• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Alat Pengaman Sepeda Motor Sistem Ganda Berbasis Mikrokontroller Menggunakan Bluetooth Linvor EGBT-046S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancangan Alat Pengaman Sepeda Motor Sistem Ganda Berbasis Mikrokontroller Menggunakan Bluetooth Linvor EGBT-046S"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR SISTEM GANDA BERBASIS MIKROKONTROLLER MENGGUNAKAN BLUETOOTH

LINVOR EGBT-046S

SKRIPSI

MUKHLIS ADI PUTRA HSB 080801016

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

RANCANGAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR SISTEM GANDA BERBASIS MIKROKONTROLLER MENGGUNAKAN BLUETOOTH

LINVOR EGBT-046S

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

MUKHLIS ADI PUTRA HSB 080801016

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : RANCANGAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR SISTEM GANDA BERBASIS MIKROKONTROLLER MENGGUNAKAN BLUETOOTH LINVOR EGBT-046S

Kategori : SKRIPSI

Nama : MUKHLIS ADI PUTRA HASIBUAN

NIM : 080801016

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di : Medan, 03 Desember 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Bisman P, M.Eng,Sc Dr. Nasruddin M. Noor, M.Eng. Sc NIP:195609181985031002 NIP :195507061981021002

Diketahui / disetujui

Ketua Departemen Fisika FMIPA US,

(4)

ii

PERNYATAAN

RANCANGAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR SISTEM GANDA BERBASIS MIKROKONTROLLER MENGGUNAKAN BLUETOOTH

LINVOR EGBT-046S

SKRIPSI

Penulis mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja penulis sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2013

(5)

PENGHARGAAN

Alunan puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang yang telah memberikan Rahmat ,Karunia dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Dalam Kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam proses penulisan Skripsi ini,antaranya:

1. Tentunya kepada Ayah penulis (Armey Zakfar Hsb) dan Ibu penulis (Yusnidar) yang sampai saat ini terus memberikan nafkah, doa dan kasih sayang kepada penulis. Tanpa mereka penulis bukan apa-apa. Tanpa mereka pula penulis tak akan mungkin tumbuh dan menjadi seperti seperti saat ini. Terimakasih Ayah dan Ibu, Engkau adalah permulaan ku dapat melihat bulan dan matahari;

2. Bapak Dr. Bisman Perangin- angin, M.Eng,Sc sebagai dosen pembimbing I penulis yang sangat banyak meluangkan waktu kepada penulis, membimbing penulis, memberikan masukan, saran dan nasehat yang luar biasa kepada penulis serta memberikan motivasi dan dukungan selama penulis mengerjakan skripsi ini;

3. Bapak Dr. Nasruddin MN, M.Eng,Sc sebagai dosen pembimbing II penulis yang tentunya juga banyak membantu penulis dengan saran-saran, dorongan dan bimbingan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini;

(6)

iv

5. Kepada Bapak Drs. Takdir Tamba, M.Eng,Sc dan Bapak Dr. Kerista Tarigan,M.Eng,Sc sebagai dosen penguji yang juga berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini sehingga bisa lebih baik;

6. Kepada Bapak H. R. Bambang JR,MM, Bapak H. Ahmad Erfan, Bapak Drs. Suherman, Ak, Bapak H. Susanto , Bapak Sahib Murthahin dan Bapak Pelda. Asnawi yang telah penulis anggap orang tua sendiri, yang bisa juga berperan sebagai orang tua, yang memberikan motivasi, nasehat kepada penulis. Kepada adik penulis M. Azwar EA, S.Pd.I dan seluruh jamaan Masjid Al-Kautsar yang tak mungkin penulis sebutkan satu per-satu yang telah memberikan fasilitas dan tempat penulis dididik dengan agama. Syukron Katsir;

7. Kepada sahabat penulis ( Five Idiot ) Achmad Muhajir (sebleh), Averroes F. Piliang (V-Ruzz), Khadafi ( orang tua ), Eman (cadek) yang sangat memotivasi dan memberikan masukan serta pandangan kepada dalam penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada bang Yudhi dan kawan-kawan penulis khususnya Sahril Nst, S.Si, Mufridayati, S.Si, Sofia Novita, S.Si, Novita Syahfitri,S.Si, Nurjannah, S.Si serta semua kawan-kawan stambuk 08 Fisika yang tidak bisa penulis sebutkan disini;

8. Abang-abang dan kakak-kakak serta adik-adik se-Departemen Fisika FMIPA USU yang terlibat.

9. Kepada semua pihak yang belum saya sebutkan disini.

Terimakasih atas semua dukungan,bantuan dan semangat yang selama ini penulis Terima dalam menyelesaian skripsi ini.Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan. Desember 2013

(7)

ABSRAK

RANCANGAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR SISTEM GANDA BERBASIS MIKROKONTROLLER MENGGUNAKAN BLUETOOTH

LINVOR EGBT-046S

Telah dilakukan suatu perancangan alat pengaman sepeda motor sistem ganda berbasis mikrokontroller menggunakan bluetooth HC-05 sebagai sebuah solusi dalam bidang keamanan sepeda motor. Alat ini dirancang dengan menggunakan dua sistem pengaman, yaitu pengaman jalur api sepeda motor dan pengunci roda. Pada pengaman pengapian dirancang dengan menggunakan sensor tegangan berupa rangkaian pembagi tegangan sebagai pendeteksi perubahan tegangan. Pada pengunci roda dirancang dengan menggunakan sensor halangan berupa LED inframerah dan fotodioda yang berfungsi sebagai penghitung putaran roda, serta dipasang sebuah motor pengunci / pneumatic yang berfungsi sebagai pengunci roda. Selain itu juga dipasang sebuah buzzer sebagai alarm. Alat ini memiliki dua keadaan sistem yaitu aktif dan terbuka. Jika terjadi perubahan tegangan yang disebabkan oleh kunci sepeda motor atau putaran pada roda melebihi jangkauan yang telah ditetapkan maka pengunci roda dan buzzer akan aktif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat ini telah berjalan dengaan baik.

(8)

vi

ABSTRACT

MOTORCYCLE SAFETY EQUIPMENT DESIGN WITH DUAL SYSTEM BASED MICROCONTROLLER USING BLUETOOTH LINVOR EGBT-046S

Has designed a motorcycle safety equipment with dual system based microcontroller using Bluetooth Linvor EGBT-046S as a solution in the field of motorcycle safety . This device designed use two safety systems , the path of fire safety and motorcycle locking wheel. On safety ignition designed using a voltage sensor as a voltage divider circuit for voltage change detection . On locking wheel path designed using an obstancle sensor form photodiode and infrared LED that serves as a counter rotation of the wheel , and there assembled a lock device / pneumatic that serves as locking wheel. It also installed a buzzer as an alarm . This tool has two state of the system is active and open . If the voltage changes caused by motorcycle key in a state on or spin of the wheel exceeds a predetermined range so wheel lock and buzzer will be active . The results show that the tool has been running well .

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Sistematika Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikrokontroller 5

2.1.1 Mikrokontroller ATMega8535 5

2.1.2 Arsitektur ATMega8535 6

2.1.3. Fitur ATMega8535 6

2.1.4. Konfigurasi Pin ATMega8535 7

2.1.5 Fungsi Interupt dan Reset 8

2.2 Elektro-Pneumatic 9

2.3. Sensor 10

2.3. 1 Sensor Halangan 10

2.3.1.1 LED Inframerah 11

2.3.1.2 Fotodioda 12

2.4 Komunikasi Bluetooth 13

(10)

viii

BAB III PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Blok Sistem 16

3.2 Rangkaian Power Suplay 18

3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMEGA8535 19

3.4 Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display 20

3.5 Rangkaian Sensor 22

3.5.1 Sensor Halangan Pada Roda 22

3.5.2 Sensor Tegangan 26

3.6 Rangkaian Relay 27

3.7 Rangkaian Buzzer 29

3.8 Rangkaian Driver Motor DC 30

3.9 Flowchart 33

BAB IV PENGUJIAN ALAT

4.1 Pengujian Sistem Minimum 34

4.1.1 Pengujian Sistem Minimum Mikrokontroller ATMEGA8535 34

4.1.2 Pengujian LCD 35

4.1.3 Pengujian Sensor 36

4.1.3.1 Pengujian Sensor Halangan 36

4.1.3.2 Pengujian Sensor Tegangan 36

4.1.4 Pengujian Pengunci Roda 37

4.1.5 Pengujian Bluetooth 37

4.2 Analisa Pengujian 40

4.2.1 Pengukuran Ketelitian Alat Pengaman 40

4.2.1.1 Pengukuran Ketelitian Pengaman Pengapian 40 4.2.1.2 Pengukuran Ketelitian Pengaman Roda 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 45

5.2 Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN

1. Rangkaian Lengkap 49

2. Program di Mikrokontroller ATMega8535 50

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Memori LCD 21

Tabel 4.1 Pengujian Sensor Halangan 36

Tabel 4.2 Pengujian Sensor Tegangan 36

Tabel 4.3 Pengujian Pengunci Roda 37

Tabel 4.4 Kondisi Pengukuran Jarak Koneksi Bluetooth 39

Tabel 4.5 Ketelitian Pengaman Pengapian 40

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Konfigurasi pin ATMega8535 7

Gambar 2.2 Hardware Interupt Program 9

Gambar 2.3 Konsep pneumatic 10

Gambar 2.4 Pulse-space terminologi 11

Gambar 2.5 Rangkaian pengirim infra merah 12

Gambar 2.6 fotodioda dan simbolnya 12

Gambar 2.7 Proses distribusi aliran data dari antena sampai host bluetooth 14

Gambar 3.1 Diagram Block Sistem 16

Gambar 3.2 Rangkaian Power Suplay 19

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMEGA8535 19

Gambar 3.4 Rangkaian Skematik dari LCD ke mikrokontroler 21

Gambar 3.5 Rangkaian Pemancar Inframerah 22

Gambar 3.6 Rangkaian Penerima sinar infra merah 23

Gambar 3.7 Rangkaian Sensor Tegangan 27

Gambar 3.8 Rangkaian driver relay 28

Gambar 3.9 Rangkaian Buzzer 29

Gambar 3.10 Rangkaian driver motor DC 30

(13)

ABSRAK

RANCANGAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR SISTEM GANDA BERBASIS MIKROKONTROLLER MENGGUNAKAN BLUETOOTH

LINVOR EGBT-046S

Telah dilakukan suatu perancangan alat pengaman sepeda motor sistem ganda berbasis mikrokontroller menggunakan bluetooth HC-05 sebagai sebuah solusi dalam bidang keamanan sepeda motor. Alat ini dirancang dengan menggunakan dua sistem pengaman, yaitu pengaman jalur api sepeda motor dan pengunci roda. Pada pengaman pengapian dirancang dengan menggunakan sensor tegangan berupa rangkaian pembagi tegangan sebagai pendeteksi perubahan tegangan. Pada pengunci roda dirancang dengan menggunakan sensor halangan berupa LED inframerah dan fotodioda yang berfungsi sebagai penghitung putaran roda, serta dipasang sebuah motor pengunci / pneumatic yang berfungsi sebagai pengunci roda. Selain itu juga dipasang sebuah buzzer sebagai alarm. Alat ini memiliki dua keadaan sistem yaitu aktif dan terbuka. Jika terjadi perubahan tegangan yang disebabkan oleh kunci sepeda motor atau putaran pada roda melebihi jangkauan yang telah ditetapkan maka pengunci roda dan buzzer akan aktif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat ini telah berjalan dengaan baik.

(14)

vi

ABSTRACT

MOTORCYCLE SAFETY EQUIPMENT DESIGN WITH DUAL SYSTEM BASED MICROCONTROLLER USING BLUETOOTH LINVOR EGBT-046S

Has designed a motorcycle safety equipment with dual system based microcontroller using Bluetooth Linvor EGBT-046S as a solution in the field of motorcycle safety . This device designed use two safety systems , the path of fire safety and motorcycle locking wheel. On safety ignition designed using a voltage sensor as a voltage divider circuit for voltage change detection . On locking wheel path designed using an obstancle sensor form photodiode and infrared LED that serves as a counter rotation of the wheel , and there assembled a lock device / pneumatic that serves as locking wheel. It also installed a buzzer as an alarm . This tool has two state of the system is active and open . If the voltage changes caused by motorcycle key in a state on or spin of the wheel exceeds a predetermined range so wheel lock and buzzer will be active . The results show that the tool has been running well .

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring berkembangnya tekhnologi bertambah pula kebutuhan hidup, sulitnya mendapatkan kehidupan yang layak karena semakin meningkatnya harga jual barang yang dibutuhkan untuk mememuhi belanja rumahtangga. Berbagai cara pun ditempuh dan tak luput pula cara-cara yang tidak halal terpaksa dilakukan. Oleh karena itu di sekitar kita banyak terjadi perampokan atau penipuan demi mendapatkan keuntungan sepihak. Dalam hal ini penulis mengaitkannya dengan pencurian barang seperti sepeda motor.

Sepeda motor merupakan barang yang sangat banyak dipakai oleh masyarakat sebagai mobilitas atau kedaraannya ke tempat kerja atau hal lainnya. Bahkan sekarang sepeda motor telah menjadi kebutuhan primer untuk sebagian besar orang. Tidak mungkin jika sepeda motor yang kita miliki selalu ada di dalam pengawasan mata kita. Ketika sampai di kantor atau di tempat tujuan sangat lazim kita akan meletakkan sepeda motor kita di tempat parkir. Tidak semua tempat parkir memiliki penjaga atau petugas parkir, sehingga sepeda motor kita sering kita letakkan tanpa ada pengawasan, hingga pencuri dapat menjalakan aksinya. Sehingga kita membutuhkan alat pengaman sepeda motor.

(16)

2

tidak jarang tukang parkir memindahkan sepeda motor kita untuk keluar-masuk sepeda motor yang lain dan ini bukan merupakan suatu tindakan pencurian. Selain itu ketika telah terdeteksi adanya perlakuan yang dianggap pencurian oleh alat, respon yang diberikan hanya berupa pemberitahuan kepada si pemilik kendaraan. Jadi jika pemilik kendaraan ini terlambat untuk memeriksa sepeda motornya, maka kemungkinan besar sepeda motor tersebut akan hilang karena sepeda motor masih tetap bisa dikendara1. Maka hal di ataslah yang merupakan latar belakang saya untuk membuat sebuah alat pengaman sepeda motor dengan judul “RANCANGAN ALAT

PENGAMAN SEPEDA MOTOR SISTEM GANDA BERBASIS

MIKROKONTROLLER MENGGUNAKAN BLUETOOTH LINVOR EGBT-046S” yang merupakan pengembangan dari alat yang sudah ada sebagai solusi baru dalam bidang pengamanan sepeda motor.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Melihat dari latar belakang yang telah penulis uraikan di atas maka penulis merumuskan masalah bahwa perlunya dibuat alat pengaman sepada motor metode ganda dengan sensitifitas yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, permasalahannya adalah bagaimana cara merancang alat pengaman sepeda motor sistem ganda berbasis mikrokontroller dengan menggunakan tekonologi Bluetooth.

1.3 BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah yang penulis buat dalam perancangan alat ini adalah :

1. Dalam hal perancangan alat ini, penulis merancang alat pengaman sepeda motor dalam skala laboratorium;

2. Penulis hanya menerangkan tentang sistem dan cara kerja alat.

(17)

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Dalam merancang alat uji ini penulis memiliki tujuan untuk :

1. Membuat suatu alat pengaman sepeda motor berbasis mikrokontroller metode ganda dengan menggunakan komunikasi bluetooth skala laboratorium;

2. Menggunakan ATMega8535 sebagai pengontrol sistem pengaman; 3. Merancang sebuah solusi untuk pengaman sepeda motor.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Menerapkan sistem elektronika berbasis mikrokontroller dalam keamanan sepeda motor;

2. Membuat suatu karya ilmiah sebagai bukti turut berperan serta dalam pengembangan teknologi khususnya bidang pengamanan sepeda motor; 3. Membantu mengurangi kekhawatiran pemilik terhadap pencurian sepeda

(18)

4

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dituliskan beberapa teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan teori pendukung yaitu teori tentang mikrokontroller ATMEGA 8535, Motor pengunci, Sensor dan teknologi bluetooth.

BAB III. PERANCANGAN SISTEM

Dalam bab ini dibahas mengenai perancangan dari alat yang dibuat, yaitu diagram blok alat, rangkaian driver atau bagian alat, system kerja dari masing-masing rangkaian dan flowchart.

BAB IV. PENGUJIAN ALAT

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dan analisa pengujian berupa data-data yang didapatkan dari pengujian alat.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikrokontroller

Mikrokontroller merupakan sebuah sistem komputer yang seluruh atau sebagian besar ele menya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut Single Chip Microcomputer. Mikrokontroller merupakan sebuah sistem komputer yang mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik, berbeda dengan PC (personal computer) yang memiliki beragam fungsi. Perbedaan yang lainnya adalah perbandingan RAM dan ROM yang sangat berbeda antara komputer dengan mikrokontroller. Dalam mikrokontroller ROM jauh lebih besar dibandingkan RAM, sedangkan dalam komputer atau PC, RAM jauh lebih besar dibanding ROM.

Contoh- contoh keluarga mikrokontroller: 1. Keluarga MCS-51

2. Keluarga MC68HC05 3. Keluarga MC68HC11 4. Keluarga AVR 5. Keluarga PIC 8

Dalam perancangan alat ini, digunakan salah satu dari jenis mikrokontroller jenis AVR, karena mikrokontroller ini pemrogramannya relativ mudah dan harganya lebih murah.

2.1.1 Mikrokontroller ATMega8535

(20)

6

instruksi dieksekusi dalam satu siklus instruksi clock. Dan ini sangat membedakan sekali dengan instruksi MCS-51(Berarsitektur CISC) yang membutuhkan siklus 12 clock. RISC adalah Reduced Instruction Set Computing sedangkan CISC adalah Complex Instruction Set Computing . AVR dikelompokkan ke dalam 4 kelas, yaitu ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega, dan keluarga AT86RFxx. Dari kesemua kelas yang membedakan satu sama lain adalah ukuran onboard memori, on-board peripheral dan fungsinya. Dari segiarsitektur dan instruksi yang digunakan mereka bisa dikatakan hampir sama.

2.1.2. Arsitektur ATMega8535

• Saluran IO sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D; • ADC 10 bit sebanyak 8 Channel;

• Tiga buah timer / counter dan 32 register; • Watchdog Timer dengan oscilator internal; • SRAM sebanyak 512 byte;

• Memori Flash sebesar 8 kb;

• Sumber Interrupt internal dan eksternal; • Port SPI (Serial Pheriperal Interface); • EEPROM on board sebanyak 512 byte; • Komparator analog;

• Port USART (Universal Shynchronous Ashynchronous Receiver Transmitter );

2.1.3. Fitur ATMega8535

• Sistem processor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz; • Ukuran memori flash 8KB, SRAM sebesar 512 byte, EEPROM sebesar

512 byte;

• ADC internal dengan resolusi 10 bit sebanyak 8 channel;

(21)

2.1.4. Konfigurasi Pin ATMega8535

• VCC merupakan Pin yang berfungsi sebagai pin masukan catudaya; • GND merupakan Pin Ground;

• Port A (PA0...PA7) merupakan pin I/O dan pin masukan ADC;

• Port B (PB0...PB7) merupakan pin I/O dan pin yang mempunyai fungsi khususyaitu Timer/Counter, komparator Analog dan SPI;

• Port C (PC0...PC7) merupakan port I/O dan pin yang mempunyai fungsi khusus,yaitu komparator analog dan Timer Osilator;

• Port D (PD0...PD1) merupakan port I/O dan pin fungsi khusus yaitu komparator analog dan interrupt eksternal serta komunikasi serial;

• RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler ; • XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan keristal clock eksternal; • AVCC merupakan pin masukan untuk tegangan;

• ADCAREF merupakan pin masukan tegangan referensi untuk ADC.

(22)

8

2.1.5 Fungsi Interupt dan Reset

Interupsi dan reset, pada dasarnya adalah fungsi panggilan. Tujuan dari bagian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana menyela fungsi dan bagaimana me-reset, yang merupakan interupsi khusus, fungsi Interupsi, sebagai nama mereka menyarankan, mengganggu aliran program prosesor dan menyebabkannya bercabang ke sebuah rutin layanan interupsi (ISR) yang melakukan apa yang seharusnya terjadi ketika interupsi terjadi. Interupsi berguna untuk situasi-situasi di mana prosesor harus segera menanggapi interupsi atau dalam kasus-kasus di mana sangat boros untuk prosesor untuk menghitung sebuah perintah. Contoh perlunya tanggapan langsung termasuk menggunakan interupsi untuk melacak waktu (interrupt dapat memberikan tanda centang untuk basis waktu jam) atau tombol off darurat yang segera menghentikan mesin saat terjadi keadaan darurat. Contoh aplikasi yang berguna lainnya interupsi termasuk perangkat seperti keypads atau perangkat input lainnya. Dalam hal kemampuan mikrokontroler untuk instruksi proses, kita manusia sangat lambat. Ini akan menjadi boros untuk prosesor perhitungan keypad dengan harapan bahwa salah satu kita manusia lambat telah menekan tombol. Dalam hal ini, menekan sebuah tombol mungkin menyebabkan interupsi dan mikrokontroler akan kemudian sebentar berhenti sejenak untuk melihat apakah tindakan yang diperlukan itu. Jika penekanan tombol adalah yang pertama dari beberapa yang diperlukan untuk menyebabkan tindakan terjadi, prosesor akan kembali ke tugas sampai cukup kunci telah ditekan untuk memerlukan tindakan.

(23)

sistem stack. Instruksi terakhir dalam rutin layanan interupsi adalah RETI perakitan pengajaran bahasa, yang merupakan kembali dari mengganggu. Instruksi ini menyebabkan alamat pengirim yang akan muncul dari tumpukan dan Program eksekusi untuk melanjutkan dari titik di mana itu terganggu.

Dalam prosesor AVR, semua menyela memiliki prioritas yang sama. Tidak ada penyisihan untuk satu mengganggu untuk mengganggu interupsi lain, yaitu, satu interupsi tidak dapat memiliki prioritas di atas yang lain mengganggu. Hal ini dimungkinkan, namun, untuk dua interupsi terjadi secara bersamaan. Arbitrase skema, kadang-kadang disebut sebagai prioritas, disediakan untuk menentukan interrupt mengeksekusi dalam kasus ini. Dalam kasus di mana dua interupsi terjadi secara bersamaan, interrupt dengan vektor terendah bernomor akan dieksekusi terlebih dahulu.

Gambar 2.2 Hardware Interupt Program

2.2 Elektro-Pneumatic

(24)

10

menghasilkan medan elektromagnet dan akan mengaktifkan katup pengatur arah sebagai elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik. Sedangkan media kerja pneumatik akan mengaktifkan atau menggerakkan elemen kerja pneumatik seperti motor-pneumatik atau silinder yang akan menjalankan sistem.

Gambar 2.3 Pneumatic

Sinyal listrik pada teknik kontrol elektro-pneumatik diperlukan dan diproses tergantung pada gerakan langkah kerja elemen kerja. Sinyal listrik ini didapatkan bisa dengan cara mengaktifkan relay atau bisa juga dengan mengaktifkan sensor, misalkan sensor mekanik ataupun elektronik. Sinyal masukan listrik memiliki dua fungsi kerja yaitu “Normally open” (NO, pada kondisi tidak aktif sambungan tidak tersambung), “Normally closed” (NC, kondisi tidak aktif sambungan tersambung) dan “Change Over” (tersambung bergantian, kombinasi dari NO dan NC).

2.3 Sensor

2.3. 1 Sensor Halangan

(25)

2.3.1.1 LED Inframerah

Semua remote kontrol menggunakan transmisi sinyal infra merah yang dimodulasi dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu yaitu pada frekuensi 30KHz sampai 40KHz. Sinyal yang dipancarkan oleh pengirim diterima oleh penerima infra merah dan kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data biner. Pada transmisi infra merah terdapat dua terminologi yang sangat penting yaitu : „space‟ yang menyatakan tidak ada sinyal carrier dan „pulse‟ yang menyatakan ada sinyal carrier seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.4 Pulse-space terminologi

(26)

12

Berikut rangkaian pengirim infra merah:

Gambar 2.5 Rangkaian pengirim infra merah

2.3.1.2 Fotodioda

Fotodioda adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Fotodioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Fotodioda merupakan sebuah dioda dengan sambungan pn yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya. Cahaya yang dapat dideteksi oleh fotodioda ini mulai dari cahaya infra merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X.

.

(27)

Prinsip kerja dari fotodioda jika sebuah sambungan-pn dibisa maju dan diberikan cahaya padanya maka pertambahan arus sangat kecil sedangkan jika sambungan pn dibisa mundur arus akan bertambah cukup besar. Cahaya yang dikenakan pada fotodioda akan mengakibatkan terjadinya pergeseran foton yang akan menghasilkan pasangan electron-hole dikedua sisi dari sambungan. Ketika elektron-elektron yang dihasilkan itu masuk ke pita konduksi maka elektron-elektron-elektron-elektron itu akan mengalir ke arah positif sumber tegangan sedangkan hole yang dihasilkan mengalir ke arah negatif sumber tegangan sehingga arus akan mengalir di dalam rangkaian. Besarnya pasangan elektron ataupun hole yang dihasilkan tergantung dari besarnya intensitas cahaya yang dikenakan pada fotodioda.

Alat yang mirip dengan fotodioda adalah fototransistor (Phototransistor). Fototransistor ini pada dasarnya adalah jenis transistor bipolar yang menggunakan kontak (junction) base-collector untuk menerima cahaya. Komponen ini mempunyai sensitivitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan Fotodioda. Hal ini disebabkan karena elektron yang ditimbulkan oleh foton cahaya pada junction ini diinjeksikan di bagian Base dan diperkuat di bagian Kolektornya. Namun demikian, waktu respons dari fototransistor secara umum akan lebih lambat dari pada fotodioda.

2.4 Komunikasi Bluetooth

(28)

14

Protokol Bluetooth menggunakan kombinasi circuit switching dan packet switching. Slot dapat digunakan untuk sistem komunikasi sinkron atau asinkron, baik untuk data maupun voice. Kanal voice mendukung 64 kbps kanal (voice) yang sinkron pada setiap arah. Kanal asinkron dapat mendukung maksimal 723.2 kbps asimetrik (dan sampai 57.6 kbps pada arah sebaliknya) atau 433.9 kbps simetris.

2.4.1 Cara Kerja Bluetooth

Sistem bluetooth terdiri dari sebuah radio transceiver, baseband link Management dan Control, Baseband (processor core, SRAM, UART, PCM USB Interface), flash dan voice codec. Baseband link controller menghubungkan perangkat keras radio ke baseband processing dan layer protokol fisik. Link manager melakukan aktivitas-aktivitas protokol tingkat tinggi seperti melakukan link setup, autentikasi dan konfigurasi.

Protokol bluetooth menggunakan sebuah kombinasi antara circuit switching dan packet switching. Sebuah perangkat yang memiliki teknologi wireless akan mempunyai kemampuan untuk melakukan pertukaran informasi dengan jarak jangkauan sampai dengan 10 meter (~30 feet), bahkan untuk daya kelas 1 bisa sampai pada jarak 100 meter.

Bluetooth merupakan chip radio yang dimasukkan ke dalam komputer, printer, handphone dan peralatan lainnya. Chip bluetooth ini dirancang untuk menggantikan kabel. Informasi yang biasanya dibawa oleh kabel dengan Bluetooth ditransmisikan pada frekuensi tertentu kemudian diterima oleh chip Bluetooth kemudian informasi tersebut diterima oleh komputer, handphone dan peralatan lainnya.

(29)

Tiga buah lapisan fisik yang sangat penting dalam protokol arsitektur Bluetooth ini adalah :

1. Bluetooth radio, adalah lapisan terendah dari spesifikasi Bluetooth. Lapisan ini mendefinisikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh perangkat tranceiver yang beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz ISM.

2. Baseband, lapisan yang memungkinkan hubungan Radio Frequency (RF) terjadi antara beberapa unit Bluetooth membentuk piconet. Sistem RF dari bluetooth ini menggunakan frekuensi-hopping-spread spectrum yang mengirimkan data dalam bentuk paket pada time slot dan frekuensi yang telah ditentukan, lapisan ini melakukan prosedur pemeriksaan dan paging untuk sinkronisasi transmisi frekuensi hopping dan clock dari perangkat bluetooth yang berbeda.

(30)

BAB III

PERANCANGAN ALAT

3.1 Diagram Block Sistem

Rancangan Alat Pengaman Sepeda Motor Sistem Ganda Menggunakan Teknologi Bluetooth yang dirancang ini berfungsi sebagai alat pengaman sepeda motor dari tindak pencurian yang dibuat dengan dua sistem yaitu penguncian automatis dan pengamanan jalur api dengan memperhatikan parameter / perlakuan yang memang diasumsikan adalah tindak pencurian.

Diagram blog alat ini dapat dilihat pada gambar berikut :

(31)

Dalam hal ini seperti pada judul alat adalah sistem pengaman sepeda motor dengan sistem ganda, tentunya ada dua sistem yang bekerja pada alat ini sebagai alat pengaman, yaitu pengamanan pengapian dan kunci roda.

Pada pengaman pengapian dipasang rangkaian pembagi tegangan yang berfungsi sebagai sensor tegangan yang masuk dari kunci sepeda motor.

Pada pengaman roda dipasang sebuah motor pengunci roda yaitu elektro-peneumatic / motor pengunci yang memiliki sistem hidraulik yang prinsip kerjanya sama seperti motor DC. Jika diberi tegangan pada kutub positif, hidraulik motor pengunci akan aktif, demikian sebaliknya Pada roda juga dipasang sensor halangan yaitu LED inframerah dan fotodioda yang bekerja sebagai sensor halangan. Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi putaran roda yang diteruskan ke op-amp LM 358 untuk menyesuaikan tegangan keluaran yang kemudian dikirimkan ke mikrokontroller. Jalur api adalah hubungan langsung antara baterai sepeda motor dengan pengapian sepeda motor yang berfungsi untuk membuat keadaan sepeda motor dalam keadaan standby.

Mikrokontroller ATMega8535 sebagai pengolah data diprogram sehingga dapat mengontrol kerja perangkat-perangkat yang digunakan pada pembuatan alat ini. Pada alat ini ada dua keadaan yang dibuat, yaitu

1. Sistem Aktif 2. Sistem Terbuka

Pada keadaan sistem aktif, berarti sistem pengamanan sedang berjalan, perangkat bluetooth tidak menerima data sebagai perintah membuka sistem, sedangkan sistem terbuka adalah keadaan normal sepeda motor tanpa sistem pengamanan.

(32)

18

Demikian juga dalam keadaan aktif, jika seseorang mencoba menggiring sepeda motor sebelum membuka sistem, maka sensor halangan akan menghitung banyaknya putaran roda. Pada hal ini dibuat batas tiga kali putaran pada roda dengan velg racing tiga penyangga. Jika putaran melampaui batas ini maka sensor halangan melalui penguat op-amp akan mengirim sinyal ke mikrokontroller untuk mengaktifkan alarm dan mengaktifkan pengunci roda.

Untuk mematikan alarm, membuka pengunci roda dan menyambungkan jalur api pada kedua keadaan di atas, dapat dilakukan dengan cara mengirim kode password ke perangkat bluetooth untuk membuka sistem sehingga sistem dalam keadaan terbuka. Maka alat pengaman sepeda motor ini dapat dikendalikan perangkat bluetooth untuk menentukan keadaan sistem ( terbuka atau tertutup ) berdasarkan kode password yang dikirimkan.

Kode password yang dikirimkan pada perangkat bluetooth berupa kata kunci yang akan diterjemahkan kedalam bahasa ASCII. Misalnya jika perangkat bluetooth menerima huruf b, maka yang dikirimkan ke mikrokontroller berupa kode ASCII b yaitu 98. Demikian pada kombinasi huruf selanjutnya yang diterima satu persatu oleh perangkat bluetooth. Dalam rancangan alat ini dibuat untuk kode pembuka sistem

dikirimkan dengan katakter “buka” dengan ASCII 98,117,107,97, sedangkan untuk menutup atau mengaktifkan sistem pengaman dikirim kode “aktif” dengan ASCII

97,107,116,105,102.

3.2 Rangkaian Power Suplay

Power suplay berfungsi sebagai sumber tegangan pada seluruh sistem alat. Dalam hal ini terdiri dari dua bagian yaitu baterai ACU 12 V DC dan rangkaian regulator dengan output 5V DC.

(33)

Rangkaian power suplay dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.2 Rangkaian Power Suplay

3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMEGA8535

Dalam alat ini digunakan mikrokontroller ATMEGA8535 yang merupakan pengolah data dari semua sistem. Yang menerima data dari Bluetooth, sensor halangan atau pun tegangan dalan lainnya, serta mengolahnya dan memberikan sinyal keluaran yang terprogram. Mikrokontroller ATMEGA8535 dapat diprogram dengan bahasa C dan dapat menggunakan software AVR Studio untuk membuat programnya. Kemuadian program yang dibuat diunduh ke dalam memori mikrokontroller melalu komunikasi serial USB ke komputer dengan alat yang disebut downloader.Gambar rangkaian mikrokontroller ATMEGA8535 dapat dilihat seperti berikut :

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMEGA8535

1

2

V

(34)

20

Mikrokontroller ATMEGA8535 memiliki 32 pin I/O, yang terdiri dari port A, port B, port C dan port D yang masing-masing memiliki delapan pin. Pin 33 sampai pin 40 adalah port A yang merupakan port ADC yang dapat menerima data serial. Pin 1 sampai 8 adalah port B, pin 22 sampai 29 adalah port C dan pin 14 sampai 21 adalah port D.

Dalam rangkaian mikrokontroller ini ditentukan pin 22 sampai 29 kecuali 25 sebagai pin keluaran disambungkan ke LCD, pin 14 dan 15 sebagai pin masukan disambungkan ke Bluetooth, pin 17 sebagai pin masukan yang disambungkan ke rangkaian penguat sinyal sensor halangan, pin 2 dan pin 3 sebagai pin keluaran disambungkan ke rangkaian motor DC untuk tegangan masukan relay yang mengatur penguncian roda, pin 1 sebagai pin keluaran disambungkan ke relay sebagai saklar ke jalur api dan pengunci, pin 4 sebagai pin keluaran disambungkan ke buzzer, pin 40 sebagai pin masukan disambungkan ke sensor tegangan, pin 10 dan 30 sebagai VCC dan AVCC disambungkan ke catu daya 5V DC. Untuk lebih lanjutnya nanti dapat dilihat pada lampiran rangkaian lengkap dari alat ini.

3.4 Rangkaian LCD (Liquid Crystal Display)

LCD (Liquid Crystal Display) adalah modul penampil yang banyak digunakan karena tampilannya menarik. LCD yang paling banyak digunakan saat ini ialah LCD LMB162ABC karena harganya cukup murah. LCD LMB162ABC merupakan modul LCD dengan tampilan 2x16 (2 baris x 16 kolom) dengan konsumsi daya rendah. Modul tersebut dilengkapi dengan mikrokontroler yang didesain khusus untuk mengendalikan LCD.

Mikrokontroler HD44780 buatan Hitachi yang berfungsi sebagai pengendali LCD memiliki CGROM (Character Generator Read Only Memory), CGRAM (Character Generator Random Access Memory), dan DDRAM (Display Data Random Access Memory).

(35)

Tabel 3.1 Peta memori LCD

Gambar berikut menampilkan hubungan antara LCD dengan port mikrokontroler:

Gambar 3.4 Rangkaian Skematik dari LCD ke mikrokontroler

(36)

22

3.5 Rangkaian Sensor

Dalam perancangan alat ini menggunakan dua buah sensor dengan fungsi masing-masing, yaitu :

a. Sensor halangan untuk menghitung putaran roda pada saat sistem aktif;

b. Sensor tegangan untuk mendeteksi perubahan tegangan yang disebabkan oleh kunci sepeda motor.

3.5.1 Sensor Halangan Pada Roda

Rangkaian ini terdiri dari sebuah pemancar infra merah, dan sebuah rangkaian penerima infra merah. Pemancar infra merah dipasang bersebelahan dengan rangkaian penerima yang dilengkapi dengan fotodioda. Jika roda berputar yang menyebabkan penyangga racing roda menghalangi sinar inframerah dari LED ke fotodioda dalam hal transistor akan berada dalam keadaan cutoff maka tegangan yang dikirimkan ke mikrokontroller sebesar 0 volt, ini ditetapkan sebagai keadaan low. Sebaliknya jika antara LED dan fotodioda tidak ada penghalang maka transistor dalam keadaan saturasi dengan tegangan pada collector sebagai masukan pada mikrokontroller sebesar 5 volt , ini ditetapkan sebagai keadaan high. Pada keadaan ini mikrokontroller mengenali sinyal ini sebagai perintah untuk menambah nilai counter.

Pada alat ini pemancar yang digunakan adalah sebuah pemancar infra merah, sebuah rangkaian penerima sinyal infra merah. Rangkaian pemancar infra merah tampak seperti gambar di bawah ini,

(37)

Pada rangkaian di atas digunakan sebuah LED infra merah yang diserikan dengan sebuah resistor 330 ohm. Resistor ini berfungsi untuk membatasi arus yang masuk ke LED infra merah agar LED infra merah tidak rusak. Resistor yang digunakan adalah 330 ohm sehingga arus yang mengalir pada LED infra merah adalah sebesar:

Ampere R

V V

i Led 0,01

330 3 , 3 330

7 , 1 5

     

Rangkaian penerima infra merah seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.6 Rangkaian Penerima sinar infra merah

(38)

24

Berdasarkan rangkaian di atas, maka tegangan output dari fotodioda dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

V = I R2

Maka :

a. Saat tidak ada sinar infra merah, I= 10 nA =10x109 A V= 10x109A x 330 Ω = 0,0000033 V = 3,3 µV b. Saat ada sinar infra merah, I= 15 µA =15x106 A

V= 15x106A x 330 Ω = 0,00495 V = 4,95 mV

Pada rangkaian di atas, output dari fotodioda diumpankan ke Op Amp LM358 merupakan IC penguat dengan dua Op Amp. IC LM358 memiliki karakteristik dapat menguatkan sampai 100 kali penguatan. Pada Op Amp pertama tegangan input akan diperkuat sampai maksimal 100 kali penguatan, besarnya penguatan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

 

K R AV Trimpot

1

kali K

K

AV 100

1

100

  

Sehingga tegangan keluaran dari op-amp pertama dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Vout = Av x Vin

a. Saat tidak ada sinar infra merah, Vin = 3,3 µV = 0,0000033 V Vout= 100 x 0,0000033 V = 0,00033 V = 0,33 mV

b. Saat ada sinar infra merah, Vin = 4,95 mV = 0,00495 V V= 100 x 0,00495 V = 0,495 V

(39)

itu diperlukan penguatan yang kedua. Pada Op-Amp kedua tegangan input akan diperkuat sampai 10 kali penguatan, dimana besarnya penguatan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Penguatan kedua dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Vout=Av x Vin

a. Saat tidak ada sinar infra merah, Vin = 0,33 mV = 0,00033 V Vout= 10 x 0,00033 V = 0,0033 V = 3,3 mV

b. Saat ada sinar infra merah, Vin = 0,495 V V= 10 x 0,495 V = 4,95 V

Keluaran dari penguat ke-2 akan menjadi masukan untuk transistor. Perhitungannya sebagai berikut: berarti transistor dalam keadaan Cutoff.

(40)

26

Berikutnya menghitung tegangan keluaran dari transistor, dengan menggunakan (hfe = 200).

b. Saat tidak ada sinar infra merah, keluaran dari transistor adalah 5 volt. Saat ada sinar infra merah, ib = 0,000904 A

IC= ib x hfe = 0,000904 A x 200 = 0.1808 A

Pada kolektor terdapat tahanan 4700 Ω, sehingga IC maksimum adalah:

A

Saat ada sinar infra merah, keluaran dari transistor adalah 0 volt, keadaan low.

3.5.2 Sensor Tegangan

(41)

Tegangan 12 volt yang berasal dari baterei AC diturunkan dengan menggunakan pembagi tegangan. Sesuai dengan rumus pembagi tegangan, maka outputnya adalah:

1 2 2

1000

12 4700 1000

2,1

Out cc

Out

R

V xV x v

R R

V Volt

 

   

Tegangan 2,1 Volt ini merupakan tegangan high ketika kunci di ON kan. Gambar rangkaiannya tampak seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.7 Rangkaian Sensor Tegangan

3.6 Rangkaian Relay

Relay yang digunakan adalah relay 6 – 15 volt, dengan arus stabil sebesar 450 mA. Rangkaian rangkaian driver relay ini berfungsi sebagai saklar elektronik untuk menghubungkan relay dengan sumber tegangan positif. Pada perancangan ini digunakan relay 12 volt dan sebuah rangkaian transistor sebagai saklar.

(42)

28

yang berfungsi untuk menghasilkan medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positif relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatip relay (kaki 2) dihubungkan ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana medan magnet ini akan menarik logam yang mengakibatkan saklar terhubung.

Rangkaian driver relay ini ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 3.8 Rangkaian driver relay

Pada rangkaian ini untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan relay digunakan transistor tipe NPN

(43)

arus 38 mA pada colektornya. Pada alat ini digunakan transistor tipe NPN C945, yang dapat mengalirkan arus maksimal 100 mA pada kolektornya.

Untuk menghitung hambatan yang digunakan pada basis. (hfe min = 90)

mA

dengan demikian nilai Rb maksimum yang harus digunakan adalah:

Rb minimum yang dapat digunakan adalah (ib Max = 20 mA):

Pada alat ini digunakan resistor 10 K .

Input dari rangkaian ini dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga ON/OFF relay dapat dikendalikan oleh mikrokontroler.

3.7 Rangkaian Buzzer

Dalam perancangan alat ini, buzzer digunakan sebagai alarm yang mengeluarkan gelombang suara ketika mendapat tegangan keluaran dari mikokontroller. Gambar rangkaian buzzer dapat dilihat di bawah ini :

(44)

30

3.8 Rangkaian Driver Motor DC

Rangkaian driver motor DC ini berfungsi untuk menggerakkan motor DC searah atau berlawanan arah dengan jarum jam. Rangkaian ini sebagai penghubung antara motor DC dengan mikrokontroller. gambar rangkaian driver motor DC ditunjukkan pada gambar 3.7.

Gambar 3.10 Rangkaian driver motor DC

(45)

Pada rangkaian ini untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan relay digunakan transistor tipe NPN. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip relay dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan mengakibatkan relay aktif. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt, keadaan ini menyebabkan tidak aktif.

Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika relay dinon-aktifkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini. Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara normal dioda ini tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinonaktifkan, pada saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan dialirkan ke dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor, yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.

Saat relay yang terhubung ke PortB.0 pada mikrokontroler diaktifkan, maka common relay akan terhubung ke Normally Open (NO) pada relay pertama, sehingga motor mendapat tegangan positif pada satu kutupnya, sedangkan kutub yang lain terhubung ke tegangan negatif, dengan demikian maka motor akan berputar ke satu arah.

(46)

32

yang lain terhubung ke tegangan negatif, dengan demikinan maka motor akan berputar ke arah yang lain. Berputarnya motor akan menyebabkan kunci terbuka atau tertutup.

Untuk menentukan tipe transistor yang digunakan, maka harus diketahui arus yang mengalir pada relay. Relay yang digunakan adalah JQX-4453, relay ini membutuhkan arus 34 mA untuk dapat bekerja, maka transistor yang digunakan harus dapat mengalirkan arus 34 mA pada colektornya. Pada alat ini digunakan transistor tipe NPN C945, yang dapat mengalirkan arus maksimal 100 mA pada kolektornya.

Berikutnya menghitung hambatan yang digunakan pada basis. (hfe min = 90)

mA

dengan demikian nilai Rb maksimum yang harus digunakan adalah: 

Rb minimum yang dapat digunakan adalah (ib Max = 20 mA): 

Jadi untuk pemilihan resistornya adalah dengan memilih nilai tengah antara Rb minimum dan Rb maksimum, yaitu:

(47)

3.9 Flowchart

(48)

BAB IV

PENGUJIAN ALAT

Dalam bab ini akan membahas pengujian alat mulai dari pengujian alat pemodul sampai pengujian alat secara keseluruhan dah hasil pengukuran alat. Pengujian tersebut akan dilakukan secara bertahap.

4.1 Pengujian Sistem Minimum

4.1.1 Pengujian Sistem Minimum Mikrokontroller ATMEGA8535

Dalam hal ini, pengujian akan dilakukan dengan pengujian yang bersifat sederhana untuk memastikan bekerja atau tidaknya sistem minimum dari rangkaian ini. Pengujian dilakukan pada I/O mikrokontroller misalnya pada PortA akan diuji untuk menghidup dan mematikan LED secara bergantian. Pengujiannya dengan menggunakan program sebagai berikut :

While (1) {

// Place your code here PORTA = 240

(49)

Ketika pengujian dengan memakai program tersebut dijalankan, maka LED akan hidup dan mati secara bergantian.

4.1.2 Pengujian LCD

Setelah pengujian pada mikrokontroller selanjutnya akan dilakukan pengujian LCD dengan melakukan percobaan untuk mengaktifkan LCD yang dikontrol dari mikrokontroller. Dalam hal ini LCD akan dibuat menampilkan beberapa karakter. Misalkan LCD akan dibuat menampilkan karakter seperti berikut :

Pengaman Kendaraan

Maka digunakan program seperti berikut :

While(1) {

//Place your code here lcd_gotoxy(0,0);

lcd_putsf("Pengaman"); lcd_gotoxy(0,1);

lcd_putsf("Kendaraan"); delay_ms(2000); lcd_clear(); };

}

Maka ketika dengan program seperti di atas dilakukan pengujian LCD maka

(50)

36

4.1.3 Pengujian Sensor

4.1.3.1 Pengujian Sensor Halangan

Pengujian sensor halangan dapat dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran fotodioda ketika ada atau tidaknya penghalang sinar inframerah yang dipancarkan oleh LED inframerah. Dari hasil pengujian yang diukur menggunakan multimeter digital didapat data seperti tabel berikut :

Tabel 4.1 Pengujian Sensor Halangan

Keadaan Tegangan Keluaran Fotodioda

Ada Penghalang 0 Volt

Tanpa Penghalang 4,99 Volt

Tegangan keluaran fotodioda yang kemudia diperkuat oleh rangkaian op-amp yang kemudian menjadi sinyal masukan untuk mikrokontroller.

4.1.3.2 Pengujian Sensor Tegangan

Pengujian sensor tegangan ini dapat dilakukan dengan mengukur tegangan ujung atau output sensor tegangan dengan ground. Keadaan yang diambil adalah ketika kunci sepeda motor dalam keadaan terbuka dan tertutup pada saat sistem pengaman aktif. Dari hasil pengujian yang diukur menggunakan multimeter digital didapat data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Pengujian Sensor Tegangan

Keadaan Tegangan Keluaran

Kunci terbuka 4,58Volt

(51)

Dalam program AVR mikrokontroller ditetapkan kondisi jika input <5V maka sistem dalam keadaan sistem aktif, maka kunci roda dan alarm akan aktif karena kondisi tersebut dipastikan kunci sepeda motor dalam keadaan tertutup tanpa pembukaan sistem terlebih dahulu.

4.1.4 Pengujian Pengunci Roda

Pengujian ini dapat dilakukan dengan memberi tegangan masukan pada motor pengunci. Motor pengunci / pengunci roda dikontrol oleh rangkaian motor DC yang mana jika rangkaian motor DC. Dari hasil pengyujian didapatkan tegangan sebagai berikut :

Tabel 4.3 Pengujian Pengunci Roda

Kutub Perlakuan Keadaan Pengunci

Positif Diberi tegangan positif

Pengunci Aktif Negatif Diberi tegangan negatif

Positif Diberi tegangan negatif

Pengunci Tidak Aktif Negatif Diberi tegangan positif

4.1.5 Pengujian Bluetooth

Pengujian Bluetooth dapat dilakukan dengan melakukan koneksi dan pengiriman data. Program yang digunakan untuk pengujian Bluetooth adalah sebagai berikut :

Program pembaca bluetooth :

// USART Receiver interrupt service routine

interrupt [USART_RXC] void usart_rx_isr(void)

{

(52)

38

status=UCSRA;

data=UDR;

if ((status & (FRAMING_ERROR | PARITY_ERROR | DATA_OVERRUN))==0)

{ rx_buffer[rx_wr_index]=data;

if (++rx_wr_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_wr_index=0;

if (++rx_counter == RX_BUFFER_SIZE)

{

rx_counter=0;

rx_buffer_overflow=1;

};

if (indikator2==6) {ps7=data; indikator2=7; }

if (indikator2==5) {ps6=data; indikator2=6; }

if (indikator2==4) {ps5=data; indikator2=5; }

if (indikator2==3) {ps4=data; indikator2=4; }

if (indikator2==2) {ps3=data; indikator2=3; }

if (indikator2==1) {ps2=data; indikator2=2; }

if (indikator2==0) {ps1=data; indikator2=1; }

};

}

Data Bluetooth akan disimpan dalam variabel ps1 untuk karakter pertama, ps2 untuk karakter kedua dan seterusnya.

Program Membandingkan karakter dari Data Bluetooth :

{ if (ps1==98 && ps2==117 && ps3==107 && ps4==97)

{sislok=0; PORTB.0=0; sis_unlock(); PORTB.3=0; kunci=0; hitungan=0;

(53)

lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("Sistem Terbuka"); beeb(); delay_ms(70);

beeb();

delay_ms(200);}

if ps1==98, artinya jika karakter pertama Bluetooth yang dirim adalah karakter (ascii a=98) maka perintah berikutnya akan dikerjakan.

Pengukuran Jarak Koneksi Bluetooth

Pengukuran jarak koneksi bluetooth berguna sebagai penentu jarak kendali pengguna dengan alat pengaman sepeda motor. Pengukuran didasarkan atas perbandingan antara jarak dengan koneksi transmitter-receiver Bluetooth. Koneksi

transmitter dengan receiver Bluetooth dilakukan dengan mengirim karakter “buka”

ketika sedang terdeteksi Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, maka dihasilkan data sebagai berikut :

Tabel 4.4 Kondisi Pengukuran Jarak Koneksi Bluetooth

Jarak Kondisi

(54)

40

Dari hasil yang didapat hasil bahwan jarak koneksi maksimal pengontrolan ke terminal bloetooth adalah 12 meter yang mana pada jarak tersebut perangkat bluetooth dengan terminal bluetooth dapat terhubung.

4.2 Analisa Pengujian

4.2.1 Pengukuran Ketelitian Alat Pengaman

Pengukuran ketelitian alat bertujuan untuk mengetahui berkerja atau tidaknya semua sistem yang ada pada alat pengaman. Dalam hal ini mencakup pada dua hal yaitu pada sistem pengaman pengapian dan pengaman roda.

4.2.1.1 Pengukuran Ketelitian Pengaman Pengapian

Dalam hal ini pengaman pengapian sebagaimana telah diuraikan pada bagian perancangan sistem adalah menggunakan sensor tegangan sebagai pendeteksi tegangan dan pemberi respon ke mikrokontroller pada saat sistem sedang aktif. Dari pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.5 Ketelitian Pengaman Pengapian Pengukuran Kunci Motor Pengunci Roda Buzzer

Pertama Terbuka Tidak Aktif Mati

Tertutup Aktif Hidup

Kedua Terbuka Tidak Aktif Mati

Tertutup Aktif Hidup

Ketiga Terbuka Tidak Aktif Mati

Tertutup Aktif Hidup

Keempat Terbuka Tidak Aktif Mati

Tertutup Aktif Hidup

Kelima

Terbuka Tidak Aktif Mati

(55)

Dari kelima pengukuran yang dilakukan di saat sistem aktif, kunci motor dalam keadaan terbuka maka pengunci roda tidak aktif dan buzzer dalam keadaan mati, sebaliknya ketika sistem aktif, kunci motor tertutup maka pengunci roda aktif dan buzzer hidup. Dari hasil tersebut dapat dikatakan sistem pengaman pengapian bekerja dengan baik.

4.2.2 Pengukuran Ketelitian Pengaman Roda

Sensor halangan bekerja menghitung berapa banyaknya putaran roda. Dalam hal ini dirancang pada program mikrokontroller bahwa jumlah maksimal putaran roda pada saat sistem aktif adalah tiga kali putaran atau Sembilan kali halangan pada sensor dengan menggunakan velg racing tiga penyangga. Artinya dalam setiap putaran sensor halangan akan memberi kondisi tiga kali high dan tiga kali low. Yang dihitung disini adalah keadaaan low pada sensor halangan karena pada saat itu diasumsikan telah terjadi pergerakan pada roda sepedamotor. Jadi jika sensor memberikan Sembilan kali keadaan low pada saat sistem aktif maka pengunci roda dan buzzer akan aktif. Dari percobaan yang dilakukan sebanyak lima kali, didapat data sebagai berikut :

a. Percobaan Pertama

Tabel 4.6 Percobaan pertama ketelitian pengaman roda Jlh.

Halangan

Halangan di program

Pengunci

Roda Buzzer

%

kesalahan Penyimpangan 1

9

Tidak Aktif Mati

0 % 0 halangan

2 Tidak Aktif Mati

3 Tidak Aktif Mati

4 Tidak Aktif Mati

5 Tidak Aktif Mati

6 Tidak Aktif Mati

7 Tidak Aktif Mati

8 Tidak Aktif Mati

(56)

42

b. Percobaan kedua

Tabel 4.7 Percobaan kedua ketelitian pengaman roda Jlh.

kesalahan Penyimpangan 1

c. Percobaan ketiga

Tabel 4.8 Percobaan ketiga ketelitian pengaman roda Jlh.

(57)

d. Percobaan keempat

Tabel 4.9 Percobaan keempat ketelitian pengaman roda Jlh.

kesalahan Penyimpangan 1

e. Percobaan kelima

Tabel 4.10 Percobaan kelima ketelitian pengaman roda Jlh.

(58)

44

Melihat hasil dari kelima percobaan yakni dari kelima tabel hasil didapat satu tabel yaitu pada percobaan keempat memiliki persen error sebanyak 11,11 % dengan selisih 1 kali halangan dari program yang di mikrokontroller. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Kecepatan sensor halangan dalam mendeteksi halangan dan kemudian mengirimkan sinyal ke mikrokontroller, hal ini mungkin disebabkan oleh delay yang diperlukan sensor untuk menghitung halangan;

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pengujian alat ini didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Rancangan alat pengaman sepeda motor dengan skala laboratorium telah berhasil dirancang dengan baik menggunakani sistem pengaman ganda yaitu pada pengapian dan pengunci roda yang kedua sistem ini dikontrol oleh bluetooth sebagai pembuka dan pengunci sistem.

2. Mikrokontroller AVR ATMEGA 8535 dapat digunakan sebagai pengontrol pada berbagai sistem pengamanan termasuk pada sistem pengaman sepeda motor yang telah dirancang ini.

3. Dengan berhasilnya perancangan alat pengaman sepeda motor ini, jadi rancangan alat pengaman sepeda motor sistem ganda berbasis mikrokontroller menggunakan bluetooth dapat menjadi sebuah solusi untuk pengaman sepeda motor.

5.2 Saran

1. Rancangan alat pengaman sepeda motor sistem ganda seperti ini diharapkan nantinya dapat berkembang dan berguna untuk pengguna sepeda motor;

(60)

46

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Barnet, Larry, 2007. Embedded C Programming and the Atmel AVR, 2e. New York : Delmar, Cengage Learning.

Bejo, Agus, 2007. C&AVR Rahasian Kemudahan Bahasa C Dalam Mikrokontroler ATMega8535. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widjanarka N, Wijaya Ir. 2006. Teknik Digital. Jakarta : Erlangga

Gadre, Dhananjay V. 2001. Programming And Customizing The AVR Microcontroller. New York : McGraw-Hill.

Pardue, Joe. 2005. C Programming For Microcontrollers. California : Smiley Micros.

Malvino, A.P, 1996. Prinsip – Prinsip Elektronika ( diterjemahkan oleh Hanapi Gunawan ). Jakarta : Erlangga.

Camenzid, Hans, 2005. Designing Analog Chips. Re-pubhlising Edition. www.designinganalogchips.com diakses tanggal 12 Mei 2013

Goh, Song-Joo,Ph.D, 1999. Bluetooth Architecture Protocol And Aplications. Singapore : Exelpoint Sistems Pte Ltd.

(62)

48

http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?view=article&catid=16%3Amikroprocessorkon troller&id=424%3Asinar-infra-merah&option=com_content&Itemid=14

diakses tanggal 14 Juli 2013

(63)

LAMPIRAN I RANGKAIAN LENGKAP

4K7

(64)

50

LAMPIRAN II

PROGRAM DI MIKROKONTROLLER ATMEGA8535 /*****************************************************

This program was produced by the CodeWizardAVR V1.25.8 Standard Automatic Program Generator

© Copyright 1998-2007 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l. http://www.hpinfotech.com

Project : Version :

Date : 10/07/2013

Author : Adi Company : F4CG Comments:

Chip type : ATmega8535 Program type : Application Clock frequency : 11,059200 MHz Memory model : Small

External SRAM size : 0 Data Stack size : 128

*****************************************************/

#include <mega8535.h>

// Alphanumeric LCD Module functions #asm

.equ __lcd_port=0x15 ;PORTC #endasm

#include <lcd.h>

int indikator2, sensor_teg, kunci, aktif, frekuensi, pulsa, hitungan; int ps1, ps2, ps3, ps4, ps5, ps6, ps7;

unsigned char data[16];

// External Interrupt 0 service routine interrupt [EXT_INT0] void ext_int0_isr(void) {

// Place your code here frekuensi++;

}

(65)

#define TXB8 0

#define FRAMING_ERROR (1<<FE) #define PARITY_ERROR (1<<UPE) #define DATA_OVERRUN (1<<OVR)

#define DATA_REGISTER_EMPTY (1<<UDRE) #define RX_COMPLETE (1<<RXC)

// USART Receiver buffer #define RX_BUFFER_SIZE 8 char rx_buffer[RX_BUFFER_SIZE];

#if RX_BUFFER_SIZE<256

unsigned char rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter; #else

unsigned int rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter; #endif

// This flag is set on USART Receiver buffer overflow bit rx_buffer_overflow;

// USART Receiver interrupt service routine interrupt [USART_RXC] void usart_rx_isr(void) {

char status,data; status=UCSRA; data=UDR;

if ((status & (FRAMING_ERROR | PARITY_ERROR | DATA_OVERRUN))==0) {

rx_buffer[rx_wr_index]=data;

if (++rx_wr_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_wr_index=0; if (++rx_counter == RX_BUFFER_SIZE)

(66)

52

// Get a character from the USART Receiver buffer #define _ALTERNATE_GETCHAR_

if (++rx_rd_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_rd_index=0; #asm("cli")

// Standard Input/Output functions #include <stdio.h>

// Timer 1 overflow interrupt service routine interrupt [TIM1_OVF] void timer1_ovf_isr(void) {

// Reinitialize Timer 1 value TCNT1H=0xD5D0 >> 8;

#define FIRST_ADC_INPUT 0 #define LAST_ADC_INPUT 0

unsigned int adc_data[LAST_ADC_INPUT-FIRST_ADC_INPUT+1]; #define ADC_VREF_TYPE 0x40

// ADC interrupt service routine // with auto input scanning

(67)

{

register static unsigned char input_index=0; // Read the AD conversion result

adc_data[input_index]=ADCW; // Select next ADC input

if (++input_index > (LAST_ADC_INPUT-FIRST_ADC_INPUT)) input_index=0;

ADMUX=(FIRST_ADC_INPUT | (ADC_VREF_TYPE & 0xff))+input_index; // Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage

delay_us(10);

// Start the AD conversion ADCSRA|=0x40;

}

// Declare your global variables here sis_unlock()

// Declare your local variables here

// Input/Output Ports initialization // Port A initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTA=0x00;

DDRA=0x00;

// Port B initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=Out Func2=Out Func1=Out Func0=Out

(68)

54

PORTB=0x80; DDRB=0x0F;

// Port C initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTC=0x00;

DDRC=0x00;

// Port D initialization

// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTD=0x00;

DDRD=0x00;

// Timer/Counter 0 initialization // Clock source: Sistem Clock // Clock value: Timer 0 Stopped // Mode: Normal top=FFh // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x00;

TCNT0=0x00; OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization // Clock source: Sistem Clock // Clock value: 10,800 kHz // Mode: Normal top=FFFFh // OC1A output: Discon. // OC1B output: Discon. // Noise Canceler: Off

(69)

// Timer/Counter 2 initialization // Clock source: Sistem Clock // Clock value: Timer 2 Stopped // Mode: Normal top=FFh // OC2 output: Disconnected ASSR=0x00;

TCCR2=0x00; TCNT2=0x00; OCR2=0x00;

// External Interrupt(s) initialization // INT0: On

// INT0 Mode: Falling Edge // INT1: Off

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x04;

// USART initialization

// Communication Parameters: 8 Data, 1 Stop, No Parity // USART Receiver: On

// USART Transmitter: On // USART Mode: Asynchronous // USART Baud Rate: 9600

// Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off

// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80;

SFIOR=0x00;

// ADC initialization

(70)

56

// ADC Auto Trigger Source: Free Running

ADMUX=FIRST_ADC_INPUT | (ADC_VREF_TYPE & 0xff); ADCSRA=0xEC;

SFIOR&=0x0F;

// LCD module initialization lcd_init(16);

(71)

delay_ms(300); }

if (sensor_teg<=5 && aktif==1) {kunci=1; aktif=0;}

if (pulsa>=1) {hitungan=hitungan+1; pulsa=0;} if (hitungan>=9 && kunci==1)

{aktif=1; PORTB.0=1; sis_lock(); PORTB.3=1; lcd_clear();

lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("Kunci Aktif"); delay_ms(300);

hitungan=0; }

delay_ms(3); lcd_clear(); };

(72)

58

LAMPIRAN III GAMBAR ALAT

a. Gambar keseluruhan alat

(73)

c. Gambar saat kunci sepeda motor di hidupkan dan sistem sedang aktif atau ready

Pengunci roda aktif

(74)

60

Kunci sepeda motor dalam posisi on

(75)

Tampak alat ketika sistem telah terbuka, kunci sepeda motor on maka jalur api tersambung yang ditandai oleh hidupnya lampu indikator

(76)

62

d. Gambar alat ketika sensor pada roda mengalami halangan sebanyak halangan yang membuat pengunci roda aktif ( seperti pada data )

Tampak pengunci roda aktif

(77)

Bluetooth Modules

Wireless UART Cable Replacement Hardware Manual &

AT Commands Reference Manual Rev. 1r0

EGBT-045MS and EGBT-046S Bluetooth Mod-ule are low cost replacements of our now retired EGBC-04 Bluetooth Module. EGBC-04 is an excel-lent Bluetooth Module, it is fully certified to Blue-tooth standards, and is loaded with programmable features users had come to love. There is just one thing that went against it- it is expensive.

It is easy to see why the EGBC-04 cost so much. Firstly, the manufacturer produced these specialty modules in relatively small volume; hence, there is no economy of the scale to speak of. Secondly, certification costs a lot of money; and this cost will have to be added on top of the manufacturing cost. Hence, EGBC-04 ended up costing about 10 times more expensive than its garden variety USB-type Bluetooth dongles cousins.

Fortunately, at least one volume manufacturer have came up with an idea of producing a generic Bluetooth module in large quantity, for sale and distribution to developers who now have to put only the firmware functionalities. This resulted in a huge drop in prices of these specialty Bluetooth modules, benefiting us experimenters and hobbyists.

EGBT-045MS and EGBT-046S are generic Blue-tooth Modules loaded with SPP firmware for UART wireless cable replacement functions. The EGBT-045MS can be configured by the user to work either as a master or slave Bluetooth device using a set of AT commands.

EGBT-046S, on the other hand, is permanently pro-grammed as Bluetooth slave device. EGBT-046S, because of its simpler function, is a lot easier to use, and of course, costs less than EGBT-045MS. You can use it straight out of the box as a UART wireless cable replacement, without any need to

firmware.

Use the cheaper EGBT-046S if your application will connect to a master Bluetooth device, such as PC or laptops. Use the EGBT-045MS if your application must connect to a slave Bluetooth device, such as with EGBT-046S. Note that EGBT-045MS will work

The new EGBT-04 Bluetooth module comes in two flavors. The EGBT-046S is permanently configured as a slave de-vice. EGBT-045MS, on the other hand, can be configured by the user to work as a master or slave Bluetooth device.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Block Sistem
Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller ATMEGA8535
Gambar berikut menampilkan hubungan antara LCD dengan port mikrokontroler:
Gambar 3.5 Rangkaian Pemancar Inframerah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang dijadikan acuan dalam kajian penerapan sistem photovoltaic cell dan pengolahan air hujan terhadap efisiensi energi dan air pada bangunan Mesjid Rahmatan Lil

Pada penelitian ini parasit darah yang teridentifikasi pada sampel darah ayam buras yang dijual di Pasar Inpres Naikoten Kota Kupang adalah parasit darah dari genus

Bila mahasiswa mengalami kejenuhan dalam belajar, bisa juga mengadakan e- learning dengan hanya menggali dan menelusuri materi dan dijadikan bahan diskusi di pertemuan barikutnya

Sebelum pembuatan tata letak peneliti harus mengetahui berapa jumlah peralatan yang digunakan untuk proses produksi, untuk mencari perhitungan tersebut peneliti

88 Analisis dari penerapan efisiensi penggunaan lahan pada area site perancangan untuk dapat memaksimalkan area resapan air hujan adalah dengan penerapan zonasi kawasan tapak

Hal tersebut sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan ketidaksesuaian PSAK 105 dengan perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh bank

Hasil uji statistic menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun Delonix regia dan ekstrak biji delonix regia tidak berbeda bermakna dengan kontrol negative sedangkan

Oksigenasi merupakan salah satu intervensi kolaboratif yang dilakukan oleh perawat sebagai bagian dari tim kesehatan dalam upaya menyelesaikan masalah pasien terutama yang