• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pendidikan Modern Di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pendidikan Modern Di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Oleh:

ISKOLA SAPUTRA NIM:104011000102

d;1ri f'J.[l.

'

.

. . .,

...

,.,,,

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAJ\1 NEGERI SY ARIF IlIDA YA TULLAR

(2)

No. I 2 3 4 セ@ 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Mata Pelajaran

I

Angka \ Huruf

Al Qur1

an B 17./n•1f}r1

Tafsir

0

r '

Hadits

7

7,.: .. l

M ushtholahul Had its

7

'T.-,;" {,

Fiqh

8

1r:1n "'"'

Usul Fiqh

8

1Je.la

0nan

Faraidl (p

£-·---Ta uh id

7

WZNセZᄋィ@

Diyanah

7

,..,,, J···U h

Tarckh Tasyri'

8

11:

Jn hon

Scjarah Islam

7

ri. : .. : "

lnsya' (,,

c.:..a.-Tamrin Lughah

8

:JJela.-iCJ.n

Muthala'ah lo r

.

Nushus Adahiyah

8

'JJdn ィョセ@

Nahwu

0

f---

'

Sharar

.

(p c_ ___

Balaghah

7

T,,,: (,,

Mantiq

8

,,,-_La

---TarekhAdabul Lughah

7

.7.,;u.f,

Tar,jamah

8

.1/eln "an

Ilmu Pcndidikan (Tcori)

8

1J"L-·-

-...

llmu Pendidikan (Praktek) &,

/:---Bahasa lnggris it>

f----Bahasa Indonesia i:f, r

Gcografi (p r

'

-Sejarah Umum

8

11.th

---Tata Negara

9

\t.-i:..·u,...,

Kutubut Turns

a. Fathul Mu'in !£, ヲMセセ@

b. Alfiyah (p

c.

,..,

Cl .,..,

Jumlah 210 fJuaro.tus Se.pu{u.fz

Dengan predikat : BAIK

Juni

2004 M
(3)
(4)

-DI PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Oieh: Iskola Saputra NIJW:: 104011000102

Di Bawah Bimbingan: Dosen Pembimbing Skripsi

---Dr. H. Ab ui i'Yia "id Khou ivi. A .

NIP: 131682377

---

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSIT AS ISLA.M NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH

(5)

PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN JAKARTA", te!ah diujikan dalrnn sidang munaqasyah Fakultas llmu Tarbiyah dan Kcguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal I 7 Dcscmber ·2008. Skripsi h1i telah diterima sebagni salah· satu syarnt untuk mcmpcrolch gclar Sa1jana Program Strntn I (SI) padajurusan Penclidikan Agama Islam.

Jakarta, I 7 Descmber 20u6

Panitia Ujian Sidang Munaqasyah

Ke'1''.l Panitia (Ketua Jurusan)

Dr. Abdul Fattah Wibisono. MA NIP. I 50 236 009

Sek re tar is J urusan

Drs. Snriudin Shidiq, MA NIP. I 50 299 477

Penguj i I,

Dr. Abdul Fattah W ihisono. M;\ NIP. I 50 236 009

Pcnguji II,

Drs. Abdul Haris, fvl._'.';g

NIP. I 50 275 608

1\11ggota:

tanggal

t&

/i'

'10d8

.... ./? ...

1&/

2.cd?

/ri ..

18/d.OO"f?

/(;},_.

...

Mcngctahui:

Dcbi11 Fakultas Aiュセ@ セ「ゥケ。ィ@ dan Kcguruan

Prof. DR. e Ros ada MA

Nip. 150 2 356

tanda tangan

セMNpᆳ

'·---.._\v /

(6)

Nim

Pro di Jurusan Fakulas

: 104011000102

: Reguler

: Pendidikan Agama Islam : Ilmu Tarbiyab dan Kegurnan Dengan ini saya menyatakan babwa:

1. Skripsi ini mernpakan basil kaiya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salab satu persyaratan memperoleb gelar strata I pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyab dan Keguruan Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullab Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telab saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian bari terbukti bahwa kaiya ini bukan basil kaiya asli saya atau mernpakan

basil plagiat dari kaiya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullal1 Jakarta.

(7)

Dewasa ini, lembaga pendidikan Islam di Indonesia (pesantren) telab mengalami banyak pembaharuan dan perkembangan. Pesantren yang berkembang di Indonesia: Pertama. Pesantren yang masih terikat kuat dengan sistem pendidikan Islam sebelum zaman pembabaruan yang dicirikan dengan pengajaran kitab-kitab klasik serta menggunakan metode sorongan dan hafalan. Kedua,

Pesantren yang merupakan pengembangan dari pesantren model pertama yakni dengan pengajaran kitab-kitab klasik yang diajarkan dalam bentuk klasikal dan nonklasikal. Disamping itu telah diajarkan ekstrakurikuler . Ketiga, pesantem yang didalamnya program keilmuan telab diupayakan menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum. Keempat, pesantren yang mengutamakan pengajaran ilmu-ilmu keterampilan di samping ilmu-ilmu agama sebagai mata pelajaran pokok. Kelima, pesantren yang mengasuh beraneka ragam lembaga pendidikan yang tergolong formal dan nonformal.

Pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta, dalam proses pembelajarannya telab mempergunakan sistem pendidikan modem. Sistem pendidikan modem di pondok pesantren Daarul Rahman dapat dilihat dari beberapa ha!;

a. Adanya pembagian kelas berbentuk klasikal, bukan berdasarkan pengajian kitab salafiyah.

b. Penyampaian materi pelajaran sudab menggunakan berbagai variasi metode, metode dipilih berdasarkan kesesuaian materi dengan metode. c. Sarana dan prasaran yang sudab cukup memadai guna membantu

kegiatan belajar mengajar.

d. Adanya pengajaran bahasa dan disiplin pondok yang ketat, sehingga keinginan orang tua dan tujuan santri dari rumah untuk· belajar disini benar-benar bisa terwujud.

e. Adanya struktur kepengurusan, baik pondok pesantren maupun pelajar. Yang mengatur kegiatan keseharian santri adalah pengurus, pengurus dipilih dari kelas V pada pertengaban tahun ajaran. Guru hanya memberikan bimbingan, pengaraban dan pengawasan terhadap pengurus dan santri.

f. Kebijakan dan keputusan yang berkaitan dengan pondok pesantren berdasarkan hasil musyawarab, bukan keputusan sepihak oleh pimpinan dan lain sebagainya.

Kurikulum yang dipakai pondok pesantren Daarul Rahman adalah kurikulum mandiri. Materi pelajaran keagamaan banyak diambil dari kitab-kitab salafiyab berwawasan modem, sedangkan materi pelajaran umum diambil berdasrkan kebutuhan santri dan masyarakat.

Selain itu, antara pelajaran keagamaan dan pelajaran umum memiliki keseimbangan dalam porsinya. Walaupun pelajaran keagamaan Iebih nampak dominan namun sebenamya tidak, sebab pelajaran keagamaan tidak semuanya

.

.

(8)

rahmat, karunia dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: "Sistem Pendidikan Modern di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta." Shalawat serta salam penulis haturkan pula kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa.

Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai tugas akhir perkuliahan guna mencapai sarjana strata I (S. Pd.I).

Penulis menya<lari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan; walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidiakn Agama Islam, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. H. Abdul Madjid Khon, MA., Dosen pembimbing skripsi yang

(9)

saya di kelas VII b. yang telah mengarahkan dan membimbing saya selama penulisan proposal skripsi ini.

6. Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengembangkan pemikiran dan intelektualitas selama belajar di bangku perkuliahan.

7. Bapak Prof. KH. Syukron Ma'mun, Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Rahman serta para guru yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Ust. A. Qosim Susilo, M. Pd., Selaku Kepala Sekolah di pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta yang telah memberikan kemudahan bagi saya dalam penulisan skripsi ini.

9. Ust. A. Nurdedy, M. Ed., Selaku Kepala Bidang Kurikulum Modern pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta.

10. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya yang membantu pelayanan fasilitas buku-buku demi selesainya skripsi ini.

11. Terkhusus buat kedua orang tuaku, Ayahanda Rahman Jaya (Alm) dan Ibunda Nisma Nela yang tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan mencurahkan kasih sayang serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan secara moral, materil, semangat dan do' a buat penulis.

12. Terkhusus buat adikku, Lili Yupitasari dan Witri Niarti serta keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi buatku.

(10)

seperJ uangan.

16. Teristimewa buat teman-teman alumni angkatan 2004 Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta yang senasib dan seperjuangan.

Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga Allah swt membalas kebaikan yang mereka berikan dan apabila penulis ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dimaafkan.

PenuJis sadar, penulis hanya punya keinginan dan kehendak ... tapi Allah !ah Sang Maha Kehendak. Penulis sadar, penuJis punya Asa, Cita dan Cinta ... tapi penuJis yakin apa yang diberikan Allah untuk penulis itu adalah hal terbaik buat penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua amin.

Jakarta, 04 Desember 2008 Penulis

-1rrr

'
(11)

DAFT AR TAB EL... vi

DAFTARLAMPmAN ... vii

BABI PENDAHULUAN... 1

A Latar Belakang Masai ah... 1

B. Identifikasi Masalah... ... .. . . .. .. . . . .. . . .. . .. . . . .. ... . . .. . . 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masai ah .. . .. . ... ... .. .. . .. . . .. ... . . ... . 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... ... ... 6

BAB II KAJIAN TEORI... ... 7

A. Pondok Pesantren Modern... 7

I. Pengertian Pondok Pesantren... ... 7

2. Pengertian Pondok Pesantren Modern... 12

3. Ciri-ciri Pondok Pesantren Modern... 15

B. Pendidikan di Pondok Pesantren ... ..,.... 24

I. Pengertian Pendidikan .. .. . . .. . . .. .. .. . . ... ... .. ... . . ... ... 24

2. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren . .. .. .. .. . . . ... . .. .. ... .... .. 29

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren... 34

C. Kurikulum dan Metode Pengajaran Pondok Pesantren ... 40

1. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Modern... . . 40

2. Metode Pengajaran di Pondok Pesantren Modern... 45

BAB ill METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A Teori Penelitian ... ... ... 50

B D k ' .Ob'kP . es nps1 セ・@ ene 1tian... .. . . .. . . .. .. .. . . .. . .. . . .. . . .... 5 1·· 0

C. Desain Penelitian... ... . .. ... .. . ... ... ... ... ... . . ... ... ... ... ... ... .. 51

D. Prosedur Pengumpulan dan perekaman Data... 51

(12)

3. Visi, Misi dan Tujuan Didirikannya... .. . . .. 57

4. Keberadaan Guru dan Santri... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . . 58

5. Kepengurusan Pondok Pesantren... .. .. . .. . ... .. . ... ... 63

B. Modemitas Pendidikan di Pondok Pesantren Daarul Ralnnan Jakarta... 68

1. Tujuan Pendidikan ... .. ... 68

2. Kurikulum Pendidikan. .. . . .. . . .. . . . .. .. . . ... .. . . .. . . .. ... .. .. . . . 70

3. Sarana dan Prasarana... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . 76

4. Media Pembelajaran... .. . ... . . . ... ... . .. . .. .. . ... .. . ... . .. . . . ... 78

5. Metode Pembelajaran... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 79

6. Disiplin Pondok... ... . . . ... . . . ... .. . .. . . .. ... . . . ... . . . .. . . .. . ... 81

7. Pengajaran Bahasa... 84

C. Analisa Data... . . 85

BAB V PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan . . . . .. . .. . . . .. ... . .. . . . .. . . ... . . .. .. .. . .. .. . . .. . .. . . .. . ... . . . .. . . ... 87

B. Saran... 88

DAFTAR PUST AKA... 89

(13)

3. Tabel 03 Data santri putri... 62

4. Tabet 04 Sarana dan Prasarana... 77

5. Tabel 05 Jadwal kegitan santri setiap harinya... 82

6. Tabel 06 Jadwal kegiatan mingguan santri ... 83

7. Tabel 07 Jadwal kegiatan tahunan... ... 83

8. Bagan 01 Bagan pengurus PP Daarul Rahman... 65

9. Bagan 02 Bagan pengurus IP3DR... 66

[image:13.595.62.453.115.710.2]
(14)

3. Surat Permohonan Izin Penelitian 4. Surat Izin Obseivasi dan Wawancara 5. Surat Keterangan Penelitian

6. Berita wawancara dengan Kepala Sekolah

7. Berita wawancara dengan Kepala Bidang Kurikulum

(15)

Pesantren sebagai lembaga yang mengiringi dakwah Islamiyah di Indonesia memiliki persepsi yang plural. Pesantren bisa dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling popular adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami pembaharuan dan romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal.

Peasantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang sudah berdiri ratusan tahun, di lembaga ini diajarkan dan dididikkan kepada santri nilai-nilai agama. Sebab ciri yang paling menonjol pada pesantren tahap awal adalah pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama kepada santri lewat kitab-kitab klasik. Selanjutnya setelah masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia, turut serta terjadinya perubahan dalam bidang pendidikan. Pendidikan pesaritren yang pada mulanya hanya berorientasi kepada pendalaman ilmu agama semata-mata, mulai dimasukkan mata pelajaran umum. Masuknya mata pelajaran umum ini diharapkan untuk memperluasa cakrawala berpikir santri, sebab pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.

(16)

pendidikan yang terakreditasi sehingga tidak dapat diregulasi, atau dibantu layaknya pendidikan umurn.

Saat itu agar eksistensi pendidikan keagamaan terbilang sederajat maka harus disetarakan terlebih dahulu dengan cara sis wan ya mengikuti "uj ian persamaan" di sekolah/madrasah yang sudah terakreditasi. Harus diakui, tradisi penyetaraan dengan ikut ujian persamaan di masa lalu walau ada gunanya untuk pengakuan ijazah, tetapi di dalamnya mengandung keganjilan sosial yang tajam karena memiliki konotsasi pandangan rendah terhadap pendidikan keagamaan (pesantren).

Di tengah pergulatan masyarakat informasional, pesantren dipaksa memasuki ruang kontestasi dengan institusi pendidikan lainnya, terlebih dengan sangat maraknya pendidikan berlabel Juar negeri yang menambah semakin ketatnya persaingan mutu out-put (keluaran) pendidikan. Kompetisi yang kian ketat itu, memposisikan institusi pesantren untuk mempertaruhkan kualitas out-put pendidikannya agar tetap unggul dan menjadi pilihan masyarakat, terutama urnat Islam. Ini menandakan, bahwa pesantren perlu banyak melakukan pembenahan internal dan inovasi baru agar tetap mampu meningkatkan mutu pendidikannya.

Persoalan ini tentu saja berkorelasi positif dengan konteks pengajaran di pesantren. Di mana, secara tidak Jangsung mengharuskan adanya pembaharuan

(modernisasi) dalam berbagai aspek pendidikan di dunia pesantren. Sebut saja

(17)

Dengan begitu, pengembangan pesantren tidak saja dilakukan dengan cara memasukkan pengetahuan non-agama, melainkan agar lebih efektif dan signifikan, praktek pengajaran harus menerapkan metodologi yang lebih baru dan modern. Sebab, ketika didaktik-metodik yang diterapkan masih berkutat pada cara-cara lama yang ketinggalan zaman alias "kuno", maka selama itu pula pesantren sulit untuk berkompetisi dengan institusi pendidikan lainnya. 1

Pada masa sekarang ini telah banyak model pesantren yang berkembang di Indonesia: P ertama. Pesantren yang masih terikat kuat dengan sistem pendidikan Islam sebelum zaman pembaharuan yang dicirikan dengan pengajaran kitab-kitab klasik serta menggunakan metode sorongan dan hafalan. Kedua, Pesantren yang merupakan pengembangan dari pesantren model pertama yakni dengan pengaJaran kitab-kitab klasik yang diajarkan dalam bentuk klasikal dan nonklasikal. Disamping itu telah diajarkan ekstrakurikuler . Ketiga, pesantern yang didalamnya program keilmuan telah diupayakan menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum. Keempat, pesantren yang mengutamakan pengajaran ilmu-ilmu keterampilan di samping ilmu-ilmu agama sebagai mata pelajaran pokok. Kelima, pesantren yang mengasuh beraneka ragam lembaga pendidikan yang tergolong fonnal dan nonformal.2

Dengan demikian, pesantren diidentifikasi memiliki tiga peranan penting dalam masyarakat Indonesia: I) Pesantren sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam Tradisional, 2) Sebagai penJaga dan pemelihara keberlanngsungan Islam tradisional, dan 3) Sebagai pusat reproduksi ulama.

Jadi, sebagai lembaga pendidikan Islam yang berdiri pada tahap awal dan hanya mengajarkan kitab-kitab klasik yang bertujuan untuk membentuk ulama, kiai yang kompeten dalarn bidang ilmu-ilmu diniyah, pesantren telah rnengalarni banyak pernbaruan seiring rnasuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke Indonesia. Pembaruan itu dapat dilihat dari tiga segi, pembaruan materi (bahan

1

Ahmad El Chumaedy, Membongkar Ji·adisiona/isme Pendidikan Pesantren "Sebuah Pilihan Sejarah", dalam Transformasi Pendidikan Pesantren, •\·'''' [NQオᄋN^セQ・@ rnu1 tanggal 06 Oktober 2002.

(18)

yang diajarkan), pembaruan administrasi dan management, se1ia pembaruan sistem dari nonklasikal menjadi klasikal. Pembaruan tersebut dilakukan guna meningkatkan kualitas dan tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini, serta untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pondok pesantren Daarul Rahman, dalam proses pembelajaran dan pengajarannya menggunakan sistem pendidikan modem dan salafiyah secara bersamaan. Penerapan sistem ini telah dimulai sejak didirikannya lembaga tersebut. Penerapan sistem pendidikan salafiyah dicirikan dengan mengajarkan kitab-kitab klasik abad pertengahan dan menggunakan berbagai metode modem dalam proses pembelajarannya merupakan ciri pendidikan modem.

Dari itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sistem pendidikan modem yang dilaksanakan Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta. Sebuah lembaga pendidikan yang mengadopsi sistem pendidikan pesantren modem, tetapi tidak melepaskan sistem pendidikan pesantren salafiyah. Lembaga pendidikan dengan latar belakang Pesantren Nadhatul Ulama yang didalamnya diajarkan kitab-kitab klasik namun diajarkan pula ilmu pengetahuan umum, sebuah lembaga tanpa ijazah pemerintah namun diakui ke eksistensiannya di masyarakat.

Berdasarkan latar belalrnng masalah diatas, dalam melaksanakan penulisan skiripsi yang menjadi syarat untuk mencapai geler sarjana starata I (satu) penulis memilih judul "Sistem Pendidikan Modern di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakata".

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, banyak pennasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian diantaranya:

1. Bagaimana sistem pendidikan modern di pondok pesantren Daarul Rahman?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren Daarul Rahman?

(19)

4. .Mengapa pondok pesantren Daarul Rahman tidak dibawah naungan Depag atau Diknas?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memeperjelas penelitian tm, penulis merasa perlu memberikan batasan masalahnya sebagai berikut:

a. Sistem pendidikan yang akan dibahas pada penulisan ini terbatas pada pembahasan tentang sistem pendidikan modem yang dilaksanakan di pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta.

b. Sistem pendidikan yang dimaksud adalah suatu keseluruhan yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja sendiri-sendiri atau bekerja bersama-sama untuk mencapai basil atau tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan.

c. Pendidikan yang dimaksud adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

d. Pondok pesantren Daarul Rahman yang dimaksud adalah lembaga pendidikan Islam yang dipimpin oleh K.H Syukron Ma'mun, yang terletak di JI. Senopati Dalam II No.35 A Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

2. P,erwnusan l'viasalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

(20)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan sistem pendidikan modem yang dilaksanakan di pondok pesantren Daarul Rahman Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk:

a. Memenuhi syarat dalam mencapai sarJana Starata I di Univarsitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.

b. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan masyarakat luas umumnya.

(21)

1. Pengertian Pondok Pesantren

Untuk memahami makna dan pengertian Pondok Pesantren, terlebih dahulu perlu dipahami maknanya, istilah pondok berasal dari bahasa Arab

Funduq yang berati hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana.1

Sementara itu untuk istilah pesantren terdapat perbedaan dalam makna khususnya berkaitan dengan asal-usul katanya. Secara etimologis pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an, berarti tempat tinggal para santri. Istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.2

Menurut Nurcholish Madjid ada dua pendapat berkaitan dengan istilah pesantren. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa "santri" berasal dari kata sastri, sebuah kata dari bahasa sanskerta yang artinya melek huruf

(menngenal huruf). Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa dari kata cantrik, berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru itu pergi menetap. 3

1

Yas1nadi, "Modernisasi J)esa11tre11" Kritik Nurcholis Madjicl Terhadap F>e1ulidika11

Islam 11-adisiona/, (Jakarta: Ciputat Press), cet. Ke-I, ha!. 62

'Mansur dan Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), ha!. 95.

(22)

Zamakhsyari Dhofier berpendapat bahwa kata santri berasal dari bahasa India yang berarti orang yang tahu buku-buku suci agama, atau secara umum dapat diartikan buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.4

Pesantren adalah lembaga lokal yang mengajarkan praktik-praktik dan kepercayaan-kepercayaan Islam. Pesantren merupakan pengembangan sistem

halaqah yang di dalamnya para murid harus mondok dan hidup dalam

zawiyah (kamar penyiapan) syaikhnya (guru tarekat).5

Pesantren didefenisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Selanjutnya, pesantren adalah sistem pendidikan yang melakukan kegiatan sepanjang hari, santri tinggal di asrama dalam sastu kawasan bersama guru, kiai dan senior mereka.6

Dalam buku Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, istilah pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan kepada suatu pengertian, suku Jawa menggunakan sebutan pondok atau pesantren dan sering pula menyebutnya sebagai pondok pesantren.7

Dalam buku Profil Pesantren dikemukakan bahwa pengertian istilah pesantren sebagai berikut: "Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, umumnya dengan cara non klasikal, dimana seorang guru/kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri b(..rdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama Arab abad pertengahan". Para santri biasanya tinggal di dalam pondok ( asrama) dalam

4

Za1nakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren "Stzuii 'l'entang Pa11£/a11gan Hitlup KJ1ai ",

(Jakarta: LP3ES, 1982), cet. I Maret 1982, ha!. 18

5

Hilmy Muhammadiyah dan Sulthan Fatoni, NU: Jdentitas Islam Indonesia, (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Sosial (eLSAS), 2004), cet. I November 2004, ha!. l 09.

6Mujamil Qamar,

]Jesantren Dari ll·ansfor1nasi Metodologi Me1111/u Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: PT. Erlangga, tth), hal. 2.

(23)

pesantren tersebut. 8 Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan kyai sebagai sentralnya dan masjid pusat lembaganya. 9

Menurut M. Arifin pondok pesantren berarti: Suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa oranng kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independent dalam segala ha!. 10

Sementara A

Q.

Al-Azwary mendefinisikan pondok pesantren sebagai berikut: "Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional umat Islam yang bertujuan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam dengan memberikan tekanan pada keseimbangan antara aspek ilmu dan aspek prilaku (akhlak)"u

Pendapat di atas pada dasamya tidak menunjukan suatu kontradiksi, melainkan lebih bersifat saling melengkapi. Sehingga, meski terdapat perbedaan dalam melihat asal-usul kata pondok dan kata pesantren, namun tidak terdapat perbedaan esensiaL Oleh karena itu secara sederhana pondok pesantren dapat 、ゥ。イエゥォセョ@ sebagai lembaga pendidikan Islam untuk mempelajari, mendalami, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari, serta mengajarl,an pada santri membaca kitab-kitab agama

(Agama Islam), dan para santrinya tinggal bersama guru mereka.

Adapun fungsi dan kedudukan pesantren pada masa ini belum sebesar dan sekomplek sekarang. Pada masa awal, pesantren hanya berfungsi sebagai media Islamisasi dan sekaligus memadukan tiga unsur pendidikan, yakni: 12

8

Sudjako Prasojo., Profi!Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1975), ha!. 6

9

M. Habib Chirzin, "Agama, !!mu, clan Pesantren ", cla/am M Dawam Raharcljo, Pesantren clan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-5, hal. 82

10

Hadimulyo, Dua Pesan/ren Dua Wqiah B11claya, dalam M. Dawam Raharjo (ed),

Pergulatan Dunia Pesan/ren Membang1111 Dari Bawah, (Jakarta: LP3ES, 1985), hal. 99

11 A Q. Al-Zwary, Pesantren Lokomotif Peraclaban, (lndramayu: Al-zaytun, 2000), edisi ke-8, ha!. 30

(24)

b. Ma:.jid

Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek shalat lima waktu, khutbah dan pengajaran kitab-kitab klasik.

Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren, biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid didekat rumahnya. Langkah ini biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah menilai bahwa ia sanggup memimpin sebuah pesantren.

c. Pengajian kitab-kitab Islam klasik

Pada masa lalu, pengajaran kita Islam klasik, terutama karangan-karangan ulama yang menganut faham syafi'iyah merupakan satu-satunya pengjaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Sekarang, meskipun kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengjaran kitab-kitab klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama, yang setia kepada faham Islam tradisional.

d. Santri

Menurut tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri: 1 ). Santri

mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap

dalam komplek pesantren. 2). Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah sekitar pesantren, yang biasanya tidak menetap di pesantren. Mereka pulang-pergi dari rumah masing-masing untuk mengikuti pembelajaran di pesantren.

e. Kyai

(25)

perguruan tunggi untuk melanjutkan pendidikan para santrinya. Berbeda dengan pesantren tradisional yang melaksanakan penjenjangan pendidikan berdasarkan pengajian kitab yang dipelajari. 2. Lembaga ekonomi produktif

Lembaga ekonomi formal yang ada di pondok pesantren modern biasa disebut juga dengan koperasi pelajar. Koperasi pelajar menyediakan segala kebutuhan santri, mulai dari buku hingga pakaian. Koperasi dikelola oleh pesantren, santri diajarkan dan dibimbing untuk bermuamalah menurut Islam disini.

3. Lembaga pengembangan masyarakat

Lembaga pengembangan masyarakat atau organisasi. Pada pesantren modern organisasi dijalankan oleh santri, organisasi yang mengatur kehidupan sehari-hari santri. Pengurus organisasi biasanya diambil dari kelas tertinggi dan berlaku untnk satu priode setelah itu diadakan pergantian pengurus baru, ketua organisasi dipilih oleh seluruh santri secara demokrasi. Ustadz atau guru biasanya hanya bertindak selaku pembimbing atau pengasuh.

Dalam organisasi terdapat berbagai kegiatan yang diajarkan kepada santri, ha! tersebut guna menyiapkan santrinya terjun kemasyarakat. Santri dididik dan diajarkan untuk bertanggung jawab serta peka terhadap lingkungan masyarakat.

4. Klinik kesehatan

Di pondok pesantren modern biasanya sudah terdapat klinik kesehatan atau puskesmas, klinik kesehatan ini untuk melayani guru, karyawan dan santri yang memerlukan perawatan dan pengobatan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan biasanya relativ murah dibandingkan dengan berobat diluar pesantren.

(26)

5. Manajemen

Segala urusan di pondok pesantren modem sudah terorganisir dengan baik. Mulai dari urusan bayaran santri atau keuangan samapai hubungan masyarakat guna mengembangkan pondok pesantren.

Kepemimpin tidak lagu bersifat absolut pada satu orang, kyai sebagai pimpinan dan pengasuh serta ustadz atau dewan guru juga memiliki wewenang masing-masing pada organisasi pesantren. Kebijakan berdasarkan hasil musyawarah dewan guru dan pimpinan pesantren. Dalam perkembangan terakhir, akibat persentuhan dengan pola pendidikan modern, pondok pesantren mengalami perubahan sebagai respon terhadap perkembangan dunia pendidikan dan perubahan sosial yang tercakup diantaranya:

a. Pembaharuan substansi atau isi pendidikan b. Pembaharuan metodologi seperti klasikal c. Pembaharuan kelembagaan

d. Pembaharuan fungsi dari fungsi kependidikan sampai fungsi sosia! ekonomi.19

Selain itu, pondok pesantren juga mempunyai trend baru dalam rangka merenovasi pendidikannya agar menjadi lebih baik, yaitu:

a. Mulai akrab dengan metodologi ilmiah modem.

b. Semakiu berorientasi pada pendidikan dan fungsional, artinya terbuka atas perkembangan diluar dirinya.

c. Diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka dan ketergantungannya pun absolut dengan kyai, serta membekali santrinya dengan berbagai keterampilan yang diperlukan di lapanngan kerja.

d. Berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat. 20

19

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gont01· & Pembeharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), ha!. 172

(27)

Asrama untuk para santri ini berada dalam lingkungan komplek pesantren di mana kyai beserta keluarganya bertempat tinggal serta adanya masjid sebagai tempat untuk beribadah dan tempat untuk mengaji bagi para santri.

Pada pesantren yang telah maju, pesantren biasanya memiliki kompleks tersendiri yang dikelilingi oleh pagar pembatas untuk dapat mengawasi keluar-masuknya para santri serta untuk memisahkan dengan lingkungan sekitar. Di dalam komplek itu diadakan pemisahan secara jelas antara perumahan kyai dan keluarganya dengan asrama santri, baik putri maupun putra. Pondok yang merupakan asrama bagi para santri ini merupakan ciri spesifik sebuah pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan surau di daerah Minangkabau.

Sementara itu ciri-ciri Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam yang lain dikemukakan oleh Departemen Agama (2003:40) dimana pesantren memiliki komponen-komponen berikut : Kyai, sebagai pimpinan Pondok Pesantren, Santri yang bennukim di asrama dan belajar pada kyai, Asrama sebagai tempat tinggal para santri, Pengajian sebagai bentuk pengajaran kyai terhadap para santri, Masjid sebagai pusat pendidikan dan pusat kompleksitas kegiatan Pondok Pesantren.

Paling tidak terdapat empat alasan utama pesantren membangun pondok (asrama) unruk para santrinya. Pertama, ketertarikan santri-santri untuk belajar kepada seorang kyai dikarenakan kemasyhuran atau kedalaman serta keluasan ilmunya yang rnengharuskannya untuk meninggalkan kampung halamannya untuk menetap di kediaman kyai itu. Kedua, kebanyakan pesantren adalah tumbuh dan berkembang di daerah yangjauh dari keramaian pemukiman penduduk sehingga tidak terdapat perumahan yang cukup mernadai untuk menampung para santri dengan jumlah banyak. Ketiga,

(28)

intensif dan istiqomah.

Meskipun secara umum ciri-ciri pondok pesantren hampir sama atau bahkan sama, namun dalam realitasnya terdapat beberapa perbedaan terutama dilihat dari proses dan substansi yang diajarkan. Secara umwn Pondok Pesantren dapat dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu Pesantren Salajiyah

dan Pesantren Khalajiyah. Pesantren Salafiyah sering disebut sebagai Pesantren tradisional, sedang Pesantren Khalafiyah disebut Pesantren Modern.

Di dalam buku Pola Pengembangan Pondok Pesantren dijelaskan sebagai berikut:

a. Pondok Pesantren Salafiyah (Tradisional)

Pondok Pesantren Salafiyah adalah Pondok Pesantren yang menyelenggarakan pengajaran al-Qur'an dan ilmu-ilmu agama Islam yang kegiatan pendidikan dan pengajarannya sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Menurut Zamakhasyi Dhofier, pesantren salaf adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan.23

Pembelajaran (pendidikan dan pengajaran) yang ada pada Pondok Pesantren ini dapat diselenggarakan dengan cara non-klasikal atau dengan klasikal. Jenis Pondok Pesantren ini pun dapat meningkat dengan membuat kurikulum sendiri, dalam arti kurikulum ala Pondok Pesantren yang bersangkutan yang disusun sendiri berdasarkan .:iri khas yang dimiliki oleh Pondok Pesantren. Penjenjangan dilakukan dengan cara memberikan kitab pegangan yang lebih tinggi dengan funun (tema kitab) yang sama, setelah tamatnya suatu kitab. Para santri dapat tinggal dalam asrama yang disediakan dalam lingkungan Pondok Pesantren, dapat juga mereka tinggal di luar lingkungan Pondok Pesantren (santri kalong).

(29)

ada pada pondok pesantren tersebut pun adakalanya "mondok'', dalam arti sebagai santri dan sebagai siswa sekolah. Ada pula siswa lembaga sekolah bukan santri pondok pesantren, hanya ikut pada lembaga formal saja. Bahkan ada santri yang hanya mengikuti pendidikan kepesantrenan saja. b. Pondok Pesantren Khalafiyah (Modern)

Pondok Pesantren Khalafiyah adalah Pondok Pesantren yang selain menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan, juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal (sekolah), baik itu jalur sekolah umum (SD, SMP, SMU dan SMK), maupun jalur sekolah berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA atau MAK).

Selain yang tersebut diatas, ada pula yang mendefenisikan bahwa Pesantren Khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang di kembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti SMP, SMU, dan bahkan perguruan tinggi dalam lingkungannya. 24

Biasanya kegiatan pembelajaran kepesantrenan pada pondok pesantren ini memiliki kurikulum pondok pesantren yang klasikal dan berjenjang, dan bahkan pada Rebagian kecil pondok pesantren pendidikan formal yang diselenggarakannya berdasarkan pada kurikulum mandiri, bukan dari Departemen Pendidikan Nasional atau Departemen Agama. Pondok Pesantren ini mungkin d.ipat pula dikatakan sebagai Pondok Pesantren Salafiah plus.

Disamping dua jenis pesantren sebagaimana disebutkan diatas, ada dua jenis pesantren lainnya yaitu Pesantren Kilat dan Pesantren terintegrasi.

Pesantren kilat adalah pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat, sedangkan pesantren terintegrasi adalah pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vocasional atau kejuruan, dimana santrinya kebanyakan berasal dari siwa putus sekolah atau para pencari ke1:ja.

(30)

Pondok Pesantren sebagai berikut :

a. Pondok Pesantren Tipe A, yaitu Pondok Pesantren di mana para santri belajar dan bertempat tinggal di asrama lingkungan Pondok Pesantren dengan pengajarannya yang berlangsung secara tradisional (wetonan atau sorongan ).

b. Pondok Pesantren Tipe B, yaitu Pondok Pesantren yang melaksanakan pengajaran secara klasikal (madrasah) dan pengajaran oleh kyai bersifat aplikasi dan diberikan pada waktu-waktu tertentu. Para santri tinggal di asrama lingkungan Pondok Pesantren;

c. Pondok Pesantren Tipe C, yaitu Pondok Pesantren yang hanya merupakan asrama, sedangkan para santrinya belajar di luar (madrasah atau sekolah umum) dan kyai hanya merupakan pengawas dan pembina mental para santri tersebut

d. Pondok Pesantren Tipe D, yaitu Pondok Pesantren yang menyelenggarakan sistem Pondok Pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau madrasah.

Bentuk atau jenis/tipe Pondok Pesantren seperti yang diungkapkan di atas amat penting untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas berkaitan dengan Pondok Pesantren. Namun demikian, dalam kenyataannya sesungguhnya perkembangan Pondok Pesantren tidak terbatas pada pengelompokan sebagaimana dikemukakan terdahulu, namun dapat lebih beragam banyaknya, bahkan dari tipe yang sama pun sering terdapat perbedaan tertentu yang menjadikan satu sama lain tidak sama.

Selanjutnya, dalam upaya mengakomodasi perkembangan yang terjadi dalam jenis/bentuk pesantren, Departemen Agama mengemukakan berbagai bentuk Pondok Pesantren yang muncul yang sering menunjukan kombinasi bentuk di antaranya sebagai berikut (Depag, 2003:25-26):

(31)

berada di sekitar masjid atau rumah kyai. Pondok Pesantren seperti yang telah diungkapkan pada poin a namun memberikan tambahan latihan keterampilan atau kegiatan pada para santri pada bidang-bidang tertentu dalam upaya penguasaan keterampilan individu atau kelompok. Tennasuk dalam kategori ini adalah Pondok Pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan potensi umat.

b. Pondok Pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pengajian kitab namun lebih mengarah pada upaya pengembangan tarekat/sufisme, namun para santrinya kadang-kadang ada yang diasramakan, adakalanya pula tidak diasramakan.

c. Pondok Pesantren yang hanya menyelenggarakan kegiatan keterampilan khusus agama Islam, kegiatan keagamaan, seperti tahfidz (hafalan) Al-Quran dan majelis taklim, seperti halnya dengan yang tersebut sebelunmya, adakalanya santri diasramakan, adakalanya tidak. d. Pondok Pesantren yang menyelenggarakan pengajian kitab klasik,

naimm juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan fonnal ke dalam lingkungan pondok pesantren. Siswa pada lembaga pendidikan formal yang tidak tinggal di asrama bukan termasuk kategori santri (tidak ikut pengajian). Kadang-kadang ada santri yang hanya ikut pengajian saja dan tidak tinggal di asrama. Pondok Pesantren yang menyelenggarakan pengajaran pada orang-orang yang menyandang masalah sosial.

Kajian yang dilakukan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) tahun 1997 misalnya, menunjukkan gambaran adanya tiga tipe kelembagaan pesantren.

a. Pendidikan Keagamaan (Tafaqquh Fiddin). Pesantren tipe ini hanya melaksanakan pendidikan ilmu-ilmu keagamaan kepada santrinya. b. Gerakan Sosial Ekonorni. Pesantren yang sejak awal rnemang sudah

(32)

yang memadukan tipe keduanya, yakni bergerak dalam bidang pendidikan keagamaan sekaligns bidang sosial-ekonomi. 25

Dari karekteristik pengelompokkan pondok pesantren diatas, maka secara garis besar pondok pesantren dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik pengajaran dan penyampaian yang dilakukan pihak pesantren kepada:

a. Pesantren Tradisional

Pesantren tradisional adalah pesantren yang masih kuat mengelola sistem tradisional dari segi penyampaian dan pengajaran nilai-nilai Islam. Ciri dari pesantren ini adalah: kitab-kitab yang dipelajari masih menggnnakan sistem sorongan, bandongan maupun watonan.26

Ciri lain dari pesantren ini adalah: kemutlakan seorang kyai sebagai pemegang kekuasaan dan penentu suatu keputusan, pesantren ini biasanya secara manajemen pun masih menggnnakan manajemen keluarga.

b. Pesantren Tradisional Moderen

Pesantren tradisional modern adalah pesantren yang mengandung sistem tradisional di satu sisi dan di sisi lain menggnnakan sistem madiasi klasikal, yang mengarah pada sistem atau pola modern dari segi penyampaian dan pengajaran nilai-nilai Islam. 27

Ciri pesantern ini adalah kewenangan seorang kyai tidak mutlak lagi, akan tetapi sudah ada pembagian tugas diantara para pengasuhnya. Dari segi pengajaran, selain menggnnakan cara-cara tradisional juga memak.ai sistem modern dengan pendidikan formal.

c. Pesantren Modern

Modem berasal dari bahasa Inggris yang bermakna "mutakhir" atau "baru".28 Dalam kamus Jhon M. Echols dan Hassan Shadly kata "modern" memiliki makna pembaharuan, yang terbaru atau tidak tradisional.29

25

Fuad Jabali dan Jamhari, JAIN .. , hal. 107

26

Masdar F. Masud, Direktori Pesamren, (Jakarta: P3M, 1986), hal. 76

27

Masdar F. Masud, Direktori .. ., hal. 203

28

A. L. N. Kramer Sr, Kamus Kantong Inggris "!11ggris-!11do11esia, Indonesia-Jnggris", (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), hal. ! 73

(33)

Pesantren modern adalah pesantren yang menggunakan sistem modern (baru) dari segi penyampaian dan pengajaran materinya. 30

Jadi pesantren modern dapat dikatakan pesantren yang menggunakan sistem sekolah atau madrasah serta klasikal dalam penjenjangannya, serta menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan kurikulum pemerintah baik itu Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Dalam pembelajaran pesantren ini telah mengguanakan berbagai metode terbaru dan media guna membantu proses pembelajaran.

Pada umumnya, pesantren modern secara garis besar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Adanya sekolah formal

2) Adanya lembaga ekonomi produktif

3) Adanya lembaga pengembangan masyarakat 4) Manajemen dan organisasi.

Dengan demikian, ciri pesantren modern dapat diklasifikasikan kepada:

l) Dalam pembelajaran sudah menggunakan berbagai metode, seperti metode diskusi dan tanyajawab.

2) Menggunakan media pembelajaran guna membantu kegiatan belajar mengajar.

3) Adanya penjenjangan berdasarkaa klasikal.

4) Adanya keterikatan siswa Jengan kedisiplinan/aturan pondok pesantren.

5) Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap pelajar terlebih memperhatikan, mempelajari dan mengerjakan hal-hal yang nantinya akan dialami ketika berada di tengah-tengah masyarakat. 6) Memberikan pelajar kebebasan sebebas mungkin, akan tetapi

dididik untuk bertanggung jawab.

(34)

sendiri oleh mereka dengan cara demokrasi, gotong royong dan dalam suasana ukhuwah yang mendalam, tetapi tidak terlepas dari pengawasan dan bimbingan pengasuh-pengasuhnya. 31

8) Adanya organisasi pelajar yang bertanggung jawab atas segala sesuatu dengan kehidupan dan kegiatan belajar sehari-hari, tata tertib, disiplin dan masing-masing dapat menyatakan pendapatnya serta melakukan kegiatan kesiswaan yang terkait dengan pendidikan dan pengajaran dan lain sebagainya.

Jadi, segala sesuatu mengenai kehidupan dan kegiatan belajar santri sehari-hari diselenggarakan sendiri oleh mereka, tetapi semua itu tidak terlepas dari pengawasan dan bimbingan para pengasuh. Dalam pesantren modem kemutlakan seorang kyai begitu longgar, sehingga tanggungjawab ada pada masing-masing bagian pengurus.

Lepas dari persoalan itu, karakter tradisional yang melekat dalam dunia pesantren tidak selamanya buruk. Asumsi ini sebetulnya relevan dengan prinsip ushul fiqh, "al-Muhafadhah 'ala al- Qodimi as-Shalih wa al-Akhdu bi

al-Jadid al-Ash/ah" (memelihara /mempertahankan tradisi yang baik, dan

mengambil sesuatu yang baru (modemitas) yang lebih baik). Artinya, tradisionalisme dalam konteks didaktik-metodik yang telah lama diterapkan di pesantren, tidak perlu ditinggalkan begitu saja, hanya saja perlu disinergikan dengan modemitas. Hal ini dilakukan karena masyarakat secara praktis-pragmaiis sernakin membutuhkan adanya penguasaan sains dan tekhnologi. Oleh Karena itu, mensinergikan tradisionalisme pesantren dengan rnodemitas dalam konteks praktek pengajaran, rnerupakan pilihan sejarah (historical

choice) yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab, jika tidak dernikian,

(35)

B. Pendidikan di Pondok Pesantren

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni "proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajara dan pelatihan. "32

Kata pendidikan yang dalam bahasa Inggris "education", dalam bahasa Arab "tarbiyah", yang berarti pengembangan atau bimbingan. Istilah pendidikanberasal dari bahasa Yunani, yaitu "paedagogie". Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya "anak", dan again yang terjemahannya adalah "pembimbing'', dengan demikian maka paedagogie berarti bimbingan yang diberikan pada anak.33

Secara etimologi, kata pendidikan berasal dari kata "didik" yang mendapat awalan "pen" dan akhiran "an'', yang berarti "proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.34

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1 dikemukakan: Pendidikan adalah "Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang". 35

Ngalim Purwanto menyatakan pendidikan merupakan "segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya denngan anak-anak untuk mem1mpm perkembanganjasmani dan rohaninya kearah kedewasaan".36

32 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), edisi kedua, h. 232

33

Sudirman. N. et, I/mu Pendidikan, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1992), cet. Ke-6, hal. 4

34

\Vjs. Pur\.vadatninta, Ka111us Un1111n Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),

hal. 674

35

Redaksi Sinar Grafika, Undang Undang Sis/em Pendidikan Nasional No 2 Ta/um 1989,

(Jakarta: Sinar Grafika, 1995),Cet. Ke-1, h. 2-3.

(36)

Ahmad D. Marimba mengajukan defenisi sebagai berikut: Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.37

Para pakar ilmuwan berpendapat tentang definisi pendidikan, di antaranya: a. Plato, FilosofYunani 346 SM.

Pendidikan adalah mengasuh jasmani dan rohani seseorang, supaya dapat sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang mungkin dapat dicapai.

b. Rousseau, Pendidik Bangsa Prancis.

Pendidikan memberi kita perbekalan yang tak ada pada masa kanak-kanak, tetapi kita butuhkan di waktu sudah mencapai kedewasaan. c. James Mil, Filosof Inggris.

Pendidikan ialah menyiapkan seseorang supaya dapat membahagiakan dirinya dan membahagiakan orang lain pada umumnya. 38

Sedangkan Zuhairini mengatakan bahwa "Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tapi berlangsung juga di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencukup pula yang non formal".39

Atiyah Al-Ibrasyi dalam bukunya Al-Tarbiyah Al-Jslamiyah wa Falsafatuha, berpendapat: Pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya sempuma budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, bertolong-tolong d<)ngan orang lain, manis tutur bahasanya, baik dengan lisan ataupun tulisan. Al-Attas mendefinisikan pendidikan sebagai proses menanamkan adab kepada manusia (education is the instilling

37

Ahmad D. Marimba, Filsqfat Pe11didika11 Islam, (Bandung: Alma'arief, 1990), eel. Ke-4, h. 19

38

Salwa Shahab, lvlembina Muslim Sejati, (tt. : Karya Indonesia, 1989), h. 18-19.

(37)

and inculcation of adab in man-ii is ta 'dib). Sedangkan Zakiah Darajat berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam menyampaikan pelajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, member motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pembentukan kepribadian anak didik atau proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan memetik hasilnya diakhirat. 40

Secara umum mendidik diartikan sebagai "membantu anak didik di dalam perkembangan daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidikan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyaralcat".41

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa dengan sengaja terhadap peserta didik untuk mengarahkan dan membantu pembentukan talenta yang dimiliki oleh peserta didik, serta menjadikan peserta didik lebih dewasa dalam segala ha!.

'Abdurahman al-Nahlawi salah seorang pengguna istilah tarbiyah, berpendapat bahwa pendidikan berarti:

a. Memelihara fitrah anak

b. Menumbuhkan seluruh bakat dan kesiapannya

c. Mengarahkan fitrah dan seluruh bakatnya agar menjadi baik dan sempurna, serta

d. Bertahap prosesnya.

Berdasarkan pengertian diatas, al-Nahlawi mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:

a. Pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan, sasaran, dan target.

40

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor .... hal. 21

(38)

b. Pendidik yang sebenarnya adalah Allah, karena Dia-lah yang menciptakan fitrah dan bakat bagi manusia, Dialah yang membuat dan memberlakukan hukum-hukum perkembangan serta bagaimana fitrah dan bakat-bakat itu berinteraksi; Dialah pula yang menggariskan syariat untuk mewujudkan kesempurnaan, kebaikan dan kebahagiaannya.

c. Pendidikan menghendaki penyusunan langkah-langkah yang sistematis yang harus dilalui secara bertahap oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran.

Namun, beberapa ulama tidak sependapat dengan al-Nahlawi. Abdul Attah Jalal, ahli pendidikan dari Universitas al-Azhar, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tarbiyah dalam al-Qur'an adalah pendidikan yang berlangsung pada fase pertama pertumbuhan manusia, yaitu fase bayi dan kanak-kanak, masa anak sangat bergantung pada kasih sayang keluarga. Dengan demikian, pengertian pendidikan yang digali dari kata tarbiyah terbatas pada pemeliharaan, pengasuhan, dan pengarahan anak manusia pada masa kecil. Bimbingan dan tuntunan yang diberikan sesudah itu tidak lagi termasuk dalam pengertian pendidikan.

Menurut Drs. Burlian Somad, Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan tujuan itu, yaitu ajaran Allah. Secara terperinci, beliau mengemukakan "Pendidikan itu disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas, yaitu:

a. Tujuannya membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut ukuran Al-Qur'an

(39)

sehari-hari sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. 42

Berikut beberapa ahli didik yang merumuskan mengena1 pengertian pendidikan Islam, diantaranya:

a. Dr. Ahmad Tafsir mengartikan pendidikan Islam sebagai "bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam".43

b. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani mendefinisikan pendidikan Islam sebagai "usaha sadar dalam bentuk proses pendidikan untuk mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam".44

c. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah "bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hokum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut aturan-aturan Islam".45

Dari beberapa definisi pendidikan Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan melalui syariat Islam, serta menyadarkan bahwa kodrat manusia adalah hamba Allah yang berfungsi menghambakan diri hanya kepada-Nya.

42

Djamaluddin & Abdullah Aly, Kapila Se!ekta Pe11didika11 Islam, (Bandung: CV. Pustaka Selia, 1999), eel. Ke-2, ha!. 9

43

Ahmad Tafsir, I/mu Pendidikan Dalam persepektif Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), eel. I, ha!. 32

44

0mar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, Fa/sajah Pendidikan Islam, Terjemah hasan

(40)

,-2. Pengertian Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata "sistem" memiliki arti "seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan dengan membentuk suatu totalitas''. 46

Secara umum, sistem dimaknai sebagai suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran. Sistem juga dapat diartikan dengan satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang di harapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 4 7

Bonar Simangunsong mengatakan, sistem ialah "suatu totalitas yang terjadi dari komponen-komponen dan unsur-unsur yang saling berinteraksi menuju suatu tujuan tertentu ... bagian terkecil dari sistem adalah unsur".48

Menurut Ryan, sistem adalah sejumlah elemen ( objek, orang, aktivitas, rekaman, informasi, dan lain-lain) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur, dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang dapat diminati (dapat dikenal wujudnya) sedangkan tujuan tercapai. Sedangkan Sanafiah Faisal berpendapat, istilah sistem menuju kepada totalitas yang bertl\juan dan tersusun dari rangkaian unsur dan komponen.49

H. M. Arifin mengartikan sistem sebagai "suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen-komponen lainnya secara terpadu bergerak menuju ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan.50

46Tim Penyusun Ka1nus Pusat Pen1binaan dan Pengen1bangan Bahasa departe1nen

Pendidikan dan Kebudayaan, Ka11111s ... , cet. Ke-9, ha!. 849

47

Zurinal Z & Wahdi Sayuti. !!mu Pendidikan Pengantar Dasar-dasar Pendidikan,

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, ha!. 57

48

Bonar Simangunsong, Sistem Injonnasi Manajemen, (Jakarta: Panel Inda, 1991 ), cet. Ke-I, ha!. 5

49

Ramayulis, I/mu Pendidikan Jslam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. Ke-3, ha!. 3-4

(41)

Dalam terminologi ilmu pendidikan, sistem dapat diartikan sebagai "suatu keseluruhan yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja sendiri-sendiri

(independent) atau bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil atau tujuan

yang diinginkan berdasarkan kebutuhan. "51

Sistem pendidikan pesantren terdiri dari berbagai unsur (subsistem) yang semuanya meemiliki kaitan fungsional, tak terpisahkan untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.52

Sistem pendidikan pesantren hingga saat ini masih belum memiliki kasamaan dasar di luar penggunaan buku-buku wajib. Keragaman ini timbul karena ketidak samaan sistem pendidikannya, ada pesantren yang menyelenggarakan pengajian tanpa sekolah/madrasah, ada pesantren yang hanya menggunakan sistem pendidikan madrasah secara klasikal, dan ada pula pesantren yang menggabungkan system pengajian dan system madrasab secara non klasikal. 53

Sistem pendidikan pesantren yang dibangun dalam rangkaian sejarah telah melahirkan sejumlab jiwa pesantren yang meniscayakan standardisasi nilai. Jiwa yang dibangun itu secara keseluruhan akan menjadi karektiristik-karektiristik yang belum pernah dibangun oleh sistem pendidikan mana pun. Jiwa pesantren berikut ini terimplikasi dalam panca-jiwa pesantren berikut:

a. Jiwa Keikhlasan, jiwa yang tidak didorong oleh ambisi apa pun untuk memperoleh keuntungan-keuntungan tertentu, tetapi semata-ma,a demi ibadah kepada Allab.

b. Jiwa kesederhanaan tetapi agung. Sederhana bukan berarti pasif, melarat, dan miskin, tetapi mengandung unsur kekuatan dan ketaban hati, penguasaan diri dalam menghadapi segala kesulitan.

c. Jiwa Ukhuwah Jslamiyah yang demokratis. Situasi dialogis dan akrab antar-komunitas pesantren yang dipraktikkan sehari-hari, disadari atau tidak, akan mewujudkan suasana damai, senasib dan sepenanggungan,

"Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor .. , ha!. 29.

(42)

yang sangat membantu dalam pembentukan dan pembangunan idealisme santri.

d. Jiwa kemandirian. Kemandirian disini bukanlah kemampuan dalam mengurusi persoalan-persoalan pribadi dan intern, tetapi juga kesanggupan membentuk kondisi pesantren sebagai institusi pendidikan Islam yang mandiri dan tidak menggantungkan diri pada bantuan dan belas kasihan pihak lain.

e. Jiwa bebas dalam memilih alternativ jalan hidup dan menentukan masa depan dengan jiwa besar dan sikap optimis menghadapi segala problematika hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. 54

Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional adalah merupakan seperangkat aturan atau ketentuan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. 55 Dengan sifatnya yang menyeluruh, semua bentuk pendidikan di Indonesia tercakup dalam Sitem Pendidikan Nasional, termasuk pendidikan di madrasah dan pondok pesantren yang diselenggarakan atau dibina oleh Departemen Agama dan selama ini lebih dikenal sebagai perguruan agama Islam. Masuknya madrasah dan pondok pesantren ke dalam kesatuan Sistem Pendidikan Nasional mengharuskan dilakukan penyesuaian-penyesuaian dalam penyelenggaraan dan pembinaan dengan ketentuan dan pokok pikiran :,;ang terdapat dalam UUSPN dan semua peraturan pelaksanaannya. 56

Pada tahun 1946 ketika Mr. R. Suwandi sebagai Menteri P dan K, beliau membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia, dengan ketuanya Ki Hajar Dewantoro. Ada tiga ha! yang menjadi tugas panitia:

Pertama, Merencanakan susunan persekolahan, Kedua, Menetapkan bahan

"'Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. I Maret 2004, ha!. 126-128.

55

Haidar Putra Daulay, Historistas dan Eksistensi Pesantren, Seka/ah dan Madrasah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), ha!. 101.

(43)

pengaJaran, Ketiga, M.enyiapkan rencana pelajaran di tiap-tiap kelas pada setiap sekolah.

Regulasi Pendidikan keagamaan dalam UU No. 20/2003 diduga bertujuan mengakomodir tuntutan pengakuan terhadap model-model pendidikan yang selama ini sudah berjalan di masyarakat secara formal namun tidak diakreditasi oleh Negara karena kurikulumnya mandiri atau tidak mengikuti kurikulum sekolah ataupun madarsah pada umumnya. Justru kemandirian kurikulum pendidikan keagamaan ini dipandang perlu di pertahankan dalam rangka memenuhi ragam karakter layanan pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat. 57

Panitia memberikan rekomendasi mengenai sekolah-sekolah agama pada 2 juni 1946 bahwa pengajaran yang bersifat pondok pesantren dan madrasah perlu dipertinggi dan di-modernisasi serta diberikan bantuan biaya dan lain-lain.

Kenyataannya pesantren mempunyai karakter plural, tidak seragam dan tidak memiliki wajah tunggal (uniform). Pluralitas pesantren ditunjukkan antara lain oleh tidak adanya satu aturan pun yang dapat mendefenisikan pesantren mennjadi tunggal, kecuali aturan itu datang dari pemahaman agama yang terefleksikan dalam berbagai kitab kuning.

Visi dan misi pondok pesantren selama 1m, seperti yang banyak disan1paikan kalangan pondok pesantren sendiri, adalah Tafaqquhfi al-din dan

lndzar al-Qaum. Kalau boleh dapat diterjemahkan dengan Pembelajaran

ilmu-ilmu agama dan Bimbingan kepada mayarakat. Yang perlu menjadi catatan, bahwa ilmu-ilmu agama (Islam) itu selama ini berkembang dengan dinamik.

(44)

program standarisasi tersebut Model-model pesantren yang bagaimana yang dapat dijadikan rujukan.

Tampaknya, tidak mungkin pondok pesantren diseragamkan standar keilmuannya maupun programnya, juga tidak bijak apabila ada keinginan untuk mensentralisasi kurikulum pesantren. Sebenarnya, di samping kekurangan dan kelebihannya, pesantren mempunyai nilai-nilai dasar yang dimiliki, yakni (a) nilai kesejarahan, (b) nilai kelenturan, ( c) nilai kemandirian, yang dapat dijadikan pijakan untuk melakukan langkah inovasi. 58 ·

Di antara problem yang sering dijumpai dalam praktek pendidikan di pesantren, terutama yang masih bercorak salaf, adalah persoalan efektivitas metodologi pengajaran. Di sinilah perlunya dilakukan penyelarasan tradisi dan modernitas di tengah dunia pesantren. Dalam ha! ini, memang diperlukan adanya pembaharuan di pesantren, terutama mengena1 metodologi pengajarannya, namun pembaharuan ini tidak harus meninggalkan praktek pengajaran lama (tradisional), karena memang di sinilah karakter khas dan indegenousitas pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Justru yang perlu dilakukan adalah, adanya konvigurasi sistemik dan kultural antara metodologi tradisional dengan metodologi konvensional-modem. Dengan demikian, penerapan metodologi pengaJaran modem dan pembangunan kultur belajar yang dialogis-emansipatoris, bisa seirama dengan watak asli dari kultur pesantren. 59

Dalam ha! penyelenggaaraan sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren sekarang ini, paling tidak dapat digolongkan kepada tiga bentuk, yaitu:

a. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara nonklasikal, dimana seorang kiai rnengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalarn bahasa Arab

(45)

oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri biasanya tinggal dalarn pondok atau asrama dalam pesantren tersebut. b. Pesantren adalah lembaga pendidkan dan pengajaran agama Islam

yang pada dasarnya sama dengan pondok pesantren tersebut diatas, tetapi para santrinya tidak di sediakan pondokan di kompleks pesantren, namun tinggal tersebar di sekitar penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (santri kalong) dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan system weton, yaitu para santri datang berduyun-duyun pada waktu-waktu tertentu.

c. Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara system pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorongan ataupun watonan, dengan para santri disediakan pondokan ataupun merupakan santri kalong. 60

Pada bagian lain, secara tradisional sistem pendidikan yang di terapkan di pesantren memilahkan secara tegas aspek pengembangan intelektual dan aspek pembinaan kepribadian. Sistem pendidikan pesantren lebih mengutamakan pembinaan kepribadian daripada pengembangan intelektual, sehingga daya kritis, tradisi kritik, semangat meneliti, dan kepedulian menawarkan sebuah konsep keilmuan tidak muncul dari pesantren. Dengan kata lain, perhatian pesantren lebih tertuju pada pendidikan daripada pengajaran, padahal kedua hal itu seharusnya diintegrasikan menjadi satu kesatuan yang utuh dan harmonis.61

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren

Pendidikan Islam, baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh, paripurna atau syumul, melakukan suatu dasar yang kokoh. Kajian tentang pendidikan Islam

(46)

tidak boleh lepas dari landasan yang terkait dengan swnber ajaran Islam yang mendasar. Ada empat dasar fundamental pendidikan Islam, yaitu:

a. Al-Qur'an

Al-Qur'an diakui oleh orang-orang Islam sebagai finnan Allah, dan karenanya ia merupakan dasar bagi hokum mereka. Al-qur'an sepenuhnya berorientasi untuk kepentingan manusia. Dialah mata air, yang kepadanya berpokok segala mata air yang diminum untuk menetapkan hukwn dan meneranngkan segala keperluan manusrn. Segala persoalan terdapat ha! pokoknya di dalam al-Qur'an.

b. As-Sunnah

Dijadikan As-Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak terlepas dari fungsi as-Sunnah itu sendiri terhadap al-Qur'an. Fungsi as-Sunnah terhadap al-Qur'an adalah sangat penting. Ada beberapa pembenaran yang mendesak untuk segera ditampilkan, yaitu:

a) Sunnah menerangkan ayat-ayat Al-Qur'an yang bersifat wnum b) Sunnah menghidmati Al-Qur'an

c. Al-kaun

Selain menurunkan ayat-ayat Qauliyah kepada umat manusia melalui perantara Malaikat Jibril dan Nabi-nabinya, Allah JUga membentangkan ayat-ayat kauniyah secara nyata, yaitu alam semesta dengan segala macam partikel dan heterogi11itas berbagai entitas yang ada didalamnya.

d. Ijtihad

(47)

yang oleh sementara ulama disebut sebagai ijtihad fa

Gambar

Tabel 02 Data santri putra .................. ..................... ................................
Tabel. 01
Tabel Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta
Tabel. 05
+2

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen PAUD dari segi kurikulum, warga belajar, pendidik ddaan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan, layanan khusus, ketaatausahaan, dan mitra

Upaya-upaya mengatasi hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen kurikulum, peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, keuangan, sarana dan prasarana

Kebutuhan sarana pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tapi juga ilmu agama dengan sarana dan prasarana yang lengkap namun terjangkau Kebutuhan akan

manajemen pendidikan dalam pengelolaan lembaga pendidikan yang mencakup manajemen: peserta didik, kurikulum, tenaga kependidikan, fasilitas pendidikan, dana

“2 Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.” Selanjutnya di dalam penjelasan

“2 Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.” Selanjutnya di dalam penjelasan

“2 Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.” Selanjutnya di dalam penjelasan

Penelitian ini juga menunjukkan variabel pengorganisasian, manajemen kurikulum, manajemen siswa, manajemen tenaga pendidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen pembiayaan, dan