• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Lembaga Keuangan Bank and non Ba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Lembaga Keuangan Bank and non Ba"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN BANK dan NON BANK BANK UMUM (KONVENSIONAL dan SYARIAH)

(2)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

OKTOBER 2016 MAKALAH

LEMBAGA KEUANGAN BANK dan NON BANK BANK UMUM (KONVENSIONAL dan SYARIAH)

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank yang dibimbing oleh Bapak Toton Fanshurna

Oleh :

(3)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

OKTOBER 2016 KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ”Bank Umum”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.

Atas bimbingan dari Dosen Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:

1. Dosen Pembimbing mata kuliah Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank, Bapak Toton Fanshurna

2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Jember, 01 Oktober 2016

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 1

1.3. Tujuan Penulisan... 1

1.4. Sistematika Penulisan... 2

BAB II PEMBAHASAN... 3

2.1 Bank Konvensional... 3

2.2 Bank Syariah... 7

BAB IV PENUTUP... 20

4.1 Simpulan... 20

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak suku dan budaya. Mulai dari sabang sampai merauke, berbeda-beda tapi tetap satu. Bahkan setiap daerah memiliki masyarakat yang berbeda-beda pula. Banyak faktor yang memebuat mereka yang ditampung dalam satu wadah namun memiliki berbagai macam perbedaan.

Namun kali ini yang akan dibahas adalah dari segi ekonomi. Faktor ini yang sangat berpengaruh kepada sebuah negara. Karena apabila suatu negara lebih banyak orang yang ekonominya ke bawah, maka negara tersebut dikatakan negara yang terbelakang alias berkembang.

Perbankan merupakan bisa dikatan induk dari pada kegiatan ekonomi. Mengapa demikian? Karena perbankan adalah lembaga keuangan yang berhak mengedarakn uang. Yang dimana uang merupakan satu-satunya alat tukar untuk kegiatan ekonomi.

Modern ini, di Indonesia tak semua kalangan paham apa itu Perbankan. Yang kebanyakan mereka tahu bahwa Perbankan hanya tempatnya uang. Mereka belum tahu bahwa banyak produk dan jasa yang ada di Perbankan yang sebenaranya bisa digunakan untuk kepentingan ekonomi yang dari kalangan bawah. Karena ketidaktahaun itulah yang menyebabkan orang enggan untuk bekunjung dan enggan ingin lebih jauh memahami apa itu Perbankan.

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang berjudul “Bank Umum”, antara lain :

 Ada Berapa macam Bank Umum...?

 Apa itu Bank Konvensional dan Syariah...?

 Bagaimana perkembangan bank konvensional dan bank syariah...?

 Apa saja produk bank konvensional dan syariah...?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Bank Umum”, yaitu:

 Menjelaskan pengertian dari Bank Konvensional dan Syariah

(6)

 Menjelaskan perkembangan bank konvensional dan bank syariah

1.4 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan:

a. LatarBelakang b. RumusanMasalah c. TujuanPenulisan d. SistematikaPenulisan Bab II Pembahasan:

a. Bank Konvensional b. Bank Syariah Bab III Penutup :

(7)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 BANK KONVENSIONAL

1.1 Pengertian Bank Konvensional

Bank konvensioanal adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupaun penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari danan untuk suatu periode tertentu dan biasanya presentase tersebut ditetukan per tahun.

1.2 Perkembangan Bank Konvensional

Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah melakukan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara bertahap pada sektor keuangan dan perekonomian. Salah satu maksud dari kebijakan deregulasi dan debirokratisasi adalah upaya untuk membangun suatu sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Dampak dari over regulated terhadap perbankan adalah kondisi stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan. Hal tersebut mendorong BI melakukan deregulasi perbankan untuk memodernisasi perbankan sesuai dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada periode tersebut.

Memasuki tahun 1990-an, BI mengeluarkan Paket Kebijakan Februari 1991 yang berisi ketentuan yang mewajibkan bank berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada 1992 dikeluarkan UU Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat itu, terjadi perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan BPR.

UU Perbankan 1992 juga menetapkan berbagai ketentuan tentang kehati-hatian pengelolaan bank dan pengenaan sanksi bagi pengurus bank yang melakukan tindakan sengaja yang merugikan bank, seperti tidak melakukan pencatatan dan pelaporan yang benar, serta pemberian kredit fiktif, dengan ancaman hukuman pidana. Selain itu, UU Perbankan 1992 juga memberi wewenang yang luas kepada Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap perbankan.

(8)

ekspansi kredit adalah karena ketatnya ketentuan dalam Pakfeb 1991 yang membebani perbankan. Hal itu ditakutkan akan mengganggu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Maka, dikeluarkanlah Pakmei 1993 yang melonggarkan ketentuan kehati-hatian yang sebelumnya ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Berikutnya, sejak 1994 perekonomian Indonesia mengalami booming economy dengan sektor properti sebagai pilihan utama. Keadaan itu menjadi daya tarik bagi investor asing.

Pakmei 1993 ternyata memberikan hasil pertumbuhan kredit perbankan dalam waktu yang sangat singkat dan melewati tingkat yang dapat memberikan tekanan berat pada upaya pengendalian moneter. Kredit perbankan dalam jumlah besar mengalir deras ke berbagai sektor usaha, terutama properti, meski BI telah berusaha membatasi. Keadaan ekonomi mulai memanas dan inflasi meningkat.

Perjalanan perekonomian Indonesia di tahun 2008 penuh dengan tantangan dan kendala yang harus dihadapi, sehingga memaksa para pelaku usaha dan pengusaha dari berbagai sektor merevisi target pendapatan, pertumbuhan dan rencana bisnis investasinya. Pasalnya siapa yang menduga, krisis keuangan global terjadi di tahun ini dan akibatnya dampak tersebut mulai dirasakan negara berkembang, khususnya Indonesia.

Meskipun dampak dirasakan belum separah yang dialami negara maju, dimana sumber tsunaminya berasal. Namun ada khwatiran dari pelaku ekonomi dan pengusaha dalam negeri. Pasalnya banyak ramalan dan analisis dari pengamat ekonomi memperkirakan dampak dari resesi ekonomi dunia akan terasa pada tahun depan, sehingga memaksa pemerintah harus bekerja keras memutar otak mengantisipasi dampak lebih buruk ditahun mendatang.

Krisis ekonomi global mulai ditandai dengan runtuhnya lembaga keuangan terbesar di dunia asal Amerika Lehman Brother, kredit macet sektor perumahan (subprime mortgage) dan disusul kebangkrutan industri otomotifnya, seperti General Motor dan Ford. Musibah yang menimpa di Amerika juga serentak dirasakan negara-negara maju Eropa. Maka tak ayal, negara-negara maju saja tidak bisa mengelak dari krisis keuangan global dan apalagi negara berkembang seperti Indonesia.

(9)

bursa di Wall Street. Terkoreksinya pasar bursa dalam negeri sempat membuat otoritas bursa menutup (suspensi) pasar dalam waktu dua hari.

1.3 Kegiatan Bank Konvensional 3.1 Menghimpun Dana (Funding)

Menghimpun dana bisa disebut juga dengan kegiatan memebeli dana dari masyarakat. Kegiatain menghimpun dana dikenal dengan istilah funding. Kegiatan ini dapat dialihkan dengan menawarkan beberapa jenis simpanan. Sedangkan simpanan sendiri sering disebut dengan nama rekening atau account. Berikut beberapa jenis simpanan yang ada dijaman sekarang, antara lain :

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannnya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan. Rekening giro biasanya digunakan oleh para usahawan, baik perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah relatif lebih rendah dari bunga simpanan lainnya.

2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Simpanan tabungan merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuia dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan. Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar dari bunga jasa giro.

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

(10)

dengan keinginan nasabh. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito deposito on call.

3.2 Menyalurkan Dana

Lending adalah suatu kegiatan menyalukan dana atau memberikan pinjaman kepada masyarakat dana yang tersebut berasal dari masyarakat yang menyimpan uang di bank yang disebut juga dengan funding, pemberian / penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dimulai untuk pemberian kepada mayarakat yaitu dengan memberikan pinjaman atau yang disebut dengan dana kredit ada beberapa bunga kredit pada bank dan bunga pada bank pun tergantung seberapa besar orang meminjam dana tersebut,

Sebelum kredit di kucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang di ajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerimaan kredit akan di kenakan bunga kredit yang besarnya yang bunganya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keunttungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan

Secara umum jenis-jenis kredit yang di tawarkan meliputi: a. Kredit Investasi,

Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1(satu) tahun. Contoh jenis kredit ini adalah kredit untuk mem-bangun pabrik atau membeh peralatan pabrik b. Kedit Modal Kerja,

Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak.lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh kredit ini adalah untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan modal kerja lainnya.

c. Kredit Perdagangan,

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya. Contoh jenis-kredit ini adalah kredit untuk membeli barang dagangan yang diberikan kepada para suplier atau agen.

(11)

Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai. e. Kredit Konsumtif,

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi mi¬sainya keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun pa¬pan. Contoh jenis kredit ini adalah kredit perumahan, kredit kendaraan bermotor yang kesemuanya untuk dipakai sendiri.

f. Kredit profesi

Merupakan kredit yang di berikan kepada kalangan profesional seperti dosen,pengacara atau pengacara

2.2 BANK SYARIAH

2.1 Pengertian Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam. Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efisiensi, keadilan dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak di curangi, ikhlas dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.

2.2 Perkembangan Bank Syariah

(12)

Di Indonesia pembentukan bank syariah dalam system perbankan nasional memiliki dasar yang kuat yaitu deregulasi sector perbankan sejak tahun 1983. Dalam deregulasi ektor perbankan tersebut, lembaga keuangan bank diberikan kebebasan termasuk dalam hal penentuan tingkat suku bunga hingga nol persen.

Deregulasi di bidang perbankan dapat di manfaatkan setlah di keluarkannya paket oktober (pakto) 1998. Dalam pakto tersebut diperkenankan untuk mendirikan bank-bank baru. Pada tanggal 1 november 1991 didirikan bank muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Kedudukan bank tanpa perhitungan bunga ini menjadi lebih kuat setelah dikeluarkannya undang-undang nomor 7tahun 1992tentang perbankan yang kemudian diperbaharui dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan. Pada pasal 13 ayat (c) UU No 10 tahun 1998 dinyatakan bahwa salah satu usaha dari bank perkreditan rakyat adalah menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasilsesuai dengan ketentuan yang di tetapkan dalam peraturan pemerintah. Sedangkan untuk ketentuan pelaksanaanya maka pada tanggal 30 oktober 1992 pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil dan diundangkan pada tanggal 30 oktober 1992 dalam lembaran Negara RI Nomor 119 tahun 1992.

Dalam peratura pemerintah tersebut secara tegas dinyatakan bahwa bank dengan prinsip bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (memakai system bunga). Sebaliknya, bank yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip bagi hasil. Hal itu secara tegas dinyatakan dalam ketentuan pasal 6 PP Nomor 72 tahun 1992.

Undang-undang No.7 tahun 1992 dan undang-undang No.10 tahun 1998 merupakan landasan hokum untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan bank syariah di Indonesia dipandang penting untuk:

1. Memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah

2. Meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum terserap system perbankan yang ada

3. Meningkatkan ketahanan system perbankan nasional

(13)

Perkembangan bank syariah di Indonesia cukup mengembirakan. Jumlah kantor cabang bank umum yang beroperasi dengan prinsip syariah meningkat sebanyak 11 sehingga menjadi 130 kantor bank pada tahun 2001. Secara rinci, jumlah kantor cabang tersebut terdiri dari 37 kantor cabang bank muamalat Indonesia dan bank syariah mandiri, 12 kantor cabang syariah dari 3 bank umum konvensional yaitu bank IFI, bank BNI dan bank jabar, serta 81 BPR syariah.

2.3 Produk dan Jasa Bank Syariah

Selain dari sisi penanaman dan penyaluran dana, Bank Syariah juga memiliki prinsip operasional yang berkaitan dengan jasa perbankan. Pelayanan jasa yang di tawarkan bank syariah antara lain:

1. AL-Kafalah

Pada jasa al kafalah bank memberikan garansi/jaminan atas permintaan nasabah antara lain untuk menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan kewajiban kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin. Dalam hal ini, bank dapat meminta kepada pihak yang di jamin untuk meyetorkan sejumlah dana sebagai setoran jaminan dengan prinsip al-wadi’ah, atas pemberian bank garansi ini, bank memperoleh sejumlah fee tertentu sebagai imbalan 1

Jadi Akad Kafalah yaitu akad pemberian jaminan (Makful alaih) yang diberikan satu pihak kepada pihak lain sebagai pemberi jaminan (Kafiil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi hak penerima jaminan (Makful).Syarat kafalah : adanya idzin dari makful anhu (orang yang di jamin).

2. AL-Hiwalah

Hiwalah, yaitu proses perpindahan tangungjawab pembayaran hutang di di mana pihak pertama mempunyai hutang kepada pihak ketiga dan dalam waktu yang bersamaan pihak kedua mempunyai hutang kepada pihak pertama, dan atas persetujuan bersama pihak kedua melunasi hutang pihak pihak pertama kepada pihak ketiga. Dalam hal ini pihak pertama adalah nasabah, secara operasional bank proses tersebut merupakan proses transfer (kiriman uang ), dan atas pemberian jasa transfer ini bank mendapatkan fee sebagai imbalan2

1Drs.Martono,SU,Bank dan Lembaga Keuangan Lain(Ekonisia,kampus ekonomi UII,2002),Hlm 104

(14)

Jadi Akad Hiwalah adalah akad pemindahan piutang nasabah (Muhil) kepada bank (Muhal’alaih) dari nasabah lain (Muhtal). Muhil meminta muhal’alaih untuk membayarkan terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo, muhtal akan membayar kepada muhal’alaih. Muhal’alaih memperoleh imbalan sebagai jasa pemindahan piutang.3 Rukun Hiwalah : Muhil (Nasabah 1), Bank (Muhal’alaih), Nasabah 2 (Muhtal) Hutangnya Muhil, Hutangnya Muhtal dan shigot Hiwalah.4

3. Wakalah

Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (Muakkil) kepada penerima kuasa (Wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (Taukil) atas nama pemberi kuasa.

Jadi maksudnya yaitu mewakilkan suatu urusan kepada orang lain untuk bertindak atas namanya. Dalam kegiatan operasional suatu bank, maka prinsip ini di pakai oleh bank untuk menerima titipan uang atau surat yang erharga dan bank mendapat kuasa dari yang menitipkan untuk mengelelola uang atau surat berharga tersebut.5

4. AL-Sharf

Yaitu berhubungan dengan kegiatan pertukaran mata uang, Bank yang mendapatkan izin sebagai pedagang valuta asing atau bank devisa dapat melakukan prinsip jual beli mata asing dengan syarat bahwa mata uang asing yang di perjualbelikan berbeda dan penyerahan pada saat transaksi jual beli terjadi. Bank memperoleh keuntungan dari perbedaan nilai tukar dari mata uang yang di perjuabelikan.6

Dari uraian di atas, prinsip prinsip kegiatan operasional dan produk-produk bank syariah dapat di sederhanakan dalam tabel berikut:

Penghimpunan Dan Penyaluran Bank Syariah N

o

Nama Prinsip Jenis Produk Penerapan Pada Opersional Bank

3Hasan Bin Ahsan Bin Muhammad Bin Salim Al-Kafi, At-Taqrirot As-Syadidah Fii Al-Masa'il Al-Mufidah (Bangil: Duroh Al-Ilmiyah, 2012), Hlm: 32

4Drs.Martono,SU,Bank dan Lembaga Keuangan Lain(Ekonisia,kampus ekonomi UII,2002),Hlm 105

(15)

3 Al Musyarokah Pembiaaan Penyertaan Modal

4 Al Murabahah Mencari Keuntungan

Jasa Bank Lainya

Pengadaan Barang L/C

5 Al Bai Bithman Ajil Mencari Keuntungan Jasa Bank Lainya

7 Al Bai’u Ta’jiri Pembiayaan Barang

Modal

9 Al Kafalah Pengambilan Fee Bank Garansi

10 Al Hiwalah Pengambilan Fee Transfer

11 Al Wakalah Penitipan Barang

Jasa Jasa Bank Lainya

L/C

12 Al Sharf Mencari Keunntungan Jual Beli Valuta Asing

13 Al Qord Ul Hasan Dana Dari Sumber Lain Zakat,Infak Dan Shodaqoh

2.4 Penghimpunan dan Penyaluran Dana

(16)

Prinsip al-wadi’ah dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Al-wadi’ah Amanah

Artinya penerimaan simpanan tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipannya, bila tidak diakibatkan oleh perbuatan atau kelalaian penyimpan. Berdasarkan ketentuan tersebut, bank syariah dapat dapat memberikan produk jasa berupa safe deposit box, di mana pihak bank berhak mengenakan biaya atau jasa penitip tersebut.

2. Al-wadi’ah Dhamanah

Artinya pihak penyimpan dengan atau tanpa izin pemilik barang dapat memanfaatkan barang yang dititipkan dan bertangggung jawab atas kerusakan atau kehilanga barang yang disimpan. Semua manfaat atau keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang tersebut deposito. Dalam kegiatan bank konvensional al-wadi’ah identic dengan giro.

Sifat-sifat giro wadi’ah adalah sebagai berikut:

a) Merupakan titipan murni (wadi’ah yad ad dhamanah) yang dengan seizing penitip dapat dipergunakan oleh bank.

b) Sebagai konsekuansei dari yad ad-dhamanah (menjamin kebutuhan dana) apabila dari pengeloaan uang tersebut bank memperoleh keuntungan, maka keuntungan tersebut seutuhnya milik bank. c) Merupakan salah satu cara penyimpanan dana, alat pembayaran

giral dengan menggunakan media cek, bilyet giro, dan perintah bayar lainnya.

d) Bank atas kehendaknya sendiri, tanpa penjanjian di muka dapat semacam bonus kepada nasabahnya.

(17)

besarnya bonus ditentukan sepenuhnya oleh dewan direksi dari persentase keuntungan yang dihasilkan oleh dana al-wadiah pada kegiatan al-mudharabah tersebut dalam suatu periode tertentu.

Berkaitan dengan pemberian bonus ini dapat dikemukakan bahwa sebagai kelebihan yang tidak dijanjikan maka kelebuihan tersebut merupakan kebikan. Hal ini sejalan dengan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Rasulullah telah menghutang hewan, kemudian beliau membayar dengan hewan yang lebih tua umurnya daripada hewan yang beliau hutang itu. Rasulullah bersabda, orang yang paling baik di antara kamu ialah oranh yang dapat mebayar hutangnya dengan lebih baik.”

b) Prinsip Al-Mudharabah

Al-mudharabah merupakan penjanjian antara pemilik modal (shahibul al-mal) dengan pengusaha atau entrepreneur (mudharib). Mudharabah merupakan hubungan berserikat antara dua pihak yaitu pemilik modaL dan pihak pemilik keahlian atau pengalaman. Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek/usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian. Pemilik modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha, tetapi diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila usaha yang dibiayai mengalami kerugian yang merupaka konsekuansi bisnis semata (bukan karena penyelewengan) maka kerugian tersebut ditanggung secara bersama-sama antara pemilik modal dan penerima modal. Contoh produk Bank Syariah sesuai dengan prinsip mudharabah sebagai berikut:

1) Tabungan mudharabah merupakan simpanan pihak ketiga di bank Syariah yang penarikannya dapat diloakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian. Dalam hal ini bank Syariah sebagai mudharib dan deposan sebagai shahib al mal.

2) Bank sebagai mudharib akan membagi keuntungan kepada shahib al mal sesuai dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Pembagian keuntungan dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selama periode tersebut.

Sifat-sifat deposito mudharabah sebagai berikut:

(18)

jangka waktu tertentu (sesuai jatuh tempo) dengan mendapatkan imbalan bagi hasil.

2. Jumlah imbalan dibagi dalam bentuk pembagian pendapatan atas penggunaan dana dengan proporsi sesuai kesepakatan, misalnya 70% : 30%. Artinya 70% untuk deposan dan 30% untuk Bank Syariah.

3. Jangka waktu mudharabahmisalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

Dasar hukum pelaksanaan prinsip Al-Mudharabah terdapat di Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam Al-Qur’an terdapat ketentuan-ketentuan yang berbunyi, “ dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebgaian karunia Allah.” (QS. AL-Muzzamil: 20) kemudian pada surat Al-Jum’ah ayat 10 ditegaskan “apabila telah ditunaikan ibadah sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah Swt”.

c) Prinsip Al-Qarad ul Hasan

Selain menerima simpanan dari masyarakat dengan prinsip Al-Wadi’ah dana Al-Mudharabah, bank syariah juga dapat menerapkan prinsip Al Qarad ul Hasan. Prinsip ini berarti pemilik dana (masyarakat) memberikan fasilitas dananya kepada bank (penerima dana) di mana pemilik dana atas dasar prinsip Al qard ul Hasan dapat berupa: zakat, infaq dan sadaqah (ZIS)

4.2 Penyaluran Dana

Penyaluran dana kepada masyrakat oleh Bank Syariah berdasarkan prinsip-prinsip sebagi berikut :

1. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah perjanjian usaha antara pemilik modal (Bank Syariah) dan pengusaha, dimana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha. Hasil usaha bersama ini dibagi seusai dengan kesepakatan pada waktu pemibiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah, misal 65% : 35%. Apabila terjadi keruagian dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis maka pihak penyedia dana akan menanggung kerugian managerial skill, waktu dan kehilangan nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya.

(19)

Al-Musyarak adalah suatu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek, diaman masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masing-masing. Dalam hal ini, pihak bank menyediakan sebagian dana dari pembiayaan bagi usaha, sebagian lagi disediakan oleh mitra usaha lain. Dalam konteks ini, bank tidak hanya berperan sebagai penyedia dana tetapi juga sebagia partner bagi usaha nasabah. Jadi bukan hubungan antara kreditu dan debitur seperti yang terjadi di bank konvensional.

Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment) , atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.

Dasar akad ini yaitu surah An-nisa ayat 21: “jika saudara-saudara itu lebih dari satu orang, maka bersekutu dalam sepertiga itu,” dan dalam surah As-Shad ayat 24: “dan sesungguhnya kebanyakan mereka berbuat dhalim kepada sebagian lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh.”

Perbedaan prinsip al-musyarakah dan al-mudharabah adalah pembiayaaan yang dilakukan hanya sebagai, yang merupakan penyertaan dengan campur tanga pengelola (bank) pada usaha nasabah secara sementara (ad hock) maupun tetap. Kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah (bagi hasil) berdasarkan prinsip al-musyarakah berupa L/C dan joint financial.

(20)

 Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.

 Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik

modal lainnya.

 Memberi pinjaman kepada pihak lain.

 Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan

oleh pihak lain.

 Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:

 Menarik diri dari perserikatan

 Meninggal dunia,

 Menjadi tidak cakap hukum

 Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek

harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.

 Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah

proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

3. Al-Murabahah

Murabahah adalah menjual dengan harga asal atau harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dalam prinsip ini bank membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara bank membeli atau memberi surat kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang yang diperlukan atas nama bank. Selanjutnya bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up untuk dibayar oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan.

(21)

pendek. Kegaitan yang dilakukan bank syariah sesuai dengan prinsip al-murabahah misal pengadaan barang dan penerbitan L/C.

4. Al-Bai Bithman Ajil

Al-bai bithman ajil dapat diartikan sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan dan angsuran. Prinsip ini merupakan pengembangan dari prinsip murabahah. Jadi dalam hal ini pihak bank membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran angsuran. dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara bank membeli atau memberi surat kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang yang diperlukan atas nama bank. Selanjutnya bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up, dimana jangka waktu serta besarnya biaya angsuran berdasarkan kesepakatan bersama antara bank dan nasabah. Prinsip ini mirip dengan produk kredit investasi kerja bank konvensional, sehingga pembiayaan bersifat jangka panjang.

Dasar hukum pelaksanaan prinsip ini mengacu pada al-quran surah an-nisa ayat 29: “hai orang-orang yang beriman , janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengna jalan berniaga yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” Sedangkan pada hadist, mengacu pada hadist dari Suhaib ra. “bahwa Rasullullah bersabda: “tiga perkara didalamnya terdapat keberkatan 1. Menjual dengan pembayaran secara kredit. 2. Muqaradha(nama lain dari mudharabah). 3. Mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah). Bentuk kegiatan pembiayaan ini dapat diterpkan dalam proses pengadaan barang bagi nasabah dan pembiayaan impor dari luar negeri.

5. Al-Ijarah

(22)

jangka waktunya, benda atau barang yang dijadikan obtek al-ijarah tersebut tetap milik bank.

Dasar prinsip al-ijarah adalah Al-Quran surah Qasas ayat 26 :”salah satu dari kedua gadis itu berkata “wahai bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja dengan kita karena sesunggguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kau lagi dapat dipercaya””. Sedangkan hadist yang menjadi dasar dari akad ini adlah dari Ibnu Umar RA : Rasul besabda, “berikanlah upah buruh itu sebelum kering keringatnya,” dan hadist dari Abi Said AlHudry RA : Rasul bersabda, “barang siapa mempekerjakan pekerja, hendaklah menjelaskan upahnya.” 6. Al-Bai’u Ta’jiri

Al-Bai’u Ta’jiri merupakan pembiayaan bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa yang diakhiri dengan kepemilikan. Prinsip dari akad ini sama dengan akad sewa beli. Setelah hasbi pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan, maka barang al-bai’u ta’jiri menjadi milik nasabah. Pada bank Islam yang ada di beberapa negara prinsip al-baiu ta’jiri dikombinasikan dengan prinsip al-murabahah dan al-bai bithman ajil yang bertujuan membiayai impor barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian disewakan kepada nasabah untuk jangka waktu tertentu, hingga pada akhir pembayaran, barang tersebut dimiliki oleh nasabah. Dasar hukum prinsip akad ini sama dengan prinsip akad al-ijarah.

7. Al-Bai Dayn

(23)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Bank umum terdiri dari dua sistem, konvensioanal dan syariah. Bank konvensional adalah Bank konvensioanal adalah bank yang dalam aktifitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupaun penyaluran dana memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari danan untuk suatu periode tertentu dan biasanya presentase tersebut ditetukan per tahun.

Sedangkan bank syariah adalah Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Dr, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, Dr, 2015, Dasar-dasar Perbankan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Metode: Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan laporan kasus ( case study ). Pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik wawancara,

Berdasarkan perhitungan status mutu kualitas air yang telah dilakukan pada 3 (tiga) stasiun diperoleh hasil dari parameter fisika yang tidak begitu berpariasi dan

Yang dimaksud dengan doktrin pengaruh tak pantas adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa suatu kontrak dapat dibatalkan karena tidak tercapai kesesuaian kehendak disebabkan

Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden. Data yang berebntuk skala kategorik seperti stimulasi media interaktif, jenis kelamin, pendidikan

Maksud dan tujuan dibentuknya kelompok tani Agro Farm adalah untuk membantu dan memfasilitasi para petani dalam pembelajaran, transfer atau alih tekhnologi melalui pelatihan,

Penelitian didapatkan responden yang menggunakan strategi koping berorientasi pada pencegahan yang adaptif adalah 60,2% dan yang maladaptif adalah 39,8%, menunjukkan

Maksud pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan kehutanan adalah mengembangkan kapasitas dan memberikan akses masyarakat setempat dalam rangka kerjasama dengan

Hasil penelitian secara deskriptif dan secara inferensial menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa sebelum diajar dengan menggunakan media audiovisual dalam