• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AGAMA POLITIK DAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH AGAMA POLITIK DAN ISLAM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH AGAMA

POLITIK dan ISLAM

untuk memenuhi salah satu matakuliah PAI

oleh Agus Fitriadin

Disusun Oleh:

Nama : Beny Susanto

NIM : 2011081031

Prodi/Jenjang : Teknik informatika B / S1

TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KUNINGAN

(2)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

Rahmat dan HidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Pengertian Tentang Islam dan Politik”. Makalah ini dibuat dengan

tujuan untuk menambah pengentahuan penyusun dan untuk memenuhi tugas mata

kuliah Pendidikan Agama Islam.

Demi kesempurnaan makalah ini, penyusun mohon kritik dan saran dari

pembaca yang bersifat membangun.

Demikianlah makalah ini saya buat semoga dapat bermanfaat bagi para

pembaca semua, apabila ada kekurangan mohon maaf sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 14 Januai 2011

Hormat Kami,

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR...ii

D AF T AR I SI.. ... ... .. ... ... .. ... ... ... .. ... ... .. ... ... ... .. ... ... .. ... ... .. ... ... ... .. ... ... .. ... ... .. ... ... ... .. .. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 4

1.2Batasan Masalah...4

1.3Rumusan Masalah ... 4

1.4Tujuan ... 5

1.5Sistematika Penulisan ...5

BAB II PEMBAHASAN 2.1Pengertian Politik ... 6

2.2Pengertian Politik Islam ... 6

2.3Sistem Politik Islam di Masa Rasulullah ... 11

BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan ... 12

3.2Saran...12

(4)

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara

sistem politik sendiri berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan

untuk dipatuhi oleh seluruh warga negaranya.

Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik komunis, liberal dan

demokrasi dari beberapa sistem politik tersebut masih ada juga sistem politik

Islam. Setiap Negara pasti memiliki sistem politiknya masing-masing.

Seperti misalnya Negara Indonesia yang menggunakan sistem politik

demokrasi yang berarti sistem tersebut didasarkan pada nilai, prinsip,

prosedur, dan kelembagaan yang demokratis

Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam

perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi

berdasarkan Al-Qur‟an, Al Hadits dan sejarah sistem politik di masa

Rasulullah SAW.

1.2 BATASAN MASALAH

Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:

1. Pengertian Politik

2. Pengertian Politik Islam

3. Sejarah Kepemimpinan Rasulullah

1.3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut,

masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa itu Politik? 2. Apa itu Politik Islam?

(5)

1.4 TUJUAN

Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan,

yaitu:

1. Penulis ingin mengetahui arti dari Politik.

2. Penulis ingin mengetahui seperti apa Politik Islam.

3. Penulis ingin mengetahui seperti apa sejarah kepemimpinan Rasulullah.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN POLITIK

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam

masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,

khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan

antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal

dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara

konstitusional maupun nonkonstitusional.

Komponen-komponen yang diperlukan dalam politik yaitu :

a. Masyarakat

2.3PENGERTIAN POLITIK ISLAM

Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya

pembentukan pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar

manfaat-manfaat amaliah, bukan atas dasar sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan

negara modern didasarkan pada kepentingan-kepentingan praktis, bukan atas

dasar agama.

(7)

Pemerintahan yang berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah

bukanlah diturunkan Allah dari langit. Wahyu Allah hanya mengarahkan

Rasul dan kaum muslimin untuk menjamin kemaslahatan umum, tanpa

merenggut kebebasan mereka untuk memikirkan usaha-usaha menegakkan

kebenaran, kebajikan, dan keadilan.

Alquran sendiri tidak mengatur urusan politik secara khusus, tetapi

hanya memerintahkan untuk menegakkan keadilan, kebajikan, membantu

kaum lemah, dan melarang perbuatan yang tidak senonoh, tercela, serta

durhaka. Alquran hanya meletakkan garis besar pada kaum muslimin,

kemudian memberikan kebebasan untuk memikirkan hal-hal yang diinginkan

dengan ketentuan tidak sampai melanggar batas-batas yang telah ditetapkan.

Islam pada dasarnya adalah Siyasatullah fil Ardh. Maksudnya, dengan

Islam inilah Allah mengatur semesta alam, yang diperuntukan kepada

manusia. Islam itu secara substantif bersifat politis. Konteks pemberian

amanah kepada manusia yang dimaksud di atas adalah Istikhlaf sebagai

konsep politik. Istikhlaf berarti "menjadikan khalifah untuk mewakili dan

melaksanakan tugas yang diwakilkan kepadanya."

Untuk lebih memahaminya, perlu kita ingat kembali bahwa Allah

memberikan manusia dua amanah :

1. Ubudiyah, yaitu untuk beribadah, penghambaan kepada Allah.

2. Amanah Kekhalifahan, hal ini lebih dekat kepada otoritas untuk

mengendalikan kehidupan (di atas bumi).

Allah SWT berfirman, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang

beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa

Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,

sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,

..." (QS. An Nur: 55)

Dengan demikian, Islam secara substantif adalah siyasah, yaitu

menghendaki agar ummat menjalankan kepemimpinan politik.

Salah satu tujuan Islam adalah bagaimana agar bisa menerapkan

(8)

Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk merubah situasi saat yang

masih jauh dari harapan ini agar mencapai tujuan di atas. Ada dua pendekatan

dalam agenda perubahan tersebut (secara berurut):

1. Pendekatan secara kultural. Tersirat dalam firman Allah SWT pada Surat

Al Jumuah ayat 2, "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf

seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada

mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah

(As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam

kesesatan yang nyata."

2. Pendekatan secara struktural. Pendekatan inilah yang lebih bersifat siyasi.

Jadi, ketika telah terbentuk masyarakat yang Islami secara kultural, maka

dibutuhkanlah pemerintahan yang Islami. Contohnya dalam peristiwa

Piagam Madinah. Ketika itu masyarakat Madinah sudah terkondisikan

sebagai masyarakat yang Islami secara kultural.

Kedua pendekatan di atas tidak dapat dipilah-pilahkan satu sama lain.

Kedua hal di atas hanyalah terkait pada tahapan perubahan saja. Jadi,

sebenarnya tidak ada istilah Islam kultural, dan Islam Politik. Islam itu adalah

menyeluruh.

Kemudian Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah

sasa-yasusu-siyasah . Yang berarti (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya)

dan secara bahasa adalah cara pemerintahan Islam mengurus urusan

rakyatnya, serta urusan negara, umat dan rakyatnya terkait dengan negara,

umat dan bangsa lain.

Urusan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan: politik, sosial,

ekonomi, pendidikan, keamanan, dll, yang mana pada masa Rasulullah SAW

makna siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan

gembalaannya. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan

manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai

politikus (siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri

mengurusi (yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya,

(9)

artinya „Bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya rusak seperti ngengat/rayap yang menghancurkan kayu. Dengan demikian, politik merupakan pemeliharaan (ri‟ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).

Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam

sabdanya : "Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi

(tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang

menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para

khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim). Teranglah bahwa politik atau siyasah itu

makna awalnya adalah mengurusi urusan masyarakat. Berkecimpung dalam

politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin dengan cara

menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan

kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa yang

dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin,

mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang mendurhakai

rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata (kufran

bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak hadits terkenal. Ini adalah perintah

Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan dengan persoalan ini Nabi

Muhammad SAW bersabda :

"Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka

ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak

memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka."

(HR. Al Hakim)

a. Pilar-pilar dasar dalam pemerintahan Politik Islam antara lain

adalah :

₃ Kedaulatan di Tangan Syara‟(hukum Islam) ₃ Kekuasaan di Tangan Umat

₃ Hanya Khalifah yang Berhak Mengadopdi Hukum ₃ Wajib Membai‟at Satu Khalifah

Struktur Pemerintahan dan Administrasi dalam sistem Khalifah

(10)

₃ Khalifah

₃ Mu‟awin Tafwidh/Mentri tapi tidak berhak membuat UU (Pembantu Khalifah Bidang Pemerintahan)

₃ Mu‟awin Tanfidz (Pembantu Khalifah Bidang Administrasi) ₃ Wali/Kepala Daerah

₃ Amir Jihad – Mabes Angkatan Bersenjata ₃ Departemen Keamanan Dalam Negeri ₃ Departemen Luar Negeri

₃ Departemen Perindustrian ₃ Departemen Kehakiman ₃ Departemen Penerangan ₃ Kemaslahatan Publik

₃ Baitul Mal (rumah penyimpan harta) ₃ Majelis Ummah/Dewan Perwakilan Rakyat

c. Sistem Politik dalam Negeri Khilafah

₃ Menerapkan syariat Islam kepada seluruh rakyat, Muslim maupun Non-Muslim;

₃ Memberikan kebebasan kepada rakyat Non-Muslim menjalankan ibadah, makan, minum, tatacara berpakaian, dan menikah menurut

agama dan keyakinan mereka;

₃ Memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga negara, Muslim dan Non-Muslim, kecuali yang menjadi kekhususan

masing-masing;

₃ Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan umat Islam dalam satu negara, dengan akidah yang sama, yaitu akidah Islam;

d. Sistem Politik luar Negeri Khilafah

₃ Mengemban Islam kepada seluruh bangsa, negara dan umat lain; ₃ Menerapkan syariat Islam kepada bangsa, negara dan umat lain yang

berhubungan dengan Khilafah;

₃ Berjihad dalam rangka membebaskan penghambaan manusia oleh manusia („ibadat al-‟ibad) untuk menyembah Rabb al- ‟Ibad;

(11)

d. Jaminan Penerapan Syariat Islam, di Dalam dan Luar Negeri:

₃ Ketakwaan individu, rakyat dan aparatur negara;

₃ Kontrol masyarakat (umat dan partai politik) yang mempunyai kesadaran ideologis;

₃ Penerapan Islam secara kaffah, adil dan konsekuen oleh negara kepada seluruh rakyat;

e. Fungsi Organisasi dan Partai Dalam Sistem Khilafah:

Edukasi: Mendidik umat dan masyarakat agar memahami Islam dengan benar;

Agregasi: Menghimpun umat dan masyarakat berdasarkan ikatan Islam;

Artikulasi: Menyampaikan aspirasi umat dan masyarakat yang sesuai dengan Islam, dan mengoreksi kebijakan yang bertentangan

dengannya;

Organisasi dan partai seperti ini hukumnya Fardu Kifayah:

2.3 SISTEM POLITIK ISLAM DI MASA RASULULLAH SAW

a. Sejarah Politik Masa Nabi SAW. dan Khulafa’ al-R āsyidîn

Pemerintahan Islam sejak dari masa Nabi Muhammad SAW di

Madinah pada 622 M hingga Khulafa al-Rāsyidîn yang berakhir pada

sekitar 656 M merepresentasikan sebuah upaya penegakan kebajikan di

muka bumi. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah kepemimpinan

moral yang sangat peduli pada perwujudan keadilan dan kesejahteraan

masyarakat.

Seperti dicatat dalam sejumlah riwayat, pemerintahan Nabi di

Madinah adalah pemerintahan yang toleran. Dokumen tentang toleransi

dapat dibaca dalam Piagam Madinah yang berintikan antara lain:

penghormatan pada pemeluk agama yang berbeda, hidup bertetangga

secara damai, kerja sama dalam keamanan, dan perlindungan bagi

pihak-pihak yang teraniaya. Isi Piagam Madinah tersebut dicatat sebagai

(12)

toleransi. Selain itu, Piagam Madinah dilihat dari kacamata teori politik,

dianggap memiliki gagasan-gagasan HAM modern meskipun lahir di masa

pra-modern. Pemerintahan Nabi di Madinah berhasil menyatukan

suku-suku yang bertikai menjadi satu bangsa. Tidaklah mudah menyatukan

suku-suku yang berkonflik ratusan tahun di sana. Tetapi dengan kekuatan

integritas moral yang kuat seperti Nabi SAW., masalah konflik dapat

diatasi. Maka gampanglah jalan bagi Nabi untuk melakukan pembangunan

berdasarkan al-Qur‟an sehingga terciptalah kesejahtraan rakyat.

Menurut riwayat, tidak ada pemberontakan berarti selama Nabi

memerintah di sana dari rakyatnya. Yang terjadi justru, ketaatan penuh

rakyat pada kepemimpinan Nabi. Pernik-pernik konflik terjadi hanya

dengan negara-negara tetangga yang takut kehilangan pengaruh

kekuasaannya.

Jadi, selama Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin Negara

Madinah, ia menjadi pemimpin yang adil dan menerapkan keagungan moral bagi rakyatnya. Itulah sebabnya A‟isyah istri Nabi pernah mengatakan bahwa “akhlaq Rasulullah adalah al-Qur‟a n”. Al-Qur‟an dan

Sunnahnya menjadi undang-undang negara yang mengikat kaum Muslimin

di sana. Sekalipun begitu, umat-umat lain juga dilindungi. Dalam Q.s.,

al-Ambiyā‟:107 disebutkan yang artinya, “ Tidaklah Kami utusengkau selain

menjadi rahmat bagi seluruh alam”. Konsep rahmatan lil’ ālamîn adalah

konsep 2 toleransi di dalam Islam yang hingga sekarang sering dikutip

sebagai teologi toleransi yang amat penting dalam relasi Islam dan negara.

Demikianlah, kepemimpinan Nabi adalah cermin moralitas dan

teladan indah bagi umat Islam dan bahkan umat manusia. Nabi SAW

adalah model ideal umat yang karir hidupnya dapat memunculkan

kearifan-kearifan politik umat. Hingga wafatnya pada Juni 632 M, Nabi

Muhammad SAW telah menjadi Nabi-Penguasa yang efektif atas sebagian

(13)

Pasca wafatnya Nabi, pemerintahan Islam diteruskan oleh empat

khalifah yang utama (Khulafa’ al-R āsyidîn), yakni Abu Bakar ra, Umar bin Khattab, Usman bin „Aff ān, dan Ali bin Abin Thalib. Keempat khalifah tersebut menyelenggarakan pemerintahan Islam mendekati

pemerintahan Nabi Muhammad SAW. Keadilan, penegakan hukum,

musyawarah, dan egalitarianisme amat ditegakkan sehingga empat

khalifah itu diberi gelar empat khalifah yang mendapat petunjuk. Meski

ada riak-riak politik di dalam era keempat khalifah itu, tapi secara

keseluruhan menampakkan gerak moral yang amat kosnsisten dan

perluasan wilayah yang amat efektif ke luar Jazirah Arabia. Selama tiga

puluh tahun (30 tahun), keempat khalifah menampakkan sebuah

pemerintahan politik Islam yang amat agung dan menjadi sejarah politik

yang demokratis di dunia saat itu. Pasca keempat khalifah, pemerintahan

Islam mengalami pasang-surut.

Demikian pula sejarah Islam mengalami kebangkitan dan

keruntuhan. Dari sejarah itu, menunjukkan garis konstan bahwa

pemerintahan yang mengedepankan moralitas akan memperoleh kejayaan

dan sebaliknya. Karena itu, sejarah politik Islam adalah sejarah

pasang-surut antara yang ma’ruf dan yang mungkar. Umat Islam harus mengambil

nilai-nilai dan prinsip-prinsip politik yang baik dan menjauhkan noda-noda

hitamnya jika ingin sebuah pemerintahan itu tegak di muka bumi.

b. Nilai-Nilai Politik Dalam al-Qur’an

Namun perlu dicatat, al-Qur‟an bukanlah kitab politik. Ia hanya

memberikan prinsip-prinsipnya saja dan bukan mengajari cara-cara

berpolitik praktis. Dengan 3 demikian, perhatian utama al-Qur'an adalah

memberikan petunjuk yang benar kepada manusia, yaitu petunjuk yang

akan membawanya kepada kebenaran dan suasana kehidupan yang baik.

Sebagai kitab petunjuk, al-Qur'an mengarahkan manusia kepada hal-hal

praktis. Ia memberi tekanan lebih atas amal perbuatan daripada gagasan.

Bertolak dari sisi pandangan ini, maka iman barulah punya arti jika

(14)

Sebagai suatu petunjuk bagi manusia, al-Qur'an menyediakan suatu dasar

yang kukuh dan tak berubah bagi semua prinsip-prinsip etik dan moral

yang perlu bagi kehidupan ini. Menurut Muhammad Asad, al-Qur'an

memberikan jawaban komprehensif untuk persoalan tingkah laku yang

baik bagi manusia sebagai perorangan dan sebagai anggota masyarakat

dalam rangka menciptakan suatu kehidupan yang berimbang di dunia ini

dengan tujuan terakhir kebahagiaan di akhirat.

Al-Qur'an sendiri mengajarkan bahwa kehidupan di dunia

merupakan prasyarat bagi kebahagiaan hidup yang akan datang seperti

dinyatakan dalam al-Qur'an, ”Barang siapa buta di dunia ini, maka akan

buta di akhirat, dan bahkan lebih sesat lagi perjalanannya” (terj. Q.s., al-Ahzāb 72) Bagi seorang mukmin, al-Qur'an merupakan manifestasi

terakhir bagi rahmat Allah swt. kepada manusia, di samping sebagai

prinsip kebijaksanaan yang terakhir pula.

Jadi, jangan menjadikan al-Qur‟an dan pemerintahan Nabi untuk

instrument politik. Tapi ambillah prinsip-prinsip etiknya dan sesuaikan

dengan kondisi-kondisi sosial politik sehingga melahirkan suatu kombinasi

(15)

BAB III PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Dengan demikian penyusun dapat menyimpulkan bahwa hubungan Islam

dan Politik itu sangat berkaitan karena telah dijelaskan tentang aturan dan

cara-cara dalam berpolitik yang sesuai tuntunan Al Quran dan Hadits. Oleh karena itu

sistem politik Islam yang melihat dokumen-dokumen dari Al-Qur‟an ini memuat

prinsip-prinsip politik berupa keadilan, musyawarah, toleransi, hak-hak dan

kewajiban, amar ma’ruf dan nahi mungkar, kejujuran, dan penegakan hukum.

Jadi dengan sistem dan peraturan-peraturan hukum yang sesuai dengan

Al-Qur‟an sudah pasti sistem politik Islam lebih baik dibandingkan dengan

sistem Politik yang lain.

1.2 SARAN

Dengan uraian di atas kita dapat menyadari bahwa apapun sistem politik

yang di gunakan disetiap Negara akan percuma kalau tidak didasari dengan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

http://luluvikar.wordpress.com/?Islam%20dan%20Politik

http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/politik-islam-dan-politik-jahiliyyah.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam

http://id.wikipedia.org/wiki/Khalifah

http://www.hudzaifah.org/Article64.phtml

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan analisis mendalam akhirnya penulis mempunyai kesimpulan bahwa Ideologi pendidikan Islam pondok pesantren di Indonesia lebih dekat dan mempunyai

Nilai wajar dari aset tetap bersih yang diperoleh pada tanggal akuisisi sebesar Rp 231.380 adalah berdasarkan penilaian dari penilai independen. Nilai wajar dari aset

At Block Kawah Kamojang Nature Park, surili found at seven point encountered by the total number of 21 individuals and at Block Cibeureum found at three

penjelasan(Explanatory Research). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015 dan didapat

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik Elektro,

Desa mandiri merupakan tujaun dari program kemandirian desa dalam Pemberdayaan masyarakat desa melalui programprogram penyelenggaraan pemerintahandan pembangunan di

Pendidikan anak adalah hal yang mendasar untuk diperhatikan, mengingat anak adalah amanah sekaligus investasi masa depan yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan

Bisa pula dikatakan bahwa ketika sebuah negara secara langsung bertanggungjawab dalam membuat kondisi negara lain tidak layak ditinggali, misalnya melalui invasi