• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA. pdf"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH DEMOKRASI DI INDONESIA

Disusun Oleh:

Nama : Madina Qudsia Lubis

NIM : 8156181015

Kelas : Konsentrasi Pkn DIKDAS

Mata Kuliah : Pendidikan Demokrasi

Dosen Pengampuh : Dr. Reh Bungana Perangin-angin, M.Hum

PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas bakat dan limpahan rahmatnya. Maka kami dapat menyelesaikan sebuah makalah ini.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul

“Sejarah Demokrasi di Indonesia” yang menurut kami dapat memberikan manfaat

yang besar bagi kita untuk mempelajarinya.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat kepada para pembaca.

Oleh karena itu, penulis mohon masukan agar kekurangan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar dan bermanfaat pula dengan masyarakat.

Medan, 17 September 2016

Tim Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATAPENGANTAR ... i

DAFTARISI... ii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Pembahasan ... 2

D. Manfaat Pembelajaran ... 2

BAB II PEMBAHSAN A. Pengertian Demokrasi ... 3

B. Sejarah Demokrasi di Indonesia ... 6

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN ... 18

B. SARAN ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdirinya suatu negara dan terbentuknya suatu pemerintahan sebagai

pelaksana Negara didasarkan pada tujuan untuk mencapai suatu kesejahteraan

bagi warga Negara. Di Indonesia berawal terbentuknya negara adalah kejadian

terjadinya bom Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 -9 Agustus 1945 pada

perang Dunia II yang menyebabkan kalah telaknya Jepang dengan sekutu

(Amerika Serikat) pada saat itu. Sehari kemudian para pemuda yang tergabung

dalam BPUPKI atau disebut “Dukuritsu Junbi Cosakai” dan PPKI atau disebut

“Dukuritsu Junbi Inkai” menegaskan keinginan dan tujuan mencapai

kemerdekaan Indonesia. Dalam moment itu juga dimanfaatkan oleh para pemuda

Indonesia melakukan penculikan terhadap Ir. Soekarno dan Muh. Hatta ke

Rengasdengklok di rumah Laksamana Muda Maeda, dan pada saat itu mendesak

beliau agar memerdekakan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun

puhak jepang tetap melakukan ketegasan kemerdekaan Jepang pada tanggal 24

Agustus. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada

sekutu (Amerika Serika). Dan pada saat itu tentara dan angkatan laut Jepang yang

masih berkuasa di Indonesia mengembalikan kekuasaan ke Indonesia ke tangan

sekutu. Namun para pemuda tidak mau dengan hal itu dan mendesak Ir. Soekarno

dan Muh. Hatta untuk memerdekakan Indonesia.

Banyaknya pasang surut pasca kemerdekaan Indonesia yang menyebabkan

(5)

2

di setiap era. Kemerdekaan Indonesia itulah yang menyebabkan Negara Indonesia

mengalami kamuflase pada setiap periode kepemimpinan, mulai dari masa Ir.

Seokarno, Soeharto, B.J Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati dan Susilo

Bambang Yudhoyono serta pemerintahan Jokowi pada era saat ini. Dampak dalam

kemerdekaan Indonesia berpengaruh kuat terhadap sistem pemerintahan

Indonesia. Hal tersebut terlihat jelas bagaimana periode masa pasca kemerdekaan

perubahan secara terus-menerus mengalami perubahan yang jelas.

B. Rumusan Masalah

1) Bagimanakah pengertian demokrasi menurut beberapa parah ahli dan

perkembangannya ?

2) Bagaimana Sejarah dan perkembangan demokrasi di Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan

1) Mengetahui pengertian demokrasi menurut beberapa parah ahli dan

perkembangannya

2) Mengetahui sejarah demokrasi di Indonesia

D. Manfaat pembahasan

Agar mengenal sejarah demokrasi di Indonesia pada masa orde lama, orde

(6)

3 BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian demokrasi

Kata demokrasi merupakan hal yang mudah dimengerti oleh semua

kalangan masyarakat. Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa

(etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi terdiri dari

dua kata yang bersal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang artinya rakyat atau

penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau

kedaulatan. Jadi secara bahasa adalah keadaan dimana dalam sistem

pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada

dalam keputusan bersama rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat dan

kekuasaan oleh rakyat.

Menurut beberapa para ahli mengenai pengertian demokrasi, antara lain:

Menurut Hornby dalam The Advanced Learner’s Dictionary of current

English bahwa konsep kehidupan Negara atau masyarakat, dimana warga Negara

dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya yang

dipilih melalui pemilihan umum.1 Dalam hal itu pemerintah dalam wilayah

demokrasi juga mendorong kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat,

berserikat dan menegakkan rule of law.

Menurut Noer Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara bahwa pada

tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok

mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan Negara, karena

1

(7)

4

kebijakan tersebut menentukan kehidupan rakyat.2 Sebab menurut beliau Negara

yang demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan

kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, ia berarti suatu

pengorganisasian Negara yang dilakukan rakyat sendiri atau asas-asas persetujuan

rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat. Begitu juga menurut Suady

Husein dalam buku Ilmu Kewarganegaraan berpendapat bahwa Negara yang

menganut sistem demokrasi adalah Negara yang menyelenggarakan berdasarkan

kehendak dan kemauan rakyat3.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan

dalam suatu Negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip “tias politika”)

dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Intinya, setiap lembaga Negara bukan saja

harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang

mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga Negara dan mekanisme ini mampu

secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga

negara tersebut4.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi

ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk

diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan

berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi

2

Prof. Dr. H. Kaelan, M.S, Drs. H Achmad Zubaidi, M.Si. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma. Hal 55

3

Suady Husein. 2008. Ilmu Kewarganegaraan. Medan: UNIMED. Hal 69.

4

(8)

5

ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa

saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and

balances5. Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk

diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah

(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat

yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali

menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Menurut Lyman Towen Sangent, dalam prinsip-prinsip demokrasi

meliputi6 :

1. Keterlibatan warga negara dalam pembentukan keputusan politik; 2. Tingkat persamaan tertentu di antara warga negara;

3. Tingkat kemerdekaan atau kebebasan tertentu yang diakui oleh para warga negara;

4. Suatu sistem perwakilan;

5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas

Dari pernyataan Lyman tersebut, dalam sistem demokrasi disuatu negara

dapat ditemukan dua hal prinsip dalam demokrasi, yaitu persamaan dan kebebasan

dari warga negara. Maka demokrasi merupakan suatu cermin dalam pemerintahan

yang berasal dari rakyat karena rakyatlah yang memiliki adil dalam menentukan

kebijakan pemerintah, oleh rakyat diberikan semua kepada rakyat sebagai awal

terbentuknya suatu pemerintahan, dan untuk rakyat yang berawal terbentuknya

Negara, semua berasal dari rakyat sebagai pondasi awal terbentuknya Negara dan

pemerintahan.

5

Jailani, S.H., M.H. Sistem Demokrasi Di Indonesia Ditinjau Dari Sudut Hukum Ketatanegaraan. Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor I Januari 2015. Hal 137

6

(9)

6 B. Sejarah Demokrasi di Indonesia.

Demokrasi tercetus dari paham atau sebagai ajaran Plato (429 – 347 SM)

dan Aristoteles (384 – 322 SM) dalam bentuk pemerintahan Klasik. Dan pada

masa Yunani Kuno, berlangsung dalam kondisi sederhana dengan wilayah Negara

hanya terbatas pada sebuah kota kecil dengan jumlah penduduk sekitar 300.000

orang.7 Demokrasi juga berawal pada Negara Amerika yang dicetuskan oleh

Presiden Amerika Serikat yaitu Abraham Lincon (1808 – 1865) mengenai

perbudakan pada kaum kulit hitam di Amerika Serikat. Maka pada saat itu

tercetuslah arti kata democracy is government of the people, by the people and for

people.8 Dengan adanya kemerdekaan pada setiap Negara akan tercetusnya paham

yang dianut dalam masing-masing Negara. Termasuklah Negara yang terjajah

oleh kolonialisme dan imperialisme.

Demokrasi di Indonesia tumbuh dan berkembang seiring perjuangan para

pahlawan bangsa. Mulai dari pergerakan-pergerakan serta paham-paham yang

masuk di Indonesia menimbulkan gagasan tersendiri kearah mana Negara ini kan

dituju oleh Founding Father. Para pendiri bangsa tidaklah semuadah itu

menentukan kearah mana dan bentuk Negara seperti apa yang akan dimulai.

Menurut Prof. Dr. Azyumadi Azra, MA sejarah demokrasi di Indonesia

mengalami pasang surut (fluktuasi) dari masa kemerdekaan sampai dengan saat

7

Pada saat itu ketentuan-ketentuan menikmati hak demokrasi hanya berlaku untuk warga Negara yang resmi, sedangkan warga Negara yang berstatus budak berlian, pedagang asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat menikmatinya. Lihat Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media. Hal. 125

8

(10)

7

ini9. Tantangan dan rintangan yang dihadapi semakin kearah yang tajam. Dalam

perjalanan bangsa dan Negara Indonesia, masalah pokok yang dihadapi ialah

bagaimana demokrasi mewujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Terdapat 4 (empat) periode sejarah demokrasi di Indonesia yaitu pada a. periode

1945 - 1959; b. periode 1959 – 1965; c periode 1965 – 1998; dan, d. periode 1998

– sekarang.

a. Periode 1945 - 1959 (Demokrasi Liberal atau Demokrasi

parlementer)

Demokrasi pada saat ini lebih dikenal dengan demokrasi parlementer atau

sering dikenal dengan demokrasi Liberal. Dan sebelum itu pada masa berlakunya

UUD 1945 yang terjadi pada periode pertama yaitu pada tahun 1945 – 1949

kemudian dilanjutkan pada masa berlakunya republik Indonesia Serikat (RIS)

1949 dan UUDS 1950. Dalam pemerintahan RIS, Indonesia dipimpin oleh

Presiden RIS yaitu Ir. Soekarno dan Presiden RI yaitu As Aad. Dan terdapat 16

negara Bagian dari hasil Konfrensi Meja Bundar (KMB). Sejak tanggal 17

Agustus 1950, Konstitusi RIS digantikan oleh UUD 1950. bentuk negara serikat

berubah menjadi negara kesatuan. Sistem demokrasi liberal yang sebenarnya

dimulai pada saat RI dibawah UUD 1950. Akibatnya jatuh bangunnya kabinet

menjadi pemandangan yang lazim. Menurut Rusdi Kartaprawira, selama periode

1950 - 1959 terdapat 7 kabinet. Hal itu berarti rata-rata umur kabinet kurang dari

15 bulan saja10.

9

Op. Cit. Hal 130

10

(11)

8

Menurut Jazim Hamdi dan Mustafa Lutfi menyatakan bahwa pada saat itu

implementasinya sistem parlementer tidak sejalan dengan UUD 1945, sebab

persatuan yang digalang selama ini terlalu lemah dan memberi peluang kepada

partai – partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat pada saat itu11.

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer

dimana badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala Negara konstitusional

(constutusional head) beserta menteri – menterinya yang mempunyai tanggung

jawab politik12. Sejalan dengan pendapat Azyumardi Azra, menurut Srijanti dkk

berpendapat bahwa pada saat itu pula Negara demokrasi dengan sistem

pemerintahan parlementer kedudukan Negara dibawah DPR dan keberadaanya

sangat tergantung pada dukungan DPR, maka timbulnya banyak pendapat yang

mendasar diantara partai politik sangat besar13.

Pada hal tersebut Presiden sebagai kepala Negara dan kepala Pemerintahan

tidak mau bertindak sebagai “rubber stamp president” (presiden membumbuhi

capnya belaka) dan tentara yang lahir pada masa revolusi merasa bertanggung

jawab untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat

Indonesia pada umumnya. Kenyataan seringnya kabinet silih berganti tersebut

menimbulkan ketidakpuasan dikalangan politisi. Demikian pula pemerintahan

yang tersentralisasi di Jawa banyak menimbulkan kecemburuan sosial pada

11

Dr. Jazim Hamdi, SH, M.H dan Mustafa Lutfi S.Pd, SH, M.H. 2010. Civic Education. Jakarta: Gramedia

12

Azyumardi Azra. Op. Cit hal 130. Dan pada saat itu fragmentasi partai politik usia cabinet pada saat ini jarang dapat bertahan cukup lama. Koalisi yang dibangun dengan sangat gampang pecah, dalam hal tersebut mengakibatkan destabilisasi politik nasional.

13

(12)

9

bagian-bagian lain dari wilayah tanah air. Berbagai bentuk pemberontakan seperti

: PRRI Permesta, Kahar Muzakar, DI/TII, Andi Azis dan Andi Selle menjadi

bukti keadaan seperti itu.

Dan menurut Azyumadi Azra terdapat faktor – faktor tidak mampunya

anggota – anggota partai politik yang tergabung dalam konstituante untuk

menyempurnakan dasar Negara untuk undang – undang dasar yang baru. Dewan

Konstituante yang mendapatkan tugas menetapkan dasar negara telah gagal ketika

di dalam persidangan kelompok pendukung Pancasila dan kelompok pendukung

Islam tak sepaham. Ketidaksepahaman mereka bertumpu pada usulan agar Piagam

Jakarta dimasukkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 29 ayat (1) UUD

1945 diamandir, sehingga berbunyi : “ Negara berdasar atas Ketuhanan Yang

Maha Esa, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi

pemeluk-pemeluknya“. Kecurigaan bahwa Indonesia akan menjadi negara Islam

menjadikan Konstituante gagal mengambil keputusan atas rancangan UUD baru14.

Maka pada saat itu Ir Soekarno didesak untuk mengeluarkan Dekrit

Presiden 5 Juli 194515. Dan pada saat dikeluarkannya dekrit tersebut berubahlah

sistem pemerintahan parlementer menjadi sistem pemerintahan demokrasi

terpimpin.

b. Periode 1959 – 1965 (Demokrasi Terpimpin)

Kegagalan lembaga Konstituante dalam menetapkan Undang – Undang

Dasar yang baru yang diikuti dengan perpolitikan yang sangat memanas dan tidak

14

Ismail Sunny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta,1981 hal. 197.

15

(13)

10

mampu mengatasinya. Terdapat ciri – ciri demokrasi terpimpin menurut Ir.

Soekarno pada saat dikeluarkannya Dekrit Presiden 1959, dalam amanahnya

terdapat 12 definisi tentang demokrasi terpimpin, antara lain16:

1) Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi atau menurut istilah Undang

– undang Dasar 1945 yang berbunyi “ kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”

2) Demokrasi Terpimpin bukanlah diktator, berlainan dengan demokrasi sentralisme, dan berbeda pula dengan demokrasi liberal yang dipraktekan selama ini;

3) Demokarsi terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia;

4) Demokrasi terpimpin adalah demokrasi disegala soal ketatanegaraan dan kemasyarakatan;

5) Inti dari pimpinan dalam demokarsi terpimpin adalam musyawaratan;

Sekali lagi mengenai peranan (pemerintahan) negara dalam

penyelenggaraan demokrasi terjadi perubahan yang mendasar ketika Ketetapan

MPRS No. VIII / MPRS / 1965 menetapkan Demokrasi Terpimpin yang oleh

Soekarno dikatakan sebagai demokrasi yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan

dalam permusyawaratan dan perwakilan sebagai landasan pelaksanaan demokrasi

di Indonesia17.Ide tentang Demokrasi Terpimpin banyak ditentang oleh kelompok

oposisi. Mereka menolak gagasan demokrasi semacam itu karena pengertian

terpimpin bertentangan dengan demokrasi. Syarat mutlak demokrasi adalah

kebebasan sedangkan kata terpimpin justru akan meniadakan atau menghilangkan

kebebasan itu sendiri. Demokrasi Terpimpin menuju kearah praktek diktatorial

dalam pelaksanaan demokrasi18.

16

Jazim dan Mustafa. Op. Cit, 197-198

17

Moh. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,1971 hal. 212- 214

18

(14)

11

Dan sebenarnya pada masa demokrasi terpimpin tidak bertentangan

dengan Pancasila dan UUD 1945, hanya saja konsep tersebut tidak direalisasikan

sebagaimana mestinya, sehingga seringkali menyimpang dari nilai-nilai Pancasila,

UUD 1945 dan budaya Bangsa. Menurut Azyumardi Azra terdapat beberapa

penyimpangan yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin yaitu19:

1. Ir Seokarno membubarkan DPR hasil pemilihan umum, padahal secara

eksplisit dalam UUD 1945 bahwa presiden tidak mempunyai

wewenang untuk berbuat demikian.

2. DPRG yang mengantikan DPR hasil pemilu ditonjolkan perannya

sebagai pembantu pemerintah sedangkan fungsi kontrol ditiadakan.

3. Penyelewengan dibidang perundang-undangan dimana tindakan

pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (Penpres) yang

emakai dekrit Presiden sebagai sumber hukum

4. Mendirikan badan ekstra konstitusional seperti Fron nasional yang

ternyata dipakai oleh pihak komunis sebagai kegiatan.

5. Partai politik dan pers yang sedikit menyimpang dari “rel revolusi”

tidak dibenarkan dan dibredel. Sedangkan politik mercusuar di bidang

hubungan luar negeri menyebabkan ekonomi menjadi tambah seram.

6. Menetapkan presiden Ir Siekarno menjadi presiden seumur hidup. Dan

dalam pandangan A. Syaifi’i Ma’arif demokrasi terpimpin sebenarnya

menempatkan Soekarno sebagai ayah dalam family besar yang

bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat pada tangannya. Dan

19

(15)

12

dalam hal ini terjadinya pengingkaran nilai-nilai demokrasi yaitu

absolutism dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin, serta

tidak ada control sosial dan chek and balance dari legislative terhadap

eksekutif.

c. Periode 1965 – 1998 (Demokrasi Orde baru)

Runtuhnya pemerintahan Soekarno selanjutnya digantikan oleh Soeharto

di tahun 1968. selama 2 tahun Soeharto menerima tugas dari Soekarno guna

menyelesaikan kemelut pemberontakan Gerakan 30 September / PKI atas dasar

Surat Perintah 11 Maret 1966. Keberhasilan tugas Soeharto menimbulkan

kepercayaan MPR sebagai simbol tertinggi perwakilan rakyat untuk

mengangkatnya selaku Presiden RI. Pada awalnya pemerintahan Orde Baru

dibawah Presiden Soeharto mengedepankan pluralisme dalam menyelenggarakan

demokrasi. Langgam sistem politik yang bersifat pluralistic sebagai perlawanan

terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara yang otoriter berdasarkan

Demokrasi Terpimpin. Format baru sistem politik Indonesia menemui bentuknya

ketika ditetapkan Demokrasi Pancasila sebagai landasan pelaksanaan demokrasi.

Demokrasi Pancasila bagi pemerintahan Orde Baru dianggap sebagai langkah

penyelenggaraan integrasi nasional. Berdasarkan Ketetapan MPR

No.II/MPR/1983 tentang GBHN, Demokrasi Pancasila diteguhkan dan Pancasila

sebagai satu-satunya azas yang mewarnai sistem politik di Indonesia. Formulasi

azas tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1988 Tentang

Ormas dan Orpol. Bagaimanapun juga kanalisasi kekuatan politik dalam

(16)

13

mencerminkan gagasan pluralisme yang menghendaki keanekaragaman isme di

dalam penyelenggaraan demokrasi.20 Apabila dikaji secara ilmiah dalam

prinsip-prinsip Demokasi Pancasila pada masa orde Baru. Menurut Srijanti dkk

menyatakan bahwa kesesuaian pada masa itu sangatlah ada. Namun, dalam

praktiknya demokrasi yang dijalankan pada masa itu masih ada penyimpangan –

penyimpangan yang dilakukan oleh penguasa Orde Baru. Antara lain21:

1) Peyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan tidak adil.

2) Penegakan kebebasan berpolitik bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)

3) Kekuasaan kehakiman (Yudikatif) yang tidak mandiri karena para hakim adalah anggota PNS Departemen kehakiman.

4) Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat. 5) Sistem kepartaian yang otonom dan berat sebelah.

6) Maraknya prektik kolusi, korupsi, dan nepotisme.

7) Menteri – menteri dan gubernur diangkat menjadi anggota MPR.

Runtuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 membawa pula

hapusnya konsep dan pelaksanaan Demokrasi Pancasila ditanah air.

Penyelenggaraan demokrasi kini bertumpu pada UUD 1945 setelah mengalami

amandemen. Secara redaksional tugas, fungsi dan wewenang DPR sebagai

perwujudan aspirasi rakyat masih seperti pengaturan UUD 1945 lama. Perubahan

hanya menyangkut sistematika pengaturan, tidak mengenai substansi materi

pengaturannya. Pada dasarnya DPR mempunyai fungsi legislasi (pengaturan),

pengawasan dan budgeting (anggaran). Ada satu kritik yang menyangkut sistem

pemerintahan negara. Sistem pemerintahan presidensiil yang dipertahankan dalam

UUD 1945 setelah amandemen oleh Yusril Ihza Mahendra dan beberapa tokoh

20

Moh. Mahfud MD. 1999, Pergulatan Politik Dan Hukum Di Indonesia, Gama Media, Jakarta, hal. 236-237.

21

(17)

14

lain22 dipandang perlu diubah menjadi sistem pemerintahan parlementer.

Alasannya untuk memberitempat kepada orang yang mempunyai kharisma dan

pengikut tetapi kurangkapabel untuk mengantisipasi sistem multi partai yang tak

mungkin menghasilkan pemenang mayoritas mutlak. Sementara ada pendapat lain

yang tetap menghendaki sistem pemerintahan presidensiil.

Menurut pendapat tersebut otoritarisme yang menggejala selama ini,

bukan disebabkan oleh sistem pemerintahan yang dianut tetapi oleh tidak

dielaborasikannya secara ketat prinsip – prinsip konstitusionalisme didalam UUD

1945. Diakui bahwa UUD 1945 memang membangun sistem executive heavy,

mengandung ambigu, terlalu banyak atribusi kewenangan sehingga seringkali

penguasa negara menggunakannya guna mengakumulasikan kekuasaannya secara

terus menerus. Tepatlah kalau dalam Penjelasan UUD 1945 dinyatakan “yang

sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah

semangat, semangat para penyelenggara Negara”. Namun sayangnya kepercayaan

tersebut tidak dikawal dengan sistem yang ketat .23

d. Periode 1998 – sekarang (demokrasi era Reformasi)

Runtuhnya rezim otoriter pada masa orde baru membawa perubahan yang

terjadi setalah tahun 1998 di Indonesia. Angin segar yang dibawa oleh para

mahasiswa dan aktivis 1998 membuka cakrawala di era pembaharuan atau dikenal

dengan era reformasi. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis,

karena pada fase ini akan ditentukan kemana arah demokrasi yang akan dibangun.

Selain itu dalam fase ini bisa terjadi pembalikan arah perjalanan bangsa dan

22

Moh. Mahfud MD, Op Cit, , hal. 153.

(18)

15

Negara Indonesia yang mengantarkan Indonesia kembali memasuki masa otoriter

sebagaiman pernah terjadi pada masa orde lama dan orde baru yang membuat

rakyat Indonesia trauma akan hal tersebut.

Menurut Azyumadi Azra terdapat empat faktor kunci sukses dan gagalnya

masa transisi reformasi di Indonesia, yakni24: (1) komposisi elite politik, (2)

desain institusi politik, (3) kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik,

dan (4) peran civil society (masyarakat madani). Menurut beliau keempat faktor

tersebut harus sejalan secara sinergis dan terarah.

Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis berbagi kehidupan,

yaitu: krisis politik, ekonomi, hukum dan krisis sosial yang puncaknya melahirkan

krisis kepercayaan. Agenda utama reformasi pada saat itu adalah pergantian

kepemimpinan nasional, yang dipandang sebagai pangkal persoalan demokrasi di

Indonesia25.

Masalah paling mendasar yang dihadapi pasca transisi adalah sejauh mana

kesanggupan rezim pasca otoritarian membangun (instalasi) demokrasi yang

ujungnya bermuara pada konsolidasi demokrasi. Instalasi demokrasi di Indonesia

dimulai setelah melewati pemilu yang demokratis dan Sidang Umum MPR 1999

26

. Dalam pemilu pada era reformasi diikuti oleh banyak partai dan berhasil

memilih presiden baru yang dipilih yaitu K.H Abdurahman Wahid atau lebih

dikenal dengan Gusdur. dalam pemerintahan beliau terbentuk tidaklah panjang.

Dalam pemerintahannya harus dilengserkan dan diterpa berbagai kasus (meskipun

24

Azyumadi Azra. Op.Cit. 135

25

Fahri Hamzah. 2012. Demokrasi, Transisi, Korupsi (okestra pemberantasan korupsi sistematik). Yayyasan Faham Indonesia: Mataram. Hal 2

26

(19)

16

belum ada keputusan pengadilan yang menyatakan gusdur bersalah). Pada tataran

empiris, sejak berakhirnya tahapan transisi yang ditandai dengan terbentuknya

pemerintahan baru yang legitimate sampai dengan saat ini ada beberapa indikator

yang mengarah pada pembentukan instalasi demokrasi. Indikator itu antara lain

dapat ditunjukkan sebagai berikut 27:

1) Amandemenisasi terhadap UUD 1945 telah dilakukan sebanyak dua kali.

2) Ditetapkannya serangkaian ketetapan produk lembaga tertinggi negara yang menjadi dasar reformasi politik.

3) Kekuasaan lembaga kepresidenan dapat dikontrol sehingga berimplikasi pada dicabutnya mandat presiden seperti kasus yang terjadi pada Gus Dur.

4) Menguatnya peran lembaga legislatif.

5) Dibangunnya nuansa kehidupan kepartaian yang sehat.

6) Terciptanya iklim yang kondusif bagi penguatan masyarakat sipil. 7) Dibangunnya jajaran birokrasi yang bersifat netral dan profesional. 8) Dibangunnya pola rekrutmen politik yang terbuka serta mengarah

pada profesionalisasi.

9) Dilakukannya berbagai upaya pemberantasan korupsi baik di tingkat pusat mau pun daerah.

10)Diberikannya otonomi yang seluas-luasnya pada daerah.

11)Diberikannya ruang gerak yang cukup untuk melakukan partisipasi politik otonom.

12)Dibangunnya suasana penghormatan terhadap HAM.

13)Telah dilakukannya berbagai upaya manajemen konflik seperti di Aceh dan Maluku.

14)Dikuranginya peran militer dalam politik.

Maka pada masa itu digantikan oleh Megawati Soekarno Putri anak dari

mantan Presiden RI 1 yaitu Ir. Soekarno sebagai presiden RI kelima dan wakilnya

adalah Hamzah Haz dari partai PPP. Pada tahun 2004 yang merupakan pemilu

presiden langsung pertama terpilihlah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono

(presiden) dan Jusuf kala (wakil Presiden). Dan pada masa beliau banyak terjadi

perubahan yang sangat signifikan. Antara lain banyaknya

27

(20)

17

kesejahteraan pegawai negeri sipil terutama ada tenaga pengajar (guru) dan non

PNS, pemberantasan korupsi di berbagai Instansi Negara baik dalam tingkat pusat

dan daerah, dibentuknya KPK (komisi Pemberantasan Korupsi), berhasil

melakukan konversi minyak tanah ke Gas Elpiji (LPG). Atas kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintah pada saat itu, maka tahun 2009 terpilihnya

kembali susilo Bambang Yudhoyono dan pasangannya yaitu Boediono terpilih

menjadi presiden dan wakil presiden hingga 2014 28. Namun pada masa itu

banyak juga terjadinya kebijakan-kebijakan yang memberatkan rakyat, misalnya

kenaikan harga BBM, meskipun disertakan kompensasi bagi rakyat miskin seperti

bantaun langsung tunai, beras miskin, dan sebagainya. Dalam kebijakan itu pula

banyak terdapat kritik di era pemerintahan SBY pada saat itu yang semakin

memanas diakrenakan banyak pejabat dikalangan partainya dan partai koalisinya

yang tersangkut dugaan korupsi baik dalam pejabat pusat dan daerah yang silih

berganti masuk dan keluar penjara akibat dari KKN.

Namun perubahan demokrasi masyarakat Indonesia tidak hanya sampai

pada saat ini saja. Pada tahun 2014, pemerintahan Indonesia menikmati demokrasi

ke tiga setelah era kepemimpinan SBY diganti dengan pemerintahan Joko Widodo

(Jokowi) sebagai Presiden RI dan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden dengan

mengkampanyekan slogan “Kerja Nyata” dan “revolusi Mental” kepada

masyarakat Indonesia sebagai tonggak awal perubahan demokrasi Indonesia

menjadi lebih baik.

28

(21)

18 BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kata demokrasi merupakan hal yang mudah dimengerti oleh semua

kalangan masyarakat. Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa

(etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi terdiri dari

dua kata yang bersal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang artinya rakyat atau

penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau

kedaulatan. Jadi secara bahasa adalah keadaan dimana dalam sistem

pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada

dalam keputusan bersama rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat dan

kekuasaan oleh rakyat.

Dalam perjalanan bangsa dan Negara Indonesia, masalah pokok yang

dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Terdapat 4 (empat) periode sejarah demokrasi di Indonesia yaitu

pada a. periode 1945 - 1959; b. periode 1959 – 1965; c periode 1965 – 1998; dan,

d. periode 1998 – sekarang.

B. SARAN

Demikian hasil dari makalah ini, bila ada kekurangan bisa disempurnakan

di kemudian hari. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi pembaca dalam

(22)

19 DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Hamdi, Jazim. dan Lutfi, Mustafa. 2010. Civic Education. Jakarta: Gramedia

Azra, Azyumardi. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic education):

Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta:

Prenada Media.

E Kus Eddy Sartono, Sunarso, Pendidikan Kewarganegaraan, Penerbit: UNY

Press

Kaelan, dan , Zubaidi Achmad. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan.

Yogyakarta: Paradigma.

Suady Husein. 2008. Ilmu Kewarganegaraan. Medan: UNIMED

Srijanti, A. Rahman, dan Purwanto. 2007. Etika Berwarga Negara Edisi 2.

Jakarta: Salemba Empat.

Sofhian, Subhan. dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:

Fokusmedia.

Rusdi Kartaprawira, 1977. Sistem Politik Indonesia, Tribisana: Bandung

Ismail Sunny, 1981. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru: Jakarta,

Moh. Yamin, 1971. Naskah Persiapan UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta.

Soempono Djojowadono. 1958Demokrasi Dalam Pembangunan Di Indonesia,

Prasaran Seminar Demokrasi, FISIP UGM: Yogyakarta.

Moh. Mahfud MD. 1999. Pergulatan Politik Dan Hukum Di Indonesia. Gama

(23)

20

Hamzah, Fahri. 2012. Demokrasi, Transisi, Korupsi (okestra pemberantasan

korupsi sistematik). Yayyasan Faham Indonesia: Mataram.

Setiawan, . Deny. 2016. Ilmu Kewarganegaraan. Larispa Indonesia: Medan

JURNAL

Jailani, S.H., M.H. Sistem Demokrasi Di Indonesia Ditinjau Dari Sudut Hukum

Ketatanegaraan. Jurnal Inovatif, Volume VIII Nomor I Januari 2015. Hal

137

Referensi

Dokumen terkait

Kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal seperti kemampuan menghimpun dana

Metode yang digunakan dalam akuisisi data yaitu metode seismik refraksi dengan interpretasi data menggunakan Metode Hagiwara untuk menentukan kedalaman suatu lapisan tanah

Seperti yang tertuang dalam Perda No.4 tahun 2011 “ Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL adalah pedagang yang melakukan usaha perdagangan di sektor

Distribusi spasial diamati berdasarkan kecenderungan jumlah/macam spesies dan jumlah individu setiap spesies yang ditemukan pada setiap tapak dan rentang waktu yang

Dari sistem Informasi Pendaftaran TV Berlanggan ini, admin dapat melakukan login, cek Pelanggan, Input Channel, Input Paket, cek pembayaran... 10 2.5

Antioxidant activity including 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) radical, 2,2'-azino- bis(3-ethylbenzothiazoline-6-sulphonic acid) (ABTS) radical cation and reducing power

aplikasi jelas , 82,50% anggota Paguyuban dan 87,50% dari anak-anak menyatakan Aplikasi ini membuat Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang gamelan , dan 75,00%

terdapat di mana-mana, tidak hanya pada sebuah superkomputer dengan 25 processor- nya, sebuah komputer genggampun telah di lengkapi dengan perangkat lunak yang dapat di