• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Spiritual Terhadap Aktivitas Ritual Keagamaan Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Spiritual Terhadap Aktivitas Ritual Keagamaan Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Lanjut usia merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Lansia akan mengalami proses penuaan, yang merupakan proses terus menerus secara alamiah. Mulai dari lahir sampai meninggal dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup yang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Menua (menjadi tua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia yang ditandai dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi (Nugroho, 2000).

(2)

menurunnya produksi hormon (ACTH, TSH, FSH, LH), dan penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesteron, dan testoteron adalah hal lazim yang terjadi pada lansia. Pada sistem integument kulit kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, sehingga kulit menjadi keriput. Hal ini mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun (Pudjiastuti, 2002).

(3)

dengan meningkatkan aspek spiritualitasnya. Spiritual adalah suatu proses pencarian yang dilakukan seorang individu untuk menemukan makna dalam hidup (Whelan-Gales, 2009) dan berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi depresi, stress emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2008). Stoll (1995 dalam Hamid, 2008) menguraikan bahwa spiritual sebagai konsep dua dimensi yaitu dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas lansia adalah dengan melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang akan mencurahkan segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia khususnya kesejahteraan spiritualitas lansia (Alvianti, 2008).

(4)

Hasil penelitian Destarina (2014) menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki tingkat spiritualitas yang baik, dengan persentase 87,2% ditandai dengan aktivitas ritual yang dilakukan seperti mengerjakan sholat 5 waktu, ibadah shalat sunnah, dan membaca kitab suci (Al-Qur’an). Kemudian Anggraini (2013) melakukan penelitian tentang hubungan antara status spiritual lansia dengan gaya hidup lansia di Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru. Penelitian terdahulu diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status spiritual lansia dengan gaya hidup lansia. Hal ini berarti status spiritual yang sehat akan memiliki gaya hidup yang sehat. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara agama, spritualitas, dan well-being (Burkey, Chauvin & Miranti, 2005) penelitian yang dilakukan Eddington dan Shurman (2008) mengemukakansubjective well-being berkaitan dengan kekuatan yang berkorelasi dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan keikutsertaan dalam aspek keagamaan. Kemudian penelitian Diener (2009) yang menyatakan bahwa secara umum orang yang religius cenderung untuk memiliki tingkat well-being yang lebih tinggi, dan lebih spesifik. Diener (2009) juga mengungkapkan bahwa hubungan positif antara spiritualitas dan keagamaan dengan subjective well-being berasal dari sistem dukungan yang diberikan oleh organisasi keagamaan (Diener, 2009).

(5)

level di mana penyesalan dan tobat berperan dalam penebusan dosa-dosa. Spiritualitas seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya artinya pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut (Hamid, 2008).

Namun masa lansia yang seharusnya identik dengan masa senja dimana terjadi peningkatan aktifitas spiritual keagamaannya seperti berdoa, membaca kitab suci, sembahyang, beribadah ketempat ibadah, dan mengikuti kajian-kajian keagamaan secara rutin. Pada kenyataannya peningkatan aktifitas tersebut banyak tergantung pada kebiasaan yang telah dilakukannya semasa periode umur sebelumnya, sehingga tidak sedikit seseorang yang telah memasuki masa ini, tingkat spiritualnya masih tergolong rendah (Syam, 2010). Menurut Mollinati (2004) Lansia yang memiliki tingkat spiritualitas rendah seperti ini adalah lansia yang memiliki pengalaman dibidang spiritual yang sangat kurang, hal ini dikarenakan mereka sibuk mencari uang di jalanan selama masa muda, lansia yang tak memiliki saudara, lansia yang tunawisma, lansia yang mengaku ada konflik dengan orang lain, dan lansia yang masih belum memahami tujuan hidupnya serta lansia yang mengungkapkan keraguan dalam sistem keyakinannya.

(6)

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.1 Apakah terdapat hubungan antara hubungan tingkat spiritual terhadap aktivitas ritual keagamaan lansia?

3. Tujuan Penelitian

3.1 Mengidentifikasi tingkat spiritual lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

3.2 Mengidentifikasi aktivitas ritual keagamaan lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

3.3 Mengetahui hubungan tingkat spiritual terhadap aktivitas ritual keagamaan lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada

berbagai pihak yaitu:

4.1 Bagi Praktek keperawatan

(7)

4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan untuk mengintegrasikan dalam pembelajaran terkait dengan tingkat spiritual terhadap aktivitas ritual keagamaan.

4.3 Bagi Penelitian selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses pemecahan masalahdan hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri 2 Bengle menggunakan

Lampiran Berita Acara Pembukaan Penawaran Nomor : BA- 03/WPJ.29/SPT-KANWIL/2012 Tanggal : 1 Oktober 2012.. CEKLIST DOKUMEN PENAWARAN HPS

Jumlah Calon Penyedia Barang yang telah mendaftar untuk mengikuti lelang Pengadaan. Formulir SPT Tahunan Tahun 2012 Beserta Kelengkapannya dan LPAD

Procurement di http://www.lpse.depkeu.go.id/eproc/app , Panitia Pengadaan Barang dan Jasa untuk Pekerjaan Penggantian Pompa Pengendalian Banjir di Komplek

Biaya Penawaran terkoreksi : Rp 1.732.500.000 ( Satu Milyar Tujuh Ratus Tiga Puluh Dua Juta Lima Ratus Ribu Rupiah ). Demikian disampaikan untuk

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan pekerjaan Penggantian dan Penataan Lampu Taman di Pusat Penngelolaan Komplek Kemayoran, Nomor : BA.06/PPBJ/PJU.LT/10/2012 Tanggal 04

Arduino Uno-R3 digunakan untuk menerima perintah dari Smartphone Android melalui media komunikasi Bluetooth HC-05, setiap selesai mengeksekusi sebuah perintah,

Berdasarkan hasil perolehan pada penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media manipulatif dalam pembelajaran pengukuran sudut mengalami peningkatan,