• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Teknik Geologi pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Program Studi Teknik Geologi pdf"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Lapangan

Mata Kuliah Petrologi daerah Gorontalo

Pohuwato

Propinsi Gorontalo

\

Oleh :

Fauzul Chaidir A. Usman

471415002

Program Studi Teknik Geologi

Jurusan Ilmu dan teknologi kebumian

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Unversitas Negeri Gorontalo

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

Judul : Praktikum Lapangan Petrologi Daerah Gorontalo -

Pohuwato

Nama Praktikan : Fauzul Chaidir A. Usman

NIM : 471 415 002

Program Studi : Teknik Geologi

Email : fauzulchaidir@gmail.com

Lama Praktikum : 1 Hari

Lokasi Praktikum : Ruas Jalan Raya Trans Sulawesi Gorontalo -

Pohuwato

Mengetahui,

Dosen Pengampu

Muhammad Kasim, S.T., M.T.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita hanturkan kepada Allah swt atas nikmat iman,

kesehatan, kesempatan dan kecerdasan yang diberikan-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan laporan praktikum lapangan dalam mata kuliah Petrologi daerah

Gorontalo - Pohuwato ini dengan sebaik-baiknya.

Tak lupa pula shalawat dan salam kita kirmkan kepada baginda Rasulullah

SAW yang mana merupakan tokoh percontohan kita sekalian sekaligus

penyelamat kita dari gelapnya zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan

yang luas seperti saat ini.

Kita sadari bersama bahwasanya laporan ini masih jauh dari kata

sempurna. Masih banyak kesalahan-kesalahan dalam laporan yang perlu

diperbaiki. Oleh karenanya, dperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun

sehingga laporan ini dapat jadi lebih baik dan bermanfaat.

Gorontalo, Juni 2016

(4)

DAFTAR ISI

BAB II GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM ... 3

2.1. Fisiografi Regional ... 3

2.2. Stratigrafi Regional ... 4

2.3. Struktur Geologi Regional ... 6

(5)

BAB VI PENUTUP ... 20

6.1. Kesimpulan ... 20

6.2. Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 22

1. Peta lintasan dan Kerangka Geologi ... 22

(6)

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Skala Ukuran Butir Batuan Sedimen Wentworth ... 12

(7)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. Peta Geologi Regional Lembar Tilamuta ... 3

GAMBAR 2. Rekonstruksi Paleotektonik Sulawesi ... 7

GAMBAR 3. Siklus Batuan ... 9

GAMBAR 4. Klasifikasi Batuan Beku ... 11

(8)

DAFTAR FOTO

FOTO 1. Batuan Beku Intermediet di Stasiun 1 ... 16

FOTO 2. Fragmen Batuan Piroklastik pada Stasiun 1 ... 16

FOTO 3. Struktur Perlapisan Batuan Sedimen ... 17

FOTO 4. Struktur Sesar pada Singkapan Stasiun 2 ... 17

FOTO 5. Batuan Beku Intermediet di Stasiun 3 ... 18

FOTO 6. Batuan Beku Intermediet pada Stasiun 4 ... 19

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Peta Lintasan Praktikum Lapangan ... 22

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Petrologi merupakan salah satu bidang ilmu geologi yang mempelajari

tentang batuan, mulai dari proses pembentukannya, asal mula batuannya,

klasifikasinya, mineral-mineral penuyusunnya, serta struktur-struktur yang

terdapat pada batuan tersebut. Keberadaan suatu batuan pada suatu daerah

mencerminkan keadaan daerah tersebut. Hal ini membuktikan pentingnya

peranan suatu batuan dalam kehidupan kita.

Lengan utara sulawesi merupakan daerah yang sebaran batuannya

dipengaruhi oleh adanya penunjaman dari utara. Tentunya hal ini

mengakibatkan penyebaran batuan vulkanik di lengan utara sulawesi.

Penyebaran batuan di daerah Gorontalo sangat beragam mengingat adanya

pengaruh dari penunjaman dari utara. Oleh karena itu, diadakannya praktikum

lapangan untuk mata kuliah petrologi pada daerah Gorontalo – Pohuwato.

Laporan ini dibuat sebagai hasil dari praktikum lapangan petrologi

daerah Gorontalo – Puhowato dan sekaligus sebagai syarat dari mata kuliah

Petrologi.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan praktikum lapangan petrologi di

daerah Gorontalo – Pohuwato ialah untuk mengetahui penyebaran batuan

yang berada di daerah Gorontalo – Pohuwato sekaligus sebagai syarat

ketuntasan dari mata kuliah Petrologi.

1.3. Lokasi dan Kesampaian daerah

Lokasi dilaksanakannya praktikum lapangan Petrologi ini adalah

sepanjang ruas jalan Trans Sulawesi Gorontalo – Pohuwato pada tiap-tiap

(11)

Mekanisme pengamatan ialah berhenti pada tiap-tiap singkapan sepanjang

perjalanan Gorontalo - Pohuwato untuk melakukan pengamatan batuan.

1.4. Waktu Praktikum

Waktu dilaksanakannya praktikum petrologi di daerah Gorontalo – Marisa

ialah pada hari Sabtu, 21 Mei 2016 dimulai dari pukul 07.00 waktu setempat

(12)

BAB II

GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM

Gambar 1. Peta Geologi Regional diambil dari lembar Tilamuta (Bachri et al., 1993)

2.1. Fisiografi Regional

Secara fisiografis, Gorontalo berada di bagian tengah Lengan Utara

Sulawesi. Gorontalo dibagi ke dalam empat zona fisiografis utama, yaitu

Zona Pegunungan Utara, Zona Depresi Limboto, Zona Pegunungan Selatan,

Zona Perbukitan Bergelombang dan Zona Dataran Pantai (Bemmelen, 1949).

Zona Pegunungan Selatan umumnya terdiri dari formasi-formasi batuan

sedimenter gunung api berumur sangat tua di Gorontalo, yaitu Eosen –

Oligosen (kira-kira 50 juta hingga 30 juta tahun yang lalu) dan intrusi-intrusi

(13)

Zona daratan pantai Pohuwato meliputi Dataran yang terbentang dari

Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi

Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya

merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut.

Daerah penelitian berada di sepanjang jalan trans sulawesi yang mencakup

pada zona pegunungan selatan dan zona dataran pantai Pohuwato.

2.2. Stratigrafi regional

Mengacu pada peta lembar Tilamuta oleh Bachri et al. (1993), susunan

stratigrafi regional daerah penelitian dari muda ke tua diurutkan sebagai :

Aluvium (Qal) : pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil, dan kerakal, berupa endapan pantai, rawa, dan sungai. Pelamparannya terutama di

daerah pesisir selatan bagian barat, yaitu muara S. Randangan dan

sekitarnya.

Batugamping Terumbu (Ql) : batugamping koral. Berwarna putih, dan umumnya pejal.satuan ini sebagian sudah terangkat membentuk

perbukitan sedang sebagian lainnya masih berkembang terus di bawah

muka laut hingga sekarang.

Endapan Danau (Qpl) : batulempung, batupasir, dan kerikil. Endapan ini umumnya dikuasai oleh batulempung abu-abu kecoklatan; setempat

mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Sebaran satuan ini terutama

menempati daerah Lembah Paguyaman dan disekitar Danau Limboto.

Ketebalannya mencapai 94 m, dengan alas batuan diorit (Trail, 1974).  Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv) : aglomerat, tuf, lava

andesitik-basaltik. Satuan ini diduga menindih Breksi Wobudu, sehingga umurnya

diperkirakan Pliosen Akhir sampai Pleistosen awal. Sebaran satuan ini

terdapat di sebelah selatan dan tenggara Lembah Paguyaman, juga di

dekat Teluk Kuandang, dan di beberapa tempat yang bukit-bukit terpisah

(14)

Granodiorit Bumbulan (Tpb) : granodiorit, granit, dasit, monzonit kuarsa. Satuan batuan ini terdapat di bagian selatan Lembar, terutama di

daerah Bumbulan (Paguat), hingga sebelah sebelah barat Marisa.

Singkapan yang dijumpai umumnya sudah lapuk (Bachri et al., 1993).  Batuan gunungapi Pani (Tppv) : Dasit, Andesit, tuf, aglomerat, breksi

gunungapi. Batuan gunungapi ini menindih takselaras Formasi

Randangan. Jadi, umur batuan gunungapi Pani diperkirakan Pliosen awal,

sesuai juga dengan perkiraan Trail (1974). Tebal formasi ini diperkirakan

mencapai ratusan meter (Bachri et al., 1993).

Diorit Boliohuto (Tmbo) : diorit, granodiorit. Satuan ini terdiri dari batuan diorit sampai granodiorit yang mengandung kuarsa 20% dengan

kandungan feldspar dan biotit cukup menonjol. Di beberapa tempat

dijumpai senolit bersusunan basa, menunjukkan kemungkinan batuan

dioritan tersebut berasosiasi (menerobos) batuan basa jauh di bawah

permukaan. Batuan ini menerobos Formasi Dolokapa. Satuan ini

diperkirakan berumur Miosen tengah hingga Akhir, dan diduga sebagai

sumber dari endapan emas letakan yang terdapat di daerah Wonggahu

(Bachri et al., 1993).

Formasi Dolokapa (Tmd) : batupasir wacke, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi gunungapi, lava

andesitik-basaltik. Berdasarkan hasil analisis pelontologi dan kedudukan

stratigrafinya yang menindih takselaras Formasi Tinombo yang berumur

Eosen, maka umur Formasi Dolokapa diperkirakan Miosen Tengah

hingga awal Miosen Akhir. Adapun lingkungan pengendapannya adalah “inner sublitorial”. Formasi Dolokapa mempunyai pelamparan yang cukup luas, terdapat di daerah Paleleh hingga sekitar daerah Kuandang

(Bachri et al., 1993).

Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv) : breksi, tuf dan lava andesitik sampai basalt. Berdasarkan susunan batuannya, kepingan batuan

(15)

itu, umur batuannya diperkirakan Miosen Tengah hingga awal Miosen

Akhir. Satuan batuan ini tersingkap di bagian timur daerah Tolontio, dan

meluas ke arah timur Lembar Kotamobagu. Satuan ini diduga

mempunyai ketebalan lebih dari 1000 m (Trail, 1974).

Formasi Tinombo (Teot) : lava basal, basal sepilitan, lava andesit, breksi gunungapi, batupasir wacke, batulanau, batupasir hijau,

batugamping merah, batugamping kelabu, dan batuan metamorfosa

lemah. Berdasarkan posisi stratigrafi, Formasi Tinombo tertindih

takselaras oleh Formasi Randangan yang diperkirakan berumur Miosen

tengah hingga Miosen Akhir. Pentarikan pada batuan lava basal dari

formasi ini di Lembar Kotamobagu oleh Samodra (hubungan lisan)

menunjukkan umur 51.9 juta tahun, atau Eosen awal. Oleh karena itu

umur Formasi Tinombo dapat diperkirakan Eosen hingga Oligosen.

Tebal formasi ini diperkirakan mencapai ribuan meter (Bachri et al.,

1993).

2.3. Struktur Geologi Regional

Zona utara yang terdiri dari busur gunungapi pengaruh subduksi berumur

miosen akhir, hasil dari subduksi lempeng laut maluku dengan arah dip yang

cenderung ke barat. Zona ini merupakan hasil dari lempeng samudra di utara,

dan blok mikrokontinental berumur paleozoikum, kompleks metamorfisme

Malino yang berasal dari perbatasan Australia - New Guinea dari

Gondwanaland (Maulana et al., 2013).

Hamilton (1979) dan Katili (1975) menginterpretasikan bahwa tunjaman

Sulawesi Utara sebagai zona subduksi konvergen antara laut sulawesi dan

lengan utara sulawesi. Katili menganggap hanya bagian barat yang aktif

bergerak, namun Hamilton (1979) menunjukkan bahwa bagian timur juga

aktif. Weissel (1980) mengidentifikasi annomali magnetik berumur Eosen di

laut Sulawesi yang semakin muda kearah tunjaman sulawesi utara,

(16)

Struktur geometri dari tunjaman sulawesi utara telah dijelaskan dapat

dijelaskan dengan rotasi negatif (searah jarum jam) dengan kutub terletak di

ujung timur lengan utara (Silver et al., 1983).

Menurut Surmont et al. (1994), Bagian barat dari lengan utara Sulawesi

mengalami rotasi searah jarum jam sekitar 20-250 pada kala Miosen. Rotasi

ini tidak lain disebabkan oleh pengaruh sesar Palu-Matano yang memotong

bagian barat lengan utara Sulawesi (Surmont et al., 1994).

Gambar 2. Rekonstruksi Paleotektonik Sulawesi selama (a) kala Miosen dan (b) situasi sekarang. 1 = Kerak benua; 2 = kerak samudra; 3 = busur gunungapi; 4 = zona

(17)

BAB III

TEORI RINGKAS

Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari

batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian (deskripsi) dan aspek

genesa (interpretasi). Pengertian luas dari petrologi adalah ilmu yag mempelajari

batuan secara fisik. Ruang lingkup pembahasan petrologi umumnya mencakup

jenis batuan beku, sedimen, metamorf.

Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan.

Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian

bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan,

dataran-dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut.

Kemanapun anda menoleh, maka anda selalu akan bertemu dengan benda yang

dinamakan batu atau batuan (Djauhari, 2012).

Semua batuan merupakan hasil dari sistem pembentukan batuan, baik

prosesnya, materialnya, dan produknya yang biasanya diilustrasikan dalam model konseptual yang disebut “Rock Cycle” (Siklus Batuan) pada gambar 2. Model siklus batuan ini menjelaskan bagaimana semua batuan terbentuk, mengalami

deformasi, meleleh, dan mengalami pembentukan kembali akibat dari faktor

lingkungan dan proses alami yang mempengaruhinya (American Geosciences

(18)

3.1. Batuan Beku

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk langsung dari pendinginan

magma ketika mencapai permukaan bumi melalui gunungapi. Ukuran

batuan beku dapat berukuran sangat besar seperti yang terdapat pada

Yosemite Park, dimana magma membeku dibawah tanah dan membentuk

batolit dengan diameter sekitar 10 Km, adapun yang berukuran kecil yakni

(19)

gunungapi, yang disusun dari fragmen-fragmen mikroskopis batuna beku

(American Geosciences Institute, 2015).

Batuan beku dapat diklasifikasikan secara beragam, baik berdasarkan

tempat terbentuknya, warna, kandungan kimianya, dan mineraloginya :

1. Berdasarkan tempat terbentuknya :

 Batuan beku Plutonik, yaitu terbentuk jauh di perut bumi.

 Batuan beku Hypabisal, yaitu terbentuk tidak jauh dari permukaan bumi.

 Batuan beku Vulkanik, yaitu terbentuk di permukaan bumi.

2. Berdasarkan warnanya, terdiri dari mineral pembentuk batuan berupa

mineral mafik (gelap) dan mineral felsik (terang) :

 Leucocratic Rock, mengandung mineral mafik < 30%

 Mesocratic Rock, mengandung mineral mafik 30% - 60%

 Melanocratic Rock, mengandung mineral mafik 60% - 90%

 Hypermalanic Rock, mengandung mineral mafik > 90%

3. Berdasarkan kandungan kimianya :

 Batuan beku asam (Acid), kandungan SiO2 > 65%; contohnya :

Granit, Riolit

 Batuan beku menengah (Intermediet), kandungan SiO2 65% - 52%;

contohnya : Diorit, Andesit

 Batuan beku basa (Basic), kandungan SiO2 52% - 45%; contohnya

: Gabro, Basalt

 Batuan beku ultrabasa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%;

contohnya : peridotit

(20)

3.2. Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk pada permukaan bumi dengan suhu dan tekanan

yang rendah dengan bantuan agen angin, air, maupun es. Batuan sedimen

meliputi ¾ permukaan bumi. Batuan sedimen memiliki ciri khusus yang

dikarenakan teksturnya, strukturnya, komposisinya, dan kandungan fosilnya

yang menjelaskan lingkungan alam di zaman dahulu dan bentuk kehidupan

di bumi (Boogs, 2009).

Batuan sedimen secara umum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu batuan sedimen

Silisklastik, dan batuan sedimen non klastik. batuan sedimen silisiklastik

terbentuk dari partikel-partikel padat yang berasal dari material sumber.

Batuan sedimen jenis ini dapat di klasifikasikan berdasarkan ukuran butir

dengan menggunakan skala Wentworth mulai dari yang berukuran lempung

(clay) sampai yang berukuran Bongkah (Boulder). Sedangkan batuan

sedimen non klastik terdiri dari kelompok batuan sedimen Evaporit, batuan

sedimen Karbonat, batuan sedimen Silika, dan batuan sedimen Organik.

(21)

3.3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf terbentuk akibat dari perubahan induksi pada saat

temperatur tinggi (sekitar 600oC) dan/atau tekanan tinggi (sekitar 500 Mpa

pada kedalaman 20 Km). Perubahan ini (metamorfisme) terjadi saat keadaan

padat. Jenis dari batuan metamorf dihasilkan bergantung pada material

batuan sebelumnya yang mengalami metamorfisme, dan juga kondisi

tekanan (P) dan suhu (T) yang mempengaruhinya (Waltham, 2009). Tabel 1.Skala ukuran butir Wentworth (Djauhari, 2012)

(22)

Berdasarkan tipenya, metamorfisme fasies dapat dikategorikan menjadi 5,

yaitu :

Metamorfisme kontak, yaitu perubahan batuan akibat adanya pemanasan akibat kontak batuan. Contoh : Hornfels

Metamorfisme regional, yaitu perubahan batuan yang terjadi pada skala regional akibat dari faktor tekanan (P) yang kuat dan temperatur (T) yang

tinggi sehingga mengakibatkan batuan mengalami pelipatan. Contoh :

Gneiss

Metamorfisme Dinamik, yaitu perubahan pada batuan yang terjadi di sepanjang jalur sesar yang terdapat penggerusan dan penghancuran pada

batuan. Contoh : Mylonite.

Metamorfisme Burial (penimbunan), yaitu perubahan batuan yang terjadi pada batuan yang tertimbun/tertindih. Faktor utama yang

menyebabkannya ialah akibat tekanan (P).

Metamorfisme Hidrotermal, yaitu perubahan batuan yang terjadi disekitar rekahan yang mengalami kontak dengan air panas

(Hidrotermal). Metamorfisme ini disebabkan oleh adanya termperatur

yang tinggi dan tekanan rendah.

( American Geological Institute, 2015)

(23)

BAB IV

DATA LAPANGAN

4.1. Stasiun 1

Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016

Waktu : 08.30 am

Daerah : Kecamatan Bongomeme

Koordinat : N 00037’35.5” ; E 122041’55.2”

Vegetasi : Lebat

Cuaca : Mendung

Letak singkapan : Pinggir jalan

Kondisi Singkapan : Lapuk

Jenis Batuan :

 Batuan Beku  Batuan Piroklastik 4.2. Stasiun 2

Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016

Waktu : 09.31 am

Daerah : Desa Bumela

Koordinat : N 00036’28.3” ; E 122039’38.5”

Cuaca : Cerah

Letak singkapan : Pinggir jalan

Kondisi Singkapan : Lapuk

Vegetasi : Sedang

Struktur : Sesar (N 650 E/ 490 SE)

Jenis Batuan : Batuan Sedimen

(24)

Daerah : Kecamatan Tilamuta

Koordinat : N 00033’19” ; E 122022’34.2”

Elevasi : 58 mdpl

Cuaca : Cerah

Letak singkapan : Pinggir jalan

Kondisi Singkapan : Lapuk sebagian

Vegetasi : Sedang

Struktur : Gores garis

Jenis Batuan : Batuan Beku

4.4. Stasiun 4

Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016

Waktu : 02.01 pm

Kondisi Singkapan : Lapuk Sebagian

Vegetasi : Sedang

Struktur : Sheeting joint

(25)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Stasiun 1

Lokasi stasiun 1 terletak pada koordinat N 00037’35.5” E 122041’55.2” .

Secara administratif lokasi ini terletak di desa Bakti, Kecamatan Bongomeme,

Kabupaten Gorontalo. Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan

dengan kondisi telah lapuk. Batuan yang terdapat di singkapan ialah jenis

batuan beku dan batuan breksi piroklastik. Batuan beku pada singkapan

memiliki ciri bertekstur Faneritik, bersifat intermediet, berwarna abu-abu, dan

dapat diidentifikasi antara lain kuarsa, plagioklas, dan biotit.

Menurut ciri di atas batuan beku tersebut ialah batuan Andesit. Batuan breksi

pada singkapan terdiri dari fragmen batuan beku intermediet dengan matriks

berukuran lanau. Kondisi batuan sudah mengalami pelapukan.

5.2. Stasiun 2

Lokasi stasiun 2 terletak pada koordinat N 00036’28.3” E 122039’38.5” .

Secara administratif lokasi ini terletak di Desa Bumela, Kabupaten Gorontalo.

Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan dengan kondisi lapuk.

Vegetasi disekitar singkapan tergolong sedang. Batuan pada singkapan

termasuk dalam jenis batuan sedimen silisiklastik. Berdasarkan ukuran butir

(skala Wentworth), batuan sedimen pada singkapan terbagi atas ukuran butir, Foto 1. Batuan beku intermediet di

stasiun 1

(26)

Lempung pada singkapan berwarna kecoklatan, sedangkan yang berukuran

pasir telah berwarna kecoklatan dalam kondisi lapuk. Batupasir pada

singkapan memiliki sortasi dan porositas yang baik. Berdasarkan pengamatan

pada batupasir, dapat diketahui bahwa batupasir pada daerah ini berasal dari

pelapukan batuan beku kaya kuarsa (granitik). Bukti ini diperkuat dengan

adanya batuan kuarsa pada singkapan yang tidak mengalami pelapukan. Pada

lokasi juga terdapat struktur geologi berupa sesar dengan arah 650 E / 49 SE.

5.3. Stasiun 3

Lokasi stasiun 3 terletak pada koordinat N 00033’19.0” E 122022’34.2” .

Secara administratif lokasi terletak di Kecamatan Tilamuta, Kabupaten

Boalemo. Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan raya dengan

kondisi lapuk sebagian. Vegetasi disekitar singkapan tergolong sedang.

Batuan pada singkapan berupa batuan beku bertekstur porfiritik, dengan

fenokris berupa batuan beku intermediet dan massa dasar bertekstur afanitik. Foto 3. Struktur perlapisan batuan

sedimen di Stasiun 2

(27)

Batuan pada lokasi telah mengalami perubahan sebagian menjadi batuan

metamorf. Secara regional, lokasi singkapan berada pada satuan batuan Diorit

Boliohuto, sehingga batuan pada singkapan tersebut adalah diorit porfiritik.

Struktur geologi yang didapatkan di singkapan ialah berupa struktur

gores-garis dengan nilai trend : 3350 E; plunge : 150; pitch : 750, dan cermin sesar.

5.4. Stasiun 4

Lokasi stasiun 3 terletak pada koordinat N 00029’8.8” E 122013’33.0” .

Secara administratif lokasi terletak Desa Tapadaa, Kecamatan Botumoito.

Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan raya dengan kondisi lapuk

sebagian. Vegetasi disekitar singkapan tergolong sedang. Batuan pada

singkapan berupa batuan beku bertekstur porfiritik dengan fenokris berupa

mineral kuarsa dan massa dasar berukuran faneritik. Batuan ini tergolong

batuan felsik dilihat dari mineralnya yang berwarna terang. Batuan ini

diterobos oleh batuan beku intermediet bertekstur porfiritik dengan fenokris

berupa mineral plagioklas dan massa dasar berukuran afanitik.

(28)

Berdasarkan geologi regional, batuan pada singkapan termasuk dalam satuan

Granodiorit Bumbulan. Struktur geologi pada singkapan berupa kekar

berlembar (Sheeting Joint) yang terdapat pada singkapan batuan beku asam

(Felsik)..

Foto 6. Batuan beku Intermediet pada stasiun 4.

(29)

BAB VI

PENUTUP

6.1. KESIMPULAN

Dari penelitian lapangan yang kami lakukan dan studi dari

literatur-literatur terpercaya, dapat disimpulkan bahwa sebaran batuan di daerah

sekitaran Gorontalo dipengaruhi oleh adanya penunjaman di bagian utara

lengan utara Sulawesi. Batuan yang dominan terdapat pada lokasi ialah

batuan beku intrusi intermediet sampai asam dan batuan vulkanik. Struktur

geologi juga banyak ditemukan pada setiap stasiun yang tidak lain merupakan

pengaruh dari adanya tunjaman di utara lengan utara sulawesi. Kondisi batuan

pada singkapan kebanyakan telah mengalami pelapukan berhubung singkapan

pada setiap stasiun berada di pinggiran jalan raya Trans Sulawesi.

6.2. SARAN

Alam kita memiliki begitu banyak keunikan di bidang geologi yang

menarik untuk di kaji lebih dalam lagi. Oleh karena itu, sangat diharapkan

kepada semua pihak untuk tetap menjaga kelestariannya, maka diperlukan

adanya pengkajian tentang alam, sehingga diharapkan kedepannya praktikum

lapangan seperti ini tetap dilaksanakan sebagai pelatihan kepada

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia Vol IA. The Hague

Bachri, S., Sukido, dan Ratman, N. 1993. Peta Geologi Regional Lembar

Tilamuta skala 1 : 250.000.

Trail, D.S. 1974. Extract from General Geological Survey on Block 2,

Sulawesi. P.T. Tropic Endeavour

Maulana, Adi., Watanabe, Koichiro., Imai, Akira., Yonezu, Kotaro. 2013.

Origin of magnetite- and Ilmenite-Series granitic rocks in Sulawesi,

Indonesia : magma genesis and regional metallogenic constraint. Procedia

Earth and Planetary Science 6 (2013) : 50-57

Silver, Eli A., McCaffrey, Robert., and Smith, Randall B. 1983. Collision,

Rotation, and the Initiation of Subduction in the Evolution of Sula wesi,

Indonesia. Journal of Geophysical Research Vol. 88 (B11) : 9407-9418

Surmont, J., Laj, C., Rangin, C., Bellon, H., and Priadi, B. 1994. New

paleomagnetic constraints on the Cenozoic tectonic evolution of the North

Arm of Sulawesi, Indonesia. Earth and Planetary Science Letters.

121(1994) : 629-638

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi edisi kedua. Bogor : Pakuan

University Press

American Geological Institute. 2015. Laboratory Manual in Physical Geology.

Pearson

Boogs jr, Sam. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks second edition.

Cambridge University Press

Waltham, Tony. 2009. Foundation of Engineering Geology third edition.

(31)
(32)

DESKRIPSI BATUAN

Stasiun : 1

Jenis Batuan : Beku

Pemberian Megaskopik

1. Warna : Abu-abu (Intermediet)

2. Struktur : Masif

3. Tekstur : Faneritik

4. Ukuran butir : ± 1 mm

5. Kristalinitas : Holokristalin

6. Granularitas : Ekuigranular

7. Tekstur lainnya : -

8. Mineralogi : Kuarsa, Ampibol, plagioklas

9. Nama Batuan : Andesit

(33)

DESKRIPSI BATUAN

Stasiun : 1

Jenis Batuan : Piroklastik

Pemberian Megaskopik

1. Warna : Abu-abu

2. Struktur : Masif

3. Tekstur : Klastik

4. Ukuran butir : Fragmen = Bomb (Fisher), matriks = lanau

5. Tekstur lainnya : -

6. Mineralogi : Kuarsa, Biotit, mineral lanau

7. Nama Batuan : Breksi Vulkanik

(34)

DESKRIPSI BATUAN

Stasiun : 2

Jenis Batuan : Sedimen silisiklastik

Pemberian Megaskopik

1. Warna : Kecoklatan

2. Struktur : Paralel Laminasi

3. Tekstur : Klastik

4. Ukuran butir : Lempung (Skala Wentworth)

5. Struktur lainnya : Graded Bedding

6. Mineralogi : Mineral Lempung

7. Nama Batuan : Batulempung (claystone)

(35)

DESKRIPSI BATUAN

Stasiun : 2

Jenis Batuan : Sedimen silisiklastik

Pemberian Megaskopik

1. Warna : Kehitaman

2. Struktur : Graded Bedding

3. Tekstur : Klastik

4. Ukuran butir : Pasir kasar (Wentworth)

5. Struktur lainnya : Paralel Laminasi

6. Mineralogi : Kuarsa

7. Nama Batuan : Batupasir (Sandstone)

(36)

DESKRIPSI BATUAN

Stasiun : 2

Jenis Batuan : Sedimen silisiklastik

Pemberian Megaskopik

1. Warna : Kecoklatan

2. Struktur : Graded Bedding

3. Tekstur : Klastik

4. Ukuran butir : Pasir halus (Wentworth)

5. Struktur lainnya : Paralel Laminasi

6. Mineralogi : Kuarsa

7. Nama Batuan : Batupasir Kuarsa

(37)

DESKRIPSI BATUAN

Stasiun : 3

Jenis Batuan : Beku

Pemberian Megaskopik

1. Warna : Abu-abu

2. Struktur : kekar

3. Tekstur : Porfiritik

4. Ukuran butir

 Fenokris : ± 20 mm  Massa dasar : Afanitik 5. Kristalinitas : Holokristalin

6. Granularitas : Inequigranular

7. Tekstur lainnya : Gores garis

8. Mineralogi : Plagioklas, Kuarsa, Ampibol

9. Nama Batuan : Diorit Porfiritik

(38)

DESKRIPSI BATUAN

Stasiun : 4

Jenis Batuan : Beku

Pemberian Megaskopik

1. Warna : Terang (Felsik)

2. Struktur : Sheeting Joint

3. Tekstur : Porfiritik

4. Ukuran butir

 Fenokris : ± 20 mm

 Massa dasar : Afanitik 5. Kristalinitas : Holokristalin

6. Granularitas : Inequigranular

7. Tekstur lainnya : -

8. Mineralogi : Kuarsa, Plagioklas

9. Nama Batuan : Granodiorit

(39)

DESKRIPSI BATUAN

Stasiun : 4

Jenis Batuan : Beku

Pemberian Megaskopik

1. Warna : Abu-abu (Intermediet)

2. Struktur : Kekar

3. Tekstur : Porfiritk

4. Ukuran butir

 Fenokris : Plagioklas (± 2 mm)  Massa dasar : Afanitik

5. Kristalinitas : Holokristalin

6. Granularitas : Inequigranular

7. Tekstur lainnya : -

8. Mineralogi : plagioklas, kuarsa, ampibol

9. Nama Batuan : Diorit Porfiritik

Gambar

Gambar 1. Peta Geologi Regional diambil dari lembar Tilamuta (Bachri et al., 1993)
Gambar 2. Rekonstruksi Paleotektonik Sulawesi selama (a) kala Miosen dan (b)
Gambar 3. Siklus Batuan
Gambar 4. Klasifikasi Batuan Beku (Djauhari, 2012)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Batuan malihan adalah batuan yang berasal dari batuan beku dan batuan endapan yang mengalami perubahan karena memperoleh panas dan tekanan yang tinggi2. Pelapukan fisika terjadi

Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat dari batuan sedimen Karbon-Miosen(CT) dan membentuk Jalur Aktif Peristiwa tektonik penting kedua yang

Penurunan modulus elastisitas beton akibat temperatur tinggi pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sama pada pengaruh kuat tekan beton akibat temperatur

Secara umum stratigrafi daerah telitian terdiri empat satuan batuan yaitu, Satuan Peridotit sebagai basement, kemudian terjadi proses vulkasnisme yang menghasilkan batuan

2 Bahan yang dapat menimbulkan perubahan kimiawi yang kuat pada temperatur dan tekanan yang Bahan yang dapat menimbulkan perubahan kimiawi yang kuat pada temperatur dan tekanan

Disposal yang sudah terbentuk cukup lama umumnya akan merubah kondisi lereng baik kondisi fisik, kimia, maupun mekanik batuan yang berimbas pada kestabilan lerengnya

Kekar Gerus (Shear Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tekanan. Kekar gerus biasanya berpasangan dan merupakan suatu set dan lurus, terdapat

Terjadinya perubahan jenis aliran dalam pipa dan perubahan tekanan, tekanan yang terjadi mencapai tekanan uap sehingga mengakibatkan terjadi gelembung udara yang