• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada PT. Asuransi Cigna Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada PT. Asuransi Cigna Medan)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia bisnis menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, hal ini

ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan–perusahaan baru ataupun jenis usaha yang baru. Penigkatan pertumbuhan perusahaan tersebut

tentunya berjalan seiring semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan barang

dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi seperti ini akan

menimbulkan suatu persaingan yang sangat ketat antar perusahaan yang ada.

Persaingan juga semakin ketat dengan adanya perkembangan informasi serta

semakin meningkatnya teknologi sehingga mengakibatkan adanya persaingan

secara global dan menyeluruh.

Keberadaan sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memegang

peranan yang sangat penting. Tenaga kerja memiliki potensi yang besar untuk

menjalakan aktivitas perusahaan. Potensi setiap sumber daya manusia yang ada

dalam perusahaan harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga mampu

memberikan hasil yang maksimal. Perusahaan dan pegawai merupakan dua hal

yang saling membutuhkan.

Pegawai berhasil membawa kemajuan bagi perusahaan, keuntungan yang

diperoleh akan dipetik oleh kedua belah pihak. Bagi pegawai keberhasilan

(2)

hidupnya. Sedangkan bagi perusahaan, keberhasilan merupakan sarana menuju

pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.

Sumber daya manusia merupakan satu-satunya yang memiliki akal

perasaan, keinginan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya seorang pegawai

merupakan investasi paling berharga didalam organisasi yang menjadi aset utama

yang bernilai dan harus diakui akan keberadaannya sebagai kunci utama bahkan

menjadi faktor penentu atas keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan visi,

misi dan tujuan organisasi. Itulah sebabnya mengapa peran manusia sangat besar

pengaruhnya sebagai motor penggerak (driving force) dan sebagai agen

perubahan (Agent Of Change).

Seperti yang kita ketahui permasalahan yang sering terjadi yang berkaitan

dengan kinerja karyawan adalah malas, kurang komitmen, emosional,

kedisiplinan tidak terkendali, egoistis dalam bekerjasama. Perilaku di atas tersebut

dipengharui beberapa faktor, faktor internal meliputi faktor-faktor pendidikan,

usia, pengalaman kerja, sikap, dan ketrampilan. Di samping itu terdapat adapula

pengaruh yang diberikan faktor eksternal yaitu lemahnya manajemen kontrol,

kurangnya pelatihan dan pengembangan, tidak adilnya manajemen kompensasi

dan karir, rendahnya mutu hubungan horisontal dan vertikal dapat mendorong

terjadinya perilaku negatif dari karyawan, dan kurangnya motivasi dari pihak

kantor.

Motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energi dalam diri seseorang

(3)

terhadap adanya tujuan. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan

seseorang atau keinginan untuk mencurahkan segala tenaga karena adanya suatu

tujuan. Sikap mental karyawan yang positif terhadap situasi kerja itulah yang

memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja yang maksimal. Tiga

unsur yang merupakan kunci dari motivasi, yaitu upaya, tujuan organisasi, dan

kebutuhan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu

aksi. Motivasi muncul dari dalam diri manusia karena dorongan oleh adanya

unsur suatu tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan dapat dikatakan bahwa

tidak akan ada suatu motivasi apabila tidak dirasakan adanya suatu kebutuhan.

Manusia cenderung berperilaku positif, maka perlu adanya motivasi

terhadap pegawainya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajer

harus dapat memahami karakteristik pegawainya sebelum memberikan motivasi

kepada para pegawainya. Dengan demikian manajer dapat memotivasi

pegawainya dengan melihat karakteristik pegawainya yang satu dengan yang lain

berbeda cara memotivasinya.

Oleh karena, itu untuk mencapai kinerja yang diharapkan perusahaan

dibutuhkan motivasi pada pegawai. Dengan adanya motivasi dan penilaian

kinerja, tujuan organisasi dapat tercapai serta tercapai pula tujuan pribadi.

Pemberian motivasi kepada seseorang merupakan suatu mata rantai yang dimulai

dari kebutuhan, menimbulkan keinginan, menimbulkan tindakan, dan

menghasilkan keputusan. Dari berbagai tahapan pemberian motivasi, faktor utama

(4)

untuk pencapaian tujuan organaisasi. Hanya dengan kejelasan tujuan maka semua

personal yang terlibat dalam organisasi dapat dengan mudah memahami dan

melaksanakannya.

Cigna merupakan perusahaan jasa kesehatan global, produk utamanya

adalah jasa asuransi jiwa, kesehatan dan kecelakaan diri. Cigna Internasional

bermarkas besar di Philadelphia, Amerika Serikat. Saat ini, CIGNA

mengoperasikan jaringan perusahaannya di sejumlah negara di penjuru dunia.

Tahun 1990 Cigna membuka cabangnya di Indonesia, di bawah bendera PT

Asuransi CIGNA. PT Asuransi Cigna (Cigna), perusahaan asuransi pilihan yang

menyediakan produk dan layanan terbaik terkait kesehatan dengan reputasi tinggi,

membuka akses ke call center yang merupakan pusat divisi telemarketing-nya

kepada media. Secara terus menerus Cigna memperkuat kemampuan dan

kapasitas telemarketing sebagai pusat kekuatan usaha dan juga menciptakan

saluran distribusi lainnya yang menawarkan pilihan-pilihan bagi nasabah sesuai

dengan keinginan mereka dalam berkomunikasi dengan Cigna. Hal ini merupakan

perwujudan dari organisasi yang benar-benar bertumpu pada nasabah dengan

memperkaya pemahaman nasabah melalui setiap interaksi dan menjadikan

data-data pelanggan tersebut penting sehingga Cigna mampu meningkatkan nilai dan

tingkat kepuasan nasabah.

Tidak ada aset yang lebih penting dari pada pegawai, ketangguhan dan

kecakapan pegawai merupakan inti dari produktifitas usaha. Oleh sebab itu,

(5)

kemampuan berinteraksi dan merancang tangga karir bagi para telemarketer

-nya. Dalam industri ini, Cigna dikenal sebagai ‘sekolah’ para telemarketer yang selalu mencetak pegawai- pegawai yang piawai dan merupakan tempat kerja

yang hebat untuk memulai karir serta tempat kerja yang menawarkan penghasilan

komisi yang lebih tinggi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Studi Kasus di PT Asuransi Cigna Medan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah yang akan di jawab melalui penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh

Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Studi Kasus di PT Asuransi Cigna Medan”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

3. Untuk mengetahui motivasi di PT Asuransi Cigna Medan

4. Untuk mengetahui kinerja pegawai di PT Asuransi Cigna Medan

5. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai di

(6)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah :

g. Secara subjektif: untuk mengembangkan wawasan ilmu

administrasi negara. Khususnya mengenai pengaruh motivasi

terhadap kinerja pegawai

h. Secara praktis: Sebagai bahan masukan dan informasi tambahan

bagi PT. Asuransi Cigna Medan melaksanakan kegiatan motivasi

yang efektif.

i. Secara akademis: Sebagai pelengkap referensi, pengetahuan, bahan

perbandingan dan ragam penelitian bagi mahasiswa yang ingin

mengadakan penelitian di bidang yang sama

1. Motivasi

a. Defenisi Motivasi

Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi

individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap

dan nilai tersebut merupakan suatu kekuatan untuk mendorong individu

bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari dua

komponen, yaitu: arah perilaku kerja (kerja untuk mencapai tujuan), dan kekuatan

perilaku (sebagai kuat usaha individu dalam bekerja). Motivasi meliputi perasaan

unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari hubungan

(7)

Winardi (2002:1) mengemukakan bahwa “istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan latin yakni movere yang berarti menggerakkan (to move)” .

Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja

seseorang agar mereka mau bekerja dengan segala daya upayanya untuk mencapai

kepuasan, Hasibuan (2007: 95). Ishak dan Hendri (2003:12) mengemukakan

bahwa “motivasi sebagai suatu hal pokok yang menjadi dorongan setiap motif untuk bekerja”. Motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.

Menurut Robbins (2008:222) motivasi sebagai proses yang menjelaskan

intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa; (1) Motivasi kerja

merupakan bagian yang urgen dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai alat

untuk pencapaian tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, (2) Motivasi kerja

mengandung dua tujuan utama dalam diri individu yaitu untuk memenuhi

kebutuhan atau keinginan pribadi dan tujuan organisasi, dan (3) Motivasi kerja

yang diberikan kepada seseorang hanya efektif manakala di dalam diri seseorang

itu memiliki kepercayaan atau keyakinan untuk maju dan berhasil dalam

organisasi.

Pengertian Motivasi yang dikutip oleh Wursanto (1987:109) dalam

bukunya Etika Komunikasi Kantor sebagai berikut : “Motivasi adalah keseluruhan proses penggerakan dengan cara memberikan motif bekerja kepada

(8)

sadar”.

Pengertian Motivasi yang dikutip oleh Reksohadiprodjo dan Handoko

(1997:252) dalam bukunya Organisasi Perusahaan (Teori struktur dan perilaku)

(edisi 2) menyatakan bahwa : Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang

yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

guna mencapai suatu tujuan.

Menurut Sardiman (2007: 73), menyebutkan motif dapat diartikan sebagai

daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat

dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk

melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif

dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata

motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah

menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan

untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Azwar (2000: 15), motivasi adalah rangsangan, dorongan

ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok masyarakat

yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu

yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

b. Teori-Teori Motivasi

f. Teori Motivasi Maslow

Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996), membagi

(9)

e. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang

paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti

makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.

f. Kebutuhan Rasa Aman

Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka

muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman.

Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan

perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan

kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat

mereka tidak lagi bekerja.

g. Kebutuhan Sosial

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara

minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan

untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan

orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan

akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik,

rekreasi bersama dan sebagainya.

h. Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati,

dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan

(10)

i. Kebutuhan Aktualisasi diri

Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang

paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses

pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.

Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi

yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri

ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang

mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh

kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang

menantang kemampuan dan keahliannya.

Menurut Maslow dalam handoko (1996) mengasumsikan bahwa orang

berkuasa memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum

mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri).

Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan

yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku

seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang

telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia

menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja,

maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan

mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari

perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan

telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya

(11)

g. Teori Motivasi Prestasi dari Mc. Clelland

Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang

ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi menurut Mc Clelland seseorang

dianggap mempunyai apabila dia mempunyai keinginan berprestasi lebih baik

daripada yang lain pada banyak situasi Mc. Clelland dalam Reksohadiprojo dan

Handoko (1996 : 85) menguatkan pada tiga kebutuhan yaitu :

i. Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan mengambil tugas yang

dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi atas

perbuatan-perbuatannya. Ia menentukan tujuan yang wajar dapat

memperhitungkan resiko dan ia berusaha melakukan sesuatu secara

kreatif dan inovatif.

j. Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditujukan dengan adanya

bersahabat.

k. Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang

ingin mempunyai pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap

struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang

lain dengan mengatur perilakunya dan membuat orang lain terkesan

kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.

h. Teori X dan Y dari Mc. Gregor

Teori motivasi yang menggabungkan teori internal dan teori eksternal yang

dikembangkan oleh Mc. Gregor. Ia telah merumuskan dua perbedaan dasar

(12)

Gregor dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996 : 87 ). Teori tradisional

mengenai kehidupan organisasi banyak diarahkan dan dikendalikan atas dasar

teori X. adapun anggapan yang mendasari adalah

a. Rata-rata pekerja itu malas, tidak suka bekerja dan kalau bisa akan

menghidarinya.

b. Karena pada dasarnya tidak suka bekerja maka harus dipaksa dan

dikendalikan, diperlakukan dengan hukuman dan diarahkan untuk

pencapaian tujuan organisasi.

c. Rata-rata pekerja lebih senang dibimbing, berusaha menghindari

tanggung jawab, mempunyai ambisi kecil, kemamuan dirinya diatas

segalanya.

Teori ini masih banyak digunakan oleh organisasi karena para manajer

bahwa anggapn-anggapan itu benar dan banyak sifat-sifat yang diamati perilaku

manusia, sesuai dengan anggapan tersebut teori ini tidak dapat menjawab seluruh

pertanyaan yang terjadi pada orgaisasi. Oleh karena itu, Mc. Gregor dalam

Reksohadiprojo dan Handoko (1996 : 90) menjawab dengan teori yang

berdasarkan pada kenyataannya.

Anggapan dasar teori Y adalah :

a. Usaha fisik dan mental yang dilakukan oleh manusia sama halnya

(13)

b. Rata-rata manusia bersedia belajar dalam kondisi yang layak, tidak

hanya menerima tetapi mencari tanggung jawab.

c. Ada kemampuan yang besar dalam kecedikan, kualitas dan daya

imajinasi untuk memecahkan masalah-masalah organisasi yang secara luas

tersebar pada seluruh pegawai.

d. Pengendalian dari luar hukuman bukan satu-satunya cara untuk

mengarahkan tercapainya tujuan organisasi.

i. Teori Motivasi dari Herzberg

Teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg (dalam Robbins, 2006)

memperkenalkan teori motivasi higiene atau yang sering disebut dengan teori dua

faktor, yang berpendapat bahwa hubungan individu dengan pekerjaannya

merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap seseorang terhadap kerja sangat

menentukan kesuksesan atau kegagalan individu tersebut. Herzberg juga

menyatakan bahwa terdapat faktor yang diinginkan seseorang terhadap pekerjaan

mereka. Dari respon yang dikategorikan, diketahui bahwa respon mereka yang

merasa senang berbeda dengan respon mereka yang tidak merasa senang.

Beberapa faktor tertentu cenderung secara konsisten terkait dengan kepuasan

kerja dan yang lain terkait dengan ketidakpuasan kerja.

Selanjutnya, untuk mengukur motivasi kerja yang diuji dalam penelitian ini,

digunakan indikator-indikator yang dikembangkan oleh Herzberg (dalam

(14)

1. Tanggung jawab

2. Pengakuan

3. Pencapaian prestasi

4. Kemajuan

sedangkan motivasi ekstrinsik terdiri dari :

1. Gaji

2. Pengawasan

3. Lingkungan kerja

4. Jaminan kerja

5. Kenaikan pangkat

6. Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan

bawahan

Perubahan motivasi kerja ke arah yang semakin tinggi sangat penting.

Motivasi ini akan berhubungan dengan : (a) arah perilaku karyawan, (b) kekuatan

respon setelah karyawan memilih mengikuti tindakan tertentu, (c) ketahanan

perilaku atau berapa lama orang itu terus menerus berperilaku menurut cara

tertentu. Responden yang merasa senang dengan pekerjaan mereka cenderung

mengkaitkan faktor ini dengan diri mereka. Di pihak lain, bila mereka tidak puas,

mereka cenderung mengkaitkan dengan faktor-faktor ekstrinsik seperti :

(15)

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Riduwan (2002:66) faktor faktor yang mempengharui motivasi kerja

adalah

3. Upah / Gaji yang layak, yang dapat diukur melalui gaji yang memadai dan

besarnya sesuai standar mutu hidup

4. Pemberian insentif, yang diukur melalui pemberian bonus sewaktu-waktu,

rangsangan kerja, prestasi kerja

5. Mempertahankan harga diri, yaitu diukur dengan iklim kerja yang

kondusif, kesamaan hak, dan kenaikan pangkat

6. Memenuhi kebutuhan rohani, yaitu diukur dengan kebebasan menjalankan

sariat agama, menghormati kepercayaan orang, dan penyelenggaraan

ibadah.

7. Memenuhi kebutuhan partisipasi, yaitu diukur melalui kebersamaan,

kerjasama, rasa memiliki, dan bertanggung jawab.

8. Menempatkan pegawai pada tempat yang sesuai, dalam hal ini diukur

dengan seleksi sesuai kebutuhan, memperhatikan kemampuan,

memperhatikan pendidikan, memperhatikan pengalaman, memberikan

pekerjaan sesuai kemampuan.

9. Menimbulkan rasa aman di masa depan, seperti indikator penyelenggaraan

jaminan hari tua, pembayaran pensiun, pemberian perumahan.

10.Memperhatikan lingkungan tempat kerja, yang diukur melalui tempat

(16)

11.Memperhatikan kesempatan untuk maju, yang diukur dengan memberikan

upaya pendidikan dan latihan

12.Menciptakan persaingan yang sehat, yang diukur melalui produktivitas,

prestasi kerja, pengembangan karir yang jelas, bonus, kinerja pegawai,

penghargaan dan hukuman.

d. Pengukuran Motivasi

Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan,

diantaranya oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 5 (lima)

karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :

1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi

2. Berani mengambil resiko

3. Memiliki tujuan realistik

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh

5. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang

diprogramkan

Sedangkan Edward Murray (Mangkunegara, 2005:68-67) berpendapat

bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah

sebagai berikut :

1. Melakukan sesuatu dengan sebaik baiknya

2. Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksusesan

3. Menyelesaikan tugas tugas yang memerlukan usaha dan

(17)

4. Melakukan hal yang sukar dengan hasil memuaskan

5. Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti

e. Prinsip-Prinsip Motivasi

Motivasi yang diberikan oleh atasan kepada bawahan, tentunya harus

menggunakan pedoman atau dengan kata lain prinsip-prinsip yang harus dijadikan

pedoman oleh atasan untuk memotivasi bawahannya. Menurut Mangkunegara

(2004:100) mengemukakan prinsip-prinsip dalam memotivasi kerja pegawai

adalah sebagai berikut :

3. Prinsip Partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan

ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai

oleh pemimpin.

4. Prinsip Komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan

dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas,

pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya

5. Prinsip Mengakui andal Bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di

dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai

akan lebih mudah dimotivasi kerjanya

(18)

Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai

bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap

pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang

bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang

diharapkan oleh pemimpin

7. Prinsip memberikan perhatian

Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan

pegawai, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan

oleh pemimpin.

2. Kinerja

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan dan apa yang tidak

dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa

banyak mereka memberi kontribusi pada organisasi.Perbaikan kinerja baik untuk

individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan

kinerja organisasi.

a. Pengertian Kinerja Pegawai

Hasibuan (2006 :94) mendefenisikan Kinerja adalah suatu hasil kerja

yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta

waktu.

Menurut Sedarmayanti (2007:174) bahwa Kinerja merupakan

(19)

organisasi, terbukti secara konkrit, menyempurnakan tanggung jawab, dapat

diukur, dapat dibandingkan dengan standar yang sudah ditentukan.

Prawiro Suntoro (dalam Tika, 2006: 121) mengemukakan bahwa

kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode

waktu tertentu.

Menurut Wirawan (2009) kinerja adalah keluaran yang dihasilkan

oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi

dalam waktu tertentu.

Dalam Mangkunegara (2005) beberapa ahli mendefinisikan kinerja

pegawai sebagai berikut :

1. Kusriyanto menyatakan kinerja pegawai adalah perbandingan hasil yang

dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (biasanya perjam)

2. Cardosa menyatakan bahwa kinerja pegawai adalah ungkapan seperti out put,

efisiensi serta efektifitas sering dibutuhkan dengan produktifitas

3. Mangkunegara menyatakan kinerja pegawai itu adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja

pegawai adalah prestasi kerja atau hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dalam

(20)

kepadanya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

T. Hani Handoko (2008) menyebutkan bahwa kinerja karyawan baik

atau tidak tergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik

pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan, aspek-aspek ekonomis dan teknis

serta keperilakuan lainnya.

Keith Davis dalam Mangkunegara (2011:67- 68) , mengemukakan

faktor yang mempengaruhi kinerja dirumuskan sebagai berikut:

Human Performance = Ability + Motivation

Motivation = Attitude + Situation

Ability = Knowledge + skill

Mangkunegara (2011:67-68) faktor yang mempengaruhi pencapaian

kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivasion) yang

mengemukakan bahwa motivasi terbentuk dari sikap seseorang pegawai dalam

menghadapi situasi kerja.Sikap mental yang mendorong diri pegawai untuk

berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal yang siap secara psikofik (siap

secara mental, fisik, tujuan, dan situasi). Setelah apa yang dirumuskan diatas, bisa

dapat diperjelas bahwa:

(21)

Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Pimpinan dan pegawai

harus memiliki pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam

mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja

maksimal.

d. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap yang yang dimiliki pegawai

terhadap situasi kerja dilingkungan organisasinya. Mereka akan menunjukan nilai

positif atau negatif terhadap situasi kerjanya, dan semua itu bisa memperlihatkan

bagaimana tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki pegawai.

Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi

situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan

yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Mathis & Jacson (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja pegawai yaitu bakat, pendidikan, pelatihan,

lingkungan dan fasilitas, iklim kerja, gaji, bonus, interseleksi, motivasi, dan

kemampuan hubungan industrial, teknologi manajemen, kesempatan berprestasi,

dan keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Mahmudi (2005:21) yang

(22)

a. Faktor personal (Individu), meliputi : Pengetahuan, kemampuan,

kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap

individu.

b. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan pimpinan atau team

leader.

c. Faktor team, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, keserataan

dan kekompakan anggota tim.

d. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur

yang diberikan organisasi, proses organisasi dan kultur kerja dalam

organisasi.

c. Kriteria – Kriteria Kinerja

Kriteria kinerja adalah dimensi-dimensi pengevaluasian kinerja seseorang

pemegang jabatan, suatu tim, dan suatu unit kerja. Secara bersama-sama dimensi

itu merupakan harapan kinerja yang berusaha dipenuhi individu dan tim guna

mencapai strategi organisasi.

Menurut Schuler dan Jackson 2004 (dalam Harsuko 2011) bahwa ada 3 jenis

dasar kriteria kinerja yaitu:

(23)

seseorang karyawan. Loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi,

dan keterampilan memimpin merupakan sifat-sifat yang sering dinilai

selama proses penilaian. Jenis kriteria ini memusatkan diri pada

bagaimana seseorang, bukan apa yang dicapai atau tidak dicapai seseorang

dalam pekerjaanya.

2. Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada bgaimana pekerjaan

dilaksanakan. Kriteria semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang

membutuhkan hubungan antar personal. Sebagai contoh apakah SDM- nya

ramah atau menyenangkan.

3. Kriteria berdasarkan hasil, kriteria ini semakin populer dengan makin

ditekanya produktivitas dan daya saing internasional. Kreteria ini berfokus

pada apa yang telah dicapai atau dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu

dicapai atau dihasilkan.

Menurut Bernandin & Russell (2001 dalam Riani 2011) kriteria yang

digunakan untuk menilai kinerja karyawan adalah sebagai berikut:

1) Quantity of Work (kuantitas kerja): jumlah kerja yang dilakukan dalam

suatu periode yang ditentukan.

2) Quality of Work (kualitas kerja): kualitas kerja yang dicapai berdasarkan

syarat-syarat kesesuaian dan ditentukan.

3) Job Knowledge (pengetahuan pekerjaan): luasnya pengetahuan mengenai

(24)

4) Creativeness (kreativitas): keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan- persoalan yang timbul.

5) Cooperation (kerja sama): kesedian untuk bekerjasama dengan orang lain atau

sesama anggota organisasi.

6) Dependability (ketergantungan): kesadaran untuk mendapatkan kepercayaan

dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.

7) Initiative (inisiatif): semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam

memperbesar tanggung jawabnya.

8) Personal Qualities (kualitas personal): menyangkut kepribadian,

kepemimpinan, keramah-tamahan dan integritas pribadi.

d. Tujuan dan Sasaran Kinerja

Tujuan Evaluasi kinerja adalah untuk memperbaikidan meningkatkan

kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM organisasi, dalam penilaian

kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik tetapi pelaksanaanpekerjan

secara keseluruhan yang menyangkut berbagaibidang seperti kemampuan,

kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal–hal khusus sesuai dengan bidang dan tugasnya semua layak untuk dinilai.Tujuan penilaian kinerja karyawan menurut

Veithzal (2011:552), Pada dasarnya meliputi:

a. Meningkatkan etos kerja.

(25)

c. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini.

d. Untuk mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.

e. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji

berkala, gaji pokok, kenaikangaji istimewa dan insentif uang.

f. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam Penugasan

kembali, seperti diadakannya mutasiatau transfer, rotasi organisasi,

kenaikan jabatan, pelatihan.

g. Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk mengambil

inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja.

h. Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja

menjadi baik.

i. Untuk mendorong pertanggung jawaban dari karyawan.

j. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk

memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier

selanjutnya.

k. Pemutusan hubungan kerja, pemberian sanksi ataupun hadiah.

l. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi

tentang kemajuan kerja mereka.

(26)

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana

kebenarannya perlu untuk diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpuluan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban

teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric.

(Sugiyono, 2005:70)

berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengetengahkan suatu

hipotesis yang dilandaskan pada teori yang relevan, yaitu dengan adanya

pemberian motivasi yang baik maka diharapkan Kinerja Pegawai dapat

ditingkatkan.

Adapun hipotesisnya adalah :

Ha : Terdapat pengaruh yang positif antara pemberian motivasi terhadap Kinerja

Pegawai PT Asuransi Cigna

Ho : tidak terdapat pengaruh antara pemberian motivasi terhadap Kinerja

Pegawai di PT Asuransi Cigna

G. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1993:33) konsep adalah istilah dan defenisi yang

digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok

(27)

penelitian yang penting untuk menggambarkan secara teapat fenomena yang

hendak diteliti. Maka untuk mendapatkan batasan yang jelas, penulis

menggunakan defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

10.Motivasi adalah suatu proses mempengharui seseorang untuk

melakukan suatu tindakan dalam pencapaian suatu tujuan

11.Kinerja pegawai adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas

maupun kuantitas yang dicapai pegawai persatuan periode waktu

dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya.

H. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur yang memberitahukan bagaimana

caranya mengukur variable melalui indicator-indikatornya.

Variabel bebas atau variabel (X) adalah pemberian motivasi diukur dengan

indikator motivasi intrinsik terdiri dari:

1. Tanggung jawab

2. pengakuan

3. pencapaian prestasi

4. kemajuan

motivasi ekstrinsik terdiri dari :

(28)

2. pengawasan

3. lingkungan kerja

4. jaminan kerja

5. kenaikan pangkat

6. hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan

bawahan

Variabel terikat atau variable (Y) yaitu Kinerja Pegawai diukur dengan

indikator

1. Quantity of Work (kuantitas kerja): jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu

periode yang ditentukan.

2. Quality of Work (kualitas kerja): kualitas kerja yang dicapai berdasarkan

syarat-syarat kesesuaian dan ditentukan.

3. Job Knowledge (pengetahuan pekerjaan): luasnya pengetahuan mengenai

pekerjaan dan keterampilannya.

4. Creativeness (kreativitas): keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan- persoalan yang timbul.

5. Cooperation (kerja sama): kesedian untuk bekerjasama dengan orang lain atau

(29)

6. Dependability (ketergantungan): kesadaran untuk mendapatkan kepercayaan

dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.

7. Initiative (inisiatif): semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam

memperbesar tanggung jawabnya.

8. Personal Qualities (kualitas personal) menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

keramah-tamahan dan integritas pribadi.

I. Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi

konsep, defenisi operasional, dan sistematikan penulisan

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis

data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi

penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur

(30)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan

menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

menganalisisnya berdasarkan metode yang digunakan.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interprestasi dari data data yang

disajikan pada bab-bab sebelumnya

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan dan saran saran yang dianggap penting bagi pihak yang

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kelangsungan eksistensi Kelompok Tayub Manunggal Laras Desa Sriwedari Kecamatan Karanganyar Kabupaten Ngawi. Faktor yang

Kelangkaan air bahkan bukan lagi hanya merupakan isu nasional, tetapi pada abad ke dua puluh satu akan merupakan isu global utama (Seckler, 1996). Tulisan ini akan membahas

Orang-orang menjadi dipertobatkan ketika mulai menja- lankan asas Injil yang dipulihkan dan merasakan Roh Kudus meneguhkan kepada mereka bahwa apa yang sedang mereka lakukan

Hasil pengujian kapasitas lentur balok beton disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.. e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL Vol. 4/Desember 2013/585 Hasil pengujian benda uji balok

Berdasarkan jawaban responden dalam penelitian di dapatkan karakteristik responden berdasarkan angkatan, jenis kelamin, dan tingkat pembelian, analisis deskriptitif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian DRPs meliputi indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, obat salah, dosis obat kurang, dosis obat lebih, reaksi

Sebelum menghitung curah hujan wilayah dengan distribusi yang ada dilakukan terlebih dahulu pengukuran dispersi untuk mendapatkan parameter-parameter yang digunakan dalam

[r]