• Tidak ada hasil yang ditemukan

S IKOM 1200310 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "S IKOM 1200310 Chapter3"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

45 Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang akan peneliti buat ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena yang ada secara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa tanpa ada pengujian hipotesis, tanpa ada pengujian hubungan. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 7-8) mentode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik karena proses penelitian lebih bersifatt seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretarif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan dilapangan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan data (Creswell, 2014, hlm. 4-5).

Penelitian kualitatif didasarkan pada asumsi-asumsi yang sangat berbeda dengan rancangan kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, tidak ada teori atau hipotesis-hipotesis yang dibangun secara priori (Creswell, 2014, hlm. 293). Menurut Sugiyono (2008, hlm. 9) metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.

(2)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan metode kualitatif diharapkan peneliti dapat memperoleh berbagai informasi yang jelas serta lengkap dari narasumber secara langsung. Selain itu dengan metode kualitatif ini peneliti kan terjun kelapangan langsung untuk melakukan wawancara secara mendalam kepada tim redaksi dari harian umum Republika terkait foto cover headline edisi 8 Oktober 2015. Data penelitian bersifat deskriptif merupakan data yang disajikan dalam bentuk kata (utamanya kata-kata partisipan) atau gambar-gambar ketimbang angka-angka (Creswell, 2014, hlm. 293).

Pada penelitian ini peneliti ingin mengkaji dan mendalami makna foto cover headline pada harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Semiotika, atau dalam istilah Barhtes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagai mana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Melalui paradigma semiotika Roland Barthes peneliti berusaha menginterpretasikan dan memaknai tanda-tanda yang terkandung dalam foto cover headline pada harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 secara denotatif, konotatif, dan mitos.

Karakteristik pada penelitian memiliki sejumlah karakter seperti yang diungkapkan Creswell (2014, hlm. 261-263) sebagai berikut :

1. Lingkungan Alamiah (natural setting).

Pada penelitian kualitatif cenderung mengumpulkan data lapangan di lokasi di mana para partisipan mengalami isu atau masalah yang akan diteliti. Pada penelitian ini lingkungan alamiah yang dimaksud yakni dengan mengumpulkan informasi dengan melalui diskusi bersama Redaktur foto dan wartawan foto selaku orang yang paling mengetahui terkait objek yang diteliti.

2. Peneliti sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument).

(3)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengumpulkan informasi ini melalui beberapa pengumpulan data dengan para partisipan.

3. Beragam sumber data (multiple sources of data).

Peneliti akan memilih mengumpulkan data dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi, ketimbang hanya bertumpu pada satu sumber data saja. Pada penelitian ini, sumber data tersebut akan diambil melalui observasi, focus group discussion, wawancara, dan studi dokumentasi.

4. Analisis data induktif (inductive data analysis).

Peneliti membangun pola-pola, kategori-kategori, dan tema-temanya dari bawah ke atas (induktif), dengan mengolah data ke dalam unit-unit informasi yang lebih abstrak. Pada penelitian ini, peneliti akan mengolah data penelitian secara berulang-ulang dengan tema-tema dan database yang ada hingga peneliti berhasil membangun serangkaian tema yang utuh.

5. Makna dari partisipan (participants’ meaning).

Peneliti akan fokus pada usaha mempelajari makna yang disampaikan para partisipan tentang masalah atau isu penelitian, bukan makna yang disampaikan oleh peneliti atau penulis lain dalam literaturu-literatur tertentu.

6. Rancangan yang berkembang (emergent design).

Proses penelitian yang dilakukan peneliti berkembang dinamis. Hal ini berarti bahwa rencana awal penelitian tidak secara ketat dipatuhi oleh peneliti. Semua tahap dalam proses ini bisa saja berubah setelah peneliti masuk ke lapangan dan mulai mengumpulkan data.

7. Perspektif teoretis (theoretical lens).

Para peneliti seringkali menggunakan perspektif tertentu dalam penelitian mereka, seperti konsep kebudayaan, etnografi, perbedaan-perbedaan gender, ras, dan lain-lain.

(4)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti membuat suatu interpretasi atas apa yang mereka lihat, dengar, dan pahami. Interpretasi ini bisa saja berbeda dengan latar belakang, sejarah, konteks, dan pemahaman-pemahaman antara peneliti dengan pembaca ataupun partisipan.

9. Pandangan menyeluruh (holistic account).

Para peneliti berusaha mendapat gambaran kompleks dari suatu masalah yang atau isu yang diteliti. Peneliti dalam penelitian ini dapat membuat suatu model visual dari berbagai aspek mengenai proses utama pada penelitian ini. Model ini yang akan membantu membangun gambaran holistik.

B. Semiotika Roland Barthes

Seperti yang sudah dipaparkan di atas Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Roland Barthes dikenal sebagai pemikir strukturalis yang getol mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean, pemikiran Barthes mengenai semiotika merupakan penyempurnaan semiologi Sausure yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif. Berikut terdapat peta tanda Roland Barthes (dalam Sobur, 2003, hlm. 69).

Tabel 3. 1. Peta Tanda Roland Barthes

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes,

1. Signifer (penanda)

1. Signifer (petanda) 3. Denotative Sign (tanda denotatif)

4. Conotative Signifier (penanda Konotatif)

5. Conotative Signified (Petanda Konotatif)

(5)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanda konotatif tidak sekedar memiliki mkakna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Kemudian di katakan oleh Fiske (dalam Sobur, 2001, hlm. 127-128) Fokus penelitian Barthes lebih tertuju kepda gagasan tentang signifikansi dua tahap (two order signification) seperti pada gambar berikut :

Gambar 3. 1. Signifikasi dua tahap Barthes

Pada gambar diatas signifikasni pertama merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signifiel (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realita eksternal.

1. Denotasi

(6)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Kerangka teori Bathes (dalam Sobur, 2003, hlm. 71) konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode.

Maka dalam fotografi makna denotasi merupakan apa yang ditangkap audiens secara kasat mata dari foto yang diamatinya. Hanya sebatas itu saja, jika lebih dari ini maka sudah berpindah pada tataran yang berbeda yakni tataran makna konotasi.

2. Konotasi

Telah dipaparkan sebelumnya konotasi merupakan proses penyelusupan makna kedua, hal tersebut juga terkandung dalam pesan yang berbentuk visual khususnya fotografi. Roland Barthes (1977, hlm. 20) mengungkapkan “Connotation, the imposition of second meaning on the photographic message proper, is realized at the different levels of the production of the photograph (choice, technical treatment, framing, lay-out) and represents, finally, a coding of the photographic analogue”. Maksudnya konotasi dalam fotografi dapat terbangun dengan proses produksi foto mulai dari pemilihan, teknis pengambilan gambar, framing, dan juga layout.

Pada sebuah karya fotografi Roland Barthes (1977, hlm. 21-25) menyebutkan prosedur-prosedrur yang dapat membangkitkan makna konotasi dalam sebuah foto :

a. Trick effects (olah digital)

(7)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

methodological interest of trick effects is that they intervene without warning in the plane of denotation; they utilize the special credibility of the photograph - this, as was seen, being simply its exceptional power of denotation - in order to pass off as merely denoted a message which is in reality heavily connoted; in no other treatment does connotation assume so completely the 'objective' mask of denotation. Dapat disimpulkan bahwa olah digital yang berlebihan menimbulkan makna konotasi yang sangat tinggi terhadap sebuah foto. b. Pose (pose)

Consider a press photograph of President Kennedy widely distributed at the time of the 1960 election: a half-length profile shot, eyes looking upwards, hands joined together. Here it is the- very pose of the subject which prepares the reading of the signifieds of connotation: youthfulness, spirituality, purity. The photograph clearly only signifies because of the existence of a store of stereotyped attitudes which form ready-made elements of signification (eyes raised heavenwards, hands clasped). Maka dapat disimpulkan bahwa pose sebuah objek foto memiliki pengaruh dalam pemaknaan konotasi. Dalam hal ini peran seorang wartawan foto sangat penting dalam memilih pose (posisi, ekspresi, gaya) saat pengambilan sebuah gambar.

c. Object (objek)

(8)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Photogenia (teknik fotografi)

In photogenia the connoted message is the image itself, 'embellished' (which is to say in general sublimated) by techniques of lighting, exposure and printing. An inventory needs to be made of these techniques, but only insofar as each of them has a corresponding signified of connotation sufficiently constant to allow its incorporation in a cultural lexicon of technical 'effects' (as for instance the 'blurring of movement' or 'flowingness' launched by Dr Steinert and his team to signify space-time). Maksudnya adalah teknik fotografi mempengaruhi adanya pemaknaan konotasi. teknik fotografi tersebut meliputi pemilihan lensa, shot size, sudut pandang, pencahayaan, penempatan objek. Budyatna (2006, hlm. 43) menyebutkan pemaknaan photogenia dalam menganalisi foto sebagai berikut :

Tanda

Photogenia Teknis Fotografi Makna Konotasi

Normal Normalitas

Pemilihan lensa Lebar Dramatis

Tele Tidak Personal

Close up Intimate, dekat

Medium up Hubungan tidak personal Shot size Full shot Hubungan tidak personal

Long shot Menghubungkan subjek dengan konteks tidak personal

High level Membuat subjek tampak tidak berdaya, didominasi, dikuasai, kurang otoritas Sudut pandang Eye level Khalayak tampil sejajar,

(9)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Low angel Menambah kesan subjek berkuasa, mendominasi, dan memperlihatkan otoritas. High key Kebahagiaan, cerah

Pencahayaan Low key Suram, muram

Datar Keseharian, realitas

Atas Memberi kesan subjek

berkuasa Penempatan subjek/objek

pada bidang foto

Tengah Subjek penting

Bawah Subjek tidak penting

Pinggir Subjek tidak penting Tabel 3.2

Pemaknaan Photogenia Dalam Menganalisis Foto

e. Aestheticism (estetika)

For if one can talk of aestheticism in photography, it is seemingly in an ambiguous fashion: when photography turns painting, composition or visual substance treated with deliberation in its very material 'texture', it is either so as to signify itself as 'art' (which was the case with the 'pictorialism' of the beginning of the century) or to impose a generally more subtle and complex signified than would be possible with other connotation procedures. Maksudnya yaitu estetika dalam fotografi merujuk pada komposisi foto. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, komposisi foto mempengaruhi pemaknaan konotasi.

f. Syntax

(10)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

connotation is then no longer to be found at the level of any one of the fragments of the sequence but at that - what the linguists would call the suprasegmental level - of the concatenation. Maksud penjelasan di atas, syntax merupakan rankaian cerita dari karya fotografi. Namun pada karya fotografi yang bersifat foto tunggal biasanya rangkaian cerita tersebut dihadirkan dalam bentuk teks singkat atau caption.

3. Mitos

Menurut Sobur (2001, hlm 128) mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Sementara menurut Roland barthes (1991, hlm. 108) myth is type of speech, Of course, it is not any type: language needs special conditions in order to become myth: we shall see them in a minute. But what must be firmly established at the start is that myth is a system of communication, that it is a message. This allows one to perceive that myth cannot possibly be an object, a concept, or an idea; it is a mode of signification, a form. Later, we shall have to assign to thisform historical limits, conditions of use, and reintroduce society into it: we must nevertheless first describe it as a form.Maksdud dari penjelasan di atas yakni mitos dalam pangan Barthes berbeda dengan mitos yang lain. Mitos menurut Barthes merupakan bahasa yang dimana bahasa merupakan sistem komunikasi, Barthes menyebut mitos sebagai type of speech.

Roland Barthes (1991, hlm. 121-126) menyebutkan ciri-ciri mitos yakni meliputi :

a. Deformatif

The relation which unites the concept of the myth to its meaning

is essentially a relation of deformation. We find here again a

certain formal analogy with a complex semiological system such

(11)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

the manifest meaning of behaviour is distorted by its latent

meaning, in myth the meaning is distorted by the concept. Of

course, this distortion is possible only because the form of the

myth is already constituted by a linguistic meaning. Maksudnya

adalah mitos berfungsi mendistorsi bukan untuk menghilangkan.

Pada teorinya Barthes menerapkan unsur Sausure menjadi form

(signifer), concept (signifiel). Kemudian Barthes menambahkan

signification yang berasal dari hubungan unsur tadi, Barthes

menyebutnya sebagai mitos. Dengan katalain hubungan form dan

concept ini bersifat distorsif.

b. Intensional

Myth has an imperative, buttonholing character: stemming from

an historical concept, directly springing from contingency (a

Latin class, a threatened Empire), it is I whom it has come to

seek. It is turned towards me, I am subjected to its intentional

force, it summons me to receive its expansive ambiguity. Dari

penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa, mitos

merupakan sesuatu yang berakar dari konsep budaya atau historis

yang berada pada lingkup masyarakat itu sendiri.

c. Motivasi

(12)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos pada foto coverheadline bencana kabut asap di harian umum Republika edisi 8 Okober 2015. Kemudian untuk menjelaskan hal tersebut, maka peneliti menggunakan teori semiotika foto Roland Barthes untuk mengupas makna yang muncul dari foto tersebut.

C. Partisipan dan Tempat Penelitian

Menurut Sugiyono (2008, hlm. 215-216) dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan ”social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu:

1. Tempat (place) 2. Pelaku (actors) 3. Aktivitas (activity)

Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui. Sementara sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informasn, teman dan guru dalam penelitian.

Pada penelitian ini peneliti akan menganalisa makna yang muncul dari foto cover di harian Republika. Peneliti dapat menganalisa foto secara langsung akan tetapi hasil analisanya dapat bersifat subjektif. Guna menemukan tanda-tanda yang muncul pada foto tersebut secara objektif maka peneliti akan melakukan wawancara. Sehingga hasil analisa yang akan peneliti lakukan akan cenderung objektif. Secara umum partisipan dalam penelitian ini yaitu berlokasi di harian umum Republika. Menurut Arikunto (1991, hlm. 31) subjek penulisan bisa diartikan sebagai sumber data yang diperoleh. Subjek penulisan ini bisa berarti orang atau, atau apa saja yang menjadi sumber penulisan. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu sebagai berikut :

(13)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Denotasi Gambar

Teks/caption

Wawancara Staf Redaksi Desk Foto Harian Republika

FGD Masyarakat yang aktif

dibidang fotografi

Konotasi Gambar

Teks/caption

Wawancara Staf Redaksi Desk Foto Harian Republika

FGD Masyarakat yang aktif

dibidang fotografi

Peneliti menggunakan teknik sampel secara purposeive sampling dalam memilih partisipan dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 218-219) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, pertimbangna tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/ situasi sosial yang diteliti.

(14)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. Selain itu partsipan penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai key person atau pemegang kunci, karena memiliki pengetahuan yang mendalam terkait foto jurnalistik dan foto cover headline pada harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015. Sehingga peneliti dapat mengumpulkan informasi yang sesuai dan dapat memiliki informasi yang cukup objektif.

Pada proses penentuan sampel penelitian dengan teknik purposive sampling, Sugiyono (2008, hlm. 219) mengatakan beberapa besar sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya, tetapi dalam purposive sampling besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. S. Nasution (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 220) juga menjelaskan bahwa penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila sampai kepada taraf “redundancy” artinya bahwa dengan menggunakan respon selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. Dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipan atau narasumber dalam penelitian ini dapat di ganti atau juga ditambah, akan tetapi berdasarkan pertimbangan tertentu. Berikut adalah pertimbangan kriteria yang dapat dijadikan acuan dalam memilih partisipan pada penelitian ini :

1. Partisipan merupakan pegawai aktif di hariam umum Republika.

2. Partisipan merupakan orang yang mengetahui informasi mendalam terkait pembuatan foto cover headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015.

3. Partisipan merupakan orang yang ikut andil dalam pembuatan cover headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015.

(15)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Unit Analisis

Pada penelitian ini unit analisis tertuju pada foto cover harian Republika edisi 8 Oktober 2015. Berikut adalah tabel unit analis yang menjadi fokus pada penelitian ini :

Unit Analisis Kategori Fokus Analisis

Teks Verabal Keterangan foto

(caption)

Gambar Non verbal 6 unit analisis:

 Tricks Effects  (manipulasi foto)  Pose

 Objek  Fotogenia  Aestheticism  Syntax Tabel 3.4

Tabel Unit analisis

Sumber: Diolah Peneliti 2016

Dalam pandangan Roland Barthes terkait sanalisis semiotika terhadap foto, caption atau keterangan foto memiliki pengaruh dalam membangun sebuah makna. Meskipun dalam caption lebih mengulanig apa yang nampak pada foto atau pengulangan makan denotasi. Akan tetapi bukan menutup kemungkinan caption tidak memiliki makna konotasi.

E. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

(16)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008, hlm. 224). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :

a. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) atau dapat disebut sebagai grup interview, tergolong dalam jenis wawancara terfokus atau terstruktur. Minichiello (dalam Baswori & Suwandi, 200, hlm. 165) mengungkapkan bahwa FGD merupakan wawancara menggunakan panduan diskusi tersusun dari beberapa topik tetapi urutan pertanyaan tidak disusun secara kaku, melainkan lebih fleksibel. Penjelasan lain di ungkapkan oleh Hoed & Kruger (dalam Baswori & Suwandi, 2008, hlm. 165) FGD dirancang dengna tujuan mengungkapkan presepsi kelompok mengenai suatu gejala budaya.

(17)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada bagian ini peneliti akan bertindak selaku moderator dan memandu berjalannya proses FGD. Partisipan dalam proses FGD ini yakni terdiri dari masyarakat dengan berbagai latarbelakang tetapi aktif dibidang fotografi.

b. Interview/wawancara

Pada penelitian ini wawancara digunakan sebagai data pendukung atau data sekunder dalam penelitian ini. Esterberg (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 233) mengemukakan macam-macam wawancara, yaitu sebagai berikut :

1) Wawancara terstruktur (structured interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen berupa pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

(18)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Wawancara tak berstruktur (unstructured interview) Wawancara ini tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya berupa gari-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Pada wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dati enam sampai delapan partisipan per kelompok (Creswell, 2014, hlm 267). Licoln dan Guba dalam (Sugiyono, 2008, hlm. 235) mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif yaitu :

1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

3) Mengawali atau membuka alur wawancara 4) Melangsungkan alur wawancara

5) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya

6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara

Patton (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 235) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu :

(19)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalawan yang telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti dalam hidupnya, baik dalam kehidupan pada waktu masih kanak-kanak, selama di sekolah, di masyarakat, di tempat kerjad dan lain-lain. Hasil dari wawancara ini, selanjutnya peneliti dapat mengkontruksi profil kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya.

2) Pertanyaan yang berkaitan dengna pendapat.

Ada kalanya penelti ingin meminta pendapat informan terhadap data yang diperoleh dari sumber tertentu. Oleh karena itu peneliti pertanyaan yang dilontarkan kepada informan berkenaan dengan perdapatnnya tentang data tersebut.

3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.

Mendapatkan data tendang perasaan orang yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang sifatnnya kognitif atau psikhomotorik. Namun demikian perasaan orang yang sedang susah atau senang dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan seseorang menggunakan pertanyaan yang tidak langsung.

4) Pertanyaan tentang pengetahuan.

Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan informan suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui. Mereka ini dipilih menjadi narasumber karena diduga ia ikut terlibat dalam peristiwa tersebut.

(20)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atu informasi karena yang bersangkutan melihat, mendengarkan, meraba dan mencium suatu peristiwa.

6) Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi.

Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek yang dipelajari yang meliputi status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan lain-lain.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi-terstruktur. Melalui teknik wawancara semi-terstruktur ini diharapkan memperoleh informasi atau data terkait pembuatan foto cover headline pada harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. Dalam penelititan ini penelititi akan mewawancara tim redaksi dari harian umum Republika sebagai narasumber utama dalam penelitian ini.

Saat melakukan wawancara, peneliti tak luput membuat pedoman wawancara. Hal tersebut dilakukan agar jalannya wawancara lebih terfokus pada bidang atau objek yang diteliti. hingga pada saat pelaksanaannya pertanyaan wawancara dapat berkembang namun tidak keluar jalur dari pedoman yang telah disediakan. Pengumpulan data dengan wawancara ini hanya menjadi data sekunder atau data pelengkap dari penelitian ini.

c. Studi Dokumentasi

(21)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam mendukung pengumpulan data dan pengolahan data. Studi dokumentasi pada penelitian ini akan terdiri dari gambar atau foto seputar pelaksanaan penelitian di harian umum Republika, dan foto headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. Selain dalam bentuk gambar, studi dokumentasi ini berupa gambar hidup atau dokumen berupa audio visual. Dengan adanya dokumen-dokumen tersebut sebagai pendukung maka penelitian ini akan lebih kredibel. Seperti yang dikatakan Sugiyono (2008, hlm. 240) dokumen berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto.

d. Studi Kepustakaan

Pada pengumpulan data melalui cara studi kepustakaan ini makssudnya adalah pencarian sumber-sumber yang dapat memperkuat objektifitas penelitian ini. Studi kepustakaan ini meliputi berbagai literasi seperti jurnal ilmiah, penelitian (skripsi, tesis, desertasi), artikel, dan internet searching. Melalui cara ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam menyusun penelitian ini baik dari awal hingga nanti padasaat mengelola data dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.

2. Instrumen Penelitian

(22)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui instrumen dapat diketahui data dan jawaban yang dibutuhkan terhadap permasalahan penelitian. Berikut adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Pedoman Focus Group Discusion (FGD)

Proses FGD pada penelitian ini yakni dennga mengumpulkan 6 orang narasumber yang terdiri dari golongan akademisi, praktisi wartawan foto, mahasiswa dengan mengajukan sejumlah pertanyaan setelah melihat foto headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015.

Pedoman ini peneliti gunakan demi kelancara proses wawancara dan berguna sebagai batasan-batasan yang dapat menghalangi pertanyaan yang tidak sesuai dengan penelitian ini. Pedoman FGD ini disusun dalam bentuk pertanyaan guna memperoleh data mengenai makna denotasi & konotasi yang di tangkap oleh masyarakat terkait foto headline di harian umum Republikaedisi 8 Oktober 2015.

Pedoman FGD

Nama : Tanggal : Tempat : Pekerjaan :

Makna Denotasi

1) Agar menyamakan presepsi terhadap objek yang diteliti, Objek apa yang nampak pada foto coverheadline harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015?

2) Objek apa yang nampak menonjol dari foto foto headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 ?

Makna Konotasi

1) Setelah melihat foto headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 adakah pesan yang tidak nampak terlihat secara kasat mata ?

(23)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Bagaimana pemilihan object dari foto headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015?

4) Apa yang anda tangkap dari pemilihan object dalam foto headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 ?

5) Bagaimana pose yang nampak pada objek dari foto headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 ?

6) Apa yang anda tangkap dari pose object dalam foto headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015?

7) Bagaimana teknik fotografi yang nampak dari foto headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015?

8) Apa yang anda tangkap dari caption yang nampak pada foto headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015?

Sumber: Diolah Peneliti 2016

Tabel 3.5

Pedoman Focus Group Discussion (FGD)

b. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan sebagai batasan atau acuan untuk mengembangkan pertanyaan selama penelitian berlangsung. Pertanyaan ini akan di ajukan kepada tim redaksi dari harian umum REPUBLIKA terkait foto headline edisi 8 Oktober 2015. Dalam penelitian ini pedoman waancara dirangkai menjadi butiran pertanyaan yang semi-terstruktur, agar lebih mudah dalam mengembangkan pertanyaan yang relevan terkait bidang yang diteliti. Berikut adalah pedoman wawancara semi-terstruktur yang dibuat :

Pedoman Wawancara dengan Staf Redaktur harian umum Republika

(24)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pekerjaan :

a) Wawancara ini sebagai salah satu sumber data dalam penelitian dengan judul “ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP “Analisis semiotika Roland Barthes pada foto cover headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015”. Peneliti melakukan wawancara ini dengna tujuan agar mendapat gambaran secara utuh dari permasalahan tersebut.

b) Metode pengumpulan data ini berasal dari Redaktur foto harian umum Republika.

c) Agar menjamin kerahasiaan, maka setiap data yang bersifat internal dan pribadi tidak untuk kepentingan umum akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti.

Makna Denotasi

1) Agar menyamakan presepsi terhadap objek yang diteliti, Objek apa yang nampak pada foto headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015? 2) Objek apa yang nampak menonjol dari foto foto headline harian umum

Republika edisi 8 Oktober 2015 ?

Makna Konotasi

3) Mengapa topik kabut asap yang dipilih menjadi headline edisi 8 Oktober 2015 ?

4) Hal apa yang mendasari anda menentukan topik kabut asap sebagai foto headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 ?

5) Mengapa foto headline dengan topik kabut asap tersebut dimuat pada tanggal 8 Oktober 2015 ?

6) Berapa lama tim redaksi menentukan konsep headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 ?

7) Apakah terbitan harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 merupakan edisi spesial ?

(25)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9) Terdapat berapa foto yang dikirimkan fotografer kepada tim redaksi ?

10) Sebelum memilih foto tersebut sebagai foto cover, adakah foto pengganti untuk foto headline tersebut ? jika ada apa objek yang di tanngkap ?

11) Adakah arahan terhadap wartawan foto untuk pengambilan gambar (baik objek maupun pose) ?

12) Apa foto yang dikirim disertakan dengan captionnya ? 13) SOP caption di harian republika seperti apa ?

14) Mengapa foto tersebut yang terpilih menjadi healine edisi 8 Oktober 2015 ? 15) Pada foto headline harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 foto

yang dicetak penuh satu halaman, mengapa demikian ?

16) Apa yang anda harapkan dari pembaca setelah dimuatnya foto healine edisi 8 Oktober 2015 ?

17) Menurut anda pengertian healine itu apa ? 18) Fungsi utama dari headline itu apa ?

19) Apakah headline bisa dijadikan alat atau ruang dalam sebuah surat kabar untuk menyampaikan pesannya secara efektif ?

20) Pesan yang lebih mudah sampai pada pembaca itu pesan yang berbentuk gambar atau tulisan ?

21) Apakah objek dalam foto memiliki pengaruh yang kuat dalam mempersuasi pembaca ?

22) Dalam praktiknya apakan proses olah digital pada foto dapat merubah pesan dari foto itu sendiri ?

23) Pada foto jurnalistik apakah olah digital diperbolehkan ? 24) Apa Ideologi dari harian umum Republika ?

Sumber: Diolah Peneliti 2016

Tabel 3.6

Pedoman wawancara dengan Staf Redaktur harian umum Republika

Pedoman Wawancara dengan Wartawan Foto Harian Umum Republika

(26)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pekerjaan :

a) Wawancara ini sebagai salah satu sumber data dalam penelitian dengan judul “ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP “Analisis semiotika Roland Barthes pada foto cover headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015”. Peneliti melakukan wawancara ini dengna tujuan agar mendapat gambaran secara utuh dari permasalahan tersebut.

b) Metode pengumpulan data ini berasal dari wartawan foto di harian umum REPUBLIKA.

c) Agar menjamin kerahasiaan, maka setiap data yang bersifat internal dan pribadi tidak untuk kepentingan umum akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti.

Makna Denotasi

1) Agar menyamakan presepsi terhadap objek yang diteliti, Objek apa yang nampak pada foto headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015? 2) Objek apa yang nampak menonjol dari foto foto headline harian umum

Republika edisi 8 Oktober 2015 ?

Makna Konotasi

3) Foto headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 nampak objek

seorang anak sekolah, mengapa objek tersebut yang diambil ?

4) Dimana lokasi objek yang nampak pada foto foto headline harian umum

Republika edisi 8 Oktober 2015 ? beserta waktu dan tempat kejadian.

5) Bagaimana situasi di lokasi pengambilan gambar (situasi masyarakat dan

situasi kabut asap yang nampak)?

6) Pengambilan foto dalam foto headline harian umum Republika edisi 8

Oktober 2015 berbentuk potrait atau landscape ?

7) Apakan foto tersebut di ambil secara candid (spontanitas) ?

8) Dalam pengambilan gambar tersebut terdapat berapa frame ?

(27)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10) Apakah di lokasi kejadian ada objek lain yang di ambil gambarnya ?

11) Dari berbagai foto yang di ambil dan tersimpan di kartu memori, berapa foto

yang dikirim ke tim redaksi ?

12) Adakah olah digital yang dilakukan sebelum foto dikirim ke tim redaksi ?

13) Apakah foto dikirimkan beserta caption atau hanya foto saja ?

14) Kamera apa yang digunakan dalam mengambil kambar tersebut (merek serta

jenis kamera) ? serta jenis lensa apa yang digunakan ?

15) Apa hal yang mendasari anda memilih foto tersebut untuk dikirimkan pada

tim redaksi ?

Sumber: Diolah Peneliti 2016

Tabel 3.7

Pedoman wawancara dengan wartawan foto harian umum Republika

c. Pedoman Dokumentasi

Pada bagian pedoman dokumentasi peneliti lebih mengacu pada pengumpulan dokumen atau berkas yang bersifat fisik, dan bersifat audio. Dokumen yang bersifat fisik ini digunakan untuk menjadi bukti fisik dari foto cover headline di hariam umum Republika edisi 8 Oktober 2015, sedangkan dokumen yang bersifat audio visual merupakan bukti otentik dalam pelaksanaan penelitian. Meski menggunakan bantuan alat perekam audio, peneliti juga tak luput untuk menyiapkan catatan yang berguna untuk mengatasi sesuatu kendala yang bersifat teknis. Dengan begitu data dalam penelitian ini menjadi lebih kuat dan nantinya akan dilaporkan dalam hasil akhir penelitian.

d. Pedoman Studi Kepustakaan

(28)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut dilakukan guna menafsirkan lebih mendalam terkait makna denotasi, konotasi, dan mitos pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini studi kepustakaan yang dilakukan yakni mencari berbagai literatur terkait pembangunan makna dalam fotografi. Dalam foto cover di hariam umum Republika edisi 8 Oktober 2015.

F. Analisis Data

Terdapat dua buah analisis data yang digunakan dalam mengolah hasil data yang telah dikumpulkan. Dalam mengolah data hasil observasi yakni peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes terhadap foto headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. Sedangkan untuk mengolah data secara keseluruhan yakni merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono, 2008, hlm. 245). Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis data model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Dalam model Miles dan Huberman aktivitas analisis data mencakup 3 hal yakni : (1) Reduksi data, (2) Display data, (3) Conclusion drawing/kesimpulan. Berikut penjelasan lebih rinci dari analisis data model Miles dan Huberman :

1. Reduksi Data

(29)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Pada proses ini peneliti mencari data yang benar-benar valid. Dalam proses reduksi ini peneliti selaku peneliti baru maka dapat mendiskusikannya dengan orang yang memiliki kempetensi terkait foto cover headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015.

Sebelum menganalisa tanda-tanda yang muncul dari foto coverheadline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015, peneliti mereduksi terhadap hasil wawancara. Hal tersebut dilakukan agar memilah dan memilih jawaban yang tidak diperlukan dalam penelitian ini. Setelah reduksi dilakukan maka proses analisis terhadap foto cover headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 dapat dilakukan, berikut langkah-langkahnya :

a. Mengidentifikasi foto headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. Dalam proses ini diperlukan pencarian dukumen fisik maupun dalam bentuk digital koran di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. b. Penyajian data pada penelitian ini yaitu berupa hasil dan

interpretasi foto coverheadline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. Peneliti menyajikan hasil interpretasi tersebut secara deskriptif atau dengan cara memaparkan apa adanya.

(30)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini hasil dari jawaban FGD (Focus Group Discussion) bersama masyarakat dari berbagai latar belakang akan peneliti rangkum dan pilih untuk menentukan jawaban mana yang memang benar-benar diperlukan dalam melengkapi data dalam penelitian ini. Peneliti melakukan hal tersebut agar lebih memisahkan data yang tidak perlu dalam penelitian ini, sehingga pertanyaan dari penelitian ini bisa terjawab.

2. Display data/ penyajian data

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplay atau menyajikan data. Sugiyono (2008, hlm. 249) mengemukakan dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 249) menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative reaserch data in the past has been narative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Sugiyono (2008, hlm. 249) mengemukakan dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart. Hal tersebut dilakukan agar data lebih mudah terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.

(31)

Alwan Husni Ramdani, 2016

ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan konotasi yang ditangkap oleh masyarakat terkait foto cover headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langka ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman yakni penarikan kesimpulan dan verivikasi. Sugiyono (2008, hlm. 252) mengemukakan pada bagian ini kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Sugiyono (2008, hlm. 253) menjelaskan bahwa kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belumpernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Gambar

Tabel 3. 1. Peta Tanda Roland Barthes
Gambar 3. 1. Signifikasi dua tahap Barthes
Tabel 3.2
Gambar Wawancara
+3

Referensi

Dokumen terkait

• Fungsi dari organisasi perusahaan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya-sumberdaya untuk menghasilkan barang atau jasa disebut fungsi Operasi. • Manajemen operasi secara

Pilih data format sesuai dengan yang dikehendaki, Pilih Nikon Pilih data format sesuai dengan yang dikehendaki, Pilih Nikon Coordinate untuk mengunduh XYZ data.. Coordinate

Tugas Akhir Sintesis Biosorben dari Limbah Kayu Jati dan Aplikasinya untuk menyerap Logam Pb dalam Limbah Cair Artifisial.. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

TEHYAN DIGESEK DENGAN ALAT KHUSUS PADA BAGIAN SENAR/ DAWAINYA SEPERTI MEMAINKAN BIOLAN. 2 JAWA BARAT ANGKLUNG DI GETARKAN DENGAN

Dalam ratoh tersebut, banyak kisah dan cerita yang terkandung di dalamnya dari kisah bahagia yang tercermin dari gerakannya yang dinamis atau kadang begitu

i) All financial transactions of Islamic MFB shall be in accordance with the injunctions of Shariah. ii) Every Islamic MFB shall be required to appoint a Shariah Advisor who

Untuk merubah epoksi resin menjadi epoksi plastik dibutuhkan reaksi dengan substansi yang sesuai. Substansi disini adalah Hardener. Contoh beberapa jenis hardener adalah

Ketika sistem dibuat dengan cepat, tanpa adanya metodologi pengembangan yang formal, pengajuan dan dokumentasi mungkin tidak dilakukan dengan memadai.Untuk membantu