• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Waris Menurut Hukum Islam (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum Waris Menurut Hukum Islam (1)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Waris

Menurut Hukum

Islam

Afni Rasyid

Pengertian

Sudah menjadi kodrat bahwa setiap manusia dalam perjalanan hidupnya akan melewati suatu masa, dilahirkan, hidup di dunia dan meninggal dunia. Masa-masa tersebut tidak terlepas dari kedudukan kita sebagai mahluk Tuhan, karena dari Dia-lah kita berasal dan suatu saat kita akan kembali berada di pangkuanNya. Selain sebagai mahluk individu manusia juga berkedudukan sebagai mahluk sosial bagian dari suatu masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban terhadap anggota masyarakat lainnya.

Berbicara mengenai perjalanan hidup manusia, ketika manusia melewati masa-masa hidup di dunia, ia juga mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban terhadap barang-barang yang berada dalam masyarakat tersebut. Ketika manusia itu meninggal dunia maka hak- hak dan kewajibannya akan berpindah kepada keturunannya, hal ini dapat diartikan adanya macam-macam hubungan hukum antara anggota masyarakat yang erat sifatnya.

(2)

Namun dengan adanya peristiwa meninggalnya seseorang tidak berakibat hilangnya perhubungan-perhubungan tadi, karena hukum telah mengatur bagaimana cara perhubungan itu dapat diselamatkan agar masyarakat selamat sesuai dengan tujuan dengan hukum yang mengaturnya dari kepentingan-kepentingan yang timbul sebagai akibat adanya peristiwa itu. Salah satu hal yang diatur dalam Islam setelah seseorang meninggal dunia adalah masalah harta warisan.

Harta warisan biasa juga disebut dengan harta pusaka yaitu harta milik pewaris sendiri, tidak tercampur sedikitpun dengan milik orang lain, yang ditinggalkan mati (meninggal dunia) oleh pewaris. Pewaris adalah orang yang memiliki dan meninggalkan harta, serta ahli waris disaat ia meninggal dunia. Ahli waris adalah orang yang berhak menerima harta warisan. Harta warisan adalah harta peninggalan orang yang meninggal dunia yang diterima oleh ahli waris.1 Dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (selanjutnya disebut KHI) dijelaskan bahwa harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik berupa harta benda miliknya atau hak-haknya (KHI, 1991:73).

Kewajiban yang Berkaitan dengan Harta

Warisan

Apabila seseorang meninggal dunia dan meninggalkan harta, baik harta yang bergerak maupun tidak bergerak, baik harta yang berwujud benda maupun yang berupa hak-hak, ahli warisnya harus melaksanakan beberapa kewajiban terhadap harta tersebut sebelum ia dibagi sebagai harta warisan tersebut (KHI, BAB II, Pasal 175). Kewajiban-kewajiban tersebut adalah: pertama, biaya perawatan jenazah sampai dikuburkan merupakan hak yang berkaitan dengan kepentingan pewaris dibebankan kepada harta yang ditinggalkan pewaris. Kedua, pelunasan semua hutang pewaris, baik hutang kepada

1 Mujieb, Abdul, dkk. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus,

(3)

Allah seperti zakat, nazar dan haji maupun hutang kepada sesama manusia sebagai hak kreditur. Ketiga, melaksanakan wasiat (pesan pewaris berkaitan dengan hartanya selagi ia masih hidup) dengan batas maksimal 1/3 (sepertiga) harta. Kempat, membagikan harta warisan kepada ahli waris (yang berhak menerima) sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syari’ah Islam. Kelima, bagi pewaris yang meninggalkan suami atau isteri, berarti memiliki harta bersama atau “gono gini”, hak suami atau isteri sebesar ½ (seperdua) dari harta warisan harus diserahkan terlebih dahulu (KHI BAB XIII, pasal

97:46).

Hukum

dan

Manfaat

Pembagian

Warisan

Hukum pembagian harta warisan yang lazim disebut dengan hukum faraid adalah hukum Islam yang khusus mengatur peralihan harta milik seseorang yang telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup. Menurut sebagian ulama, hukum pembagian harta warisan dipahami bersifat ijbari atau memaksa, karena ia merupakan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap muslim. Firman Allah diakhir ayat 14 dalam surat an-Nisa’dengan jelas menyebutkan;

... �

و

ر

خخس

لو

ه

تيو

خخع

د

ح

د

و

د

ه

ي

د

خخخ

ل

ه

ن

ار

ه

لل

ص

عي

ن

م

و

Siapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Rasul-Nya, akan dimasukkan ke dalam api neraka. (QS. an-Nisa [4]: 14).

Selanjutnya, Nabi juga bersabda:

ه

لخخخل

ابت

كخخخ

ى

خخل

ع

ض

ئ�

ر

لخخخف

ل

ه

نخخخي

ب

ل

م

ل�

و

م

خخس

(4)
(5)

Bahkan, Rasul SAW memerintahkan untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu pembagian harta warisan, sebagaiman hadits Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Nasa’i dan al-Daruqutni:

ل

orang. Karena saya akan meninggal, sesungguhnya ilmu ini akanl dcabutt. Jika terjadi pertengkaran karena memperebutkan harta waris, maka tidak ada yang sanggup memberi fatwa (jika ilmu itu tidak dipelajari dan diajarkan). (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan ad-Daruqutni)

Adapun manfaatnya adalah untuk kemaslahatan umat manusia, agar tidak terjadi perselisihan antara sesama ahli waris dan semua ahli waris mendapat bagian secara adil dan berimbang.

Ahli Waris dan Bagian Masing-masing

Ahli waris secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Yakni dzaw al-furud, `asabah dan dzaw al-arham. Kelompok dzaw al-furud, yaitu orang yang mempunyai hubungan kelurga tertentu dengan pewaris dan memperoleh bagian yang sudah ditentukan dalam al-Qur’an atau al-Hadits, mereka terdiri dari 7 (tujuh) kelompok, yaitu:

1. Kelompok yang mendapat 2/3 dari harta warisan Kelompok ini adalah sebagai berikut:

(6)

...

ك

ن

ن

س

ءا

ف

و

ق

ث�

يتخن

ن

ف

هل

ن

ثخلث

ا

م

ا

رت

ك

نإ

ف

maka apabila anak perempuan ada dua orang atau lebih, maka mereka men dapat 2/3 dari harta warisan . . . (QS. an-Nisa [4]: 11).

b. Dua atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki jika pewaris tidak mempunya cucu laki-laki.2

c. Dua atau lebih saudari kandung jika pewaris tidak memiliki saudara kandung, firman Allah SWT menetapkan dalam surat an-Nisa’[4]: 176;

ك

تان

ا

ث�

يختن

ن

ف

هل

م

ا

خللث

انث

م

م

ا

رت

ك

نإ

ف

: . . . tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal . . . (QS. an-Nisa [4]: 176).

d. Dua atau lebih saudari sebapak jika pewaris tidak mem-punyai anak atau saudari kandung atau cucu kandung atau saudara laki-laki sebapak (an-Nisa’ [4]: 176).

2. Kelompok yang mendapat 1/3 dari harta warisan Kelompok ini adalah sebagai berikut:

a. Ibu kandung, jika pewaris tidak mempunyai anak kandung atau dua saudara, an-Nisa’ [4]: 11 menegaskan bagian mereka;

كي

ن

ل

ه

و

دل

و

و

ثر

ه

وب

ه

ف

ل

م

ه

لث�

ثخل

م

ل

نإ

ف

(7)

ibunya mendapat sepertiga . . .(QS. an-Nisa [4]: 11).

(8)

b. Dua atau lebih saudari seibu atau sebapak jika pewaris tidak mempunyai anak atau saudara kandung. Allah menetapkan bagian mereka dalam an-Nisa’ [4]: 12 sebagai berikut;

كخخخ

رث

م

ن

ذ

خخخل

ك

ف

ه

م

ش

كر

ءا

ف

ى

لث�

ثخل

و

ان

ك

نإ

ف

Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu . . . (QS. an-Nisa [4]: 12).

3. Kelompok yang mendapat 1/3 dari sisa harta warisan

Yang mendapat bagian ini hanyalah ibu kandung jika pewaris mempunyai bapak, janda, atau duda. Dengan kata lain ahli warisnya terdiri dari ibu, bapak, dan duda atau janda dikenal dengan kasus gharawain.3

4. Kelompok yang mendapat 1/6 dari harta warisan Kelompok ini adalah sebagai berikut:

a. Ibu kandung jika pewaris mempunyai anak atau cucu atau dua saudara atau lebih:

ه

ل

نا

ك

ن

إ

ك

رت

ا

م

م

س

د

س

ل�

ا

م

هن

م

د

ح

�و

ل

كل

ه

يو

ب

لو

د

خخلو

Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masing- nya seperenam dari harta yang ditinggal . . (QS. an- Nisa [4]: 11).

(9)
(10)

c. Kakek kandung dari bapak, jika pewaris mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.4

d. Nenek kandung dari bapak jika pewaris tidak mempunyai ibu.5

e. Saudara laki-laki atau perempuan jika pewaris hanya mem-punyai seorang anak peperempuan.6

f. Saudara sebapak bila seorang saja.7

5. Kelompok yang mendapat 1/2 dari harta warisan Kelompok ini adalah sebagai berikut:

a. Seorang anak perempuan jika pewaris tidak mempunyai anak laki-laki dalam surat an-Nisa’ [4]: 11, ditentukan;

ك

تان

�و

ح

د

ة

ف

هل

ا

لن

ص

ف

نإ

و

Jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separoh harta . . . (QS. an-Nisa [4]: 11).

b. Seorang cucu perempuan dari anak laki-laki jika pewaris tidak mempunya anak.8

c. Duda jika pewaris tidak mempunyai anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki-laki-laki firman Allah menetukan dalam surat an-Nisa’[4]: 12;

ن

ص

ف

م

رات

ك

ز�

�و

ج

ك

م

نإ

ل

م

كي

ن

ل

ه

ن

و

دل

م

كل

و

4 Fatchur Rahman, Ilmu Waris…, hlm. 268.

5 Fatchur Rahman, Ilmu Waris…, hlm. 246.

6 Fatchur Rahman, Ilmu Waris…, hlm. 329.

7 Masyfuq Zuhdi, Studi Islam, Jilid II: Muamalah, Jakarta: Pt. Raja

(11)

1993, hlm. 66.

(12)

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak . . .(QS. an-Nisa [4]: 12).

d. Seorang saudari kandung jika pewaris tidak memiliki saudara laki-laki ditetapkan dalam surat an-Nisa’[4]: 176;

ف

ص

ن

ا

هل

ف

ت

خ

ه

لو

دل

و

ه

ل

س

يل

ك

ل

ه

ؤ

ر

م

نإ

... ك

اخخت

ر

م

Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya . . .(QS. an-Nisa [4]:

12).

e. Seorang saudari sebapak jika pewaris tidak memiliki anak kandung perempua atau cucu perempuan atau saudara kandung (Rahman, 1981:311).

6. Kelompok yang mendapat ¼ dari harta warisan Kelompok ini adalah sebagai berikut:

a. Duda jika pewaris memiliki anak atau cucu dari anak laki-laki.

...

ك

ان

ل

ه

ن

و

دل

ف

كل

م

لر

عب

م

م

ا

رت

نك

نإ

ف

Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yabg ditinggalkannya. . . (QS. an-Nisa’[4]: 12).

b. Janda jika pewaris tidak memilik anak atau cucu dari anak laki-aki.

(13)
(14)

Dan bagi para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kami tidak mempunyai anak . . . (QS. an-Nisa’[4]: 12).

7. Kelompok yang mendapat 1/8 dari harta warisan

Yang mendapatkan bagian ini hanyalah janda jika pewaris mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki;

...

كل

م

و

دل

ف

هل

ن

لث�

م

ن

م

م

ا

رت

تخك

م

ان

ك

إن

ف

Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan . . .(QS. an- Nisa’[4]: 12).

Besarnya bagian masing-masing ahli waris ini juga dapat dilihat dalam KHI pada BAB III, pasal 176-182.

Semua yang disebutkan di atas hanya mendapatkan harta warisan sesuai dengan ketentuan. Namun jika harta waris kurang sementara ahli waris masih ada yang belum kebagian maka bagian mereka masing-masing dikurangi, kasus ini disebut dengan aul. Sebaliknya, jika harta warisan berlebih (sisa) setelah dibagi, kasus ini disebut dengan râd, ahli waris dapat menerima sisa (tambahan) sebesar ketentuan jika bersama-sama dengan dzaw al-furud yang lain kecuali duda atau janda, bagian mereka ini (duda dan janda) dikurangi dalam kasus aul dan tidak ditambah dalam kasus rad. Cara penyelesaian kedua kasus ini terdapat dalam KHI BAB V. pasal 192 dan 193.

Kelompok

`Ashabah

(15)

mene-rima sisa harta warisan. Mereka dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni `asabah bi an-nafsi, `asabah bi al-ghair, dan `asabah ma’a al-ghair.

`Asabah bi an-nafsi artinya menjadi `asabah karena dirinya sendiri. Mereka semua laki-laki dan harus berurutan dalam kedudukannya, yaitu: Anak laki, cucu laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah, bapak, kakek (bapak dari bapak) dan terus ke atas, saudara laki-aki sekandung, saudara laki-laki sebapak, paman kandung, (sau- dara kandung bapak), paman sebapak (saudara sebapak dari bapak), anak laki-laki paman kandung (sepupu), anak laki-laki paman sebapak.9

`Asabah bi al-ghair artinya orang yang menjadi `asabah sebab atau ditarik orang lain. Mereka adalah: anak laki-laki dapat menarik saudaranya yang perempuan menjadi `asabah, dengan ketentuan bagian laki-laki mendapat dua kali perempuan; cucu laki-laki dapat menarik saudarinya yang perempuan menjadi `asabah; dan saudara laki-laki sebapak dapat menarik saudarinya yang perempuan yang menjadi `asabah; saudara laki-laki kandung dapat menarik saudarinya yang perempuan menjadi `asabah; dan saudara laki-laki sebapak dapat menarik saudarinya yang perempuan menjadi `asabah.10 Dengan demikian ahli waris perempuan dapat menjadi

`asabah jika ada ahli waris laki-laki yang dapat menariknya untuk menjadi `asabah.11

`Asabah ma’a al-ghair artinya seseorang menjadi `asabah bersama orang lain, semuanya perempuan, yakni: saudari kandung bersama anak perempuan atau cucu perempuan kandung. Saudari sebapak bersama anak perempuan atau cucu perempuan. Mereka mendapat sisa atau menghabiskan harta warisan (`asabah ma’a al-ghair).12

9 Masyfuq Zuhdi, Studi Islam,…, hlm. 66.

10 Masyfuq Zuhdi, Studi Islam,…, hlm. 67.

11 Masyfuq Zuhdi, Studi Islam…, hlm. 67.

(16)

Dzaw al-Arhâm

dan

Hijab-Mahjub

Kelompok ketiga adalah dzaw al-arham yaitu ahli waris yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan pewaris, tetapi tidak termasuk kelompok dzaw al-furud dan `asabah. Mereka baru berhak mendapat bagian dari harta warisan jika dzaw al-furud dan `asabah (baik menghabiskan harta warisan maupun yang menerima sisa harta setelah dibagi) tidak ada.13

Bila dilihat dari kedekatan hubungan ahli waris dengan pewaris, maka ahli waris dza al-furud itu dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama; kelompok yang akrab (lebih dekat/langsung) dengan pewaris. Kelompok ini tidak akan terhalang oleh siapapun atau ahli waris yang lain, mereka adalah anak, ibu, bapak, janda atau duda. Sebaliknya mereka (kecuali duda atau janda) dapat menghalangi ahli waris yang hubungannya agak jauh (tidak akrab) dengan pewaris. Kedua, kelompok ini dekat hubungannya dengan pewaris karena ada perantara jadi tidak langsung, seperti kakek, dan cucu. Jika kelompok yang dekat (akrab) ada, mereka bisa terhijab (terhalang) untuk mendapat harta warisan.

Ahli waris yang termasuk kelompok mahjub atau dapat terhalang itu adalah;

1. Kakek dapat terhalang jika bapak masih hidup.

2. Nenek terhalang jika ibu masih hidup.

3. Cucu terhalang jika ada anak laki-laki masih hidup.

4. Saudara laki-laki kandung terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-laki, atau bapak.

5. Saudari perempuan kandung terhalang oleh anak laki-laki, cucu laki-laki, atau bapak.

13 Syarifuddin, Amir, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam

Lingkungan Hukum

(17)

6. Saudara (laki-laki atau perempuan) sebapak terhalang oleh anak, cucu, bapak, atau saudara kandung.

7. Saudara seibu terhalang oleh anak, cucu, bapak, dan atau kakek.

8. Keponakan laki-laki (anak saudara kandung) terhalang oleh anak laki-laki, cucu, bapak, saudara kandung, atau saudara sebapak.

9. Keponakan laki-laki sebapak (anak saudara bapak) terhalang oleh anak, cucu, kakek, saudara kandung, saudara sebapak, atau keponakan laki-laki kandung.

10. Paman kandung terhalang oleh keponakan sebapak dan atau mereka yang sebelumnya.

11. Anak laki-laki dari paman kandung terhalang oleh paman sebapak, dan atau mereka yang sebelumnya.

12. Anak laki-laki dari paman sebapak dengan bapak terhalang oleh anak laki-laki paman kandung, dan atau ahli waris sebelumnya.

13. Cucu perempuan terhalang oleh anak laki-laki, dua orang anak perempuan jika pewaris tidak memiliki cucu laki-laki.14 Dengan demikian, Islam mengakui adanya prinsip keutamaan hubungan terdekat dalam kekerabatan dalam masalah pembagian harta warisan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketentuan waris cenderung patriarki. Ini terlihat seperti dalam hal sistem `ashabah, cucu yang diakui sebagai ahli waris hanya dari keturunan anak laki-laki, kasus gharawain, dan pembagian laki-laki dua kali lipat perempuan. Pelaksanaan pembagian harta warisan menurut hukum Islam adalah wajib, setelah melaksanakan semua kewajiban terhadap harta warisan.

14 Ma’rifat Iman KH dan Nandi Rahman, Al-Islam 3, Jakarta: Perkasa,

(18)
(19)

Daftar Ketentuan Bagian untuk Ahli Waris (Dzaw al-Furud)

Bagia n

Untuk Dalam keadaan

2/3 1. Dua atau lebih

anak perempuan 2. Dua atau lebih

cucu perempuan dari anak laki-laki 3. Dua atau lebih

saudari kandung 4. Dua atau lebih

saudari sebapak

tidak mempunyai anak laki-laki tidak ada anak pr/lk kandung atau cucu laki-laki

tidak punya saudara kandung tidak

mempunyai anak atau saudari kandung atau cucu kandung atau saudara laki-laki sebapak

1/3 1. Ibu kandung

2. Dua atau lebih saudari

seibu

tidak ada anak kndung atau 2

saudara

tidak mempunyai anak atau 1/3

Ada anak/cucu dr ank lk kandung Ada anak atau cucu/ 2 saudari/ lebih Ada anak lk/cucu dan tdk ada bpk

Tidak ada ibu Tidak ada anak

Hanya ada ada seorang ank prempuan

Hanya ada seorg saudari kandung

tidak mempunyai anak laki-laki tidak mempunya anak

tidak ada ank/cucu dr ank lk tidak memiliki saudara laki-laki tidak memiliki anak kandung perempuan atau cucu perempuan atau saudara

1/4 1. Suami/duda

2. Isteri/janda Ada anak atau cucu dari anak laki Tidak ada anak/cucu dari anak laki-laki

1/8 1. Isteri/janda Ada anak atau cucu

(20)

Contoh Penyelesaian Pembagian Harta Warisan

1) Harta warisan Rp 48.000.000,-. Ahli waris terdiri dari janda, ibu, dan bapak. Masing-masing mereka akan mendapat sebagai berikut:

Janda: 1/4 = 3/12 x Rp 48.000.000,- = Rp 12.000.000,-Ibu: 1/3 x sisa = 1/3 x 3/4 = 3/12 x 48.000.000,- = Rp

12.000.000,- Bapak: `ashabah (sisa) = 6/12 x Rp 48.000.000,- = Rp

24.000.000,-2) Harta warisan 650 gram emas,-. Ahli waris; duda, dua anak perempuan, dan seorang cucu perempuan. Bagian mereka masing-masing adalah:

Duda: 1/4 = 3/12 k = 3/13 x 650 gram = 150 gram emas 2 anak pr: 2/3 = | 8/12 p = | 13 = 8/13 x 650 gram = 400

gram emas

Ibu : 1/6 = 2/12 t = 2/13 x 650 gram = 100 gram emas 13/12

Cucu Perempuan; terhalang atau terhijab oleh anak

3) Harta warisan tanah seluas 300 ha. Ahli waris; duda dan ibu. Masing-masing mendapat bagian sebanyak:

Duda : 1/2 | | 1/2 = 3/6 | KPT = 6 |

Ibu : 1/3 |

5/6 | 1/3 = 2/6 berarti ada sisa 1/6 untuk ibu

Dengan demikian ibu mendapat 2/6 + 1/6 = 3/6 Duda mendapat: 3/6 x 300 ha = 150 ha

(21)

4) Harta warisan $ 72.000. Ahli waris; ibu, suami, anak laki-laki dan anak perempuan. Berapa bagian mereka masing-masing?

Ibu: 1/6 = 2/12 x $ 72.000 = $ 12.000 Suami: ¼ = 3/12 x $ 72.000 = $ 18.000

Ank lk & pr = `asabah bi al-ghair = 7/12 x $ 72.000 = $ 42.000 Ank lk : ank pr = 2:1 =3 berarti 2/3 :1/3

Ank lk : 2/3 x $ 42.000 = $ 28.000 Ank pr : 1/3 x $ 42.000 = $ 14.000

DAF TAR PUSTAKA

Imam KH, Ma’rifat dan Nandi Rahman, Al-Islam 3, Jakarta: Perkasa, 1990.

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Direktorat Pembinaan Badan

Peradilan Agama, 1991.

Mujieb, Abdul, dkk. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994. Rahman, Fatchur, Ilmu Waris, Bandung: Al-Marif, 1981.

Syarifuddin, Amir, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan

Hukum Adat Minangkabau, Jakarta: Gunung Agung, 1984.

(22)
(23)

ح

يل

م

﴿

١٢

م

يل

ع

ن

م

ى

ر

ج

ت

تن

ج

ه

ل

خ

د

ي

ه

لو

س

ر

و

ه

لل

طع

ي

ن

م

و

ه

لل

د

و

د

ح

ك

لت

�ل

نه

ر

خ

ل

د

ني

ف

هي

ا

و

ذ

كل

لف

و

ز

عل

ظ

ي

م

﴿

١٣

(24)

11.Allah mensyari›atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak- anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

(25)

saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari›at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.

13. (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.

[272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena

kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).

[273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang

diamalkan Nabi.

[274] Memberi mudharat kepada waris itu ialah

tindakan-tindakan seperti: a.

Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka. b. Berwasiat dengan maksud

mengurangi harta warisan. Sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat

(26)
(27)

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan pengawasan terhadap tingkah laku Hakim, Panitera/Wakil Panitera/Panitera Muda/Panitera Pengganti dan Jurusita/Jurusita Pengganti, dalam pelaksanaan tugas

Aliran ini sambil mengalir melakukan pengikisan tanah dan bebatuan yang dilaluinya (Ilyas, 1990 dalam Setijanto, 2005). Sungai merupakan bentuk ekosistem perairan mengalir

Opini positif pada berita kejahatan pada tayangan patroli memberikan banyak manfaat di masyarakat seperti pada berita kejahatan memberikan tips atau saran untuk mencegah dan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam dan dosis pupuk kandang sapi serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata

Berdasarkan data yang didapatkan dari jawaban responden, terdapat 31 responden yang memiliki masalah sulit makan, hal ini dikarenakan responden tidak baik dalam segi konsumsi

Dengan meningkatnya berat jenis pada batuan yang makin dalam letaknya, maka kadar besi  juga akan semakin meningkat, sehingga pada selubung bumi mempunyai kemungkinan

BAB 4 KARAKTERISTIK DAS DAN HIDROGRAF BANJIR 4.1 Deskripsi Umum DAS di Daerah Penelitian 4.2 Karkateristik Morfometri DAS 4.3 Karkateristik Fraktal DAS 4.4 Karkateristik

PG Tasikmadu adalah satu dari sejumlah pabrik gula yang didirikan pada masa kolonial Hin dia Belanda dan masih bertahan hingga hari ini.. Seka rang, PG Tasikmadu berada dalam pe