BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan bekerja. Alasan atau
tujuan paling mendasar adalah untuk mencari
mendasar yang kita butuhkan untuk bisa terus hidup, seperti makanan, pakaian
dan tempat tinggal. Untuk mendapatkan semua itu dibutuhkan biaya dan orang
perlu bekerja untuk dapat membayar biaya tersebut.1
Kini, globalisasi teknologi dan informasitelah turut memajukan dunia
perdagangan. Globalisasi berperan mengurangi atau bahkan menghilangkan
hambatan antarnegara dalam rangka memudahkan arus barang, jasa, modal, dan
sumber daya manusia antar negara. Globalisasi telah memunculkan tumbuh dan
berkembangnya perusahaan multinasional. Kemajuan yang pesat dalam teknologi,
transportasi, dan komunikasi memberikan kemudahan bagi perusahaan
multinasional dalam menempatkan usaha mereka di negara manapun di belahan
dunia.
Ada berbagai jenis pekerjaan atau usaha yang dilakukan manusia. Mulai
dari menghasilkan barang, jasa, hingga bekerja di instansi pemerintahan. Salah
satu jenis aktivitas ekonomi yang sering dijumpai adalah berdagang atau berniaga.
2
1
Mengapa Manusia Bekerja, (diakses pada tanggal 28 Oktober 2015).
2
Dalam perkembangannya, transaksi perdaganganinternasional
yangmelibatkan perusahaan multinasionaldalam satu grup berkembang
semakinkompleks, yang tidak hanya melibatkan barang saja, tetapi juga modal,
jasa, danharta tak gerak (misalnya kekayaan intelektual). Pada akhirnya,
kompleksitastersebut mengakibatkan kompleksitas dalam menganalisis dan
memahamitransaksi tersebut, termasuk untuk kepentingan pemajakan.3
Namun, kemajuan dalam dunia perdagangan menyebabkan
sebuahpermasalahan perpajakan, khususnya terhadap pajak penghasilan, yaitu
penentuan harga transfer (transfer pricing).Transfer pricing berkaitan erat dengan
harga transaksi barang, jasa atau harta tak berwujud antarperusahaan dalam suatu
perusahaan multinasional.Transfer pricing dapat dibagi menjadi dua pengertian,
yaitu pengertian netral dan pengertian peyoratif.4
Pengertian netral mengasumsikan bahwa transfer pricing adalah murni
merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban
pajak.5
3
Ibid., hlm.2. 4
PengertianTransfer Pricing, http://www.academia.edu/5361005(diakses pada tanggal 28 Oktober 2015).
Tujuan penerapan harga transfer adalah untuk mentransmisikan data
keuangan diantara departemen-departemen atau divisi-divisi perusahaan pada
waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain. Selain itu,
transfer pricingterkadang digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan
memotivasi manajer divisi penjual dan divisi pembelian menuju
kepuitusan-5
keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.6Sedangkan
pengertian peyoratif mengasumsikan bahwa transfer pricingadalah upaya
untukmemperkecil pajak dengan cara menggeser harga atau laba antar perusahaan
dalam satugrup. Oleh otoritas pajak, transfer pricing dianggap sebagai upaya
penghindaran pajak(tax avoidance) apabila penentuan harga dalam transaksi antar
pihak yang dipengaruhihubungan istimewa dilakukan tidak sesuai dengan
ketentuan perpajakan (mispricing).7
Contohnya adalah kasus yang menimpa Google di Inggris, Starbucks
Inggris, Amazon Inggris, dan lain-lain.Starbucks Inggris misalnya, padatahun
2011 sama sekali tidak membayar pajak korporasi padahal berhasil mencetak
penjualan sebesar£398 juta.Selain itu mereka juga mengaku rugi sejak tahun 2008,
dengan jumlah kerugiannya mencapai £112 juta atau sekitar 1,7 triliun
rupiah.Padahal dalam laporan kepada investornya di Amerika Serikat, Starbucks
mengatakan bahwa mereka memperoleh keuntungan yang besar di Inggris,
bahkan penjualannya selama 3 tahun (2008-2010) mencapai £1,2 miliar atau
sekitar 18 triliun rupiah. Dengan kerugian ini, Starbucks Inggristidak pernah
membayar pajak korporasi. Bahkan selama 14 tahun beroperasi di
Inggris,Starbucks hanya membayar pajak sebesar £8,6 juta.
8
Perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan praktik transfer pricing.
Transfer pricing dilakukan dengan mengalihkan penghasilan atau biaya dengan
tidak wajar. Ketidakwajaran tersebut dapat terjadi pada harga penjualan, harga
6
Tujuan Transfer Pricing, Oktober 2015).
7
Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.1. 8
pembelian, alokasi biaya administrasi dan umum, pembebanan bunga atas
pemberian pinjaman oleh pemegang saham, pembayaran royalti, pembayaran
komisi, imbalan atas jasa manajemen dan jasa lainnya, pembelian harta
perusahaan oleh pemegang saham, penjualan kepada pihak luar negeri melalui
pihak ketiga yang tidak mempunyai substansi usaha, hingga penjualan atau
pembelian saham.9Walaupun terlihat legal tetapi cara-cara seperti ini dianggap
sebagai cara yang amoral.10
Praktik transfer pricing dalam arti peyoratif tentu merugikan negara
karena pajak merupakan ujung tombak pembangunan. Pembayaran pajak
merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak
untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan
untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Salah satu penopang
pendapatan nasional yaitu berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang
sekitar 70 % dari seluruh penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang sangat
vital dalam sebuah negara. Tanpa pajak, kehidupan negara tidak akan bisa
berjalan dengan baik.11
Namun demikian, otoritas pajak tidak dapat serta merta menganggap
bahwa transaksi yang melibatkan hubungan istimewa terdapat upaya untuk
meminimalkan laba (penghindaran pajak), sebab dari sisi wajib pajak kadang
perusahaan multinasional kesulitan dalam menentukan harga wajar karena
9
ketiadaan mekanisme pasar, atau karena adanya strategi bisnis tertentu yang
berujung sulitnya menentukan harga pembanding.12
1. Bagaimanakahpengaturan hukum pajak penghasilan di Indonesia ?
Pengertian peyoratif dari transfer pricing membuat peneliti tertarik
untukmeneliti lebih dalam. Apalagi, bila permasalahan transfer pricing ini
dikaitkan denganperaturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu,
peneliti menilaibahwa permasalahan ini patut untuk diangkat dan diteliti serta
dituangkan dalam karyailmiah berupa skripsi dengan judul “Penghindaran Pajak
Penghasilan Melalui Transfer Pricing Dalam Perspektif Hukum Perpajakan di
Indonesia” sehingga dimengerti bagaimana pandangan hukum pajak di Indonesia
terhadap kegiatan transfer pricing dalam artipeyoratif.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dipaparkan pada penelitian ini,
adalah:
2. Bagaimanakah mekanisme penghindaran pajak melalui transfer pricing ?
3. Bagaimanakahpenghindaran pajak penghasilan melalui transfer pricing dalam
perspektif hukum perpajakan di Indonesia ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi
ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum pajak penghasilan di Indonesia
12
2. Untuk mengetahui mekanisme penghindaran pajak melalui transfer pricing
3. Untuk mengetahui perspektif hukum perpajakan di Indonesia atas
penghindaran pajak penghasilan melalui transfer pricing
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini,antara lain :
1. Secara teoritis
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam perkembangan hukum ekonomi dan khususnya dalam hal
penghindaran pajak melalui transfer pricing dan melahirkan pemahaman
tentang perspektif hukum pajak terhadap penghindaran pajak melalui transfer
pricing sekaligus memperkaya serta menambah wawasan ilmiah baik dalam
tulisan ini maupun dalam bidang lainnya.
2. Secara praktis
Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat pada umumnya
tentang penghindaran pajak melalui transfer pricing. Penghindaran pajak
adalah tindakan yang salah, sehingga dengan adanya tulisan ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran pelaku usaha untuk tidak melakukan
penghindaran pajak, baik melalui transfer pricing atau melalui mekanisme
yang lain.
D. Keaslian Penulisan
Ilmu pengetahuan yang diperoleh dipergunakan dalam rangka
meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh, maka
Penghasilan Melalui Transfer Pricing Dalam Perspektif Hukum Perpajakan
di Indonesia”.
Penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara telah dilakukan untuk mengetahui keaslian
penulisan. Pusat dokumentasi dan informasi hukum/perpustakaan universitas
cabang fakultas hukum USU melalui surat tertanggal 15 September 2015 yang
menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama” dan tidak terlihat adanya
keterkaitan. Surat tersebut dijadikan dasar bagi bapak Ramli Siregar (sekretaris)
Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk
menerima judul yang diajukan, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini
dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat dilingkungan
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang
lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal
tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.
E. Tinjauan Kepustakaan
Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut sebagai
UU KUP) pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya adalah sebagai
berikut :13
Definisi itu kemudian dipertahankan dan kemudian berbunyi sebagai
berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal
(kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum”, dengan penjelasan sebagai berikut: “dapat
dipaksakan” artinya : bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat
ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan
juga penyanderaan; terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan
jasa timbal balik tertentu, seperti halnya dengan retribusi.”
14
Hukum pajak, yang juga disebut hukum fiskal, adalah keseluruhan dari
peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan
melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik, yang “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan ‘surplus’nya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment”
13
R.Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak (Bandung: Refika Aditama, 2003), hlm.6.
mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau
badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak, yang kemudian disebut
sebagai wajib pajak.15
Tugas hukum pajak ini adalah menelaah keadaan-keadaan dalam
masyarakat yang dapat dihubungkan dengan pengenaan pajak, merumuskannya
dalam peraturan-peraturan hukum dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum
ini; bahwa penting sekali untuk tidak mengabaikan latar belakang ekonomis dari
keadaan-keadaan dalam masyarakat tersebut.16
Pajak penghasilan adalah salah satu jenis pajak langsung yang ada di
Indonesia dan dikelola oleh dirjen pajak dan departemen keuangan.17 Pajak
penghasilantergolong sebagai pajak subjektif yaitu pajak yang
mempertimbangkan keadaan pribadi wajib pajak sebagai faktor utama dalam
pengenaan pajak. Keadaan pribadi wajib pajak, yang tercermin pada
kemampuannya untuk membayar pajak atau daya pikulnya, ikut dipertimbangkan
dan dijadikan sebagai dasar utama dalam menentukan berapa besarnya jumlah
pajak yang dapat dibebankan kepadanya.18
Definisi penghindaran pajak (tax avoidance) adalah suatu usaha
pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal, seperti pengecualian dan
pemotongan-pemotongan yang diperkenankan maupun memanfaatkan hal-hal
Liberti Pandiangan, Pedoman Praktis Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 (Jakarta: Salemba Empat, 2009), hlm.1.
18
yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan
perpajakan yang berlaku.19
Celah undang-undang merupakan dasar potensial penghindaran pajak
secara yuridis. Suatu undang-undangdirumuskan tidak jelas karena :20
1. Kesengajaan pembuat undang-undang
Hal ini terjadi karena latar belakang pembuat undang-undangtersebut
adalah pemerintah dan parlemen, di mana parlemen mewakili berbagai
kepentingan yang berbeda dan bisa saling bertolak belakang antara satu dan yang
lainnya. Dua kepentingan yang paling dominan di parlemen adalah anggota
parlemen yang mewakili kelompok buruh dan pemilik modal. Apabila diajukan
undang-undangyang menyinggung dua pihak tersebut, diusahakan dicarikan jalan
kompromi terhadap substansi masalahnya. Namun ini sulit dilakukan kaena
menyangkut kepentingan yang berbeda. Lalu dicarilah jalan kompromi terhadap
perumuasn yang bisa diterima oleh semua pihak. Masing-masing pihak bebas
menafsirkan undang-undang tersebut sesuai dengan kepentingan masing-masing
pihak. Pada akhirnya, undang-undang tersebut mengambang. Bisa saja wajib
pajak menafsirkan sesuai kepentingannya dan fiskus menafsirkan sesuai dengan
kepentingan negara.
2. Ketidaksengajaan pembuat undang-undang
Contoh: Pada akhir tahun 1800-an, undang-undang anti-trust atau
undang-undang anti monopoli di Amerika Serikat yang ditujukan untuk pemilik modal
19
Erly Suandy, Hukum Pajak (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm.22. 20
yang berbunyi “Apabila ada yang menghambat atau menghalangi perdagangan
antar negara bagian, bisa dijatuhi hukuman berdasarkan undang-undang ini”.
Pada suatu kasus, serikat buruh pada perusahaan transportasi melakukan
pemogokan sehingga perdagangan antar negara bagian terhambat. Pemimpin
serikat buruh ini ditangkap dan dihukum berdasarkan undang-undang anti
monopoli karena dianggap menghambat perdagangan antar negara bagian.
Seharusnya undang-undang ini ditujukan untuk pemilik modal, bukan untuk kaum
buruh. Karena itu, pada pemilu berikutnya kaum buruh memilih wakil-wakil
mereka yang memang dalam hidupnya membela kepentingan kaum buruh. Setelah
pemilu, mereka berhasil mendominasi kursi di parlemen. Sehingga, mereka
menambahkan undang-undang anti trust tersebut dengan kalimat “undang-undang
ini tidak ditujukan untuk kaum buruh”.
Definisi transfer pricingmenurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
: PER - 32/PJ/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor
Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa(selanjutnya disebut sebagai peraturan dirjen pajak)Pasal 1
angka (8), adalah penentuan harga dalam transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
F. Metode Penulisan
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa penelitian dimulai ketika
dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode
atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala
dengan jalan menganalisanya dan dengan pemeriksaan yang mendalam terhadap
fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.21
1. Spesifikasi penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum normatif, yaitu
penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan.
Perundang-undangan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini antara
lain,Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir kali dengan lain,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
(selanjutnya disebut UU PPh), Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak (selanjutnya disebut
sebagai UU Pengadilan Pajak), serta beberapa peraturan terkait lainnya yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang misalnya direktorat jenderal pajak
(selanjutnya disebut dirjen pajak).
Penulisan skripsi ini bersifat penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang menjadi objek
penelitian yakni penghindaran pajak melalui transfer pricing. Penulisan skripsi ini
juga menggunakan pendekatan yuridis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan
21
cara meneliti bahan pustaka dan peraturan perundang-undangan serta literatur
hukum yang berhubungan dengan permasalahan skripsi ini.
2. Data penelitian
Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data
utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Data penelitian tersebut terdiri dari:
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah dokumen peraturan yang mengikat dan
ditetapkan oleh pihak yang berwenang.22
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memiliki hubungan
dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan Pada penelitian ini bahan hukum
primer, yaitu: berbagai dokumen peraturan perundang-undangan yang
tertulis mengenai pajak, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2008 Tentang Perubahan keempat Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor :
PER-32/PJ/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak
Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
memahami bahan hukum primer yang ada. Seperti hasil seminar atau
makalah-makalah dari para pakar hukum, koran, majalah, serta
sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan
yang dibahas.
c. Bahan hukum tersier, yaitu mencakup bahan hukum yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif
dan seterusnya.
3. Teknik pengumpulan data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan
melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi
kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data
yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah,
surat kabar, hasil seminar dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah
yang dibahas dalam skripsi ini. Hal ini ditempuh dengan melakukan penelitian
kepustakaan (library research), atau bisaa dikenal dengan sebutan studi
kepustakan, walaupun penelitian yang dimaksud tidak lepas pula dari sumber lain
selain sumber kepustakaan, yakni penelitian terhadap bahan media massa ataupun
internet.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pusaka adalah sebagai
berikut:23
23
a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya
yang relevan dengan objek penelitian.
b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media cetak
maupun media eletronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan
perundang-undangan.
c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah
yang menjadi objek penelitian.
4. Analisis data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh
tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa
data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas
dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari
penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang
diajukan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V bab yang masing-masing
bab memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besar dapat diuraikan
sebagai berikut:
Bab ini berisi pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar
belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, dilanjutkan
dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan, dan diakhiri dengan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II HUKUM PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA
Pada bab ini diuraikan asas-asas hukum dalam perpajakan, subjek
pajak penghasilan dan objek pajak penghasilan, bukan subjek
pajak, penghasilan dan bukan objek pajak penghasilan,
perhitungan pajak penghasilan, dan sanksi.
BAB III MEKANISME PENGHINDARAN PAJAK MELALUI
TRANSFER PRICING
Bab ini mengurai tentang pengertian transfer pricing, hubungan
istimewa, prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, mekanisme
penghindaran pajak melalui transfer pricing, dan kasus-kasus
transfer pricing.
BAB IV PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN MELALUI
TRANSFER PRICING DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PERPAJAKAN DI INDONESIA
Pada bab ini dibahas mengenai perbedaan antara penghindaran
pajak dan penggelapan pajak, sanksi penghindaran pajak melalui
BAB V PENUTUP
Pada bab terakhir ini akan dimuat kesimpulan dari pembahasan
yang ada pada bab-bab sebelumnya dan akan diakhiri dengan