• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH DEFINISI DAN JENIS JE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH DEFINISI DAN JENIS JE"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

TANGERANG SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH

DEFINISI DAN JENIS-JENIS KAMPANYE DALAM PEMILIHAN UMUM

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh:

AKBAR AJI PAWITAN (131020001339) DIMAS RAFI R. (131020001201) EDWARD CORNELIUS B.M. (131020001415) GURUH APRILIAWAN (131020001112) JAMAL ALI U.T (131020001535) RAVIK HAYYU K. (131020001396)

Mahasiswa Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Pajak

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nyasehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “DEFINISI DAN JENIS-JENIS KAMPANYE DALAM PEMILIHAN UMUM”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Sriyanto selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing kami dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran selalu kami

harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Melalui karya tulis ini

kami berharap semoga banyak memberikan manfaat kepada semua

pihak khususnya penulis sendiri, terima kasih.

(3)

Penulis DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Penelitian...3

BAB II PEMBAHASAN...4

A. Pengertian Kampanye Politik...4

1. Perbedaan Kampanye dan Propaganda...4

2. Perbedaan Kampanye dan Iklan...5

B. Jenis-jenis Kampanye...6

1. Kampanye Bersih...6

2. Kampanye Hitam...12

3. Kampanye Negatif...16

4. Kampanye Abu abu...17

5. Kampanye Dialogis...19

BAB III PENUTUP...21

A. Simpulan...21

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kampanye politik adalah satu hal lumrah yang seringkali ditemukan dalam proses pertarungan politik dalam suatu negara. Tidak bisa di sangkal lagi bahwa melalui kampanye tersebut, aktor politik bisa dengan leluasa untuk mencari seluruh segmen pemilih untuk mendapatkan dukungan nantinya. Dalam politik setiap kandidat berhak melakukan kampanye sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentunya. Dan kampanye dilakukan dengan prinsip pembelajaran bersama dan tanggung jawab.

Kampanye tidak hanya di politik saja, ini terlihat dalam penjelasan Pfau dan Parrot (1993) di buku Persuasive communication campaigns tentang kampanye, yakni “A campaigns is conscious, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified period of time for the purpose of influencing a specified audience” suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap, dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang ditetapkan. Kampanye bisa dikatakan sebagai tindakan komunikasi yang

(6)

2

terorganisir yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode tertentu guna mencapai tujuan tertentu.

Charles U. Larson (1992 : 10) membagi 3 jenis model kampanye, diantaranya adalah:

1) Product-oriented Campaign, yakni kampanye yang berorientasi pada produk. Umumnya terjadi pada dunia bisnis. Sudah tentu motivasinya adalah untuk mencari keuntungan finansial.

2) Candidat-oriented Campaign, yakni kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya di motivasi oleh hasrat untuk memperoleh kekuasaan politik, jenis ini sering juga disebut Political Campaign.

3) Ideologically campaign, yakni kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Disebut juga sebagai Sosial Change Campaign.

Model kampanye yang disebutkan pada nomor dua merupakan fokus kajian dalam makalah ini. Dalam bagian pembahasan juga disertakan studi pustaka dan beberapa hasil kajian diskusi serta pengamatan kami tentang regulasi kampanye berserta analisisnya.

B.Rumusan Masalah

Berikut beberapa rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini:

(7)

3

C.Tujuan Penelitian

(8)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kampanye Politik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kampanye adalah 1) gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, dsb); 2) kegiatan yg dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yg bersaing memperebutkan kedudukan dl parlemen dsb untuk mendapat dukungan massa pemilih dl suatu pemungutan suara.

Pengertian kampanye berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 1 angka 26,

Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu.

Adapun dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, menurut UU No. 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden,

Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, selanjutnya disebut Kampanye, adalah kegiatan untuk meyakinkan para Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program Pasangan Calon.

(9)

Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular dan dapat diterima dikalangan ilmuwan komunikasi

Jadi pada dasarnya kampanye merupakan hal lumrah yang sering ditemukan. Bahkan dalam beberapa waktu sering kali ditemukan implementasi dari proses kampanye yang tidak sejalan dengan regulasi yang telah disepakati bersama. Yang nantinya akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

1. Perbedaan Kampanye dan Propaganda

Pada dasarnya tak ada yang berbeda antara kampanye dan propaganda. Kalau pun, kemudian keduanya tampak berbeda, itu karena pendekatan dan metoda yang dipakainya. Kampanye kerap dinilai lebih bersifat persuasif karena disertai bujukan dan iming-iming. Sementara propaganda, sekalipun dasarnya sangat persuasif, kerap disertai tekanan berupa penonjolan dari dampak buruk yang bisa terjadi jika massa tak bertindak seperti apa yang dipropagandakan.

Harold D. Lasswell berpendapat bahwa propaganda adalah penggunaan simbol-simbol untuk mempengaruhi perilaku atau manipulasi perasaan manusia.

Menurut Qualter, propaganda adalah suatu nupaya secara sengaja oleh bebepara individu atau kelompok untuk membentuk, mengontrol, atau mengubah

(10)

5

sikap kelompok lain dengan menggunakan instrumen komunikasi demi mencapai tujuan.

Perbedaan Propaganda dengan Kampanye :

1) Propaganda tidak ada waktu

2) Propaganda menginginkan perubahan cepat 3) Kampanye tidak dibatasi waktu

4) Kampanye memiliki pola-pola tertentu

2. Perbedaan Kampanye dan Iklan

Kampanye sama dengan program kerja, butuh proses yang melibatkan jangka waktu yang panjang, kontinuitas dan konsistensi. Yang menjadi tujuan utama dari kempanye adalah pencitraan.

Kampanye merupakan kegiatan peserta pemilu dengan tujuan untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program peserta pemilu ( Pasal 1 angka 26 UU Nomor 10 tahun 2008).

Kampanye ada sebuah istilah yang digunakan pada saat pemilu dan menonjolkan kelebihan program peserta pemilu

(11)

6

Iklan merupakan sarana atau media yang dipakai/digunakan kampanye untuk mempublikasikan visi,misi dan program peserta pemilu.

Iklan mementingkan komersial. Biasanya dalam praktiknya iklan-iklan di media itu membutuhkan biaya yang besar dan perusahaan pembuat iklan harus mendapat laba dari jasa pembuatan iklan tersebut.

Iklan muncul sebagai media publikasi pada awalnya ditujukan untuk mendukung kegiatan komersial produsen, biasanya berupa pengenalan produk, informasidan menarik calon konsumen untuk membeli produknya.

Iklan mencakup seluruh produk yang dapat dipublikasikan tanpa terkecuali.

B. Jenis-jenis Kampanye

1. Kampanye Bersih

(12)

7

Kampanye pada perkembangannya mengalami semacam perubahan nilai dan perubahan gaya dalam menyampaikan visi dan misi kepada khalayak, macam macam model komunikasi era Soekarno berbeda pula dengan gaya komunikasi di era pemilu 2004 dan 2009 bahkan mungkin akan lebih berbeda pula untuk di tahun 2014 dimana peranan media elektronik menjadi begitu dominan di banding komunikasi yang bersifat orasi. Atau bisa kita simpulkan bahwa bentuk komunikasi ini mengalami perubahan.

Katakanlah angkatannya bung Karno untuk berkomunikasi atau bahkan berkampanye, actor politik cenderung melakukan apa yang di sebut dengan retorika politik, actor politik pada era itu tentu harus memiliki kemampuan orasi yang baik sehingga dapat menarik massa yang banyak, tipe tipe orang yang mampu memberikan sebuah orasi/retorika politik secara baik dapat di artikan juga sebagai solidarity maker, tipe solidarity maker tentunya lebih bisa mempengaruhi massa dalam jumlah yang besar, kemudian isu yang di angkat juga belum terlalu kompleks melainkan hanya terbatas pada sebuah tatanan ideologis bangsa.

(13)

8

yang begitu pesat maka pengumpulan sebuah opini acapkali sering kita temui pada dunia internet seperti di facebook twitter lalu blog blog yang juga bisa menjadi alat komunikasi sekaligus alat kampanye terhadap sebuah Negara.

Pergeseran nilai komunikasi ini pula selalu mengikuti perkembangan zaman tentunya dari komunikasi yang mengharuskan adanya actor lalu khalayak berubah menjadi media massa yang memainkan peran yang lebih dominan. Dalam proses penyelenggaraan berbangsa dan bernegara maka diperlukan suatu contract social untuk mewujudkan tatanan hidup yang terarah dan berpedoman. Begitupun pula dengan proses kampanye politik, dalam pelaksanannya pun bukan berarti tanpa aturan melainkan terdapat aturan kuat didalamnya. Termasuk pedoman dan juga sanksi bagi yang melanggar.

Karena perkembangan media kampanye ini begitu berkembang maka pelanggaran pun sering di lakukan pihak yang berkampanye, maka KPU sebagai lembaga yang mengatur mekanisme pemilu membuat semacam aturan baru bagi para peserta kampanye yang menggunakan media elektronik sebagai alat untuk memobilisasi massa. Khususnya di Indonesia aturan mengenai pemilu secara keseluruhan di atur oleh UU NO 8 Tahun 2012.

Pada awal 2013, Tim Perumus (Timus) Pansus Revisi UU Pemilu menggelar rapat mengenai aturan kampanye pemilu 2014. Berikut adalah beberapa hasilnya:

(14)

9

sebagai tempat kampanye, kecuali individu yang diundang secara resmi oleh pihak penanggungjawab kegiatan tanpa menggunakan atribut kampanye. Misalnya orang datang melakukan ceramah akbar di masjid, mengisi seminar di kampus dan yang sejenisnya tidak dilarang sepanjang tidak menggunakan atribut kampanye, dan syaratnya hanya bersifat individu,

2. Yang diputuskan juga adalah tentang pemberitaan kampanye sebagaimana dalam Pasal 94 ayat 2 tentang kampanye iklan yang “Mengganggu Kenyamanan”. Pansus UU Pemilu menilai kalimat ini subyektif, dan tidak memiliki tolak ukur yang jelas.Mestinya bahasa UU tidak boleh sumir dan tolak ukurnya harus jelas. Karena itu, kosa kata “kenyamanan” oleh anggota Timmus dihapus.

3. Persoalan yang juga tidak kalah alotnya adalah perdebatan mengenai Dana Kampanye Pemilu. Hal ini diatur dalam bagian kesepuluh. Pasal 130 ayat (3) yang mengatur tentang Dana kampanye Pemilu dapat berupa uang, barang, dan/atau jasa.

(15)

10

5. Pasal 140 yang mengatur peserta Pemilu dilarang menerima sumbangan yang berasal dari pihak asing, baik perusahaan asing maupun negara asing.

a. Batasan Waktu Kampanye

UU Pemilu Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 83 menyatakan, kampanye pemilu legislatif dimulai tiga hari setelah partai ditetapkan secara resmi sebagai peserta pemilu dan berakhir saat dimulainya masa tenang. Artinya, sepanjang 11 Januari 2013-5 April 2014, lebih kurang 15 bulan, masyarakat akan menghadapi terpaan kampanye beragam kekuatan yang bertarung. Rentang masa kampanye Pemilu 2014 ini lebih lama dibandingkan Pemilu 2009 yang berjalan 9 bulan (5 Juli 2008-5 April 2009). Hal lain yang berbeda adalah waktu pelaksanaan metode kampanye.

Adapun metode kampanye menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Pemillihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Pasal 15 diantaranya adalah:

a. Pertemuan Terbatas b. Tatap muka dan dialog

c. Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik d. Penyiaran melalui radio dan atau televisi

e. Penyebaran bahan kampanye kepada umum f. Pemasangan alat peraga di tempat umum g. Rapat umum

h. Debat publik / debat terbuka antar calon

(16)

11

Untuk Pemilu 2014, tak hanya metode rapat umum, iklan di media cetak dan elektronik baru bisa digunakan 21 hari sebelum masa tenang. Dalam praktik demokrasi elektoral di Indonesia, fase kampanye kerap menjadi satu titik krusial yang memengaruhi kualitas penyelenggaraan pemilu, terutama hubungannya dengan pendidikan politik warga masyarakat. Hal kunci yang sering menjadi persoalan dalam fase kampanye adalah komitmen untuk menghormati dan menjalankan kesepakatan aturan main.

b. Batasan Alat Peraga

Regulasi pemasangan baliho hanya diperuntukkan untuk parpol untuk satu unit disetiap desa di Indonesia. Tercatat ada 81 ribu desa yang ada di seluruh wilayah nusantara.Sedangkan bagi caleg, hanya diperkenan untuk membuat spanduk dalam sebuah zona yang ditentukan oleh KPUD. Bila ada yang melanggar, maka aka nada sanksi yang dijatuhkan, yakni berupa teguran dan sanksi administratif.

Sebagian kalangan menilai pembatasan bagi caleg untuk memasang alat peraga seperti baliho, dan spanduk akan menyulitkan para caleg untuk memperkenalkan diri ke publik. Namun tidak sedikit juga yang setuju dengan KPU karena pembatasan tersebut justru menghemat biaya politik.

(17)

12

(Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Pemilu Legislatitf) sudah mengatur, kampanye dalam bentuk rapat umum dan kampanye melalui media masa cetak, online, dan elktronik. Hanya bisa dilakukan 21 hari sebelum dimulainya masa tenang.

Pemberian sanksi bagi peserta pemilu yang sudah menggunakan media tersebut tergantung pada penilaian dan rekomendasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Jika Bawaslu merekomendasikan ada pelanggaran administrasi dalam penggunaan media sosial untuk kampanye, maka KPU yang akan menindak.Namun atas beberapa pandangan dan pengamatan penulis, beberapa parpol dan caleg sudah mulai mencuri start melakukan kampanye melalui media sosial. Di halaman Twitter dan Facebook ditemukan beberapa akun milik parpol dan caleg yang membubuhkan nama papol pengusung, nomor urut ,dan daerah pemilihan (dapil) pencalonan

2. Kampanye Hitam

Seringkali belakangan ketika kita berinteraksi di media sosial, ada berbagai teman yang berdebat atau mengkritik capres tertentu. Ada kalanya kritikan atau perdebatan tersebut masih menyangkut ranah umum, berkaitan dengan visi dan misi serta program yang dipaparkan oleh seorang capres. Namun, ada kalanya perdebatan tersebut terkesan kurang bermutu karena sudah masuk ke ranah pribadi.

(18)

13

dan misi atau program calon tertentu; yang tidak tergolong kampanye hitam. Kampanye hitam (Black campaign) adalah kampanye yang bersumber pada rumor, gosip, bahkan menjurus ke implementasi sejumlah teknik propaganda. Jenis ini biasanya sulit untuk diverifikasi apalagi diperdebatkan.

Selain itu, menjatuhkan nama baik seorang politikus dengan tujuan menjatuhkan nama baik parpol tempat si politikus yang berkarir, yang berefek kepada politikus-politikus lain di parpol tersebut atau bahkan sekaligus menggagalkan calon presiden yang didukung parpol tersebut.

Cara-cara yang dipakai dalam berkampanye hitam adalah :

1) Menyebarkan kejelekan atau keburukan tentang seseorang politikus, dengan cara memunculkan cerita buruk di masa lalunya, menyebarkan cerita yang berhubungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung, atau menyebarkan cerita bohong atau fitnah lainnya.

2) Untuk menguatkan cerita tersebut biasanya si penyebar cerita akan menyertakan berupa bukti foto. Foto-foto tersebut bisa saja benar-benar terjadi, bisa juga benar-benar terjadi tapi tidak terkait langsung dengan permasalahan, namun si penyebar foto berharap asumsi masyarakat terbentuk atau bisa juga foto tersebut hasil rekayasa / manifulasi dengan bantuan teknologi komputer. 3) Yang lebih hebat lagi adalah apabila dimunculkan saksi hidup yang bercerita

(19)

14

Kampanye hitam bukanlah sebuah pilihan dalam berpolitik. Selain mengandung unsur jahat dan melanggar norma, baik masyarakat atau pun agama, kampanye hitam juga memberikan pendidikan politik yang jelek bagi masyarakat. Upaya Menghalalkan segala cara yang melandasi dipilihnya bentuk kampanye hitam menunjukkan masih buruknya moral dan keimanan seorang politikus yang melakukan hal tersebut.

Sehingga dengan adanya kampanye hitam dapat mempengaruhi pencitraan terhadap kandidat calon dari partai politik tertentu. Padahal politik pencintraan intinya ingin membuat orang lain (pemilih) terpesona, kagum, memunculkan rasa ingin tau, memunculkan kedekatan yang memang sengaja dibangun demi popularitas. Selama ini apabila berbicara tentang pencitraan mau tidak mau selalu kita identikkan dengan media, iklan televisi, radio.

Dalam demokrasi, pencitraan menjadi penting karena adanya representatif suara yang disematkan ketika seseorang berlomba-lomba menjadi “wakil rakyat”. Seseorang yang ingin menjadi wakil rakyat paling tidak harus dikenal massa pemilih dan kepentingan untuk menampilkan sosok dirinya dengan harapan massa pemilih akan memilih dirinya. Demi meraih suara konstituen dengan mengobral janji – janji, berjualan perubahan, meyakinkan massa akan memperjuangkan aspirasi mereka hingga pemberian dana pembangunan apabila kelak benar-benar terpilih.

(20)

15

black campaign adalah, (1) menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau Pasangan Calon yang lain; serta (2) menghasut dan mengadu-domba perseorangan atau masyarakat.

Lalu, apa ancaman terhadap mereka yang melakukan kampanye hitam? Dalam UU Nomor 42 Tahun 2008 pasal 214 disebutkan, mereka yang dengan sengaja melanggar larangan pelaksanaan Kampanye dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 24 bulan dan denda paling sedikit Rp6.000.000,00 dan paling banyak Rp24.000.000,00.

(21)

16

3. Kampanye Negatif

Kampanye Negatif di Pilpres 2014 ini sangat terasa. Kampanye negatif cenderung menyerang calon pemimpin secara pribadi, walaupun demikian, kampanye negatif ini juga bisa menyerang program kerja dari visi misi lawan politiknya. Dan biasanya melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.

Dalam agama Islam, kampanye negatif ini sama dengan 'Ghibah' yang artinya membicarakan kejelekan orang lain. Kampanye ini walaupun konotasinya jelek, namun sering dipakai agar pemilih berhati hati dengan lawan politiknya dengan kekurangan yang ada dipihak lawan politik. Kadang kampanye negatif ini didasari dengan data dan fakta namun di opinikan dengan cara negatif.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio, menjelaskan perbedaan antara kampanye hitam dengan kampanye negatif (disadur dari Tribun News).

Agung menuturkan saat ini masih sering terjadi salah persepsi pengertian antara kampanye hitam dan kampanye negatif. Padahal keduanya memiliki pengertian yang sangat berbeda.

Ia menjelaskan kampanye hitam biasanya hanya tuduhan tidak berdasarkan fakta dan merupakan fitnah. Sementara kampanye negatif, adalah pengungkapan fakta kekurangan mengenai suatu calon atau partai.

(22)

17

kampanye hitam berisi tuduhan dan cenderung merusak demokrasi. Kampanye hitam biasanya tidak memiliki dasar dan fakta, fitnah dan tidak relevan diungkapkan terkait parpol maupun tokoh," ujar Agung, Senin (7/4/2014 dari Tribun News).

4. Kampanye Abu abu

Kampanye abu abu adalah kampanye yang menjelekkan pihak lawan namun data, fakta dan realitanya masih abu abu. Benar salahnya belum bisa dibuktikan. Hanya dikesankan bahwa pihak lawan politik adalah salah. Contohnya :

1. Prabowo diduga menculik dan melanggar HAM di tahun 1998 2. Prabowo pindah kewarganegaraan Yordania

3. Jokowi diduga terlibat dalam korupsi bus transjakarta 4. Jokowi gagal memimpin jakarta

5. Tweet Triomacan tergolong kampanye abu abu, karena sebagian tweetnya benar tetapi sebagian lainnya hanya tuduhan tanpa dasar.

Perhatikan bahwa dalam kampanye abu abu, antara kebenaran dan opini cenderung kuat opininya. Maka untuk perkara ini, belum bisa dibuktikan benar dan salahnya. Berbeda dengan kampanye negatif yang sudah sangat terlihat data dan faktanya dilapangan.

a. Pengawasan Penyiaran Dalam Kampanye

(23)

18

Dewan Pers KPU telah menetapkan peraturan nomor 1 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Legislatif. (Gun Gun Heryanto dalam Harian Kompas)

Apa yang sudah disusun KPU ini tentu harus dikoordinasikan dengan KPI, terutama menyangkut aturan kampanye di media penyiaran, karena setahu penulis KPI juga sedang dalam proses akhir penyusunan peraturan program pemilu. Jangan sampai aturan main yang disusun kedua lembaga ini berbenturan sehingga menjadi pintu masuk bagi para kontestan untuk mencari celah memainkannya.Termasuk penjelasan soal persepsi program siaran pemilu selain iklan, kewenangan antarlembaga KPU dan KPI, sanksi atas pelanggaran oleh lembaga penyiaran dan partai kontestan, serta sejumlah aturan teknis operasional KPI. MOU kelembagaan jangan semata seremonial dan formalistik, atau lebih menunjukkan ego kelembagaan, tetapi harus dalam koridor kebersamaan mengawal kualitas kampanye.

Kedua, faktor substansial, yakni menyangkut sejumlah aturan yang memerlukan ketatnya sistem pengawasan di lapangan. Sebenarnya, dalam UU No. 08 Tahun 2012 ini ada beberapa hal yang sudah mulai diatur meskipun masih melahirkan banyak problematika. Misalnya Pasal 96 mengatur soal larangan: menjual blocking segment dan blocking time, menerima program sponsor dalam format atau segmen apa pun yang dapat dikategorikan iklan kampanye pemilu, serta menjual spot iklan yang tidak dimanfaatkan oleh peserta pemilu kepada peserta pemilu lainnya.

(24)

19

televisi setiap hari pada masa kampanye. Di radio, 10 spot berdurasi paling lama 60 detik.

Soal durasi ini, KPI tentu harus melengkapinya dengan aturan tentang waktu siaran iklan kampanye pemilu ditambah dengan iklan komersial ataupun iklan layanan masyarakat lain, maksimal 20 persen dari seluruh waktu siaran per hari selama masa kampanye di lembaga penyiaran yang bersangkutan. Ini penting dilakukan agar tidak menabrak UU penyiaran.

KPI juga perlu mengatur secara lebih operasional tentang beberapa hal, antara lain berapa kali diperbolehkannya running text dan superimpose dalam sehari, penyiaran jajak pendapat, dialog/talkshow, dan jenis siaran lain yang sangat mungkin menjadi kampanye terselubung para kontestan pemilu.

5. Kampanye Dialogis

Kampanye dialogis adalah modus baru kampanye yang diperkenalkan pada pemilu tahun 1997. Disebut kampanye dialogis karena ada dialog antara jurukampanye dengan audiens, kendati sebagian besar atau seluruh hadirin adalah kader, anggota, atau simpatisan parpol yang tengah berkampanye.

(25)

20

Menurut Yasraf Amir Piliang (2003), bahwa prinsip dialogisme dalam suatu kampanye dialogis adalah bagaimana para caleg memahami masyarakat dan menempatkan mereka sebagai seorang sahabat yang memberi masukan kepada kita. Di dalam prinsip dialogisme ini terkandung sikap saling memahami, saling berbicara, saling percaya satu sama lain, dan yang pasti ada kehendak bersama yang menginginkan pemecahan solusi dari sebuah permasalahan.

Dalam konteks pemilu, mitra dialog adalah rakyat, bukan pengurus atau kader OPP tandingan. Kampanye dialogis bermakna bahwa pihak yang berkampanye berusaha melibatkan diri secara intim dalam dunia sosial rakyat pemilih, memasuki perspektif dan pengamalan batin mereka.

(26)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Kita dapat menarik poin-poin penting dari tulisan ini pada bab II sebagai berikut:

1. Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.

2. Kampanye berbeda dengan propaganda dan iklan. Perbedaannya antara lain:

 Propaganda tidak ada waktu, kampanye tidak dibatasi waktu.

 Propaganda menginginkan perubahan cepat, kampanye memiliki pola-pola tertentu.

 Iklan berguna untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan dan produk-produk politik melalui media massa tertentu oleh kontestan tertentu.

 Iklan merupakan sarana atau media yang dipakai/digunakan kampanye untuk mempublikasikan visi, misi dan program peserta pemilu.

 Iklan mementingkan komersial.

(27)

22

 Iklan muncul sebagai media publikasi pada awalnya ditujukan untuk mendukung kegiatan komersial produsen.

 Iklan mencakup seluruh produk yang dapat dipublikasikan tanpa terkecuali. 3. Kampanye Pemilihan Umum 2014 ada beberapa jenisnya, yaitu:

a. Kampanye bersih; b. Kampanye hitam; c. Kampanye negatif; d. Kampanye abu-abu; dan e. Kampanye dialogis

4. Kampanye yang begitu banyak jenisnya itu harus ada pengendalinya agar tidak merugikan masyarakat. KPU telah membuat peraturan tentang tata cara kampanye dan bekerjasama dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) terhadap kampanye caleg maupun capres-cawapres agar sesuai dengan peraturan. Penagawasan media sangatlah diperlukan karena kampanye selalu melalui media, baik itu cetak maupun elektronik.

B. Saran

Semua hal yang ada di dunia ini tidak sempurna, begitu pula dengan peraturan perundang-undangan negara ini. Sudah diatur jelas tata cara kampanye yang baik namun tetap saja ada kampanye hitam dan kampanye negatif yang merugikan masyarakat. Sehingga proses penegakan hukum ini haruslah ditingkatkan lagi. Media massa di Indonesia sangatlah banyak. Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu kesulitan memantau berita-berita yang beredar di

(28)

23

DAFTAR PUSTAKA

Heryanto, Gun Gun. 2013. “Regulasi Kampanye”. Dalam Kompas, 8 Juni 2013. Jakarta.

Mulyana, Deddy, M.A, Ph.D. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Pawito, Ph. D. 2009. Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra.

Pfau, M., dan Parrott, R. (1993). Persuasive communication campaigns. Buku Elektronik. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon. (diunduh pada 4 Juli 2014)

Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hantu-hantu Politik dan Matinya Sosial. Solo: Tiga Serangkai.

Sunandar, Hendra. 2013. “Regulasi Kampanye Pemilihan Umum 2014; Analisis Terhadap Aturan Main Kampanye Pemilu di Media Massa”. Makalah Karya Ilmiah. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, UIN Syarif

Hidayatullah.

Firdaus, Fitra. http://sidomi.com/293779/pengertian-kampanye-hitam-adalah/ (diakses pada 5 Juli 2014)

Lameanda, Lanny. http://lannylameanda.blogspot.com/2012/12/definisi-jenis-jenis-dan-perbedaan.html (diakses pada 13 Juli 2014)

Mufida. http://www.satuislam.org/opini/pengaruh-kampanye-hitam-dan-pencitraan-politik-dalam-pemilu-di-indonesia/ (diakses pada 5 Juli 2014)

Prabowo, Danang Setiaji. http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/04/08/ini-beda-kampanye-hitam-dan-kampanye-negatif (diakses pada 12 Juli 2014) Romli, Asm. http://romeltea.com/teknik-kampanye-pemilu/ (diakses pada 6 Juli 2014) Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden

---, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah

Komisi Pemilihan Umum, Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Tahapan, Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Anapun dalam menganalisis datanya digunakan analisis deskriptif yang berisi distribusi item dari masing-masing variabel kemudian analisis korelasi dan regresi linier

VB 6 menyediakan beberapa kontrol untuk kebutuhan tsb yaitu : - File Listbox, untuk menampilkan semua file pada direktori yang..

Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan anak, yaitu melatih kemampuan motorik halus anak karena jari-jari anak akan bergerak dan bergesekan dengan cat

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

 Identify precedence relationships or dependencies  Estimate time required to complete each task..  Draw an activity-on-arrow PERT diagram inserting dummy activities if

Mahasiswa/i mampu menjelaskan dan menganalisa konsep fungsi transenden, antara lain : fungsi invers, turunan dan integral untuk fungsi eksponen dan logaritma natural maupun

berbantuan Puzzle Foam dan metode Konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa materi bangun ruang kubus dan balok kelas VIII MTsN Karangrejo Tulungagung..

Penelitian tentang pengaruh penerapan pembelajaran dengan mengacu Teori Bruner menggunakan Metode Probing-Prompting Learning terhadap hasil belajar materi Jajargenjang Siswa