Mirisnya Sistem Pendidikan di Indonesia
http://www.nusareborn.in/archive/index.php/t-573728.html
casyarizki
February 9th, 2013, 14:09 Sistem pendidikan di Indonesia merupakan sistem pendidikan yang mencakup semua bidang pelajaran, mulai dari ilmu agama, sosial, sains, bahasa, moral dan lain sebagainya. Sebuah sistem pendidikan yang memaksa anak untuk menguasai sekian banyak bidang studi dengan materi yang sedemikian ABSTRAK. Hal tersebut tidak jarang membuat anak stress ataupun bosan dengan belajar, yang anak akan akrab dengan kebiasaan seperti bolos dan mencontek. Tidak bisa menguasai pelajaran tentu berbanding lurus dengan tidak bisa mengerjakan ujian dengan baik sehingga nilai rapot pun menjadi kurang memuaskan.
Kemudian disinilah peran TOLOL dari guru yang memanipulasi nilai rapot dengan alibi yang menjengkelkan, seperti "kasihan siswanya" ataupun dengan tujuan agar dicap sukses dalam mengajar*. Lantas salahkah guru dalam kondisi seperti ini?
Jawabannya bisa iya bisa juga tidak. Bisa iya mungkin karena guru tidak mempunyai kompetensi mengajar yang memadai, bisa tidak, karena sistem pendidikan Indonesia yang terlalu memaksakan siswa.
Yah begitulah Indonesia, negara yang menjunjung tinggi gengsi tanpa memikirkan nasib rakyatnya. Terlalu sibuk dengan sistem informasi managemen, angka finansial, angka kelulusan dan data kuantitatif lainnya tanpa memikirkan kualitas siswa yang dihasilkan dari sistem pendidikan itu sendiri. Salah satu bukti nyata dari gejala ketidakefektifan pendidikan di Indonesia adalah banyaknya pengangguran-pengangguran yang bertittle S1, hal ini bisa dijadikan indikasi bahwa produk pendidikan kita belum siap berhadapan dengan kerasanya globalisasi persaingan di dunia luar. Jika kata kegagalan terlalu vulgar untuk diutarakan, maka kalimat yang cocok untuk sistem pendidikan Indonesia ini adalah "berputar-putar dalam lingkaran dan maju secara perlahan".
Mari kita simak tulisan Roem ini :
"Tak kurang dua belas tahun waktu diselesaikan untuk bersekolah. Masa yang relatif panjang dan menjemukan, jika sekedar mengisinya dengan duduk, mencatat, sesekali bermain dan yang penting mendengarkan guru ceramah di depan meja kelas. Lewat sekolah orang bisa meraih jabatan sekaligus mendapat cemooh. Ringkasnya sekolah mampu mencetak manusia menjadi pejabat tapi juga penjahat. Masih pantaskah sekolah untuk mengakui peran tunggalnya dalam mencerdaskan seseorang".
*Tidak semua guru
Sumber :
http://re-searchengines.com/0806ameliasari.html (http://re-searchengines.com/0806ameliasari.html) http://ketapang-insight.blogspot.com/2010/04/gambaran-umum-dunia-pendidikan-di.html (http://ketapang-insight.blogspot.com/2010/04/gambaran-umum-dunia-pendidikan-di.html)
http://syafrilhernendi.com/2009/01/18/sistem-pendidikan-di-amerika/ (http://syafrilhernendi.com/2009/01/18/sistem-pendidikan-di-amerika/)
Karena ini temanya diskusi, disini aku mau minta pendapat temen-temen semuanya tentang sistem pendidikan di Indonesia ini. Setujukah kalian dengan kurikulum pendidikan Indonesia dengan banyaknya pelajaran? Ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan sistem pendidikan Indonesia ini.
Artefact
February 9th, 2013, 15:18 Setuju.
Yang jelas sistem pendidikan di Indonesia terlalu BERTELE-TELE. Baik dari SMP sampe SMA, makin lama makin ruwet...
Kalo mau dibuat kelas multilingual lebih baik jadikan ekstra kurikuler, bagi yang minat silahkan ambil yg tidak ya enyah. Lagian yang difokusin sekarang bahasa internasional ya Inggris, selalu kepake dimana-mana. Mandarin? Belom saatnya kalo menurut gw. Kok bahasa dijadiin bagian kurikulum? Kasian yg nggak minat itu mah.
Belum lagi sistem KULIAH yang mengenaskan, musti ambil kelas sana kelas sini dan mesti bayar lebih biar lulus.
Dikata anak teknik perlu ambil sastra buat lulus dari kuliah doang? LAMEEEEEE, kasian yang nggak lulus-lulus cuma gara2 1-2 kelas macam kewarganegaraan.
Diajarkan kewarganegaraan pun juga masih banyak yg korupsi! Mendingan diilangin aja (menurut gw)
Dibanding pake sistem kuliah mending nganut sistem College yg nggak bertele-tele, cepet cuma 2 taun udah lulus dan dapet kerjaan.
Kecuali yang ngincer gelar, tapi ya ngincer gelar sampe S2 ato S3 tapi ga dapet kerja ya sama aja boong.
--no offence, cuma pendapat sama keluh kesah pribadi :p
casyarizki
February 9th, 2013, 15:46 Setuju.
Yang jelas sistem pendidikan di Indonesia terlalu BERTELE-TELE. Baik dari SMP sampe SMA, makin lama makin ruwet...
Lo sebut aja kelas bahasa mandarin yang metode pembelajaran nya terlalu simpel dan ujung2nya jadi hapalan dan bulanan contekan anak-anak yg peduli setan.
Kalo mau dibuat kelas multilingual lebih baik jadikan ekstra kurikuler, bagi yang minat silahkan ambil yg tidak ya enyah. Lagian yang difokusin sekarang bahasa internasional ya Inggris, selalu kepake dimana-mana. Mandarin? Belom saatnya kalo menurut gw. Kok bahasa dijadiin bagian kurikulum? Kasian yg nggak minat itu mah.
Belum lagi sistem KULIAH yang mengenaskan, musti ambil kelas sana kelas sini dan mesti bayar lebih biar lulus.
Dikata anak teknik perlu ambil sastra buat lulus dari kuliah doang? LAMEEEEEE, kasian yang nggak lulus-lulus cuma gara2 1-2 kelas macam kewarganegaraan.
Diajarkan kewarganegaraan pun juga masih banyak yg korupsi! Mendingan diilangin aja (menurut gw)
Dibanding pake sistem kuliah mending nganut sistem College yg nggak bertele-tele, cepet cuma 2 taun udah lulus dan dapet kerjaan.
Kecuali yang ngincer gelar, tapi ya ngincer gelar sampe S2 ato S3 tapi ga dapet kerja ya sama aja boong.
--no offence, cuma pendapat sama keluh kesah pribadi :p
Perbandingan kurikulum tingkat SD antara Indonesia dan Amerika misalnya, di Indonesia seperti yang aku ulas sebelumnya anak dipaksa untuk menguasai semua bidang pelajaran sedangkan di Amerika penekanan pada Matematika dan Bahasa Inggris, sedikit tentang Ilmu Sosial dan Sains dan yang bikin aku kaget TIDAK ADANYA PELAJARAN MORAL
WOW...
Tapi anehnya, jika dibandingkan dengan anak Indonesia, anak Amerika lebih beradab. Padahal tidak adanya pelajaran moral, lalu yang jadi pertanyaan adalah ada apa dengan pelajaran moral yang diterapkan di sekolah? Kok bisa anak Amerika lebih beradab dengan tidak adanya pelajaran moral?
Jawabannya sederhana, kalo di Amerika buku bahasanya sangat bermutu dan ideologis. Di dalamnya diajarkan tentang ilmu sosial, moral, sejarah, sains, tata kota, tata negara bahkan tata dunia. Sementara kalo di Indonesia kita tahu buku bahasanya sangat miskin ilmu, "Ini Budi, Budi bermain bola". Miris hati, melihat buku bahasanya miskin ilmu. Jadi perbedaannya kalau di Amerika penekanannya ada pada pola pikir sedangkan di Indonesia penekanannya ada pada "grammar".
[D]olsupeR^
Perbandingan kurikulum tingkat SD antara Indonesia dan Amerika misalnya, di Indonesia seperti yang aku ulas sebelumnya anak dipaksa untuk menguasai semua bidang pelajaran sedangkan di Amerika penekanan pada Matematika dan Bahasa Inggris, sedikit tentang Ilmu Sosial dan Sains dan yang bikin aku kaget TIDAK ADANYA PELAJARAN MORAL
WOW...
Tapi anehnya, jika dibandingkan dengan anak Indonesia, anak Amerika lebih beradab. Padahal tidak adanya pelajaran moral, lalu yang jadi pertanyaan adalah ada apa dengan pelajaran moral yang diterapkan di sekolah? Kok bisa anak Amerika lebih beradab dengan tidak adanya pelajaran moral?
Jawabannya sederhana, kalo di Amerika buku bahasanya sangat bermutu dan ideologis. Di dalamnya diajarkan tentang ilmu sosial, moral, sejarah, sains, tata kota, tata negara bahkan tata dunia. Sementara kalo di Indonesia kita tahu buku bahasanya sangat miskin ilmu, "Ini Budi, Budi bermain bola". Miris hati, melihat buku bahasanya miskin ilmu. Jadi perbedaannya kalau di Amerika penekanannya ada pada pola pikir sedangkan di Indonesia penekanannya ada pada "grammar".
kalo di US dan negara2 maju anak SD sudah di push untuk berlogika, karena itu jangan kaget kalo masih umur 8 tahun logikanya sudah kuat. "kalo saya malas, saya miskin", "kalo saya mukul kamu saya dipenjara". kemudian ditempa juga cara berpikir untuk problem-solving. terkadang anak umur dibawah 10 tahun sudah mempelajari problematika hidup orang dewasa. karena itu mereka lebih dewasa, sedang disini masih aja berkutat di pelajaran yang sebnernya ga dibutuhkan anak di usia kecil-remaja.
dan terakhir punishment benar2 dijalankan, ga ada KKN. lo goblog ya ga naek, lo kurang ajar ya drop out, lo kriminal ya penjara tempat lo. dst. disini masih pake kekeluargaan, gotong-royong, KUHP (keluar uang habis perkara) dll.
btw ane dulu tukang bolos karena muak liat buku-buku pelajaran :lol: tapi ya alhamdulillah skarang sudah bekerja.
U-February 9th, 2013, 16:55 Perbandingan kurikulum tingkat SD antara Indonesia dan Amerika misalnya, di Indonesia seperti yang aku ulas sebelumnya anak dipaksa untuk menguasai semua bidang pelajaran sedangkan di Amerika penekanan pada Matematika dan Bahasa Inggris, sedikit tentang Ilmu Sosial dan Sains dan yang bikin aku kaget TIDAK ADANYA PELAJARAN MORAL
WOW...
Tapi anehnya, jika dibandingkan dengan anak Indonesia, anak Amerika lebih beradab. Padahal tidak adanya pelajaran moral, lalu yang jadi pertanyaan adalah ada apa dengan pelajaran moral yang diterapkan di sekolah? Kok bisa anak Amerika lebih beradab dengan tidak adanya pelajaran moral?
Jawabannya sederhana, kalo di Amerika buku bahasanya sangat bermutu dan ideologis. Di dalamnya diajarkan tentang ilmu sosial, moral, sejarah, sains, tata kota, tata negara bahkan tata dunia. Sementara kalo di Indonesia kita tahu buku bahasanya sangat miskin ilmu, "Ini Budi, Budi bermain bola". Miris hati, melihat buku bahasanya miskin ilmu. Jadi perbedaannya kalau di Amerika penekanannya ada pada pola pikir sedangkan di Indonesia penekanannya ada pada "grammar".
gw mencoba melihat ini dari perspektif lain..
yang namanya sistem pasti menyangkut banyak hal, bukan cuma pengajaran dalam kelas tapi juga guru, materi, siswa, anggaran, dsb..
Kalo ditelusuri, sebenarnya Indonesia udah beberapa kali ganti kurikulum tapi sepertinya hasilnya tetap jauh dari yang diharapkan ya.. Mungkin karena penggantian kurikulum hanya sebatas pada nama dan pola, namun pada implementasinya masih kurang.. Kompetensi guru pun harus ditingkatkan, tidak sebatas pada kompetensinya dalam bidang studi yang diampu namun pada penyampaian kepada siswa..
Bciara perbandingan dengan Amerika, mungkin memang suasana belajar di sana lebih kondusif dalam memacu siswanya aktif di dalam kelas.. Pernah saya berbincang dengan pengajar dari US, beliau
mengatakan bahwa siswa di Indonesia kebanyakan pasif ketika diajak untuk berdiskusi ataupun berbicara di dalam kelas dibandingkan di sana, dan mungkin itu karena bawaan dari sistem pendidikan dasar yang kurang mumpuni di Indonesia.. Engage dari pengajar masih kurang dan tujuan pembelajaran masih berbasis nilai yang notabene belum bisa menjadi tolak ukur yang cukup baik..
Untuk pengajaran bahasa Inggris, di sekolah-sekolah negeri masih mengacu pada grammar-based (setuju sama TS).. Walaupun sudah banyak yang mulai mengubah sistem pengajaran tersebut ke dalam
TheWizard
February 9th, 2013, 23:53 umm.. topiknya enak nih, mumpung gw masih anak SMA
mari kita lihat beberapa peristiwa dalam sekolahan :
- Anak'' / Remaja (siswa sekolah) yang udah males sama yang namanya pelajaran - Anak'' / Remaja (siswa sekolah) yang ketularan gaya kebarat2-an [kayak JBFansUntilDie] - Anak'' / Remaja (siswa sekolah) yang emang doyan dolan, mabuk, balapan liar, tawuran - Anak'' / Remaja (siswa sekolah) yang cuma pengen ijazah doang
- Anak'' / Remaja (siswa sekolah) yang niat untuk berilmu
dari 5 peristiwa, gw urutkan dari jumlah peristiwa yang banyak.
karena emang orang yang pengen dan niat untuk berilmu itu dikit, jadi mereka masuk golongan minoritas sedangkan yang udah kelewatan nakal sampai nakal biasa itu banyaknya bukan main.
taruh contoh di SMA gw, kira'' yang emang bener'' niat berilmu itu cuma 40 dari 375 siswa. Kenapa gw brani ambil angka dikit bener? Ya karena emang gw observe sperti itu.
Lalu kita beralih ke sudut pandang guru
1. Guru yang hanya masuk lalu 'menghitung uang'.
2. Guru yang hanya mengajar lewat buku / LKS di tangan dengan cara membacanya di depan siswanya doang.
3. Guru yang hanya masuk lalu "anak-anak kerjain ini-itu".
4. Guru yang menyuruh muridnya untuk presentasi materi pembelajaran yang belum diajarkan oleh guru itu sendiri.
5. Guru yang memiliki pikiran luas saat mengajar, bahkan kalau cerita walaupun kagak nyambung bisa kedengeran nyambung.
6. Guru yang mengajak untuk menganalisa atau Guru hanya sebagai pendamping.
well, di sekolah gw yang gw akui guru yg cuma ngitung uang (ini ada loh) kalo masuk itu cuma 2
tapi tipe guru yang 3, 4, 5 itu banyaknya bukan main. Emang sih nomer 4 enak karena membuat belajar-mengajar tidak membosankan.
Dan di sekolah gw yang tipe guru nomer 6 itu ada 2. Guru fisika sama bhs. Inggris Cara mengajarnya bagi yang tipe siswa NIAT dan INGIN berilmu itu pasti enak sekali. Taruh kata fisika, kita dikasih sebuah case untuk diselesaikan dengan cara'' yang ada.
Lalu kami sebagai siswa maju untuk menuliskan jawaban sebisa mungkin. Setelah itu baru dikoreksi oleh guru.
Dan ternyata didalam cas itu ada sebuah rumus baru. Maka langsung deh siswanya ngitung ulang tanpa diomong buat maju ngerjain (soalnya dapet nilai tambah)
Dan kalau mau tau, setiap ulangan Fisika di kelas gw yang tuntas itu cuma 8 dengan nilai diatas 80. [KKM = 76]
Kalau mau tau soalnya itu analisis dan kadang'' nyata, jadi misal ada gambar gk ada keterangannya [Lebar, tinggi, panjang] itu ya bawa penggaris o.o
ya kalo gini kan 'you know what I mean' lah
Emang sih mungkin kalau dipikir siswa males sekolah itu faktor guru
Tapi skarang kenyataannya gk gitu, siswa males sekolah itu faktor eksternal dari sekolah Kyk ada event JKT48, quest game yang hanya hari itu, nonton bioskop
San salah satu dasar dari Human Mind itu mencapai keberhasilan
Dalam artian mencapai keberhasilan itu macem''. Ada yang bisa mengolah ada tidak.
Melanggar aturan itu kalo kita berhasil kan rasanya 'WAH' gitu kan? Walaupun gk tanggung resikonya. Bagi mereka yang bisa mengolah mindset mereka, pasti mereka mikir akibat yang ditimbulkan [Berpikir secara Dewasa] [Mental Dewasa]
Bagi mereka yang BELUM bisa mengolah mindset mereka ya... 'suka suka gw dong, hidup ya hidup gw'
Dan kalo gw liat mindset mereka begitu itu karena masyarakat dan media yang sudah 'tak kenal aturan' Coba lihat perjalanan hidup orang tua kita, coba aja kan langsung tau bedanya
Orang dulu aja sempet style the beatles gk boleh karena dianggap tidak memiliki jiwa tanah air
Tapi skarang? Seks bebas di berita TV [walaupun tujuan baik sih] dimana-mana, so pasti ada yang INGIN MENCOBA
Karena masyarakat dan media Massa itu juga termasuk dalam Media Pembelajaran tingkat DEWASA.
Jadi kalo gw simpulkan begini
dari SATU sumber dan PASIF + siswa REMAJA AWUT-AWUTAN yang mayoritas itu pengalaman gw
_zero_
February 10th, 2013, 00:25 Panteslah kalo Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia...
selengkapnya