• Tidak ada hasil yang ditemukan

T MTK 1404586 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T MTK 1404586 Chapter3"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Nuni Fitriarosah, 2016

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan apabila dibentuk kelas yang baru, maka akan menimbulkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah berjalan sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan secara acak.

Desain penelitian yang digunakan, yaitu kelompok kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control group design), yang terdiri atas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari kelas kontrol ini akan dijadikan pembanding bagi kelas eksperimen untuk mengetahui apakah hasil dari penerapan pembelajaran pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran biasa.

Desain penelitian kelompok kontrol tidak ekivalen (the nonequivalent control group design) untuk kemampuan berpikir kritis matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis disajikan sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Keterangan:

O : Pretes atau Postes Kemampuan Berpikir Kritis/Kreatif Matematis X : Pembelajaran berbasis masalah

: Subjek tidak dikelompokkan secara acak

(2)

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sugiyono (2006) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Cipatat Kabupaten Bandung Barat, dengan alasan SMPN 1 Cipatat termasuk sekolah dengan kualitas sedang. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa rata-rata nilai Ujian Nasional pada tingkat Sekolah Dasar yang dijadikan acuan penerimaan siswa baru di setiap angkatan relatif sama. Kemudian, populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cipatat. Alasan dipilihnya kelas VIII sebagai populasi karena siswa kelas VIII cenderung telah beradaptasi dengan karakteristik belajar di Sekolah Menengah Pertama jika dibanding dengan siswa kelas VII yang sedang dalam proses adaptasi dengan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama. Selain itu, siswa kelas VIII belum banyak terpengaruh dengan sistem pembelajaran di bimbingan belajar maupun lembaga-lembaga belajar di luar sekolah sehingga diharapkan dapat menjaga faktor dari luar yang mempengaruhi hasil penelitian. Siswa kelas VIII juga telah memiliki kemampuan awal matematika yang relatif homogen dengan penguasaan terhadap materi prasyarat yang juga relatif homogen.

Dengan memperhatikan nilai rapot kelas VII semester 2, diketahui bahwa pembagian kelas VIII tidak berdasarkan urutan ranking. Kelas VIII SMP Negeri 1 Cipatat berjumlah 305 siswa yang terbagi atas 9 kelas, selanjutnya dari 9 kelas tersebut dipilih 2 kelas untuk dijadikan sebagai sampel. Satu kelas dijadikan kelas kontrol dan satu kelas lagi dijadikan kelas eksperimen.

Mengenai ukuran sampel, menurut Ruseffendi (2005) untuk penelitian eksperimen, ukuran sampel yang harus diambil minimal 30 siswa per kelompok. Dalam setiap kelas VIII SMP Negeri 1 Cipatat jumlah siswanya rata-rata antara 30-36 siswa berarti memenuhi ukuran sampel yang harus dipenuhi.

(3)

tiga kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada hasil rata-rata lima nilai ulangan harian sebelumnya. Nilai rapor tidak digunakan untuk mengelompokkan KAM karena nilai rapor telah banyak terjadi pengkatrolan. Adapun kriteria pengelompokan Kemampuan Awal Matematika siswa berdasarkan skor menurut Arikunto (2015) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa

Skor KAM Kategori Siswa

KAM + Sx Siswa kelompok tinggi

- Sx KAM ≤ + Sx Siswa kelompok sedang

KAM < – Sx Siswa kelompok rendah

Keterangan:

KAM : Kemampuan Awal Matematis

Sx : Standar Deviasi

3.3 Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan, memengaruhi, atau berefek pada outcome (Creswell, 2010), dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang bergantung pada variabel bebas (Creswell, 2010), dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis.

Selain variabel bebas yang telah ditetapkan untuk diteliti, dalam setiap penelitian ada variabel-variabel bebas lain yang dapat memengaruhi variabel terikat, disebut juga variabel luar (extraneous). Variabel extraneous dapat juga didefinisikan sebagai variabel bebas yang tidak dikendalikan. Salah satu cara mengendalikan variabel luar ini adalah dengan menjaganya konstan. Variabel luar yang dikendalikan atau dibuat konstan inilah yang disebut variabel kontrol (Sugiyono, 2006). Pada penelitian ini, kemampuan awal matematis akan dipandang sebagai variabel kontrol.

(4)

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian terdiri dari instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes dalam penelitian ini terdiri soal tes kemampuan berpikir kritis dan keatif matematis. Sedangkan instrumen non-tes terdiri dari hasil lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Berikut ini merupakan uraian dari masing-masing instrument yang digunakan

3.4.1 Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian yang dibuat berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis. Hal ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis siswa ketika menyelesaikan soal yang diberikan. Tes ini terdiri atas tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setiap kelompok dan digunakan sebagai tolok ukur peningkatan prestasi belajar sebelum memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan yang memperoleh pembelajaran biasa, sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil belajar dan ada tidaknya perubahan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran berbasis masalah.

Alat pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya adalah yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum instrumen tes ini diberikan kepada sampel penelitian, instrumen ini diujicoba terlebih dahulu kepada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Cipatat yang telah mempelajari materi mengenai bangun ruang sisi datar, dengan tujuan agar dapat diketahui validitas, reabilitasnya, indeks kesukaran, dan daya pembeda instrument tersebut.

Soal-soal tes memuat indikator-indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa serta tetap mengacu kepada standard kompetensi dan kompetensi dasar materi yang dipelajari saat pembelajaran berbiasa. Soal-soal yang disajikan pada saat tes akhir sama dengan soal-soal yang diberikan pada saat tes awal. Adapun indikator-indikator aspek kemampuan berpikir kritis matematis yang di ujikan adalah terlihat pada Table 3.2 di halaman 44.

(5)

bertujuan untuk memberikan keseragaman dalam menilai jawaban siswa serta memberikan kemudahan dalam melakukan penilaian tes jawaban siswa. Rubrik pedoman penskoran kemampuan berpikir kritis matematis siswa terurai pada Tabel 3.3 di halaman 44.

Tabel 3.2

Indikator Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Matematis yang Diukur

Aspek yang Diukur Indikator No Soal

Berpikir Kritis Matematis

Menentukan informasi yang tidak relevan dalam

menyelesaikan masalah beserta alasannya. 1 Menentukan aturan umum dari data yang tersaji

beserta alasannya. 2

Mengevaluasi langkah penyelesaian masalah beserta

alasannya 3

Menentukan alternatif paling efisien dari alternatif

penyelesaian yang ada beserta alasannya 4

Tabel 3.3

Rubrik Penskoran tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Indikator Respon siswa terhadap soal atau masalah Skor Menentukan informasi

Menjawab salah dan tidak disertai alasan 1 Menjawab salah dan disertai alasan yang tidak

dipahami

2

Menjawab salah dan disertai alasan yang kurang dipahami

3

Menjawab salah dan disertai alasan yang dapat dipahami

4

Menjawab dengan tepat tanpa disertai alasan 5 Menjawab dengan lengkap tanpa disertai alasan 6 Menjawab dengan tepat dan lengkap tanpa disertai alasan

7

Menjawab dengan tepat dan lengkap tetapi alasan yang diberikan tidak dapat dipahami

8

Menjawab dengan tepat dan lengkap tetapi alasan yang diberikan kurang dipahami

9

Menjawab dengan tepat dan lengkap serta alasan yang diberikan dapat dipahami

Memberikan jawaban salah tidak memenuhi harapan 1 Hanya melengkapi data pendukung saja tetapi belum lengkap dan belum benar

2

Hanya melengkapi data pendukung saja dengan beanr tetapi belum lengkap

3

Hanya melengkapi data pendukung saja dengan lengkap dan benar

4

Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar tetapi salah dalam menentukan aturan umum

(6)

Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar dan sudah benar dalam menentukan aturan umum

6

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar tetapi tidak disertai penjelasan cara memperolehnya

7

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar tetapi penjelasan cara memperolehnya salah

8

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar tetapi penjelasan cara memperolehnya sudah benar tetapi kurang lengkap

9

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum serta memberikan penjelasan cara

memperolehnya semuanya lengkap dan benar

10

Mengevaluasi langkah penyelesaian masalah beserta alasannya

Tidak menjawab 0

Memberikan jawaban salah tidak memenuhi harapan 1 Salah dalam memeriksa algoritma pemecahan

masalah tanpa disertai penjelasan

2

Benar dalam memeriksa algoritma pemecahan masalah saja tanpa disertai penjelasan dan tidak memperbaiki kekeliruan

3

Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar disertai penjelasan, tetapi penjelasan kurang dipahami dan tidak memperbaiki kekeliruan

4

Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar disertai penjelasan yang dapat dipahami tetapi tidak memperbaiki kekeliruan

5

Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar disertai penjelasan yang dapat dipahami tetapi salah dalam memperbaiki kekeliruan

6

Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar disertai penjelasan yang dapat dipahami tetapi kurang lengkap dalam memperbaiki kekeliruan

7

Memeriksa, memperbaiki dan memberikan penjelasan setiap langkah algoritma pemecahan masalah dengan benar namun dalam memperbaiki kekeliruan tidak dapat dipahami

8

Memeriksa, memperbaiki, dan memberikan penjelasan setiap langkah algoritma pemecahan masalah dengan benar dan dapat dipahami namun belum lengkap

9

Memeriksa, memperbaiki, dan memberikan penjelasan setiap langkah algoritma pemecahan masalah dengan lengkap dan benar

10

Menentukan alternatif paling efisien dari alternatif penyelesaian

Tidak menjawab 0

(7)

yang ada beserta alasannya

Menjawab benar disertai alasan yang tidak dapat dipahami

3

Menjawab benar disertai alasan yang kurang lengkap 4 Menjawab dengan benar disertai alasan yang kurang lengkap dan perhitungan yang diberikan tidak dapat dipahami

5

Menjawab dengan benar disertai alasan yang benar, perhitungan yang diberikan masih ada kesalahan dan belum lengkap

6

Menjawab dengan benar disertai alasan benar tetapi perhitungan yang sudah benar tetapi kurang lengkap

7

Menjawab dengan benar disertai alasan yang benar, perhitungan yang diberikan sesuai dengan harapan namun belum lengkap

8

Menjawab dengan benar disertai alasan yang lengkap dan benar, perhitungan sudah lengkap namun masih terdapat salah dalam perhitungan

9

Menjawab dengan benar disertai alasan yang benar, dan perhitungan yang diberikan seluruhnya benar sesuai dengan harapan

10

Sebelum digunakan, soal tes kemampuan berpikir kritis terlebih dahulu diujicoba secara empiris. Ujicoba secara empiris bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas soal dan validitas butir soal. Tes berpikir kritis matematis ini diujicobakan terhadap siswa dengan jumlah siswa 44 orang (Sugiyono, 2006). Data hasil ujicoba soal tes dianalisis untuk memperoleh tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran (Suherman dan Sukjaya, 1990).

3.4.2 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian yang dibuat berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif. Hal ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ketika menyelesaikan soal yang diberikan. Tes ini terdiri atas tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

(8)

tidaknya perubahan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah memperoleh pembelajaran berbasis masalah.

Alat pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya adalah yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum instrumen tes ini diberikan kepada sampel penelitian, instrumen ini diuji coba terlebih dahulu kepada siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Cipatat yang telah mempelajari materi mengenai bangun ruang sisi datar, dengan tujuan agar dapat diketahui validitas, reabilitasnya, indeks kesukaran, dan daya pembeda instrument tersebut.

Soal-soal tes memuat indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa serta tetap mengacu kepada standard kompetensi dan kompetensi dasar materi yang dipelajari saat pembelajaran berbiasa. Soal-soal yang disajikan pada saat tes akhir sama dengan soal-soal yang diberikan pada saat tes awal. Adapun indikator-indikator aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yang di sujikan adalah terlihat seperti pada Tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4

Indikator Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis yang Diukur

Aspek yang Diukur Indikator No

Soal

Berpikir Kreatif Matematis

Kelancaran (fluency): mencetuskan banyak jawaban

dalam menyelesaikan masalah. 5

Keluwesan (flexibility): memberikan berbagai cara

dalam menyelesaikan masalah 6

Kebaruan (originality): membuat kombinasi yang berbeda untuk mengungkapkan jawaban. 7 Elaborasi (elaboration): mencari arti yang lebih mendalam terhadap pemecahan masalah dengan memperoleh langkah-langkah yang terperinci

8

Penentuan skor jawaban siswa ditetapkan berdasarkan suatu rubrik pedoman penskoran untuk tes kemampuan berpikir kreatif matematis. Hal ini bertujuan untuk memberikan keseragaman dalam menilai jawaban siswa serta memberikan kemudahan dalam melakukan penilaian tes jawaban siswa. Berikut ini pada Tabel 3.5 adalah rubrik pedoman penskoran kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

(9)

Pedoman Penskoran Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Aspek yang Diukur Respons Siswa Skor

Kelancaran Tidak menjawab 0

Menjawab salah tanpa ada gambar 1

Menjawab salah disertai gambar dan tidak ada gambar yang benar

2

Menjawab jawaban benar tanpa disertai gambar 3 Menjawab salah disertai 1 gambar benar 4 Menjawab benar disertai 1 gambar benar 5 Menjawab salah disertai 2 gambar benar 6 Menjawab benar disertai 2 gambar benar 7 Menjawab salah disertai 3 gambar benar 8 Menjawab benar disertai 3 gambar benar 9 Menjawab benar disertai 4 gambar benar 10

Keluwesan Tidak menjawab 0

Mengarsir 1 gambar dan salah 1

Mengarsir 2 gambar dan 1 diantaranya benar 2 Mengarsir 3 gambar dan 1 diantaranya benar 3 Mengarsir 2 gambar dan seluruhnya benar 4 Mengarsir 3 gambar dan 1 diantaranya benar 5 Mengarsir 3 gambar dan 2 diantaranya benar 6 Mengarsir 4 gambar dan 1 diantaranya benar 7 Mengarsir 4 gambar dan 2 diantaranya benar 8

Mengarsir 3 gambar dan seluruhnya benar

Mengarsir 4 gambar dan 3 diantaranya benar 9

Mengarsir 4 gambar dengan benar 10

Kebaruan Tidak menjawab 0

Memberi 1 jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak dapat dipahami

1

Memberi 1 jawaban dengan caranya sendiri dan hanya sebagian dapat dipahami sedangkan sebagian lagi tidak dapat dipahami

2

Memberi 1 jawaban dengan caranya sendiri yang dapat dipahami, proses perhitungan terarah tetapi tidak selesai

3

Memberi 1 jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan selesai tetapi masih terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah

4

Memberi 1 jawaban benar dengan dengan caranya sendiri, proses perhitungan masih kurang lengkap dan hasilnya benar

5

Memberi lebih dari 1 jawaban dengan caranya sendiri dan hanya sebagian dapat dipahami sedangkan sebagian lagi tidak dapat dipahami

6

Memberi lebih dari 1 jawaban dengan caranya sendiri yang dapat dipahami proses perhitungan terarah tetapi tidak selesai

7

Memberi lebih dari 1 jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan selesai tetapi masih terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah

(10)

Memberi lebih dari 1 jawaban benar dengan dengan caranya sendiri, proses perhitungan masih kurang lengkap dan hasilnya benar

9

Memberi jawaban dengan caranya sendiri lebih dari 1 jawaban benar, proses perhitungan dan hasil seluruhnya benar.

10

Kerincian Tidak menjawab 0

Menjawab tetapi salah atau tidak sesuai harapan 1 Menjawab salah namun perhitungan belum seluruhnya

lengkap benar

2

Jawaban akhir salah tetapi perhitungan lengkap tetapi masih keliru dalam perhitungan

3

Memberi jawaban benar tanpa perhitungan 4 Memberi jawaban benar namun perhitungan belum lengkap 5 Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang lengkap terurut dan benar serta belum dapat menarik arti yang lain dari permasalahan yang diberikan

6

Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang lengkap terurut dan benar serta belum sempurna dalam dalam menarik arti yang lain dari permasalahan yang diberikan

7

Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang lengkap terurut dan benar serta dapat menarik arti yang lain dari permasalahan yang diberikan namun belum disertai alasan

8

Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang lengkap terurut dan benar serta dapat menarik arti yang lain dari permasalahan yang diberikan namun alasan belum lengkap

9

Memberi jawaban benar disertai dengan perhitungan yang lengkap terurut dan benar serta dapat menarik arti yang lain dari permasalahan yang diberikan namun alasan sudah lengkap

10

Sebelum digunakan, soal tes kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu diujicoba secara empiris. Ujicoba secara empiris bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas soal dan validitas butir soal. Tes berpikir kreatif matematis ini diujicobakan terhadap siswa dengan jumlah siswa 44 orang (Sugiyono, 2006). Data hasil ujicoba soal tes dianalisis untuk memperoleh tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran berdasarkan Suherman dan Suherman dan Sukjaya (1990).

(11)

Instrumen penunjang penelitian ini berupa bahan ajar yang terdiri atas silabus, rencana pelaksanaaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS). Silabus merupakan penjabaran dari standard kompetensi dan kompetensi dasar, yang bertujuan agar peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam melakukan perlakuan dan disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. RPP bertujuan membantu peneliti dalam mengarahkan jalannya proses pembelajaran agar terlaksana dengan baik. Metode dan langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan; pada kelas eksperimen disesuaikan dengan PBM sedangkan pada kelas kontrol disesuaikan dengan pembelajaran biasa. Sementara itu, materi, bahan atau sumber belajar dan penilaian hasil belajar untuk kedua kelas diberi perlakuan yang sama. LKS berisi kegiatan-kegiatan yang membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan diterapkan pada masing-masing kelas.

3.4.4 Lembar Observasi terhadap Guru dan Siswa

Menurut Ruseffendi (2005), observasi penting dilakukan karena ada hal yang masih dapat diungkap mengenai keadaan wajar yang sebenarnya terjadi. Tujuan dari lembar observasi pada penelitian ini adalah untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola kelas ketika mengajar dan sesuai tidaknya dengan lesson design yang telah direncanakan dengan memperoleh Lembar Observasi Kinerja Guru. Lembar observasi dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh guru dalam memberikan pengajaran kepada siswa sehingga diharapkan menjadi lebih baik pada pembelajaran berikutnya.

Instrumen lembar observasi disusun berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran yang diterapkan. Bentuk instrument berupa pernyataan tipe Likert dalam lima sub skala pada masing-masing pernyataan. Observer dalam penelitian ini adalah guru matematika di sekolah tempat diilaksanakannya penelitian, pengisian lembar observasi dilakukan setiap pertemuan pada pembelajaran.

3.5 Teknik Analisis Instrumen

(12)

memakai simpangan, 2) korelasi produk momen memperoleh angka kasar (raw score) dan 3) korelasi metode rank. Dalam penelitian ini, untuk menghitung koefisien validitas tes memperoleh rumus korelasi produk momen memakai angka kasar (raw score), sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas soal uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990).

3.5.1 Analisis Validitas

Sebuah instrument dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2015). Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan pengalaman yang akan diperoleh validitas teoretik dan validitas empirik.

a. Validitas Teoritik

Validitas teoritik adalah alat evaluasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgement) teoretik (Suherman, 2001). Dalam hal ini, pertimbangan teoretik terhadap soal tes kemampuaan berpikir kritis dan kreatif matematis yang berkenaan dengan validitas isi dan validitas muka diberikan oleh ahli.

Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, yaitu materi (bahan) yang dipakai sebaagai alat evaluasi tersebut yang merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai (Suherman, 2001). Validitas muka dilakukan untuk keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiaannya dan tidak salah tafsir atas kejelasan bahasa dan gambar dari setiap butir tes yang diberikan. b. Validitas Empirik

(13)

product moment (r) hitung (rxy), dengan memperoleh rumus seperti berikut

(Arikunto, 2015).

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

= Jumlah skor item soal yang dicari validitasnya

= Skor total yang diperoleh sampel

= jumlah responden

Menginterpretasikan derajat validitas dengan memperoleh kriteria menurut (Arikunto, 2015). Dalam hal ini rxy diartikan sebagai koefisien validitas. Di halaman 52 pada Tabel 3.6 dapat diketahui kalsifikasi kofesien validasi. Adapun hasil analisis validitas terhadap instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan dan kreatif matematis yang telah diujicobakan tersaji pada Tabel 3.7.

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Validasi

Koefisien Validasi Keterangan Kategori

0,80 < ≤ 1,00 Validasi Sangat Tinggi (sangat baik) Valid

(14)

Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa pada kemampuan berpikir kritis matematis butir soal nomor 1 memiliki validitas tinggi, butir soal nomor 2 memiliki validitas rendah dan butir soal nomor 3 dan 4 memiliki validitas sangat tinggi. Sedangkan untuk kemampuan berpikir kreatif matematis siswa butir soal nomor 5, 6, 7, dan 8 memiliki validitas sangat tinggi. 3.5.2 Analisis Realibilitas

Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur; “Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan, maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali”; yaitu jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, tempat yang beda pula, alat ukur tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi.

Koefisien reliabilitas perangkat tes berupa bentuk uraian dapat diketahui dengan memperoleh rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2015):

11

r = Reliabilitas tes secara keseluruhan

n = Banyak butir soal (item)

(15)

0,20 < r11≤ 0,40 Reliabilitas Rendah

0,40 < r11≤ 0,70 Reliabilitas Sedang

0,70 < r11≤ 0,90 Reliabilitas Tinggi

0,90 < r11≤ 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi

Pada Tabel 3.9 memperlihatkan hasil uji reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis reliabel dengan kategori reliabilitas tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa soal dapat digunakan setelah terlebih dahulu dianalisis daya beda dan indeks kesukarannya.

Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

Kemampuan rhitung rtabel Kesimpulan Interpretasi

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

0,752 0,304 Reliabel Reliabilitas Tinggi Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis

0,697 0,304 Reliabel Reliabilitas Sedang

3.5.3 Analisis Daya Pembeda

(16)

Hasil analisis daya pembeda item soal tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa dapat dilihat ada tabel 3.11 pada halaman 55. Berdasarkan hasil analisis daya pembeda diperoleh bahwa indeks daya pembeda pada kemampuan berpikir kritis matematis siswa butir soal nomor 1, 3, dan 4 dapat digunakan namun pada butir soal nomor 2 tidak dapat karena daya pembedanya tidak baik. Oleh karena itu, soal direvisi dengan bimbingan dosen pembimbing. Adapun instrumen tes kemampuan berpikir kreatif ada pada kategori sangat baik dan baik sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat soal pada kemampuan berpikir kreatif matematis dapat digunakan.

Tabel 3.11

Rekapitulasi Indeks Daya Pembeda Instrumen No Butir Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi

1 0,258 Baik

2 0,083 Tidak Baik

3 0,358 Baik

4 0,425 Sangat baik

5 0,425 Sangat baik

6 0,442 Sangat baik

7 0,442 Sangat Baik

8 0,333 Baik

3.5.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks (Kusaeri, 2014). Untuk mengetahui tingkat kesukaran tes berbentuk uraian, digunakan rumus:

TK =

SMaks x

(17)

TK : tingkat kesukaran

: rata-rata skor butir peserta tes yang mengerjakan soal

SMax : skor maksimum butir yang ditetapkan Dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.12

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai TK Kategori

0,00 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < TK ≤ 1,00 Mudah

Hasil analisis tingkat kesukaran item soal tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.13 di halaman 56. Berdasarkan Tabel 3.13 terlihat bahwa pada instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis butir soal nomor 1 termasuk butir soal dengan kategori sukar dan butir soal nomor 2, 3, dan 4 termasuk butir soal dengan kategori sedang. Adapun pada instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis butir soal nomor 5, 6, dan 7 termasuk butir soal dengan kategori sedang, dan butir soal nomor 8 termasuk kategori sukar. Jadi, tingkat kesukaran pada tiap instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis beragam dan dapat digunakan.

Tabel 3.13

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Instrumen No Butir Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 0,189 Sukar

2 0,302 Sedang

3 0,309 Sedang

4 0,655 Sedang

5 0,571 Sedang

6 0,555 Sedang

7 0,361 Sedang

8 0,223 Sukar

Adapun rekapitulasi hasil analisis terhadap instrumen tes kemampuuan berpikir kritis dan kreatif matematis disajikan pada tabel berikut

(18)

Rekapitulasi Analisis Instrumen Tes Kemampuan Berpikri Kritis dan Kreatif Matematis

Kemampuan No. soal

Validitas Reliabilitas Daya Beda Tingkat Kesukaran

Secara garis besar, penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tahap persiapan, antara lain: a. Mengajukan judul penelitian

b. Menyusun proposal penelitian c. Seminar proposal penelitian

d. Merevisi hasil seminar proposal penelitian e. Membuat instrumen penelitian dan bahan ajar f. Membuat perizinan untuk melaksanakan penelitian g. Mengujicobakan instrumen penelitian

h. Menganalisis serta merevisi hasil ujicoba instrument 2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, langkah-langkah yang dilaksanakan adalah: a. Menentukan sampel penelitian

b. Melaksanakan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis dan berpikir kreatif matematis siswa sebelum mendapatkan perlakuan

(19)

d. Meminta observer untuk mengisi lembar observasi pada setiap pertemuan untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah.

e. Meminta observer untuk mengisi catatan perkembangan siswa pada setiap pertemuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengevaluasi perkembangan siswa ditinjau dari aspek kognitif.

f. Mengadakan postes, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dan berpikir kreatif matematis siswa setelah mendapat perlakuan.

3. Tahap Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif. b. Melakukan analisis data terhadap data pretes dan postes.

c. Melakukan analisis data terhadap hasil observasi dan wawancara 4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu:

a. Menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, yaitu mengenai kemampuan berpikir kritis matematis dan berpikir kreatif matematis.

b. Menarik kesimpulan dari data yang diperoleh dari observasi dan wawancara terhadap guru dan siswa mengenai pembelajaran berbasis masalah.

c. Penyusunan laporan.

Secara umum alur atau prosedur pelaksanaan penelitian dapat digambarkan pada gambar 3. 1 pada halaman 59.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

(20)

Nuni Fitriarosah, 2016

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Kuantifikasi Data Penelitan

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat dua kelompok data yang diperoleh dalam penelitian ini yang selanjutnya dianalisis secara inferensia dengan prosedur uji hipotesis. Kedua kelompok data tersebut adalah data kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis. Untuk dapat melanjutkan ke tahap analisa data secara statistika (inferensia), maka perlu diperhatikan kuantifikasi data penelitian tersebut. Secara umum kedua kelompok data tersebut tergolong kedalam data kontinu. Hal tersebut dikarenakan dalam pengumpulan datanya dilakukan melalui proses pengukuran.

Lebih lanjut, data kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis merupakan data dengan skala interval. Menurut Ary, Jacobs dan Razavieh (2011) skala interval adalah skala yang memberi jarak yang sama dari satu titik asal yang tidak tetap. Lebih lanjut dikatakan bahwa skala interval tidak memiliki titik nol sejati. Artinya, jika skor kemampuan berpikir kritis/kreatif matematis siswa 0 tidak serta merta berarti bahwa siswa tersebut tidak memiliki kemampuan kritis/kreatif sama sekali. Kita juga tidak bisa menyebutkan bahwa siswa dengan skor berpikir kritis matematis 80 mempunyai kemampuan dua kali lipat daripada siswa yang memperoleh skor 40.

Studi Pendahuluan:

Identifikasi Masalah, Kajian Teoritis: Pembelajaran berbasis masalah, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

Proposal

Penyusunan Instrumen: Instrumen Tes kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif matematis, Lembar Observasi

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest:

Kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis

Pretest:

(21)

Menurut Sugiyono (2006), untuk menguji hipotesis perbedaan dua rata-rata dengan data berskala interval atau rasio dapat digunakan uji statistic parametric

berupa t-test apabila memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas.

3.8.2 Menentukan Kemampuan Awal Matematis

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM. Nilai KAM siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu KAM kategori tinggi, sedang, dan rendah).

Berikut ini adalah rangkuman hasil perhitungan rata-rata dan simpangan baku KAM berdasarkan pembelajaran :

Tabel 3.15

Deskripsi Data KAM Siswa Berdasarkan Kelas Kategori

KAM

Kelas

PBM PB

Sd N Sd N

Tinggi 89,6 3,29 5 89,08 2,14 5

Kesimpulan

(22)

Sedang 72,42 6,56 20 74,97 8,86 22 Rendah 54,08 3,93 5 52,97 2,86 7 Keseluruhan 72,22 11,86 30 72,52 13,36 34 Keterangan:

: rerata skor KAM

Sd : Standard deviasi skor KAM N : Banyaknya siswa

Berdasarkan Tabel 3.15 diperoleh bahwa pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah terdapat 5 siswa yang masuk ke dalam kategori KAM tinggi, 20 siswa yang termasuk kategori KAM sedang dan 5 orang yang termasuk kategori KAM rendah. Sedangkan pada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa terdapat 5 siswa yang masuk ke dalam kategori KAM tinggi, 22 siswa yang termasuk kategori KAM sedang dan 7 orang yang termasuk kategori KAM rendah.

3.8.3 Menghitung Gain Ternormalisasi

Menyatakan gain dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari 3 ke 5 dan siswa yang memiliki gain 2 dari 7 ke 9 dari suatu soal dengan skor maksimum 10. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara logis seharusnya siswa yang kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa yang pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 7 ke 9 (yang juga 9 mendekati skor maksimum) akan lebih sulit daripada meningkatkan dari 3 ke 5.

Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama, maka digunakan normalized gain

(gain ternormalisasi). Gain ternormalisasi <g> diformulasikan dalam bentuk seperti di bawah ini:

Keterangan

Xpre : Skor pretes Xpos : Skor postes

(23)

Skor gain ternormalisasi dapat dikatagorisasi ke dalam tiga katagori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Menurut Hake (Meltzer, 2002) katagori gain

ternormalisasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.16. Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Nilai Kategori

< 0,3 Rendah

0,3 ≤ < 0,7 Sedang

≥ 0,7 Tinggi

3.8.4 Uji Prasyarat

a) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui normalitas dari skor pretes dan gain ternormalisasi. Pengujian normalitas dilakukan dengan memperoleh uji

Saphiro-Wilk dengan taraf signifikansi 0,05 dengan bantuan SPSS 20.0.

Rumusan hipotesis untuk pengujian normalitas adalah sebagai berikut: H0: Data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: Data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Kriteria pengambilan keputusan uji Saphiro-Wilk adalah sebagai berikut: Jika nilai Sig. (p-value) maka H0 ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) maka H0 diterima

b) Menguji homogenitas varians skor pretes dan gain ternormalisasi kemampuan berpikir kritis matematis dengan memperoleh uji Levene pada taraf signifikansi 0,05 dengan bantuan SPSS 20.0.

Rumusan hipotesis statistik untuk pengujian homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 :

HA :

Keterangan

σ12 = varians pada kelas pertama

σ22 = varians pada kelas kedua

(24)

Jika nilai Sig. (p-value) maka H0 diterima

3.8.5 Uji Hipotesis

a) Pengujian Hipotesis 1

Untuk menguji hipotesis penelitian berupa “Pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa secara keseluruhan” dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data postes kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Karena asumsi normalitas pada data postes tidak terpenuhi, maka jenis uji yang dugunakan adalah uji statistic nonparametric berupa uji U Mann-Whitney. Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : µRank Postes KBSM ≤ µRank Postes KBSB

H1 : µRank Postes KBSM > µRank Postes KBSB

Keterangan

µ Rank Postes KBSM = rata-rata peringkat kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah µRank Postes KBSB = rata-rata peringkat kemampuan berpikir kritis matematis siswa

pada kelas yang memperoleh pembelajaran biasa

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai maka H0 ditolak

Jika nilai ) maka H0 diterima

b) Pengujian Hipotesis 2

Untuk menguji hipotesis penelitian berupa “Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan” dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data N-gain

kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Karena asumsi normalitas pada data

(25)

nonparametric berupa uji U Mann-Whitney. Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : µRank N-Gain KBSM ≤ µRank N-Gain KBSB

H1 : µRank N-Gain KBSM > µRank N-Gain KBSB

Keterangan

µ Rank N-Gain KBSM = rata-rata peringkat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah

µRank N-Gain KBSB = rata-rata peringkat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran biasa

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai maka H0 ditolak

Jika nilai ) maka H0 diterima

c) Pengujian Hipotesis 3

Untuk menguji hipotesis penelitian berupa “Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari KAM (tinggi, sedang dan rendah)”. Dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data N-gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah berdasarkan kategori KAM. Karena asumsi normalitas dan homogenitas terpenuhi, maka pengujian dilakukan dengan uji One Way Anova. Pengujian dilakukan terhadap rumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 :

HA : dengan i=T,S,R dan j = T,S,R

Keterangan

μT = Rerata pada kategori KAM tinggi

μS = Rerata pada kategori KAM sedang

(26)

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai maka H0 ditolak

Jika nilai maka H0 diterima

d) Pengujian Hipotesis 4

Untuk menguji hipotesis penelitian berupa pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau secara keseluruhan dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data postes kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Karena asumsi normalitas pada data postes tidak terpenuhi, maka jenis uji yang dugunakan adalah uji statistic nonparametric berupa uji U Mann-Whitney. Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : µRank Postes KBFM ≤ µRank Postes KBFB

H1 : µRank Postes KBFM > µRank Postes KBFB

Keterangan

µ Rank Postes KBFM = rata-rata peringkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah µRank Postes KBFB = rata-rata peringkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

pada kelas yang memperoleh pembelajaran biasa

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai maka H0 ditolak

Jika nilai ) maka H0 diterima

e) Pengujian Hipotesis 5

(27)

kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Karena asumsi normalitas pada data

N-Gain tidak terpenuhi, maka jenis uji yang dugunakan adalah uji statistic nonparametric berupa uji U Mann-Whitney. Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : µRank N-Gain KBFM ≤ µRank N-Gain KBFB

H1 : µRank N-Gain KBFM > µRank N-Gain KBFB

Keterangan

µRank N-Gain KBFM = rata-rata peringkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah

µRank N-Gain KBFB = rata-rata peringkat kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran biasa

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai maka H0 ditolak

Jika nilai ) maka H0 diterima

f) Pengujian Hipotesis 6

Untuk menguji hipotesis penelitian berupa “Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari KAM (tinggi, sedang dan rendah)”. Dilakukan pengujian statistik secara inferensia terhadap data N-gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah.

Karena asumsi normalitas dan homogenitas terpenuhi, maka pengujian dilakukan dengan uji One Way Anova. Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 :

H1 : dengan i=T,S,R dan j = T,S,R

Keterangan:

(28)

μS = Rerata pada kategori KAM sedang

μR = Rerata pada kategori KAM rendah

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai maka H0 ditolak

Jika nilai maka H0 diterima

g) Uji Hipotesis 7

Untuk menguji hipotesis penelitian berupa “Terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah”. Dilakukan uji korelasi terhadap data postes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah. Karena asumsi normalitas terpenuhi, maka pengujian dilakukan dengan uji korelasi Pearson . Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik sebagai berikut:

H0: ρ = 0

Ha: H0: ρ≠ 0

Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai maka H0 ditolak

Jika nilai maka H0 diterima

Dengan interpretasi mengenai korelasi antara dua variabel adalah sebagai berikut: Tabel 3.17

Kriteria Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Kriteria

0 Tidak ada korelasi 0-0,25 Korelasi sangat lemah 0,25-0,5 Korelasi cukup 0,5-0,75 Korelasi kuat 0,75-0,99 Korelasi sangat kuat

1 Korelasi sempurna

(29)

Tabel 3.18.

Keterkaitan Rumusan masalah, Hipotesis, dan Uji statistik

No Rumusan Masalah Hipotesis

Jenis uji statistik yang digunakan

1

Apakah pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

Pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibanding siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa Mann Whitney

2

Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa Mann Whitney

3

Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari KAM (tinggi, sedang dan rendah)?

Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari KAM

(30)

4

Apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

Pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa t-independent

5

Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibanding siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa Mann Whitney

6

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari KAM (tinggi, sedang dan rendah)?

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari KAM (tinggi, sedang dan rendah)

One Way Anova

7

Apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah?

Terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah

(31)

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa
Tabel 3.2 Indikator Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Matematis yang Diukur
Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Validasi
Tabel 3.8 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

KfAtTgPBM : Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok atas pada level sekolah tinggi yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah.. KfThTgPBM

1) Melaksanakan pretes, yang dimaksudkan sebagai pengumpulan informasi awal tentang kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Pretes diberikan pada kedua kelompok kelas.

Terdapat perbedaan pencapaian kemampuan berpikir kritis antara kelompok kemampuan matematis awal (tinggi, sedang, dan rendah) pada siswa yang belajar dengan bahan

Hasil penelitian menunjukkan (1) Peningkatan kemampuan berpikir lateral matematis siswa yang memperoleh pendekatan PCL lebih baik daripada siswa yang memperoleh

Untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, sebelum diberikan kepada siswa pada saat penelitian,

(MMP) lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. yang memperoleh pembelajaran melalui pembelajaran

Untuk menguji hipotesis penelitian yang kedua ini, yaitu “Peningkatan literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran MEAs lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

Walaupun pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis belum mencapai hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong dalam kategori KAM sedang di