Laporan Praktikum Lapangan
Mata Kuliah Petrologi daerah Gorontalo
–
Pohuwato
Propinsi Gorontalo
\
Oleh :
Fauzul Chaidir A. Usman
471415002
Program Studi Teknik Geologi
Jurusan Ilmu dan teknologi kebumian
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unversitas Negeri Gorontalo
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI
Judul : Praktikum Lapangan Petrologi Daerah Gorontalo -
Pohuwato
Nama Praktikan : Fauzul Chaidir A. Usman
NIM : 471 415 002
Program Studi : Teknik Geologi
Email : fauzulchaidir@gmail.com
Lama Praktikum : 1 Hari
Lokasi Praktikum : Ruas Jalan Raya Trans Sulawesi Gorontalo -
Pohuwato
Mengetahui,
Dosen Pengampu
Muhammad Kasim, S.T., M.T.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita hanturkan kepada Allah swt atas nikmat iman,
kesehatan, kesempatan dan kecerdasan yang diberikan-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan praktikum lapangan dalam mata kuliah Petrologi daerah
Gorontalo - Pohuwato ini dengan sebaik-baiknya.
Tak lupa pula shalawat dan salam kita kirmkan kepada baginda Rasulullah
SAW yang mana merupakan tokoh percontohan kita sekalian sekaligus
penyelamat kita dari gelapnya zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan
yang luas seperti saat ini.
Kita sadari bersama bahwasanya laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kesalahan-kesalahan dalam laporan yang perlu
diperbaiki. Oleh karenanya, dperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga laporan ini dapat jadi lebih baik dan bermanfaat.
Gorontalo, Juni 2016
DAFTAR ISI
BAB II GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM ... 3
2.1. Fisiografi Regional ... 3
2.2. Stratigrafi Regional ... 4
2.3. Struktur Geologi Regional ... 6
BAB VI PENUTUP ... 20
6.1. Kesimpulan ... 20
6.2. Saran ... 20
DAFTAR PUSTAKA ... 21
LAMPIRAN ... 22
1. Peta lintasan dan Kerangka Geologi ... 22
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Skala Ukuran Butir Batuan Sedimen Wentworth ... 12
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. Peta Geologi Regional Lembar Tilamuta ... 3
GAMBAR 2. Rekonstruksi Paleotektonik Sulawesi ... 7
GAMBAR 3. Siklus Batuan ... 9
GAMBAR 4. Klasifikasi Batuan Beku ... 11
DAFTAR FOTO
FOTO 1. Batuan Beku Intermediet di Stasiun 1 ... 16
FOTO 2. Fragmen Batuan Piroklastik pada Stasiun 1 ... 16
FOTO 3. Struktur Perlapisan Batuan Sedimen ... 17
FOTO 4. Struktur Sesar pada Singkapan Stasiun 2 ... 17
FOTO 5. Batuan Beku Intermediet di Stasiun 3 ... 18
FOTO 6. Batuan Beku Intermediet pada Stasiun 4 ... 19
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Peta Lintasan Praktikum Lapangan ... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Petrologi merupakan salah satu bidang ilmu geologi yang mempelajari
tentang batuan, mulai dari proses pembentukannya, asal mula batuannya,
klasifikasinya, mineral-mineral penuyusunnya, serta struktur-struktur yang
terdapat pada batuan tersebut. Keberadaan suatu batuan pada suatu daerah
mencerminkan keadaan daerah tersebut. Hal ini membuktikan pentingnya
peranan suatu batuan dalam kehidupan kita.
Lengan utara sulawesi merupakan daerah yang sebaran batuannya
dipengaruhi oleh adanya penunjaman dari utara. Tentunya hal ini
mengakibatkan penyebaran batuan vulkanik di lengan utara sulawesi.
Penyebaran batuan di daerah Gorontalo sangat beragam mengingat adanya
pengaruh dari penunjaman dari utara. Oleh karena itu, diadakannya praktikum
lapangan untuk mata kuliah petrologi pada daerah Gorontalo – Pohuwato.
Laporan ini dibuat sebagai hasil dari praktikum lapangan petrologi
daerah Gorontalo – Puhowato dan sekaligus sebagai syarat dari mata kuliah
Petrologi.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan praktikum lapangan petrologi di
daerah Gorontalo – Pohuwato ialah untuk mengetahui penyebaran batuan
yang berada di daerah Gorontalo – Pohuwato sekaligus sebagai syarat
ketuntasan dari mata kuliah Petrologi.
1.3. Lokasi dan Kesampaian daerah
Lokasi dilaksanakannya praktikum lapangan Petrologi ini adalah
sepanjang ruas jalan Trans Sulawesi Gorontalo – Pohuwato pada tiap-tiap
Mekanisme pengamatan ialah berhenti pada tiap-tiap singkapan sepanjang
perjalanan Gorontalo - Pohuwato untuk melakukan pengamatan batuan.
1.4. Waktu Praktikum
Waktu dilaksanakannya praktikum petrologi di daerah Gorontalo – Marisa
ialah pada hari Sabtu, 21 Mei 2016 dimulai dari pukul 07.00 waktu setempat
BAB II
GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM
Gambar 1. Peta Geologi Regional diambil dari lembar Tilamuta (Bachri et al., 1993)
2.1. Fisiografi Regional
Secara fisiografis, Gorontalo berada di bagian tengah Lengan Utara
Sulawesi. Gorontalo dibagi ke dalam empat zona fisiografis utama, yaitu
Zona Pegunungan Utara, Zona Depresi Limboto, Zona Pegunungan Selatan,
Zona Perbukitan Bergelombang dan Zona Dataran Pantai (Bemmelen, 1949).
Zona Pegunungan Selatan umumnya terdiri dari formasi-formasi batuan
sedimenter gunung api berumur sangat tua di Gorontalo, yaitu Eosen –
Oligosen (kira-kira 50 juta hingga 30 juta tahun yang lalu) dan intrusi-intrusi
Zona daratan pantai Pohuwato meliputi Dataran yang terbentang dari
Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya
merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut.
Daerah penelitian berada di sepanjang jalan trans sulawesi yang mencakup
pada zona pegunungan selatan dan zona dataran pantai Pohuwato.
2.2. Stratigrafi regional
Mengacu pada peta lembar Tilamuta oleh Bachri et al. (1993), susunan
stratigrafi regional daerah penelitian dari muda ke tua diurutkan sebagai :
Aluvium (Qal) : pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil, dan kerakal, berupa endapan pantai, rawa, dan sungai. Pelamparannya terutama di
daerah pesisir selatan bagian barat, yaitu muara S. Randangan dan
sekitarnya.
Batugamping Terumbu (Ql) : batugamping koral. Berwarna putih, dan umumnya pejal.satuan ini sebagian sudah terangkat membentuk
perbukitan sedang sebagian lainnya masih berkembang terus di bawah
muka laut hingga sekarang.
Endapan Danau (Qpl) : batulempung, batupasir, dan kerikil. Endapan ini umumnya dikuasai oleh batulempung abu-abu kecoklatan; setempat
mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Sebaran satuan ini terutama
menempati daerah Lembah Paguyaman dan disekitar Danau Limboto.
Ketebalannya mencapai 94 m, dengan alas batuan diorit (Trail, 1974). Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv) : aglomerat, tuf, lava
andesitik-basaltik. Satuan ini diduga menindih Breksi Wobudu, sehingga umurnya
diperkirakan Pliosen Akhir sampai Pleistosen awal. Sebaran satuan ini
terdapat di sebelah selatan dan tenggara Lembah Paguyaman, juga di
dekat Teluk Kuandang, dan di beberapa tempat yang bukit-bukit terpisah
Granodiorit Bumbulan (Tpb) : granodiorit, granit, dasit, monzonit kuarsa. Satuan batuan ini terdapat di bagian selatan Lembar, terutama di
daerah Bumbulan (Paguat), hingga sebelah sebelah barat Marisa.
Singkapan yang dijumpai umumnya sudah lapuk (Bachri et al., 1993). Batuan gunungapi Pani (Tppv) : Dasit, Andesit, tuf, aglomerat, breksi
gunungapi. Batuan gunungapi ini menindih takselaras Formasi
Randangan. Jadi, umur batuan gunungapi Pani diperkirakan Pliosen awal,
sesuai juga dengan perkiraan Trail (1974). Tebal formasi ini diperkirakan
mencapai ratusan meter (Bachri et al., 1993).
Diorit Boliohuto (Tmbo) : diorit, granodiorit. Satuan ini terdiri dari batuan diorit sampai granodiorit yang mengandung kuarsa 20% dengan
kandungan feldspar dan biotit cukup menonjol. Di beberapa tempat
dijumpai senolit bersusunan basa, menunjukkan kemungkinan batuan
dioritan tersebut berasosiasi (menerobos) batuan basa jauh di bawah
permukaan. Batuan ini menerobos Formasi Dolokapa. Satuan ini
diperkirakan berumur Miosen tengah hingga Akhir, dan diduga sebagai
sumber dari endapan emas letakan yang terdapat di daerah Wonggahu
(Bachri et al., 1993).
Formasi Dolokapa (Tmd) : batupasir wacke, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi gunungapi, lava
andesitik-basaltik. Berdasarkan hasil analisis pelontologi dan kedudukan
stratigrafinya yang menindih takselaras Formasi Tinombo yang berumur
Eosen, maka umur Formasi Dolokapa diperkirakan Miosen Tengah
hingga awal Miosen Akhir. Adapun lingkungan pengendapannya adalah “inner sublitorial”. Formasi Dolokapa mempunyai pelamparan yang cukup luas, terdapat di daerah Paleleh hingga sekitar daerah Kuandang
(Bachri et al., 1993).
Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv) : breksi, tuf dan lava andesitik sampai basalt. Berdasarkan susunan batuannya, kepingan batuan
itu, umur batuannya diperkirakan Miosen Tengah hingga awal Miosen
Akhir. Satuan batuan ini tersingkap di bagian timur daerah Tolontio, dan
meluas ke arah timur Lembar Kotamobagu. Satuan ini diduga
mempunyai ketebalan lebih dari 1000 m (Trail, 1974).
Formasi Tinombo (Teot) : lava basal, basal sepilitan, lava andesit, breksi gunungapi, batupasir wacke, batulanau, batupasir hijau,
batugamping merah, batugamping kelabu, dan batuan metamorfosa
lemah. Berdasarkan posisi stratigrafi, Formasi Tinombo tertindih
takselaras oleh Formasi Randangan yang diperkirakan berumur Miosen
tengah hingga Miosen Akhir. Pentarikan pada batuan lava basal dari
formasi ini di Lembar Kotamobagu oleh Samodra (hubungan lisan)
menunjukkan umur 51.9 juta tahun, atau Eosen awal. Oleh karena itu
umur Formasi Tinombo dapat diperkirakan Eosen hingga Oligosen.
Tebal formasi ini diperkirakan mencapai ribuan meter (Bachri et al.,
1993).
2.3. Struktur Geologi Regional
Zona utara yang terdiri dari busur gunungapi pengaruh subduksi berumur
miosen akhir, hasil dari subduksi lempeng laut maluku dengan arah dip yang
cenderung ke barat. Zona ini merupakan hasil dari lempeng samudra di utara,
dan blok mikrokontinental berumur paleozoikum, kompleks metamorfisme
Malino yang berasal dari perbatasan Australia - New Guinea dari
Gondwanaland (Maulana et al., 2013).
Hamilton (1979) dan Katili (1975) menginterpretasikan bahwa tunjaman
Sulawesi Utara sebagai zona subduksi konvergen antara laut sulawesi dan
lengan utara sulawesi. Katili menganggap hanya bagian barat yang aktif
bergerak, namun Hamilton (1979) menunjukkan bahwa bagian timur juga
aktif. Weissel (1980) mengidentifikasi annomali magnetik berumur Eosen di
laut Sulawesi yang semakin muda kearah tunjaman sulawesi utara,
Struktur geometri dari tunjaman sulawesi utara telah dijelaskan dapat
dijelaskan dengan rotasi negatif (searah jarum jam) dengan kutub terletak di
ujung timur lengan utara (Silver et al., 1983).
Menurut Surmont et al. (1994), Bagian barat dari lengan utara Sulawesi
mengalami rotasi searah jarum jam sekitar 20-250 pada kala Miosen. Rotasi
ini tidak lain disebabkan oleh pengaruh sesar Palu-Matano yang memotong
bagian barat lengan utara Sulawesi (Surmont et al., 1994).
Gambar 2. Rekonstruksi Paleotektonik Sulawesi selama (a) kala Miosen dan (b) situasi sekarang. 1 = Kerak benua; 2 = kerak samudra; 3 = busur gunungapi; 4 = zona
BAB III
TEORI RINGKAS
Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian (deskripsi) dan aspek
genesa (interpretasi). Pengertian luas dari petrologi adalah ilmu yag mempelajari
batuan secara fisik. Ruang lingkup pembahasan petrologi umumnya mencakup
jenis batuan beku, sedimen, metamorf.
Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan.
Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian
bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan,
dataran-dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut.
Kemanapun anda menoleh, maka anda selalu akan bertemu dengan benda yang
dinamakan batu atau batuan (Djauhari, 2012).
Semua batuan merupakan hasil dari sistem pembentukan batuan, baik
prosesnya, materialnya, dan produknya yang biasanya diilustrasikan dalam model konseptual yang disebut “Rock Cycle” (Siklus Batuan) pada gambar 2. Model siklus batuan ini menjelaskan bagaimana semua batuan terbentuk, mengalami
deformasi, meleleh, dan mengalami pembentukan kembali akibat dari faktor
lingkungan dan proses alami yang mempengaruhinya (American Geosciences
3.1. Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk langsung dari pendinginan
magma ketika mencapai permukaan bumi melalui gunungapi. Ukuran
batuan beku dapat berukuran sangat besar seperti yang terdapat pada
Yosemite Park, dimana magma membeku dibawah tanah dan membentuk
batolit dengan diameter sekitar 10 Km, adapun yang berukuran kecil yakni
gunungapi, yang disusun dari fragmen-fragmen mikroskopis batuna beku
(American Geosciences Institute, 2015).
Batuan beku dapat diklasifikasikan secara beragam, baik berdasarkan
tempat terbentuknya, warna, kandungan kimianya, dan mineraloginya :
1. Berdasarkan tempat terbentuknya :
Batuan beku Plutonik, yaitu terbentuk jauh di perut bumi.
Batuan beku Hypabisal, yaitu terbentuk tidak jauh dari permukaan bumi.
Batuan beku Vulkanik, yaitu terbentuk di permukaan bumi.
2. Berdasarkan warnanya, terdiri dari mineral pembentuk batuan berupa
mineral mafik (gelap) dan mineral felsik (terang) :
Leucocratic Rock, mengandung mineral mafik < 30%
Mesocratic Rock, mengandung mineral mafik 30% - 60%
Melanocratic Rock, mengandung mineral mafik 60% - 90%
Hypermalanic Rock, mengandung mineral mafik > 90%
3. Berdasarkan kandungan kimianya :
Batuan beku asam (Acid), kandungan SiO2 > 65%; contohnya :
Granit, Riolit
Batuan beku menengah (Intermediet), kandungan SiO2 65% - 52%;
contohnya : Diorit, Andesit
Batuan beku basa (Basic), kandungan SiO2 52% - 45%; contohnya
: Gabro, Basalt
Batuan beku ultrabasa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%;
contohnya : peridotit
3.2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk pada permukaan bumi dengan suhu dan tekanan
yang rendah dengan bantuan agen angin, air, maupun es. Batuan sedimen
meliputi ¾ permukaan bumi. Batuan sedimen memiliki ciri khusus yang
dikarenakan teksturnya, strukturnya, komposisinya, dan kandungan fosilnya
yang menjelaskan lingkungan alam di zaman dahulu dan bentuk kehidupan
di bumi (Boogs, 2009).
Batuan sedimen secara umum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu batuan sedimen
Silisklastik, dan batuan sedimen non klastik. batuan sedimen silisiklastik
terbentuk dari partikel-partikel padat yang berasal dari material sumber.
Batuan sedimen jenis ini dapat di klasifikasikan berdasarkan ukuran butir
dengan menggunakan skala Wentworth mulai dari yang berukuran lempung
(clay) sampai yang berukuran Bongkah (Boulder). Sedangkan batuan
sedimen non klastik terdiri dari kelompok batuan sedimen Evaporit, batuan
sedimen Karbonat, batuan sedimen Silika, dan batuan sedimen Organik.
3.3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf terbentuk akibat dari perubahan induksi pada saat
temperatur tinggi (sekitar 600oC) dan/atau tekanan tinggi (sekitar 500 Mpa
pada kedalaman 20 Km). Perubahan ini (metamorfisme) terjadi saat keadaan
padat. Jenis dari batuan metamorf dihasilkan bergantung pada material
batuan sebelumnya yang mengalami metamorfisme, dan juga kondisi
tekanan (P) dan suhu (T) yang mempengaruhinya (Waltham, 2009). Tabel 1.Skala ukuran butir Wentworth (Djauhari, 2012)
Berdasarkan tipenya, metamorfisme fasies dapat dikategorikan menjadi 5,
yaitu :
Metamorfisme kontak, yaitu perubahan batuan akibat adanya pemanasan akibat kontak batuan. Contoh : Hornfels
Metamorfisme regional, yaitu perubahan batuan yang terjadi pada skala regional akibat dari faktor tekanan (P) yang kuat dan temperatur (T) yang
tinggi sehingga mengakibatkan batuan mengalami pelipatan. Contoh :
Gneiss
Metamorfisme Dinamik, yaitu perubahan pada batuan yang terjadi di sepanjang jalur sesar yang terdapat penggerusan dan penghancuran pada
batuan. Contoh : Mylonite.
Metamorfisme Burial (penimbunan), yaitu perubahan batuan yang terjadi pada batuan yang tertimbun/tertindih. Faktor utama yang
menyebabkannya ialah akibat tekanan (P).
Metamorfisme Hidrotermal, yaitu perubahan batuan yang terjadi disekitar rekahan yang mengalami kontak dengan air panas
(Hidrotermal). Metamorfisme ini disebabkan oleh adanya termperatur
yang tinggi dan tekanan rendah.
( American Geological Institute, 2015)
BAB IV
DATA LAPANGAN
4.1. Stasiun 1
Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016
Waktu : 08.30 am
Daerah : Kecamatan Bongomeme
Koordinat : N 00037’35.5” ; E 122041’55.2”
Vegetasi : Lebat
Cuaca : Mendung
Letak singkapan : Pinggir jalan
Kondisi Singkapan : Lapuk
Jenis Batuan :
Batuan Beku Batuan Piroklastik 4.2. Stasiun 2
Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016
Waktu : 09.31 am
Daerah : Desa Bumela
Koordinat : N 00036’28.3” ; E 122039’38.5”
Cuaca : Cerah
Letak singkapan : Pinggir jalan
Kondisi Singkapan : Lapuk
Vegetasi : Sedang
Struktur : Sesar (N 650 E/ 490 SE)
Jenis Batuan : Batuan Sedimen
Daerah : Kecamatan Tilamuta
Koordinat : N 00033’19” ; E 122022’34.2”
Elevasi : 58 mdpl
Cuaca : Cerah
Letak singkapan : Pinggir jalan
Kondisi Singkapan : Lapuk sebagian
Vegetasi : Sedang
Struktur : Gores garis
Jenis Batuan : Batuan Beku
4.4. Stasiun 4
Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016
Waktu : 02.01 pm
Kondisi Singkapan : Lapuk Sebagian
Vegetasi : Sedang
Struktur : Sheeting joint
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Stasiun 1
Lokasi stasiun 1 terletak pada koordinat N 00037’35.5” E 122041’55.2” .
Secara administratif lokasi ini terletak di desa Bakti, Kecamatan Bongomeme,
Kabupaten Gorontalo. Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan
dengan kondisi telah lapuk. Batuan yang terdapat di singkapan ialah jenis
batuan beku dan batuan breksi piroklastik. Batuan beku pada singkapan
memiliki ciri bertekstur Faneritik, bersifat intermediet, berwarna abu-abu, dan
dapat diidentifikasi antara lain kuarsa, plagioklas, dan biotit.
Menurut ciri di atas batuan beku tersebut ialah batuan Andesit. Batuan breksi
pada singkapan terdiri dari fragmen batuan beku intermediet dengan matriks
berukuran lanau. Kondisi batuan sudah mengalami pelapukan.
5.2. Stasiun 2
Lokasi stasiun 2 terletak pada koordinat N 00036’28.3” E 122039’38.5” .
Secara administratif lokasi ini terletak di Desa Bumela, Kabupaten Gorontalo.
Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan dengan kondisi lapuk.
Vegetasi disekitar singkapan tergolong sedang. Batuan pada singkapan
termasuk dalam jenis batuan sedimen silisiklastik. Berdasarkan ukuran butir
(skala Wentworth), batuan sedimen pada singkapan terbagi atas ukuran butir, Foto 1. Batuan beku intermediet di
stasiun 1
Lempung pada singkapan berwarna kecoklatan, sedangkan yang berukuran
pasir telah berwarna kecoklatan dalam kondisi lapuk. Batupasir pada
singkapan memiliki sortasi dan porositas yang baik. Berdasarkan pengamatan
pada batupasir, dapat diketahui bahwa batupasir pada daerah ini berasal dari
pelapukan batuan beku kaya kuarsa (granitik). Bukti ini diperkuat dengan
adanya batuan kuarsa pada singkapan yang tidak mengalami pelapukan. Pada
lokasi juga terdapat struktur geologi berupa sesar dengan arah 650 E / 49 SE.
5.3. Stasiun 3
Lokasi stasiun 3 terletak pada koordinat N 00033’19.0” E 122022’34.2” .
Secara administratif lokasi terletak di Kecamatan Tilamuta, Kabupaten
Boalemo. Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan raya dengan
kondisi lapuk sebagian. Vegetasi disekitar singkapan tergolong sedang.
Batuan pada singkapan berupa batuan beku bertekstur porfiritik, dengan
fenokris berupa batuan beku intermediet dan massa dasar bertekstur afanitik. Foto 3. Struktur perlapisan batuan
sedimen di Stasiun 2
Batuan pada lokasi telah mengalami perubahan sebagian menjadi batuan
metamorf. Secara regional, lokasi singkapan berada pada satuan batuan Diorit
Boliohuto, sehingga batuan pada singkapan tersebut adalah diorit porfiritik.
Struktur geologi yang didapatkan di singkapan ialah berupa struktur
gores-garis dengan nilai trend : 3350 E; plunge : 150; pitch : 750, dan cermin sesar.
5.4. Stasiun 4
Lokasi stasiun 3 terletak pada koordinat N 00029’8.8” E 122013’33.0” .
Secara administratif lokasi terletak Desa Tapadaa, Kecamatan Botumoito.
Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan raya dengan kondisi lapuk
sebagian. Vegetasi disekitar singkapan tergolong sedang. Batuan pada
singkapan berupa batuan beku bertekstur porfiritik dengan fenokris berupa
mineral kuarsa dan massa dasar berukuran faneritik. Batuan ini tergolong
batuan felsik dilihat dari mineralnya yang berwarna terang. Batuan ini
diterobos oleh batuan beku intermediet bertekstur porfiritik dengan fenokris
berupa mineral plagioklas dan massa dasar berukuran afanitik.
Berdasarkan geologi regional, batuan pada singkapan termasuk dalam satuan
Granodiorit Bumbulan. Struktur geologi pada singkapan berupa kekar
berlembar (Sheeting Joint) yang terdapat pada singkapan batuan beku asam
(Felsik)..
Foto 6. Batuan beku Intermediet pada stasiun 4.
BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Dari penelitian lapangan yang kami lakukan dan studi dari
literatur-literatur terpercaya, dapat disimpulkan bahwa sebaran batuan di daerah
sekitaran Gorontalo dipengaruhi oleh adanya penunjaman di bagian utara
lengan utara Sulawesi. Batuan yang dominan terdapat pada lokasi ialah
batuan beku intrusi intermediet sampai asam dan batuan vulkanik. Struktur
geologi juga banyak ditemukan pada setiap stasiun yang tidak lain merupakan
pengaruh dari adanya tunjaman di utara lengan utara sulawesi. Kondisi batuan
pada singkapan kebanyakan telah mengalami pelapukan berhubung singkapan
pada setiap stasiun berada di pinggiran jalan raya Trans Sulawesi.
6.2. SARAN
Alam kita memiliki begitu banyak keunikan di bidang geologi yang
menarik untuk di kaji lebih dalam lagi. Oleh karena itu, sangat diharapkan
kepada semua pihak untuk tetap menjaga kelestariannya, maka diperlukan
adanya pengkajian tentang alam, sehingga diharapkan kedepannya praktikum
lapangan seperti ini tetap dilaksanakan sebagai pelatihan kepada
DAFTAR PUSTAKA
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia Vol IA. The Hague
Bachri, S., Sukido, dan Ratman, N. 1993. Peta Geologi Regional Lembar
Tilamuta skala 1 : 250.000.
Trail, D.S. 1974. Extract from General Geological Survey on Block 2,
Sulawesi. P.T. Tropic Endeavour
Maulana, Adi., Watanabe, Koichiro., Imai, Akira., Yonezu, Kotaro. 2013.
Origin of magnetite- and Ilmenite-Series granitic rocks in Sulawesi,
Indonesia : magma genesis and regional metallogenic constraint. Procedia
Earth and Planetary Science 6 (2013) : 50-57
Silver, Eli A., McCaffrey, Robert., and Smith, Randall B. 1983. Collision,
Rotation, and the Initiation of Subduction in the Evolution of Sula wesi,
Indonesia. Journal of Geophysical Research Vol. 88 (B11) : 9407-9418
Surmont, J., Laj, C., Rangin, C., Bellon, H., and Priadi, B. 1994. New
paleomagnetic constraints on the Cenozoic tectonic evolution of the North
Arm of Sulawesi, Indonesia. Earth and Planetary Science Letters.
121(1994) : 629-638
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi edisi kedua. Bogor : Pakuan
University Press
American Geological Institute. 2015. Laboratory Manual in Physical Geology.
Pearson
Boogs jr, Sam. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks second edition.
Cambridge University Press
Waltham, Tony. 2009. Foundation of Engineering Geology third edition.
DESKRIPSI BATUAN
Stasiun : 1
Jenis Batuan : Beku
Pemberian Megaskopik
1. Warna : Abu-abu (Intermediet)
2. Struktur : Masif
3. Tekstur : Faneritik
4. Ukuran butir : ± 1 mm
5. Kristalinitas : Holokristalin
6. Granularitas : Ekuigranular
7. Tekstur lainnya : -
8. Mineralogi : Kuarsa, Ampibol, plagioklas
9. Nama Batuan : Andesit
DESKRIPSI BATUAN
Stasiun : 1
Jenis Batuan : Piroklastik
Pemberian Megaskopik
1. Warna : Abu-abu
2. Struktur : Masif
3. Tekstur : Klastik
4. Ukuran butir : Fragmen = Bomb (Fisher), matriks = lanau
5. Tekstur lainnya : -
6. Mineralogi : Kuarsa, Biotit, mineral lanau
7. Nama Batuan : Breksi Vulkanik
DESKRIPSI BATUAN
Stasiun : 2
Jenis Batuan : Sedimen silisiklastik
Pemberian Megaskopik
1. Warna : Kecoklatan
2. Struktur : Paralel Laminasi
3. Tekstur : Klastik
4. Ukuran butir : Lempung (Skala Wentworth)
5. Struktur lainnya : Graded Bedding
6. Mineralogi : Mineral Lempung
7. Nama Batuan : Batulempung (claystone)
DESKRIPSI BATUAN
Stasiun : 2
Jenis Batuan : Sedimen silisiklastik
Pemberian Megaskopik
1. Warna : Kehitaman
2. Struktur : Graded Bedding
3. Tekstur : Klastik
4. Ukuran butir : Pasir kasar (Wentworth)
5. Struktur lainnya : Paralel Laminasi
6. Mineralogi : Kuarsa
7. Nama Batuan : Batupasir (Sandstone)
DESKRIPSI BATUAN
Stasiun : 2
Jenis Batuan : Sedimen silisiklastik
Pemberian Megaskopik
1. Warna : Kecoklatan
2. Struktur : Graded Bedding
3. Tekstur : Klastik
4. Ukuran butir : Pasir halus (Wentworth)
5. Struktur lainnya : Paralel Laminasi
6. Mineralogi : Kuarsa
7. Nama Batuan : Batupasir Kuarsa
DESKRIPSI BATUAN
Stasiun : 3
Jenis Batuan : Beku
Pemberian Megaskopik
1. Warna : Abu-abu
2. Struktur : kekar
3. Tekstur : Porfiritik
4. Ukuran butir
Fenokris : ± 20 mm Massa dasar : Afanitik 5. Kristalinitas : Holokristalin
6. Granularitas : Inequigranular
7. Tekstur lainnya : Gores garis
8. Mineralogi : Plagioklas, Kuarsa, Ampibol
9. Nama Batuan : Diorit Porfiritik
DESKRIPSI BATUAN
Stasiun : 4
Jenis Batuan : Beku
Pemberian Megaskopik
1. Warna : Terang (Felsik)
2. Struktur : Sheeting Joint
3. Tekstur : Porfiritik
4. Ukuran butir
Fenokris : ± 20 mm
Massa dasar : Afanitik 5. Kristalinitas : Holokristalin
6. Granularitas : Inequigranular
7. Tekstur lainnya : -
8. Mineralogi : Kuarsa, Plagioklas
9. Nama Batuan : Granodiorit
DESKRIPSI BATUAN
Stasiun : 4
Jenis Batuan : Beku
Pemberian Megaskopik
1. Warna : Abu-abu (Intermediet)
2. Struktur : Kekar
3. Tekstur : Porfiritk
4. Ukuran butir
Fenokris : Plagioklas (± 2 mm) Massa dasar : Afanitik
5. Kristalinitas : Holokristalin
6. Granularitas : Inequigranular
7. Tekstur lainnya : -
8. Mineralogi : plagioklas, kuarsa, ampibol
9. Nama Batuan : Diorit Porfiritik