BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kubis
Kubis atau sering dikenal dengan kol sebenarnya merupakan tanaman semusim atau yang lebih berbentuk perdu. Tanaman kubis berbatang pendek dan beruas-ruas. Tanaman ini berakar tunggang dengan akar disampingnya sedikit tetapi dangkal. Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani kubis adalah bibit. Penggunaan varietas dan bibit unggul akan mampu memberikan hasil produksi yang lebih baik. Jumlah varietas kubis banyak sekali. Kubis krop (telur) atau yang dikenal dengan kubis putih memiliki daun yang saling menutup satu sama lain hingga krop menjadi warna putih. Varietas yang termasuk jenis kubis putih antara lain hybrid K-K cross, K-Y cross, hybrid 21, R.v.e, dan yoshin. Pada umumnya kubis hanya baik jika ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian antara 1.000 – 3.000 meter diatas permukaan laut. Syarat yang penting untuk dipenuhi agar kubis tumbuh dengan baik, yaitu tanahnya gembur, bersarang, mengandung bahan organik, serta suhu udaranya rendah dan lembab. Apabila kubis tumbuh di dataran rendah dan bersuhu tinggi, kubis sulit membentuk krop. Syarat lainnya ialah pH tanah antara 6 – 7. Waktu tanam kubis yang baik ialah pada awal musim hujan (Oktober) atau awal musim kemarau (Maret) (Sunarjono, 2015).
Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian dari Sub Balai Penelitian Holtikultura Brastagi di dalam Jurnal BPTP Sumatera Utara (2012) yang memberikan rekomendasi dosis pupuk di daerah pegunungan adalah pupuk N sebanyak 92 kg/Ha atau sekitar 200 kg pupuk urea; pupuk P sebanyak 144 kg/Ha atau sekitar 400 kg pupuk SP-36; dan pupuk K sebanyak 90 kg/Ha atau sekitar 150 kg pupuk KCl.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Produksi, Produktivitas dan Faktor Produksi
Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Sedangkan produktivitas adalah jumlah produksi per hektar. Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai input untuk menghasilkan
output (Agung dkk, 2008). Pengertian lain diungkapkan oleh Pracoyo dan
Pracoyo (2006), bahwa produksi adalah suatu aktivitas yang bernilai ekonomi atau proses pengombinasian, pengoordinasian, penggunaan atau pemanfaatan dalam pembuatan suatu barang atau jasa yaitu dengan menggunakan berbagai material-material seperti input dan faktor-faktornya.
terpenting antara lain lahan, modal, tenaga kerja dan aspek manajemen. Hal tersebut didukung pula dengan pernyataan Pindyck dan Rubinfield (2008) bahwa faktor produksi adalah input pada proses produksi seperti tenaga kerja, modal dan bahan lainnya.
Pracoyo dan Pracoyo (2006) juga menjelaskan bahwa input juga dikenal dengan faktor-faktor produksi, yakni tanah, modal, manusia serta
entrepreneurship (kemampuan manajerial). Kemampuan manajerial diartikan
sebagai suatu skill/keahlian yang dimiliki oleh individu dalam mengombinasikan sumberdaya untuk menghasilkan suatu produk dengan cara yang efisien, baik produk baru maupun produk yang sudah ada. Produk yang dihasilkan dari kegiatan produksi disebut dengan output. Output yang dihasilkan dapat berupa barang atau jasa.
Pembagian faktor-faktor produksi ke dalam tanah, tenaga kerja dan modal adalah konvensional. Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifat-sifat tanah yang tak dapat dirusakkan (origin and indestructible
properties of the soil) dengan mana hasil pertanian dapat diperoleh. Tetapi, untuk
memungkinkan diperolehnya produksi, diperlukan tangan manusia, yaitu tenaga kerja petani (labor). Akhirnya, yang dimaksud modal adalah sumber-sumber ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia (Mubyarto, 1989).
2.3 Penelitian Yang Relevan
secara signifikan dengan elastisitas negatif adalah tenaga kerja (selang kepercayaan 85 persen) dan pestisida cair (selang kepercayaan 80 persen).
Murdiantoro (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Di Desa Pulorejo Kecamatan Winong Kabupaten Pati menggunakan metode analisis deskriptif dan model regresi linier berganda. Variabel luas lahan (X1), modal (X2) dan tenaga kerja (X3) secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap produksi petani di Desa Pulorejo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut mempengaruhi hanya sebagian kecil terhadap produksi padi.
2.4 Kerangka Pemikiran
Penelitian dilakukan di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo dengan sasaran responden adalah petani kubis di daerah penelitian. Setiap usahatani menggunakan faktor-faktor produksi dalam usahataninya. Faktor produksi yang digunakan akan mempengaruhi produksi dan produktivitas kubis di Kecamatan Kabanjahe yang telah mengalami penurunan selama dua tahun terakhir. Jika produksi dapat ditingkatkan maka dapat memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri maupun luar negeri.
Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kubis Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo ini dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kubis. Berdasarkan penelitian Rifqie (2008), Murdiantoro (2011), dan Kusumaningsih (2012), maka variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bibit (X1), pupuk organik (X2), pupuk N
(X3), pupuk P (X4), pupuk K (X5), insektisida (X6) dan tenaga kerja (X7).
Berdasarkan uraian diatas, dapat diilustrasikan dengan skema kerangka penelitian sebagai berikut.
Keterangan :
Menyatakan “mempengaruhi”
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah :
1. Secara serempak, faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K, insektisida dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kubis.
2. Secara parsial, faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk organik, pupuk N, pupuk P, pupuk K, insektisida tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kubis.
X1 : Bibit (batang/Ha)
X2 : Pupuk Organik (kg/Ha)
X3 : Pupuk N (kg/Ha) Y :
Produktivitas Kubis di Kecamatan
Kabanjahe (kg/Ha) X4 : Pupuk P (kg/Ha)
X5 : Pupuk K (kg/Ha)
X6 : Insektisida (cc/Ha)