• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of FUNGSI MANAJEMEN TERHADAP PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of FUNGSI MANAJEMEN TERHADAP PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3 Nomor 1, November 2022 ISSN 2747-0350

https://doi.org/10.35326/syattar.v1i2.1185 jurnal-umbuton.ac.id/index.php/syattar

Sulasri 36

FUNGSI MANAJEMEN TERHADAP PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Sulasri1, La Jusu2

1 2Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Buton

Korespondensi: sulasri.faiumbfai@gmail.com; faiumb.lajusu@gmail.com ABSTRAK

Setiap lembaga pendidikan Islam tentu akan mengelola sejumlah fasilitas yang tersedia pada lembaga pendidikan Islam, baik fasilitas inti maupun fasilitas pendukung, sehingga lembaga pendidikan Islam dapat menyelenggarakan pendidikan dengan baik serta dapat menghasilkan sumber daya manusia yang profesional sesuai dengan visi misi yang diembannya. Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang konsep dasar manajemen pendidikan Islam dan fungsi manajemen terhadap pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi pusaka, yakni dengan membaca referensi, seperti: buku, kitab, maupun jurnal, sedangkan analisis data penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen merupakan suatu sistem pengelolaan serta penataan sumber daya pendidikan, baik tenaga kependidikan, peserta didik, kurikulum, Keuangan, sarana maupun prasarana pendidikan, tata laksana serta lingkungan pendidikan. Dalam istilah Islam, manajemen biasa disebut dengan istilah itqan, yakni mengerjakan sesuatu secara rapi, teratur, terarah dan tuntas, yang senada dengan makna ihsan yakni melakukan segala hal dengan upaya yang optomal untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sempurna. Dalam manajemen lembaga pendidikan Islam sangat diperlukan fungsi-fungsi manajemen, baik perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kata Kunci: Fungsi Manajemen, Pengelolaan, Lembaga Pendidikan Islam ABSRACT

Every Islamic educational institution will certainly manage a number of facilities available at Islamic educational institutions, both core facilities and supporting facilities, so that Islamic educational institutions can organize education properly and can produce professional human resources in accordance with the vision and mission it carries. This paper aims to obtain data and information about the basic concepts of management of Islamic education and management functions towards the management of Islamic educational institutions. Data collection techniques use heritage study techniques, namely by reading references, such as: books, books, and journals, while the analysis of research data is descriptive-qualitative. The results of the study show that management is a system for managing and structuring educational resources, including educational staff, students, curriculum, finance, educational facilities and infrastructure, management and educational environment. In Islamic terms, management is commonly referred to as itqan, which means doing things in a neat, orderly, directed and thorough manner, which is in line with the meaning of ihsan, namely doing everything with optimal effort to get maximum and perfect results. In the management of Islamic educational institutions, management functions are needed, both planning, implementation and evaluation.

Keywords: Management Functions, Management, Islamic Education Institutions.

(2)

37 A. Latar Belakang Masalah

Secara empiris, sistem pendidikan kita masih ditengarai adanya orientasi pembelajaran yang masih menekankan pada rana kognitif dan mengesampingkan rana afektif dan psikomotorik.1 Sehingga tidak jarang masyarakat maupun para pemerhati pendidikan memberikan pernyataan yang menganggap bahwa lembaga pendidikan formal telah gagal dalam proses pendidikannya. Pandangan Muchtar Buchari dalam makalahnya yang berjudul: Posisi dan Fungsi Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum Perguruan Tinggi, sebagaimana dikutip oleh Tim Pakar Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, menyebutkan bahwa: Pendidikan Agama Islam di sekolah telah mengalami kegagalan, karena praktik pendidikannya menekankan aspek kognitif atau aspek pengetahuan dalam menumbuhkan kesadaran beragama dan belum menyentuh aspek afektif atau sikap dan konatif-volotif yakni kemauan dan kesadaran untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam.2 Hal ini jelas menunjukan bahwa nilai-nilai ajaran Islam baru dapat dipahami sebatas aspek pengetahuan dan tidak menyentuk aspek pemahaman dan pengamalan akan nilai-nilai ajaran Islam dimaksud.

Disamping itu, kerisauan para pemerhati pendidikan akan rendahnya daya saing sumber daya manusia yang dihasilkan oleh

1 Zainuddin, dkk, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer, (Cet. I; Malang: UIN Malang Press, 2009), h. 264

2 Tim Pakar Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Konteporer, (Cet. I; Malang:

UIN-Malang Press, 2009), h. 60

lembaga pendidikan Islam, sehingga para pengelola lembaga pendidikan Islam perlu memikirkan apa yang seharusnya dibenahi dengan pendidikan kita. Lembaga pendidikan yang bermutu akan tercermin pada out-put yang bermutu, sebab lembaga pendidikan yang bermutu akan melahirkan sumber daya manusia yang bermutu dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, mutu suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh manajemen lembaga pendidikan dimaksud.

Saat ini bermunculan lembaga baru pendidikan Islam, dan keberadaannyapun diakui oleh masyarakat, sehingga sebuah persaingan yang ketat. Dengan kondisi demikian, maka sulit bagi sebagian lembaga pendidikan Islam, jika tidak memiliki kemampuan untuk mengelola lembaga pendidikan sesuai dengan tuntutan stakeholder.

Setiap lembaga pendidikan Islam dan termasuk perguruan tinggi Islam, tidak terlepas dari fenomena dan keadaan ini, sehingga diharapkan dalam banyak hal lembaga pendidikan Islam harus mengetahui berbagai harapan dan kebutuhan.3 Hal inilah yang menuntut lembaga pendidikan Islam untuk meningkatkan mutu layanan, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu produknya.

Kondisi ini akan dirasakan semakin sulit oleh lembaga pendidikan Islam, jika tidak memiliki manajemen yang baik dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam.

3 Muhaimin, dkk., Manajemen Pendidikan: Aplikasinya Dalam Penyusunan

Rencana Pengembangan

Sekolah/Madrasah, (Cet. IV; Jakarta:

Kencana, 2009), h. 23

(3)

38 Muhaimin, dkk., menyebutkan

bahwa “Manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif, baik yang berhubungan dengan manusia maupun alat pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu”.4 Dalam mengelola lembaga pendidikan Islam, sangat dibutuhkan niat suci serta mental

yang kuat, disamping

dibutuhkannya profesionalisme yang tinggi. Dengan demikian maka dalam manajemen lembaga pendidikan Islam dibutuhkan dua aspek yang keduanya merupakan suatu sistem, yakni menyatunya antara sikap manager dengan leader yang berciri khas Islam.5

Berdasarkan pada deskripsi di atas, maka kajian ini sengaja dimunculkan dengan mengupas tentang bagaimana sebenarnya konsep dasar manajemen pendidikan Islam serta bagaimana Fungsi manajemen terhadap pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Dengan kajian ini diharapkan para pengelola lembaga pendidikan Islam tidak hanya mengejar target penyelesaian materi, namun yang terpenting adalah bagaimana pemahaman dan pengamalan akan nila-nilai ajaran Islam yang dilandasi oleh pengetahuan tentang agama Islam.

4 Ibid., h. 4.

5Andi Fitriani Djollong, „Urgensi Manajemen Dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam (Urgency Management in Management Institusion of Islam)‟, II (2015), 181–88.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara kerja yang dilakukan secara sistematis memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan, guna mencapai tujan yang direncanakan.6

Dari aspek ruang lingkupnya, penelitian ini merupakan peneltian kepustakaan atau library research, sebab prosedur penelitian yang digunakan adalah dengan cara mengumpulakan data dan informasi melalui perpustakaan, baik buku, kitab, jurnal dan lain sebagainya.

Sedangkan dilihat dari aspek data yang dibutuhkan, maka penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebab data yang dibutuhkan dan yang akan dideskripsikan bukan berupa data angka.

Data yang diperoleh lewat studi kepustakaan, baik data primer maupun data sekunder selanjutnya dibaca, ditelaah dan dikelompokkan dan selanjutnya disarikan dalam suatu kesimpulan.

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam

Tak dapat disangkal bahwa manajemen pada prinsipnya menunjukan cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Manajemen juga memberikan prediksi akan masa depan agar setiap manager dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi secara cepat.7

6Zamroni Ishaq dan Ihsan Maulana Hamid, „Konsep Dan Metode Tadabbur Dalam Al-Qur‟an (Kajian Atas Tulisan Usamah Bin Abdur Ramham Al-Murakibi

“Nahwa Manhajiyyah Li Tadabbur Al-Quran Al-Karim”)‟, 16.02 (2021), 132–41.

7Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: Kultura (GP Press Group), 2008), h. 133

(4)

39 E. Mulyasa dalam bukunya

berjudul Menjadi Kepala Sekolah Profesional, menyebutkan bahwa:

“Manajemen adalah sistem pengelolaan sumber daya pendidikan, seperti: tenaga kependidikan, peserta didik, kurikulum, dana, sarana dan prasarana, tata laksana dan lingkungan pendidikan”.8 Dalam konteks pendidikan, manajemen didefenisikan sebagai “perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dalam Islam, manajemen biasa disebut dengan istilah al-Tadbir yang berarti pengaturan. Kata al- Tadbir berasal dari akar kata dabbara yang mengatur yang banyak disebtkan dalam al-Quran, antara lain dalam al-Quran Surat As- Sajdah ayat 5, berbunyi:

َناَك ٍم ْوَي يِف ِوْيَلِإ ُج ُرْعَي َّمُث ِض ْرلأا ىَلِإ ِءاَمَّسلا َهِم َرْملأا ُرِّبَدُي ( َنوُّدُعَت اَّم ِم ٍةَنَس َفْلَأ ُه ُراَدْقِم ٥

) Terjemahnya:

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (QS. Al- Sajdah [32]: 5)”.9

Ayat di atas menunjukan bahwa Allah swt adalah pengelolaalam semesta dan pengelolaan Allah swt terhadap alam semesta tentu teratur, serasi, seimbang dan tiada cacat sedikitpun.

Orientasi manajemen pendidikan Islam adalah pencapaian tujuan pendidikan Islam itu. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan

8E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2007), h.11.

9 Al-Quran Surah Al-Sajdah [32] ayat 5

pendidikan Islam, maka dalam manajemen pendidikan Islam diperlukan penerapan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen dimaksud, menurut Paul Mali, dibagi menjadi tiga kegiatan, yakni: “1) Pengarahan; 2) Penerapan; 3) Evaluasi. Pengarahan dalam manajemen itu meliputi:

perencanaan, pengaturan, dan penjadwalan. Adapun fungsi penerapan meliputi pemilihan staf, komunikasi dan pelaksanaan tugas.

Sedangkan fungsi evaluasi dapat berupa pengawasan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan”.10

Dengan demikian, maka dalam pengelolaan lembaga pendidikan Islam, haruslah melibatkan fungsi- fungsi manajerial tersebut, agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dengan penerapan fungsi-fungsi manajemen, akan dapat diketahui kelemahan pelaksanaan tugas dari proses fungsi-fungsi evaluasi, yang selanjutnya dijadikan dasar tindak lanjut.

B. Fungsi Manajemen Terhadap Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu sistem kerja yang terdiri dari berbagai kegiatan yang saling berhubungan yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Sebagai sistem kerja, maka dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk mencapai suatu

tujuan. Mustafa

Rahman,menyebutkan bahwa

“Proses manajemen dalam praktiknya dapat dikaji dari proses

10 Mustafa Rahman, Menggugat Manajemen Pendidikan Pesantren, dalam Islmail S.M. Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 10

(5)

40 pemecahan masalah yang

dilaksanakan semua bagian yang ada dalam organisasi”.11

Manajemen pada prinsipnya diarahkan untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu. Untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu, hanya dapat dicapai oleh pendidikan yang bermutu pula. Oleh karena sumber daya manusia yang bermutu hanyalah dapat dibentuk melalui pendidikan yang bermutu, maka untuk membentuk pendidikan yang bermutu dibutuhkan manajemen yang bermutu pula.

Dengan demikian, dapat diketahui betapa pentingnya manajemen pada pengelolaan lembaga pendidikan Islam, sebab manajemen memiliki peran penting dalam menjamin sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Fathul Maujud, dalam jurnal Penelitian Keislaman Vol. 14 No. 1 Tahun 2018, menyebutkan bahwa:

“Keberhasilan lembaga pendidikan Islam dalam penyelenggaraan pendidikannya sangat bergantung kepada kemampuan didalam menerapkan fungsi manajemen secara profesional”.12

Fungsi manajemen terhadap pengelolaan lembaga pendidikan Islam sangat urgen. Keberhasilan pengelolaan lembaga pendidikan Islam, sangat dipengaruhi oleh manajemen lembaga pendidikan dimaksud, dengan melibatkan komponen pendukung manajemen lembaga pendidikan Islam.

11 Mohammad Mustari, op.cit., h. 37

12Fathul Maujud, „Implementasi Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Lembaga Pendidikan Islam ( Studi Kasus Pengelolaan Madrasah Ibtidaiyah Islahul Muta ‟ Allim Pagutan )‟, 14.1 (2018), 30–

50.

Manajemen pada prinsipnya telah dipraktikan oleh Nabi saw, jauh sebelum lahirnya teori-teori modern tentang manajemen. Hal ini dapat diterima, sebab pada hakikatnya manajemen merupakan kegiatan dalam mengerjakan sesuatu dengan rapi, benar, tertib, dan teratur, yang biasa dikenal dengan istilah itqan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dijelaskan bahwa:

َّنِإ هاور( ُهَنـِقـْتـُّي ْنَأ ًلاَمَع ْمُكُدَحَأ َل ِمَع اَذِإ ُّب ِحُي َّلَج َو َّزَع َالله

)ىنربط Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang apabila mengerjakan sesuatu pekerjaan, dikerjakan dengan cara itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas), (H.R. Al- Thabrani, 2005: 408)”.13

Dalam terminologi Islam, itqan adalah melakukan suatu tugas dengan kualitas terbaik.14

Istilah itqon identik dengan istilah Ihsan yang berarti melakukan suatu pebuatan dengan maksimal untuk memperoleh hasil optimal.

Itqon dan Ihsan seyogyanya selalu tergambar dalam setiap aktifitas seorang muslim, termasuk dalam hal manajemen lembaga pendidikan Islam yakni berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap aktivitas.15

13 Yahya Ibn Syarifuddin, Hadits Arba’in Annawawi Nomor Hadits 17.

14 Muhammad Syafi‟i Antonio dan Tim Tazkia, Kepemimpinan dan Pengembangan Diri; Selft Leadership dan Personaldvelopment; Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad saw; The Super Leader Super Manajer, (Jakarta Selatan: Tazkiyah Publishing, 2011), h. Viii-ix

15 Abdul Halim Fathani, Ensiklopedi Hikmah; Memetik Buah Kehidupan di Kebun Hikmah, (Yogyakata: Darul Hikmah, Tt), h. 723

(6)

41 Berikut ini akan dikemukakan

beberapa komponen pendukung manajemen lembaga pendidikan Islam, sebagaimana disebutkan oleh Andi Fitriani Djollong dalam jurnal Isiqra‟ Vol. 2 No. 2 Maret 2015, bahwa: Terdapat beberapa komponen pendukung kegiatan manajemen yang merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan Islam, yakni:16

1. Manajemen Komponen Kurikulum Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan dan kurikulum merupakan instrumen sekaligus sebagai pedoman kegiatan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Itu sebabnya, setiap institusi pendidikan pasti memiliki kurikulum yang sesuai dengan visi misi serta tujuan lembaga pendidikan bersangkutan. Dalam bahasa Arab, kurikulum sering diartikan dengan istilah Manhaj yang bermakna “jalan telah yang dilalui oleh manusia pada setiap bidang kehidupan. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj bermakna jalan terang yang dilalui oleh pendidik dengan orang

yang dididik untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka”.17

Manajemen kurikulum dipandang sebagai bagian yang terpenting dari manajemen pendidikan. Arifuddin Arif, dalam bukunya berjudul Pengantar Ilmu Pendidikan, menyebutkan bahwa:

“Manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan

16 Andi Fitriani Djollong.

17 Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. 1; Jakarta: Kultura [GP Press Group], 2008), h. 79

kurikulum yang kooperatif, menyeluruh, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Manajemen kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga pendidikan dan sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum sangat menetutukan kebehasilan kegiatan pembelajaran secara maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan yang meliputi kegiatan perencaan, pelaksanaan dan evauasi”.18

Marno dan Triyo Supriyatno dalam bukunya berjudul:

Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, menyebutkan bahwa manajemen kurikulum adalah segenap usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran dengan menitikberatkan pada usaha peningkatan kualitas interaksi pembelajaran.19

Oleh karenanya, untuk meningkatkan kualitas interaksi pembelajaran, maka pengelola lembaga pendidikan Islam seyogyanya harus memiliki sejumlah kriteria, yakni kelengkapan fasilitas, sehingga potensi peserta didik dapat berkembang maksimal.

2. Manajemen Komponen Peserta didik

Diakui bahwa peserta didik merupakan individu yang sedang bertumbuh dan berkembang, baik fisiknya, psikologisnya, sosial dan religiusnya dalam mengarungi

18 Ibid., h. 37

19Marno dan Triyo Supriyatno.

Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. (Bandung, Refika ditama, 2008). h.

89.

(7)

42 kehidupan dunia untuk

kebahagiaan pada kehidupan akhirat kelak.20 Peserta didik tentunya bukan orang dewasa yang berbentuk kecil, melainkan anak yang tumbuh dan berkembang untuk mencapai kedewasaan, yang memerlukan bimbingan dari orang dewasa, agar mampu dan sanggup melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dan hamba Allah swt, maupun sebagai warga negara maupun sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.21

Peserta didik secara individual memiliki perbedaan, untuk itu guru dituntut mengetahui perbedaan individual peserta didik, sehingga mampu mengarahkannya.

Agar fungsi manajemen pada peserta didik dapat berhasil, maka dalam pelaksanaannya terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yakni:

a. Peraturan sebagai acuan dalam pelaksanaan program;

b. Segala bentuk kegiatan yang dilakukan, misinya adalah mendidik peserta didik;

c. Dalam kegiatan manajemen peserta didik, harus mampu mempersatukan perbedaan dan keragaman peserta didik;

d. Dalam manajemen peserta didik, harus dapat memacu kemandirian peserta didik.22 Jika prinsip manajemen peserta didik sebagaimana di atas dapat dilakukan dengan baik, maka kemungkinan pencapaian sumber

20 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet.2; Jakarta: Kencana, 2012), h.

173.

21 Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 251.

22 Muhammad Mustari, op.cit., h. 109

daya peserta didik yang profesional dapat tercapai, sebab Manajemen peserta didik pada prinsipnya bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib dan teratur.

3. Manajemen Komponen Sarana Prasarana

Sarana prasarana pendidikan merupakan setiap fasilitas yang dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran, baik yang bergerak maupun tidak bergerak.23

Sarana prasarana pendidikan merupakan salah satu komponen penting pendidikan yang dapat menunjang manajemen lembaga pendidikan Islam. Sarana dan prasarana pendidikan, sebaiknya dikelola secara baik, dengan mengikuti prinsip-prinsip, berikut:

a. Lengkap, siap dipakai setiap saat, dan awet;

b. Rapi, indah, bersih, anggun dan asri;

c. Kreatif, inovatif, responsif, dan bervariasi;

d. Memiliki jangkauan waktu yang panjang;

e. Memiliki tempat untuk beribadah maupun untuk pelaksanaan kegiatan sosio- religius lainnya.24

4. Manajemen Komponen Guru Setiap lembaga pendidikan Pendidikan pasti memiliki sosok seorang guru yang berperan sebagai informator, inspirator, korektor, organisator, fasilitator, inisiator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas. J.

Drost dalam tulisannya, sebagaimana dikutip oleh

23 Ibid., h. 119

24 Ibid., h.121

(8)

43 Zainuddi, ddk., menyebutkan

bahwa: Tanggungjawab pokok untuk pembentukan moral dan intelektuan peserta didik terletak pada guru. Guru harus mengenal para peserta didiknya, baik bakatnya, perilaku serta latar belakang keluarganya.25

Berbicara tentang manajemen guru, hal tersebut tidak dimulai setelah seseorang menjadi guru, melainkan jauh sebelum itu.

Proses manajemen guru, dimulai sejak tahap perencanaan, seleksi, proses pelatihan, dan sampai pensiun. Jika dulu guru dipandang sebagai salah satu fakta produksi, namun saat ini guru dipandang sebagai rekan untuk mencapai tujuan organisasi. Guru sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan disamping komponen lainnya, eksistensinya sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pendidikan dan sekaligus sebagai ujung tombak keberhasilan siswa.

5. Manajemen Komponen Keuangan Terkait dengan manajemen keuangan, Marno dan Triyo Supriyatno, menyebutkan bahwa

“manajemen keuangan pada prinsipnya memiliki fungsi dasar yaitu menghimpun dana lembaga

pendidikan dan

mendistribusikannya untuk menopang semua kegiatan lembaga pendidikan”.26

Manajemen keuangan pada lembaga pendidikan Islam merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan lembaga pendidikan Islam mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung jawaban.

25 Zainuddin, dkk, op.cit., h. 264

26 Marno dan Triyo Supriyatno, op.cit., h. 79.

Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi dari manajemen pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan pada lembaga pendidikan Islam.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa: “Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”.27

Disamping itu, Muklis Arifin menyebutkan bahwa: “Dalam manajemen keuangan harus berdasarkan pada prinsip tranparansi; prinsip akuntabilitas;

Prinsip efektivitas, dan prinsip efisiensi”.28

Berdasarkan pada uraian di atas, maka kepekaan lembaga pendidikan Islam melihat kondisi global yang terjadi dan peluang masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Modal ini akan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk

mengembangkan lembaga

pendidikan Islam. Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk melakukan perbaikanmutu dan kualitas pada lembaga pendidikanIslam. Ketika melihat peluang, dan peluang itudijadikan modal, kemudian modal menjadi pijakan untuk mengembangkan lembaga pendidikan Islam yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara otomatis akan terjadi sebuah efek positif dalam pengelolaan

27 Presiden RI, „Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional‟, 2003.

28 Muklis Arifin, Managemen

Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 21

(9)

44 lembaga pendidkan Islam, strategi,

sumber daya manusia, pendidikan dan pengajaran, biaya, serta marketing pendidikan.

Untuk menuju perubahan pendidikan secara menyeluruh, maka manajemen keuangan pada lembaga pendidikan Islam adalah hal yang harus diprioritaskan agar lembaga pendidikan Islam dapat berjalan secara maksimal dan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang profesional.

KESIMPULAN

Berdasarkan pada pembahasan makalah di atas, maka Penulis dapat mengambil kesimpulan, sebagai berikut:

1. Konsep dasar Manajemen terhadap pengelolaan lembaga pendidikan Islam memiliki makna bahwa manajemen itu meliputi seluruh aspek kehidupan manusia termasuk pada lembaga pendidikan Islam dalam pengelolaannya memerlukan manajemen yang memadai.

2. Fungsi Manajemen terhadap pengelolaan lembaga pendidikan Islam sangatlah urgen sebab, lembaga pendidikan Islam dapat berjalan secara maksimal, apabila dapam pengelolaannya mengacu pada fungsi-fungsi manajemen.

DAFTAR PUSTAKA Al-Quran al-Karim,

RI, Presiden, „Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional‟, 2003.

Jurnal:

Andi Fitriani Djollong, „Urgensi Manajemen Dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam (Urgency Management in Management Institusion of Islam)‟, II (2015), 181–88

Fathul Maujud, „Implementasi Fungsi- Fungsi Manajemen Dalam

Lembaga Pendidikan Islam ( Studi Kasus Pengelolaan Madrasah Ibtidaiyah Islahul Muta ‟ Allim Pagutan )‟, 14.1 (2018), 30–50 Zamroni Ishaq dan Ihsan Maulana

Hamid, „Konsep Dan Metode Tadabbur Dalam Al-Qur‟an (Kajian Atas Tulisan Usamah Bin Abdur Ramham Al-Murakibi “Nahwa Manhajiyyah Li Tadabbur Al-Quran Al-Karim”)‟, 16.02 (2021), 132–41 Buku:

Abu Ahmadi. Ilmu Pendidikan.

(Jakarta: Rineka Cipta, 2001) Abuddin Nata. Ilmu Pendidikan Islam.

(Cet. 2;Jakarta: Kencana, 2012)

Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. I;

Jakarta: Kultura (GP Press Group), 2008)

E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2007) Marno dan Triyo Supriyatno.

Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. (Bandung, Refika ditama, 2008)

Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan

Sekolah/Madrasah, (Cet. IV;

Jakarta: Kencana, 2009) Muklis Arifin. Managemen Pendidikan

Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)

Mustafa Rahman, Menggugat Manajemen Pendidikan Pesantren, dalam Islmail S.M.

Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Cet. I; Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2002)

Nurhattati Fuad. Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat Konsep dan Strategi Impelementasi. (Ed.1;

Jakarta: Rajawali Pers, 2014) RI, Presiden, „Undang-Undang Sistem

(10)

45 Pendidikan Nasional‟, 2003

Zainuddin, dkk, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer,

(Cet. I; Malang: UIN Malang Press, 2009).

Referensi

Dokumen terkait

 Dari percobaan yang telah dilakukan terhadap sinyal EMG yang direkam pada 8 titik otot (otot Deltoid1, otot Deltoid2, otot Infraspinatus, otot Supraspinatus, otot Teres Major,

kajian yang telah dibuat ke atas 30 orang guru SMT terdiri daripada guru kejuruteraan dan vokasional mempunyai tahap pengetahuan yang tinggi tentang pendidikan

Konseptual (Bandung: Mizan, 1994), 102. Montgomery Watt, Richard Bell, Pengantar al-Qur’an , Terj.. penghapusan hukum wasiat oleh hukum warisan. 14 al-Qattan memberikan

Dengan mengikuti standar akreditasi rumah sakit di Indonesia maka diharapkan rumah Dengan mengikuti standar akreditasi rumah sakit di Indonesia maka diharapkan

Kepaniteraan di bagian Periodonsia bertujuan membekali mahasiswa sesuai dengan standar kompetensi doktergigi umum dalam ranah periodonsia, yakni bisa menguasai keilmuaan

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PREMI NETO, BEBAN KLAIM NETO, JUMLAH BEBAN USAHA DAN HASIL INVESTASI TERHADAP LABA (RUGI) KOMPREHENSIF PADA PERUSAHAAN ASURANSI UMUMv.

Dikatakan bahwa lamanya masa reproduksi merupakan faktor risiko terjadinya tumor ovarium dimana makin lama periode reproduksi atau makin banyak terjadinya ovulasi

penelitian ini adalah data primer. Instrumen penelitian disusun berdasarkan indikator, pengumpulan data diperoleh dari responden melalui pengisisan angket. Hasil analisis