GAMBARAN DERMATOFITOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2013
Oleh:
GLADIS R HUTAHAEAN 110100283
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN DERMATOFITOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2013
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
GLADIS R HUTAHAEAN 110100283
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Gambaran Dermatofitosis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013
Nama : GLADIS ROITO HUTAHAEAN NIM : 110100283
Pembimbing Penguji I
(dr. Isma Aprita, Sp. KK) (dr. Dina Aprillia, M. Ked (PD), Sp. PD)
NIP. 140191408 NIP. 198104112006042001
Penguji II
(dr. Lokot D. Lubis, M. Ked (PA), Sp. PA) NIP. 197410092003122001
Medan, 12 Januari 2015 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian ini, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidkan
Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Dermatofitosis di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2013”. Proses pembuatan penelitian ini menjadi pengalaman
yang sangat berharga bagi penulis karena seiring dengan berjalannya penelitian ini,
penulis telah banyak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna.
Saya menyadari bahwa terwujudnya penelitian ini, tidaklah lepas dari bantuan yang telah
didapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Universitas Sumatera Utara, tempat penulis menuntut ilmu dan berkembang
menjadi pribadi yang lebih baik dalam berbagai aspek, khususnya aspek
pendidikan.
2. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K) selaku rektor
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. dr. Isma Aprita, Sp. KK, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, pikiran, arahan dan masukan yang membangun selama proses penelitian
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. dr. Dina Aprillia, Sp. PD sebagai dosen penguji I yang telah memberikan ide dan
saran yang membangun sehingga karya tulis ilmiah ini dapat lebih baik.
6. Dosen pembimbing akademik, dr. Putri Chairani Eyanoer, PhD, yang telah
membimbing selama menempuh pendidikan.
7. Seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, atas segala jasa dan kerjasamanya.
8. Semua pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah membantu kelancaran dan
9. Ayahanda tercinta, Haposan Hutahaean dan Ibunda tercinta, Rospita Ria
Pasaribu yang senatiasa memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat yang
luar biasa kepada penulis.
10. Semua kakak dan adik saya, Gembira Ira Hutahaean, Gelora Dewi Hutahaean,
Daniel Ondo Puro Hutahaean, Gita Sere Hutahaean dan Gaby Arta Uli
Hutahaean atas semua dukungan, pengertian dan doa-doanya.
11.Teman-teman seperjuangan dan seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara angkatan 2011 atas doa, dukungan dan bantuannya.
12.Semua keluarga dan sahabat yang telah memberikan nasihat, dorongan bahkan
hiburan kepada penulis selama penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis penelitian ini masih jauh dari sempurna
Untuk itu, dengan hormat penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ilmiah ini
dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 10 Desember 2014
DAFTAR ISI
2.1.1. Histologi Lapisan Superfisial Kulit ... 6
2.1.2. Struktur dan Perkembangan Lapisan Superfisial Kulit ... 7
2.1.3.1.Sel Keratin ... 7
2.1.3.2.Lapisan- Lapisan Epidermis ... 8
2.1.3.3.Regulasi Proliferasi dan Diferensiasi Epidermis ... 11
2.1.3.4.Sel Non-keratin pada Epidermis ... 11
2.1.3. Reaksi Patologis Lapisan Superfisial Kulit ... 12
2.2. Dermatofitosis ... 13
2.2.1. Etiologi Dermatofitosis ... 14
2.2.2. Mikologi Jamur Penyebab Dermatofitosis ... 14
2.2.3. Epidemiologi dan Faktor Resiko Dermatofitosis ... 15
2.2.5. Manifestasi Klinis Dermatofitosis ... 18
2.2.6. Diagnosa Dermatofitosis ... 20
2.2.7. Pengobatan Dermatofitosis ... 22
2.3. Gambaran Dermatofitosis ... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 24
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24
3.2. Definisi Operasional ... 24
3.2.1. Dermatofitosis ... 24
3.2.2. Distribusi Dermatofitosis ... 25
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 26
5.2.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28
5.2.2.Distribusi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Dermatofitosis 28
5.2.3.Distribusi Dermatofitosis Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29
5.2.4.Distribusi Dermatofitosis Berdasarkan Usia ... 29
5.2.5.Distribusi Dermatofitosis Berdasarkan Pemeriksaan KOH 30
5.2.6.Distribusi Dermatofitosis Berdasarkan Penyakit Penyerta .. 32
5.2.7.Gambaran Lesi Dermatofitosis ... 32
5.2. Pembahasan ... 33
5.2.2. Gambaran Dermatofitosis Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34
5.2.3. Gambaran Dermatofitosis Berdasarkan Usia ... 35
5.2.4. Gambaran Dermatofitosis Berdasarkan Pemeriksaan KOH 36
5.2.5. Gambaran Dermatofitosis Berdasarkan Penyakit Penyerta 37
5.2.6. Gambaran Dermatofitosis Berdasarkan Lesi ... 38
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Struktur Lapisan Kulit 6
Gambar 2.2. Struktur Histologi Lapisan Epidermis Kulit 7
Gambar 2.3. Gambaran Dermatofita pada Pemeriksaan Mikroskop 15
Gambar 2.4. Hifa Jamur pada Pemeriksaan PAS dari Biopsi Kulit 15
Gambar 2.5. Manifestasi Klinis Lesi Dermatofitosis 19
Gambar 5.1. Persentase Distribusi Dermatofitosis 34
Gambar 5.2. Persentase Dermatofitosis Berdasarkan Jenis Kelamin 35
Gambar 5.3. Persentase Dermatofitosis Berdasarkan Usia 35
Gambar 5.4. Persentase Dermatofitosis Berdasarkan Pemeriksaan KOH 37
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 5.1. Distribusi Dermatofitosis 28
Tabel 5.2. Distribusi Dermatofitosis Berdasarkan Jenis Kelamin 29
Tabel 5.3. Distribusi Dermatofitosis Berdasarkan Usia 30
Tabel 5.4. Distribusi Dermatofitosis Berdasarkan Pemeriksaan KOH 31
Tabel 5.5. Distribusi Dermatofitosis Berdasarkan Hasil Pemeriksaan KOH 31
ABSTRAK
Dermatofitosis merupakan penyakit infeksi kulit yang sering terjadi di Indonesia, namun penelitian menunjukkan prevalensi yang bervariasi di beberapa tempat di Indonesia. Prevalensi tersebut bervariasi dari 2,3% di Yogyakarta hingga 39,2% di Denpasar. Di Medan sendiri, berdasarkan data jumlah penyakit dermatofitosis di RSUD Dr. Pirngadi ditemukan bahwa kasus ini ditemukan sangat kecil frekuensinya, namun besar frekuensi tersebut terjadi konstan dari tahun ke tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk melihat gambaran kejadian dermatofitosis yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian dermatofitosis yang meliputi prevalensi tipe dermatofitosis, usia, jenis kelamin, pemeriksaan KOH, penyakit yang menyertai dermatofitosis, dan deskripsi gambaran lesi dermatofitosis tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain retrospektif. Populasi penelitian adalah pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang terdaftar sebagai pasien yang mengalami dermatofitosis tahun 2013. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 35 kasus. Pengambilan data menggunakan rekam medis. Uji data yang digunakan adalah statistik deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi variabel penelitian.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa tipe dermatofitosis yang paling banyak diderita adalah tinea cruris (60%). Perempuan memiliki presentasi dermatofitosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Kelompok usia yang paling banyak mengalami dermatofitosis adalah 46-60 tahun. Pada 66% kasus dermatofitosis, dilakukan pemeriksaan KOH untuk membantu penegakan diagnosa. Sebanyak 52% kasus dermatofitosis disertai dengan penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, obesitas, skizoprenia, dan penyakit kronis lainnya. Selain itu, ditemukan juga bahwa gambaran lesi pada dermatofitosis sangat bervariasi, yaitu berupa bercak, plak, makula, ataupun skuama yang disertai hiperpigmentasi ataupun eritema yang tebal, polisiklik, multipel, ataupun yang pinggirannya aktif.
Kata Kunci : dermatofitosis, tinea cruris, pemeriksaan KOH
ABSTRACT
Dermatophytosis is a frequent infectious disease in Indonesia. Nevertheless, the research reported that each area in Indonesia has different prevalence. It varied from 2,3% in Yogyakarta to 39,2% in Bali in year 2009. In Medan, according to the data collected at RSUD Dr. Pirngadi Medan, the dermatophytosis cases are few which occur constantly in each year. However, the precise prevalence of dermatophytosis among all skin diseases should be studied further. The aim of this research is to evaluate the picture of dermatophytosis incidence which includes the prevalence of types in dermatophytosis, age, sex, KOH examination, underlying diseases accompanying the dermatophytosis during admission, and the morphology of dermatophytosis lesion itself.
This is a descriptive research with the retrospective method. The population is all in- and out-patients at RSUD Dr. Pirngadi Medan who were registered as the patients with dermatophytosis in 2013. Total sampling technique is used with the total as many as 35 cases. The data are taken from the medical records. Descriptive statistic is tested to define the distribution of variable frequency used in the research.
The result of this study shows that the most common type of dermatophytosis is tinea cruris (60%). Females are affected slightly higher than males. The age group 46-60 years old suffers the most from dermatophytosis. In 66% cases, the KOH examination was done to help diagnose the disease. As many as 52% cases are accompanied with the underlying diseases such as diabetes mellitus, hypercholesterolemia, obesity, schizophrenia, and other chronic diseases which can suppress the immune system against toward the infectious disease like dermatophytosis. In addition to these, the lesion morphology in dermatophytosis varies one to each other. There are marks, plaques, maculae, or squamae which are hyperpigmented or erytherm, thick, polycyclic, multiple, or with active borders.