan dari penerima bantuan kepada pemberi bantuan

(3)

Setelah mengidentifikasi proses bisnis utama, kita sekarang dapat menaksir(assess)

risiko yang mungkin terjadi dalam setiap tahapan. Adapun risiko dimaksud dapat

dipetakan sebagai berikut.

Tahapan Perencanaan Pelaksanaan Pertanggungjawaban

Aktivitas Utama Pendataan penerima

bantuan

Risikofraud Penetapan data dan alokasi bantuan tidak

Perlu dicatat, bahwa risiko fraud tidak mesti terkait langsung dengan tindakan pencurian dana. Fraud bisa terjadi dalam berbagai bentuk sepanjang menyangkut upaya yang melanggar ketentuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu,

fraud bisa berupa pengubahan datasekolah (ditambah, dikurangiatau dihilangkan dengan pertimbangan diluar ketentuan yang telah ditetapkan) atau pembuatan

laporan kegiatan yang tidak benar. Dalam pemeriksaan kinerja, setiap pemeriksa

harus mempertimbangkan risiko ini mengingat tujuan audit utamanya adalah

menilai apakah sebuah program atau kegiatan telah dilaksanakan secara ekonomis,

efisien dan efektif. Oleh karena itu, pemeriksa harus fokus, tidak hanya pada

penyimpangan keuangan, melainkan penyimpangan lain yang mungkin

menghalangi organisasi dalam memperoleh input paling ekonomis, proses yang

paling efisien dan tercapainya tujuan akhir dari program atau kegiatan bidang

pendidikan.

Usaha Entitas dalam MencegahFraud

Berdasarkan teori segitiga fraud (fraud triangle), fraud terjadi apabila ada kesempatan (perceived opportunities), tekanan (pressure) dan pembenaran

(rationalization).Orang akan melakukan tindakanfraud jika mereka melihat adanya kesempatan untuk melakukan itu dan didorong oleh serangkaian tekanan, baik

(4)

yang sama, orang tersebut akan melakukan fraud jika memiliki sejumlah alasan penguat atau pembenar tindakannya.

Terkait pelaksanaan program pendidikan, kesempatan terjadinya fraud biasanya ditandai dengan kelemahan kebijakan dan prosedur terkait perencanaan,

pelaksanaan dan pertanggungjawaban program bidang pendidikan serta kurangnya

kompetensi aparat terkait. Sedangkan tekanan akan muncul manakala organisasi

tidak mempraktikkan kehidupan yang sehat dan etis. Dalam kaitan ini, pemeriksa

perlu menilai apakah entitas telah melakukan mitigasi risiko dengan serangkaian

aktivitas untuk mengompensasi (compensating) kelemahan kebijakan dan ketidakcakapan aparat terkait. Selanjutnya, upaya-upaya terkait hal itu akan dapat

memberikan sinyal apakah entitas memiliki komitmen dalam mencegah fraud.

Namun, bila yang terjadi sebaliknya, pemeriksa perlu waspada dan mulai

mempertimbangkan risiko-risiko yang mungkin terjadi dan berpengaruh pada

pencapaian tujuan program secara keseluruhan.

Penentuan Area Kunci dan Tujuan Audit Spesifik

4

Dalam pemeriksaan kinerja, penentuan area kunci merupakan salah satu tahapan

penting karena dari sana pemeriksa akan membuat rencana audit secara detail,

mulai dari pengumpulan bukti, analisis bukti dan pembuatan laporan. Efektivitas

pelaksanaan pemeriksaan kinerja sangat tergantung pada ketepatan penentuan

area kunci ini.

Secara praktis, penentuan area kunci dimaksudkan untuk memperkecil cakupan

audit. Hal ini dilakukan agar pemeriksaan dapat lebih fokus dan terkait dengan

area-area pokok yang menentukan keberhasilan program bidang pendiddikan. Agar

lebih efektif, pemeriksa kemudian harus menentuan tujuan audit spesifik untuk

setiap area kunci yang dipilih. Pemeriksa kemudian menetapkan serangkaian

kriteria yang relevan untuk setiap tujuan tersebut. Kriteria-kriteria ini selanjutnya

akan menjadi panduan bagi pemeriksa dalam mengumpulkan bukti-bukti di

lapangan. Dari bukti yang terkumpul, pemeriksa selanjutnya melakukan analisis

untuk menentukan tingkat kesesuaiannya dengan kriteria

5

yang telah ditetapkan.

4

Kami sengaja tidak menggunakan istilah “tentative audit objective dan sasaran pemeriksaan” karena dalam

pemeriksaan kinerja, fokus pemeriksaan biasanya diwujudkan dalam pemilihan “area kunci” (key area) dan hal ini dilakukan berdasarkan, salah satunya, pertimbangan risikofraud yang mungkin terjadi dalam proses bisnis terkait.

5

(5)

Terakhir, rekomendasi akan dirumuskan apabila pemeriksa menjumpai

ketidaksesuaian kondisi yang ditemukan dengan kriteria.

Ketersediaan Sumber Daya

Pemeriksaan kinerja berbeda dengan pemeriksaan keuangan atau pemeriksaan

lainnya. Apabila pemeriksaan lain lebih menitikberatkan pada sisi ketaatan

(compliance) atau pembuktian suatu hal tertentu, maka pemeriksaan kinerja akan menitikberatkan pada penilaian atau analisis atas suatu kegiatan organisasi atau

pelaksanaan sebuah kebijakan atau program. Dengan sifat utama ini, harus

dipahami bahwa paradigma pemeriksaan kinerja sungguh berbeda dari

pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan kinerja tidak berorientasi pada pengungkapan

kasus korupsi, meskipun pemeriksa juga harus mendesain prosedur audit untuk

mengungkapkan tindakanfraud.

Agar pelaksanaan pemeriksaan kinerja dapat berjalan sebagaimana mestinya, BPK

sangat memerlukan pemeriksa yang mampu berpikir holistik dan sistemik, yang

dapat melihat keterkaitan sebuah fakta dengan fakta lain dalam sebuah sistem

besar yang terdiri darimasyarakat luas, aparat perumus dan pelaku kebijakan, dan

kebijakan itu sendiri. BPK memerlukan pemeriksa yang memiliki kemampuan

analisis yang tajam, yang tidak berpikir soal benar atau salah, melainkan berpikir

ala ‘ konsultan manajemen ’ yang mampu memberikan solusi atas permasalahan

yang menghambat pencapaian tujuan sebuah program.

Untukmemenuhi tuntutanitu,BPK memang harus memilikisumber daya manusia

yang memiliki latar belakang tidak hanya akuntansi, hukum atau teknik, seperti

sekarang, melainkan harus menyediakan tempat bagi para lulusan dengan latar

belakang yang lebih luas, seperti kebijakan publik, statistik, matematika, sosiologi

dan lain sebagainya. Kompetensi yang beragam sangat dituntut untuk memenuhi

tantangan BPK pada masa yang akan datang, apabila memang memutuskanuntuk

secara total terjun dalam pemeriksaan kinerja. Harapannya tentu saja agar sudut

pandang pemeriksa BPK terhadap sebuah masalah lebih komprehensif dan BPK

dapat merumuskan rekomendasi yang lebih membumi dan benar-benar mampu

memperbaiki kinerja pemerintahan.

Referensi

Dokumen terkait

Arsitektur Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, yang selanjutnya disingkat Arsitektur SPBE adalah kerangka dasar yang mendeskripsikan integrasi proses bisnis,

Menyatakan Bahwa Tesis yang berjudul “Faktor Penentu Tingkat Proporsi Dana Tabarru’ pada Asuransi Jiwa Syari’ah (Studi pada Perusahaan Terdaftar pada Otoritas

opini dan permasalahannya kepada teman yang bisa dipercaya. Mahasiswa mengakui melalui fitur DM, mereka tida perlu kuatir keluh kesah dan masalah mereka bisa dibaca

Berdasarkan analisis pengukuran indikator kualitas informasi tingkat kepuasan pelanggan terhadap website Institut XYZ dengan memberikan 22 pernyatan tentang kualitas

Setiap Green Tire yang di buat di Building memiliki kode tersendiri yang disebut dengan istilah size. Total size yang dibuat di Building per harinya rata-rata mencapai

Semua variabel independen yang diamati meliputi cuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun, peri- laku BAB (buang air besar), sarana air bersih, perilaku cuci tangan setelah

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan secara signifikan antara indeks koil tali pusat pada preeklampsia berat dibanding dengan kehamilan normotensi, dengan hasil uji

Sistem dapat menangani data-data transportasi, dapat menunjukan penyebaran transportasi yang digambarkan dalam bentuk peta sehingga pengguna dapat melihat secara jelas