BAB VIII
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Kain tenun di Sumba Timur telah dikenal luas baik nasional maupun internasional. Jumlah unit usaha yang menghasilkan kain tenun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun peningkatan jumlah usaha tersebut, tidak diimbangi dengan peningkatan skala usaha, dimana usaha kain tenun masih tetap berskala mikro. Keterbatasan modal menjadi salah satu kendala untuk perkembangan usaha tersebut. Salah satu sumber modal yang digunakan pengusaha kain tenun adalah hutang. Penggunaan hutang memiliki sisi positif dan negatif bagi usaha mikro. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang menentukan keputusan hutang yang dilakukan pengusaha kain tenun. Untuk kepentingan tersebut, penelitian ini menggunakan Theory of Planned Behavior.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor dalam Theory of Planned Behavior menentukan keputusan hutang usaha mikro. Keputusan hutang ditentukan oleh faktor niat berhutang dan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Niat berhutang menjadi faktor utama dalam menentukan keputusan hutang dibandingkan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Hasil lain menunjukkan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi keputusan hutang tanpa melalui mediasi niat berhutang.
berhutang. Sikap yang menganggap hutang menguntungkan usaha, memberikan kontribusi lebih tinggi pada pengaruh sikap terhadap niat berhutang. Hal ini juga menunjukkan bahwa niat berhutang ditentukan oleh faktor internal individu.
Selain dari internal individu, niat berhutang ditentukan oleh faktor eksternal (norma sosial), yaitu adanya pengaruh dari pihak keluarga, teman dan sesama pengusaha. Sesama pengusaha memberikan kontribusi lebih tinggi pada pengaruh norma sosial terhadap niat berhutang. Hasil ini menunjukkan bahwa pengusaha kain tenun cenderung untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh pengusaha lain termasuk dalam hal melakukan keputusan hutang, sehingga dapat dikatakan ada kecenderungan herding behavior dalam keputusan hutang usaha mikro. Kondisi tersebut terjadi berkenaan dengan karakteristik usaha kain tenun di Sumba Timur, dimana lokasi pengusaha kain tenun antara satu dengan lainnya berdekatan dalam satu sentra produksi dan. memiliki ikatan hubungan kekerabatan dalam satu marga (kabihu).
cenderung melakukan keputusan secara spontan, tanpa perencanaan keuangan terlebih dahulu.
8.2. Implikasi Penelitian 8.2.1.Implikasi Teoritis
Penelitian ini menekankan pada faktor-faktor penentu perilaku keputusan hutang pada usaha mikro, dengan pertimbangan karakteristik yang dimiliki usaha mikro, dimana pemilik usaha berperan langsung sebagai manajer (owner-manager). Hasil penelitian memberikan bukti empirik bahwa keputusan hutang usaha mikro ditentukan oleh faktor multidimensi yaitu faktor internal (sikap) dan eksternal individu (norma sosial), yang terdapat pada Theory of Planned Behavior (TPB). Temuan ini mendukung konsepsi yang dibangun Michaelas et al. (1998) dan Holmes et al. (2003) sekaligus melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya (Coleman dan Cohn, 2000; Cole dan Mehran, 2009; Espel et al., 2009; Supramono dan Putlia, 2010, Gonzales dan Ozuna, 2012; Koropp et al., 2014), bahwa faktor-faktor non keuangan dapat mempengaruhi keputusan keuangan yang dilakukan pemilik usaha mikro.
Penelitian ini juga memberikan kontribusi dalam melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya (Hailu et al., 2005; Espel et al., 2009; Phan dan Zhou, 2014; Koropp et al., 2014) dengan menunjukkan bahwa Theory of Planned Behavior dapat diaplikasikan untuk menjelaskan berbagai pengambilan keputusan keuangan yang dilakukan oleh manajer atau pemilik usaha.
8.2.2.Implikasi Praktis
Penelitian ini menemukan faktor multidimensi (internal dan eksternal) individu dalam pemilik usaha mempengaruhi perilaku mereka dalam mengambil keputusan hutang. Temuan penelitian ini memberikan beberapa implikasi praktis baik bagi pengusaha maupun bagi pemerintah terkait kebijakan yang dapat dilakukan untuk pengembangan usaha mikro sebagai berikut:
Pertama, Salah satu penentu niat berhutang adalah sikap yang positif terhadap hutang. Pengusaha mikro memiliki sikap yang positif terhadap hutang karena dianggap akan menguntungkan usaha mereka. Dengan sikap yang positif tersebut, pengusaha dapat mencari sumber-sumber hutang lainnya (selain pinjaman dari pemerintah) untuk mengatasi keterbatasan modal, yang pada akhirnya akan dapat digunakan untuk pengembangan usaha.
informasi tentang hutang. Selain itu, pengusaha juga perlu lebih pro aktif untuk melakukan pendekatan dengan pihak-pihak penyedia kredit (perbankan, lembaga keuangan lainnya, koperasi, dan pemerintah) untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan tentang sumber-sumber hutang. Dalam rangka memudahkan pengusaha menjalin relasi dengan sesama pengusaha, pemerintah daerah dapat membentuk asosiasi atau komunitas atau kelompok usaha kain tenun yang mengakomodir pengusaha-pengusaha tenun, sehingga mereka lebih intens dapat berbagi pengetahuan dan informasi. Dengan adanya asosiasi/komunitas/kelompok usaha juga dapat memudahkan pemerintah dan lembaga keuangan serta pihak lainnya untuk melakukan sosialisasi atau pembinaan demi perkembangan usaha mikro.
keuangan antara keuangan pribadi dengan usaha (Kementerian Perdagangan, 2013).
Keempat, Temuan lain penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan hutang dapat dilakukan oleh pengusaha mikro tanpa adanya niat terlebih dahulu. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik usaha mikro yang cenderung tidak melakukan perencanaan keuangan terlebih dahulu. Oleh karena itu, pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat memberikan pelatihan atau lokakarya tentang perencanaan keuangan usaha kepada pengusaha mikro.
8.3. Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang dapat digunakan sebagai pijakan untuk penelitian mendatang. Penelitian ini tidak memasukkan beberapa variabel yang merupakan anteseden dari variabel sikap, norma sosial dan kontrol perilaku yang dipersepsikan serta peran variabel demografis dan bias psikologis sebagai variabel moderasi. Penelitian mendatang hendaknya dapat menambahkan variabel pengetahuan, kemudahan akses lembaga keuangan sebagai anteseden sikap. Selain itu dapat menambahkan variabel pengalaman dan sikap percaya diri sebagai variabel moderasi hubungan antara niat dengan keputusan hutang sehingga dapat diperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang keputusan hutang di kalangan pengusaha mikro.
longitudinal yang akan memungkinkan untuk mengukur niat sebelum perilaku berhutang berlangsung.
Salah satu temuan penelitian ini adalah tidak signifikannya variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap niat berhutang. Ada kemungkinan bahwa variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan tidak mempengaruhi niat secara langsung (Umeh dan Patel, 2004), tapi hanya memoderasi variabel sikap dan norma sosial dalam mempengaruhi niat. Penelitian mendatang dapat mengembangkan model Theory of Planned Behavior, dengan menempatkan variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan sebagai variabel yang memoderasi variabel sikap dan norma sosial dalam mempengaruhi niat.