• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Badan Pengusahaan Batam Dalam Upaya Meningkatkan Penanaman Modal Di Batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Badan Pengusahaan Batam Dalam Upaya Meningkatkan Penanaman Modal Di Batam"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

A. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal di Indonesia

Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam

Program Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019 yakni berusaha mewujudkan

masyarakat adil dan makmur, di mana masyarakat yang adil dan makmur itu akan

diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang yang salah satunya adalah

bidang ekonomi.28 Pelaksanaan pembangunan seperti diketahui membutuhkan modal dalam jumlah yang besar dan harus tersedia pada waktu yang tepat. Modal

ini dapat disediakan oleh pemerintah, masyarakat, atau pihak swasta nasional.

Dalam keadaan yang ideal modal tersebut dapat dipenuhi dengan kemampuan

modal dalam negeri sendiri. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian, sebab

pada umumnya negara berkembang mengalami hambatan dalam hal ketersediaan

modal dalam negeri.29 Demikian pula yang terjadi di Indonesia setelah mengalami masa-masa kolonialisasi yang cukup panjang, pada awal kemerdekaan negeri ini

mencoba untuk memulai melaksanakan pembangunan di semua sektor. Namun

kenyataan lain menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan modal dalam negeri

sangat tidak mencukupi untuk dapat melaksanakan pembangunan nasional.

Pasca proklamasi, kebijakan penanaman modal asing (selanjutnya disebut

PMA) di Indonesia mengalami pasang surut mengikuti perkembangan politik dan

ekonomi. PMA pertama kali diatur dengan Undang-Undang Nomor 78 Tahun

28

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.

29

(2)

1958 tentang Penanaman Modal yang kemudian diubah dengan Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 1960 dan kemudian dicabut dengan Undang-Undang Nomor 16

Tahun 1965.30 Pasang-surut iklim PMA di Indonesia tak lepas dari pengaruh perekonomian pada masa orde lama yang memburuk karena keadaan politik

dalam negeri yang mengalami kekacauan dimana puncaknya dengan adanya

Gerakan 30 S/PKI pada tahun 1965 yang menjadi momentum beralihnya

pemerintahan rezim orde lama ke rezim orde baru.31 Berkat kemampuan rezim orde baru dalam meyakinkan negara-negara donor, Indonesia memperoleh

pinjaman luar negeri serta berimbas pada meningkatnya kepercayaan

negara-negara maju yang tergabung baik dalam IGGI maupun World Bank. Persoalan

baru mulai timbul manakala perekonomian dunia mengalami resesi.32 Dalam proses tersebut kebanyakan negara-negara maju menjadi lebih tertutup, sehingga

menimbulkan kesulitan bagi negara-negara berkembang yang mendapat bantuan

aliran dana dari luar negeri. Keadaan tersebut memaksa negara-negara

berkembang tak terkecuali Indonesia untuk mencari alternatif lain selain dalam

bentuk pinjaman luar negeri yakni dengan menggalakkan penanaman modal

khususnya penanaman modal asing (foreign direct investment).

Badan Koordinasi Penanaman Modal menyampaikan hasil capaian

realisasi investasi tahun 2015 sebesar Rp545,4 triliun meningkat 17,8%

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian realisasi investasi

tersebut melampui target tahun 2015 sebesar Rp519,5 triliun (105%). Komposisi

30

Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing (Jakarta :Kuwais, 2012), hlm.52.

31

Ibid., hlm.56.

32

(3)

realisasi investasi terdiri dari PMDN meningkat 15,0% sebesar Rp179,5 triliun,

sementara PMA juga meningkat 19,2% sebesar Rp365,9 triliun.33

Buku II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (selanjutnya

disebut RPJMN) Tahun 2015-2019 menyebutkan, berdasarkan survei Bappenas

dan LPEM UI terhadap 200 perusahaan memperlihatkan prosedur perizinan,

waktu, dan biaya yang dibutuhkan untuk proses ekspor dan impor merupakan

faktor utama penghambat berinvestasi di Indonesia. Hal ini diikuti dengan kondisi

makro-ekonomi dan ketersediaan infrastruktur. Permasalahan yang dihadapi untuk

meningkatkan investasi di Indonesia meliputi pertama, belum optimalnya

pelaksanaan harmonisasi pusat dan daerah. Kedua, kualitas infrastruktur yang

kurang memadai. Ketiga, masih cukup panjangnya perizinan investasi sehingga

masih tingginya biaya perizinan investasi dibandingkan dengan negara-negara

kompetitif. Keempat, belum tercukupinya pasokan energi yang dibutuhkan untuk

kegiatan industri. Kelima, masih cukup banyak peraturan daerah yang

menghambat iklim investasi. Keenam, masih terkonsentrasinya sebaran investasi

di Pulau Jawa, dan belum optimalnya pelaksanaan alih teknologi.34 Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada, Rimawan Pradiptyo,

mengatakan bahwa tingginya suku bunga, birokrasi antarlembaga pemerintahan

yang lemah dan kurang koordinasi, lambatnya pembebasan lahan untuk

proyek-proyek pembangunan infrastruktur, dan tidak ada kepastian hukum di Indonesia

membuat pelaku usaha kurang berminat berinvestasi di bidang infrastruktur.35

33

http://www.bkpm.go.id (diakses pada tanggal 3 Januari 2016)

34

http://nasional.kontan.co.id/news/enam-hambatan-investasi-di-indonesia (diakses pada tanggal 7 Januari 2016 )

35

(4)

Sebagaimana disadari bahwa dalam setiap kegiatan penanaman modal

selalu terkait dengan kemungkinan terjadinya resiko yang dapat mengakibatkan

berkurangnya atau bahkan hilangnya nilai modal. Oleh karena itu, tidaklah

mengherankan jika sebelum melakukan kegiatan penanaman modal perlu

dipertimbangkan faktor-faktor tertentu sehingga disamping diharapkan dapat

menghasilkan keuntungan yang optimal juga dapat meminimalkan kerugian.

Setiap penanaman modal asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia

terutama akan dipengaruhi oleh :36

1. Sistem politik dan ekonomi Negara Indonesia.

2. Sikap rakyat dan pemerintahan terhadap orang asing dan modal asing.

3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi, dan stabilitas keuangan di Indonesia.

4. Jumlah dan daya beli penduduk Indonesia sebagai calon konsumennya.

5. Adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam

pembuatan hasil produksi.

6. Adanya tenaga buruh yang terjangkau di Indonesia untuk kegiatan produksi.

7. Tanah untuk tempat usaha.

8. Struktur perpajakan, pabean dan cukai di Indonesia.

9. Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha

di Indonesia.

Adapun beberapa faktor lain yang dipertimbangkan sebelum melakukan

kegiatan penanaman modal, yaitu sebagai berikut.37 1. Masalah resiko menanam modal (country risk)

36

Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di Indonesia (Bandung : Mandar Maju, 1999), hlm.26.

37

(5)

Masalah country risk merupakan faktor yang cukup dominan menjadi

dasar pertimbangan dalam melakukan kegiatan penanaman modal. Salah satu

aspek dari country risk yang sangat diperhatikan oleh calon investor adalah aspek

stabilitas politik dan keamanan. Hal ini sangat lumrah mengingat adanya stabilitas

politik dan jaminan keamanan pada negara dimana investasi dilakukan, resiko

kegagalan yang akan dihadapi akan semakin besar. Aspek stabilitas politik ini

mencakup keadaan seperti perang, pendudukan oleh kekuatan asing, perang

saudara, revolusi, pemberontakan, kekacauan, kudeta, dan lain-lain. Disamping

aspek stabilitas politik dan keamanan, aspek-aspek lain yang sangat diperhatikan,

antara lain :

a. Aspek kebijaksanaan, misalnya : perubahan unilateral dalam syarat- syarat

utang, keadaan alam yang buruk.

b. Aspek ekonomi, misalnya : salah urus perekonomian, depresi atau resesi

berkepanjangan, credit squeeze, pertumbuhan ekonomi yang terus

menurun, ongkos produksi yang terus meningkat, terjadinya depresiasi

mata uang yang sangat tajam, dan lain- lain.

c. Aspek neraca pembayaran dan utang luar negeri, misalnya : turunnya

pendapatan ekspor, peningkatan pada impor makanan dan energi secara

tiba-tiba, over extension (perpanjangan) utang luar negeri, keadaan

memburuk di neraca pembayaran, dan lain- lain.

2. Masalah jalur birokrasi

Birokrasi yang terlalu panjang biasanya dapat menciptakan situasi yang

(6)

niat para pemodal untuk melakukan investasi. Birokrasi yang panjang

mengakibatkan biaya tambahan dan usaha menjadi tidak feasible.

3. Masalah transparansi dan kepastian hukum

Bagi calon investor, adanya transparansi dalam proses dan tata cara

penanaman modal akan menciptakan suatu kepastian hukum serta menjadikan

segala sesuatunya menjadi mudah diperkirakan (predictable).

4. Masalah alih teknologi

Adanya peraturan yang terlampau ketat menyangkut kewajiban alih

teknologi dari negara tuan rumah (host country) dapat mengurangi penanam

modal yang sangat berharga dalam mengembangakan usahanya.

5. Masalah jaminan investasi

Adanya jaminan dari negara tuan rumah (host country) terhadap

kepentingan pemodal dalam hal terjadinya hal- hal seperti kerusuhan, huru-hara,

penyitaan (confiscation), nasionalisasi, serta pengambilalihan. Di samping itu,

jaminanan investasi juga mencakup masalah repatriasi modal (capital

repatritiation) serta penarikan keuntungan (profit remmitance).

6. Masalah ketenagakerjaan

Adanya tenaga kerja yang terlatih dan terampil dalam jumlah yang

memadai serta upah yang tidak terlalu tinggi akan menjadi faktor yang sangat

dipertimbangkan oleh para calon investor sebelum melakukan kegiatan

penanaman modalnya.

7. Masalah infrastruktur

Tersedianya jaringan infrastruktur yang memadai akan sangat berperan

(7)

tersedianya jaringan infrastruktur pokok seperti perhubungan (darat, laut, dan

udara) serta sarana komunikasi, merupakan faktor yang penting yang sangat

diperhatikan oleh calon investor.

8. Masalah keberadaan sumber daya alam

Negara yang kaya akan sumber daya alam sebagai bahan baku atau

komoditi dalam industri, telah menjadi sasaran utama para pemilik modal untuk

menanamkan modalnya.

9. Masalah akses pasar

Akses terhadap pasar yang besar juga menjadi sasaran utama para pemilik

modal untuk menanamkan modalnya. Terbukanya akses pasar akan mampu

menyerap produk yang dihasilkan dari suatu kegiatan penanaman modal

(misalnya di bidang industri).

10.Masalah insentif perpajakan

11.Mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif

Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif juga merupakan

salah satu faktor yang diperhitungkan sebelum memutuskan untuk melakukan

kegiatan penanaman modal. Mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif

tersebut mencakup :

a. Forum penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan nasional, badan

peradilan atau arbitrase internasional, atau forum penyelesaian sengketa

alternatif lainnya.

b. Efektivitas keberlakuan dari hukum yang diterapkan dalam sengketa

tersebut.

(8)

d. Netralisasi dan profesionalisme hakim atau arbiter dalam proses

pengambilan keputusan.

e. Efektivitas pelaksanaan atau implementasi keputusan pengadilan,

arbitrase, dan badan- badan penyelesaian sengketa lainnya.

f. Kepatuhan para pihak terhadap keputusan yang dihasilkan.

Selanjutnya, investor asing dalam melakukan kegiatan investasi di

Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menurut Erman Rajagukguk

antara lain sebagai berikut:38

1. Adanya kesempatan ekonomi (economic opportunity) seperti sumber daya

alam, ketersediaan bahan baku, pasar yang prospekif, upah buruh murah,

insenif investasi, dan infrastruktur yang baik.

2. Stabilitas politik (political stability) : politik yang stabil, kesadaran berpolitik

tinggi, dan lain-lain.

3. Kepastian hukum (legal certainty) : kepastian substansi hukum, kepastian

dalam pelaksanaan putusan pengadilan, judicial corruption, dan lain-lain.

Investasi juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang mendorong

atau membatasi investasi melalui peraturan perundang-undangan, misalnya

undang pajak dan pabean atau paket-paket kebijakan tentang

undang-undang investasi yang mempermudah pelaksanaan investasi di Indonesia.39

38

Erman Rajagukguk, Hukum Ekonomi Indonesia memperkuat Persatuan Nasional, Mendorong Hukum Nasional VIII (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 2004), hlm. 252-256.

39

(9)

B. Pokok-Pokok Pengaturan Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

1. Perizinan

Berdasarkan Pasal 25 ayat (4) UUPM, perusahaan penanaman modal yang

akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan kecuali

ditentukan lain dalam undang-undang. Izin tersebut diperoleh melalui pelayanan

terpadu satu pintu yang bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh

kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.

Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang

berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau

pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan

perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang

berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau

kabupaten/kota.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (9) Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 14

Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal, yang

dimaksud dengan perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan

penanaman modal yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,

badan pengusahaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dan

administrator kawasan ekonomi khusus yang memiliki kewenangan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.40

40

(10)

Adapun izin yang diperlukan untuk melakukan penanaman modal di

Indonesia yaitu :

a. Izin prinsip penanaman modal (selanjutnya disebut izin prinsip) yaitu izin

yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha.

b. Izin investasi, yaitu izin prinsip yang dimiliki oleh perusahaan dengan

kriteria tertentu yang diatur dalam peraturan kepala badan koordinasi

penanaman modal.

c. Izin usaha, yaitu izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk memulai

pelaksanaan kegiatan produksi/operasi yang menghasilkan barang atau

jasa, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan seperti

izin lokasi, izin mendirikan bangunan (selanjutnya disebut IMB), izin

lingkungan dan perizinan lainnya.

d. Izin usaha penempatan tenaga kerja adalah izin usaha jasa penempatan

tenaga kerja untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan tenaga kerja.

e. Izin kantor perwakilan adalah izin untuk perusahaan asing di luar negeri

yang memiliki perwakilannya di Indonesia.

f. Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda Daftar Industri (TDI)

Setiap pendirian perusahaan industri yang melakukan kegiatan di

bidang industri wajib memperoleh Izin Usaha Industri (IUI). Namun,

terdapat perusahaan atau industri tertentu dalam Kelompok Industri Kecil

yang dikecualikan dari kewajiban untuk memperoleh Izin Usaha Industri

(IUI). Setiap perusahaan yang wajib memperoleh TDI adalah setiap

perusahaan industri yang nilai investasi perusahaan seluruhnya sebesar

(11)

dan bangunan tempat usaha, namun untuk memperoleh TDI perusahaan

tersebut tidak diperlukan tahap persetujuan prinsip.

g. Izin Usaha Tetap (IUT)

Untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi komersial,

perusahaan penanaman modal diwajibkan memiliki Izin Usaha Tetap

(selanjutnya disebut IUT). IUT adalah izin yang dikeluarkan BKPM atau

BKPM daerah untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka PMA dan/

atau PMDN.

h. Angka Pengenal Importir (API) dan Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT)

Angka Pengenal Importir atau disingkat API adalah tanda pengenal

sebagai importir yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan yang

melakukan perdagangan impor, yaitu kegiatan memasukkan barang ke

dalam daerah pabean Indonesia. Sedangkan APIT wajib dimiliki oleh

perusahaan PMDN/PMA yang akan melaksanakan sendiri pengimporan

barang modal dan/atau bahan baku.

2. Bidang Usaha

Apabila dikaji dan dianalisis ketentuan yang tercantum dalam Pasal 12

UUPM dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 tentang

Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan

Persyaratan (selanjutnya disebut Perpres tentang Daftar Negatif Investasi), maka

bidang usaha untuk penanaman modal digolongkan menjadi tiga macam. Ketiga

(12)

a. Bidang usaha terbuka

Bidang usaha terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan

untuk penanaman modal, baik untuk domestik maupun asing.

b. Bidang usaha yang dinyatakan tertutup

Bidang usaha yang tertutup adalah jenis usaha tertentu yang dilarang

diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal oleh penanam modal.

―Dalam Pasal 12 ayat (2) UUPM, bidang usaha yang tertutup bagi

penanam modal asing adalah:

1) Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang.

2) Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.

3) Pemerintah berdasarkan peraturan presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya.‖

Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 39 Tahun 2014 dalam

Lampiran I, ada dua puluh daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk

investasi domestik maupun investasi asing.

― Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup untuk investasi yaitu: 1) Budidaya ganja.

2) Penayatpan spesies ikan yang tercantum dalamAppendixI Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

3) Pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan bangunan/kapur/kalsium dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati (recent death coral) dari alam.

4) Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan minuman mengandung malt).

5) Industri pembuat chlor alkali dengan proses merkuri.

6) Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan seperti: a) halon dan lainnya;

b) penta chlorophenol, dichloro diphenyl trichloro elhane (DDT), dieldrin, chlordane, carbon tetra, chloride, methyl chloroform, methyl bromide, chlorofluoro carbon (CFC.)

7) Industri bahan kimiaschedule I konvensi senjata kimia (sarin, soman,

(13)

9) Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang. 10)Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor. 11)Penyelenggaraan pengujian berkala kendaraan bermotor. 12)Telekomunikasi/sarana bantu navigasi pelayaran.

13)Vassel Traffic Information Sistem (VTIS). 14)Jasa pemanduan lalu lintas udara.

15)Manejemen dan penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.

16)Museum pemerintah.

17)Peninggalan sejarah dan purbakala (candi,keratin, prasasti, bangunan kuno,dsb).

18)Pemukiman/lingkungan adat. 19)Monumen.

20)Perjudian/Kasino.‖

c. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan

Bidang usaha terbuka dengan persyaratan adalah jenis usaha tertentu

yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan persyaratan

tertentu. Dalam Pasal 12 ayat (5) UUPM, pemerintah menetapkan bidang

usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan

nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan pengembangan

usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan

distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri,

serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah.

― Ada 16 bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan :‖41

1) Bidang Pertanian. 2) Bidang Kehutanan.

3) Bidang Kelautan dan Perikananan.

4) Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral. 5) Bidang Perindustrian.

6) Bidang Pertahanan dan Keamanan. 7) Bidang Pekerjaan Umum.

8) Bidang Perdagangan.

(14)

13) Bidang Perbankan.

14) Bidang Tenaga kerja dan Transmigrasi. 15) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. 16) Bidang Kesehatan.

Bersamaan dengan diterbitkannya paket kebijakan ekonomi ke-10,

pemerintah tengah menyusun Rancangan peraturan presiden tentang daftar bidang

usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang

penanaman modal.42 Rancangan perpres disusun guna mengantisipasi situasi pasar yang kompetitif yang dipicu oleh dimulainya MEA.43 Pemerintah merevisi daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan

persyaratan dengan menambah 62 bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha

Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKM-K) baik dengan PMDN maupun

PMA.

Rancangan Perpres Tahun 2016 tentang DNI tersebut mengatur adanya

keharusan pihak PMA dan PMDN membina dan bermitra dengan UMKM-K. Hal

ini sesuai dengan pasal 13 UUPM. Tentunya banyak model kemitraan yang dapat

dikemas dimana esensinya adalah tetap dalam koridor prinsip-prinsip bisnis yang

saling menguntungkan. Model kemitraan seperti di Cina mungkin bisa dijadikan

contoh. Untuk industri pabrik sepeda motor misalnya, kalangan industri

melibatkan para UMKM-K. Andil UMKM-K memasok berbagai jenis suku

cadang yang diperlukan oleh industri mulai dari mur, baut, kanvas rem dan lain

sebagainya. Hal tersebut dapat berjalan karena memang ada kewajiban untuk

bermitra dan membina UMKM-K. Kedua, pola kemitraan yang dikembangkan

bukan sekedar membuat UMKM-K lebih pintar, inovatif dan produktif sehingga

42CNN Indonesia, ―20 Bidang Usaha Baru Masuk Dalam Revisi DNI‖,

http://www.en.hukumonline.com (diakses pada tanggal 7 Januari 2016).

43

(15)

produknya berkualitas, tetapi juga mencakup upaya-upaya menciptakan

kesetaraan dalam bermitra. Sebagai salah satu alternatif kemitraan yang dapat

menjamin kesetaraan dan memperkuat posisi tawar misalnya melalui skim modal

ventura. Artinya pihak PMA dan PMDN menanamkam modalnya di perusahaan

UMKM-K dalam bentuk penyertaan untuk jangka waktu tertentu dengan program

divestasi yang pasti dan jelas. Dengan pendekatan ini, maka kualitas produk selalu

terjamin yang pada gilirannya tentu perolehan hargapun menjadi lebih baik.

Kesetaraan akan secara otomatis terbentuk karena adanya rasa memiliki diantara

kedua belah pihak. Ketiga, agar dapat mengikat semua hal-hal tersebut diatas

kiranya masih termasuk wajar kalau pemberdayaan UMKM-K harus ada dalam

persyaratan melakukan investasi di Indonesia. Agar mengikat, maka dalam studi

kelayakan PMA dan PMDN harus juga memuat hal-hal yang berkaitan dengan

usaha-usaha pemberdayaan UMKM-K. Sebagai persyaratan yang mengikat, maka

pihak pemerintah akan lebih mudah melakukan pengawasan berikut pemberian

sanksi apabila terjadi hal-hal yang menyimpang dari yang diperjanjikan semula.

Pemerintah juga menambah 19 bidang usaha dalam kegiatan jenis usaha

jasa bisnis/jasa konsultasi, konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana

dengan nilai pekerjaan kurang dari Rp10 miliar. Ada 39 bidang usaha yang

dicadangkan untuk UMKM-K yang diperluas nilai pekerjaanya, dari Rp1 miliar

menjadi Rp50 miliar. Kegiatan itu mencakup jenis usaha jasa konstruksi, seperti

pekerjaan konstruksi untuk bangunan komersial, bangunan sarana kesehatan, dan

lain-lain. Peraturan tersebut jugamengatur reklasifikasi bidang usaha. Misalnya 19

(16)

bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKM-K menjadi 92 usaha dari

sebelumnya 139 usaha. 44

Ada Sebanyak 35 bidang usaha yang dikeluarkan dari daftar negatif

investasi yaitu industri crumb rubber, cold storage, pariwisata (restoran, bar, kafe,

usaha rekreasi, seni, dan hiburan serta gelanggang olah raga), industri perfilman,

penyelenggara transaksi perdagangan secara elektronik (market place) yang

bernilai Rp100 milyar ke atas, pembentukan lembaga pengujian perangkat

telekomunikasi, pengusahaan jalan tol, pengelolaan dan pembuangan sampah

yang tidak berbahaya, industri bahan baku obat.45

Revisi DNI membuka 20 bidang usaha untuk asing dari yang sebelumnya

100 persen. Bidang usaha itu jasa pelayanan penunjang kesehatan (67 persen),

angkutan orang dengan moda darat (49 persen), industri perfilman termasuk

peredaran film (100 persen), instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan

tinggi/ekstra tinggi (49 persen).46 3. Ketenagakerjaan

Aspek- aspek ketenagakerjaan dari kegiatan penanaman modal meliputi

berikut ini :

a. Kewajiban penggunaan tenaga kerja warga negara Indonesia dan

keharusan diselenggarakannya pelatihan industri (Industrial Training).

Untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja Indonesia,

perusahaan- perusahaan penanam modal juga diwajibkan untuk

menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas-fasilitas pelatihan dan

44

Daftar negatif investasi, www.tempo.co/artikel/daftar-negatif-investasi (diakses pada tanggal 10 Maret 2016).

45

Ibid.

46

(17)

pendidikan dalam dan/ atau di luar negeri secara teratur dengan tujuan

terjadinya proses alih teknologi dan keahlian kepada tenaga kerja

Indonesia.47

b. Izin kerja bagi penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Untuk memperkerjakan tenaga kerja asing (expatries) diperlukan

adanya izin kerja dalam bentuk Izin Kerja Tenaga Asing (IKTA) yang

terbagi menjadi IKTA jayat pendek yang tidak dapat diperpanjang dan

IKTA dengan jayat waktu 1 tahun dan dapat diperpanjang. Pengaturan

mengenai penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia diatur dalam

berbagai ketentuan peraturan baik dalam UUPM maupun berbagai

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan.48 c. Upah dan jam kerja.

Masalah upah minimum diatur dalam suatu keputusan dari Menteri

Tenaga Kerja dengan memperhatikan perbedaan dari tarif upah minimum

untuk tiap-tiap daerah. Peraturan ketenagakerjaan menetapkan enam hari

kerja per minggu dengan total empat puluh empat jam kerja. Namun dalam

praktiknya atas izin Departemen Ketenagakerjaan Perusahaan PMA dapat

mengubahnya menjadi lima hari kerja per minggu dengan total empat

puluh jam kerja dengan tujuh jam kerja per hari. Terkait dengan

penggunaan tenaga kerja, maka ketentuan dari Undang- Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UUK) dan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO

47

T.Mulya Lubis, Hukum dan Ekonomi (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992), hlm.133.

48Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman,

(18)

Convention Nomor 81 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan dalam

Industri dan Perdagangan juga berlaku.49 d. Pemutusan hubungan kerja.

Terhadap tindakan pemutusan hubungan kerja (PHK) biasanya

ditetapkan persyaratan- persyaratan tertentu, baik menyangkut tata cara/

prosedur yang harus dipenuhi termasuk masalah pemberian pesangon dan

lain- lain tunduk pada ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

150 Tahun 2000.50

e. Hubungan industrial, serikat pekerja (serikat buruh), dan penyelesaian

sengketa perburuhan.

Pemerintah menetapkan bahwa setiap perusahaan yang memiliki

dua puluh lima karyawan atau lebih wajib memiliki peraturan perusahaan

yang berisi ketentuan- ketentuan mengenai :51 1) hak perusahaan untuk mengelola;

2) upah (termasuk tunjangan);

3) biaya kesehatan;

4) cuti tahunan;

5) cuti sakit;

6) tunjangan khusus hari raya, dan lain- lain.

4. Fasilitas

Fasilitas untuk penanam modal diberikan berdasarkan kebijakan industri

nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 UUPM tidak berlaku bagi PMA yang tidak berbentuk perseroan

49

Ibid., hlm.75.

50

Ibid.

51

(19)

terbatas.52 Penanaman modal yang mendapat fasilitas adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut ini:

a. menyerap banyak tenaga kerja;

b. termasuk skala prioritas tinggi;

c. termasuk pembangunan infrastruktur;

d. melakukan alih teknologi;

e. melakukan industri pionir;

f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau

daerah lain yang dianggap perlu;

g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;

i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau

j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan

yang diproduksi di dalam negeri.

Apabila salah satu kriteria itu telah dipenuhi, maka dianggap cukup

bagi pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor.

Ada sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor,

baik itu investor domestik maupun investor asing. Kesepuluh fasilitas itu antara

lain:53

a. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat

tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam

waktu tertentu.

52

Pasal 19 dan 20 Undang- undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

53

(20)

b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal,

mesin, atau keperluan untuk produksi yang belum bisa diproduksi

dalam negeri.

c. Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan

produksi dalam jangka waktu dan dengan persyaratan tertentu.

d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas

impor barang modal yang belum dapat diproduksi dalam negeri dengan

jangka waktu dan persyaratan tertentu.

e. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.

f. Keringanan PBB.

g. Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

h. Fasilitas hak atas tanah.

i. Fasilitas pelayanan keimigrasian.

j. Fasilitas perizinan impor.

Sedangkan secara umum insentif dalam bidang penanaman modal yang

bersifat nonpajak dapat dibagi atas :54

a. Diberikan jaminan terhadap tindakan nasionalisasi.

b. Jaminan investasi atas terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu.

c. Telah diratifikasinya konvensi penyelesaian sengketa investasi oleh

Indonesia, termasuk pengakuan atas wewenang ICSID dalam

penyelesaian sengketa investasi.

d. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase pada

BANI.

54Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman,

(21)

e. Tersedianya kawasan-kawasan industri.

f. Adanya kawasan berikat ( bonded zones ).

g. Adanya Entreport Produksi Tujuan Ekspor (EPTE) beserta fasilitasnya.

h. Adanya fasilitas kredit ekspor dan asuransi ekspor.

Ketentuan lanjut mengenai fasilitas dalam penanaman modal di Indonesia

diatur dalam Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 16 Tahun 2015 tentang

Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal.55 5. Hak dan kewajiban

Undang-undang penanaman modal dalam Pasal 14 sampai 17 telah

mengatur mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal antara

lain :

― Setiap penanam modal berhak mendapat: ― a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;

b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya; c. hak pelayanan; dan

d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penanam modal juga diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam

valuta asing terhadap modal, keuntungan, bunga bank, deviden, pendapatan lain,

dana yang diperlukan untuk pembelian bahan baku dan penolong, barang jadi,

barang setengah jadi, dan penggantian barang modal dalam rangka melindungi

kelangsungan hidup penanaman modal, tambahan dana bagi pembiayaan

penanaman modal, dana untuk pembayaran kembali pinjaman, royalti, pendapatan

dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam perusahaan penanaman

55

(22)

modal, hasil penjualan atau likuidasi, kompensasi atas kerugian, pembayaran

teknis, serta hasil penjualan aset.56

― Setiap penanam modal berkewajiban:‖

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada BKPM;

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan

e. penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

― Setiap penanam modal bertanggung jawab: ―

a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan

f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Penyelesaian sengketa

Undang-undang penanaman modal juga mengatur mengenai penyelesaian

sengketa. Dalam ketentuan tersebut diuraikan bagaimana cara penyelesaian

sengketa yang digunakan apabila terjadi sengketa di bidang penanaman modal

antara pemerintah dan penanam modal. Secara umum penyelesaian sengketa di

bidang penanaman modal dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :57

56

Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

57Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman,

(23)

a. Penyelesaian melalui pengadilan.

b. Melalui arbitrase.

c. Melalui cara-cara penyelesaian sengketa alternatif (Alternatif Dispute

Resolution).

Sengketa penanaman modal yang terjadi antara pemerintah dengan

penanam modal terlebih dahulu diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat.

Jika melalui musyawarah dan mufakat tidak tercapai, penyelesaian sengketa

tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa

atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam

hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan

penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut

melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian

sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan

dilakukan di pengadilan. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal

antara pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan

sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para

pihak.58

C. Kebijakan Penanaman Modal Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Kebijakan penanaman modal Indonesia sebagai dasar atau landasan bagi

pemerintah untuk mengatur dan mengarahkan serta mengembangkan penanaman

modal di Indonesia. Adanya kebijakan penanaman modal ini akan mempertegas

58

(24)

upaya pemerintah dalam mengatur dan mengarahkan penanaman modal yang ada

di Indonesia agar dapat memberi kontribusi optimal pada pembangunan ekonomi

Indonesia. Kebijakan penanaman modal akan dapat memberi arah bagi upaya

pengembangan penanaman modal di Indonesia serta menjadi kerangka landasan

bagi pengaturan penanaman modal selanjutnya.59

Adanya suatu kebijakan penanaman modal memberi batasan dan arahan

terhadap suatu tindakan atau perbuatan pemerintahan untuk melakukan suatu hal

yang berkenaan dengan kepentingan atau kebutuhan masyarakat terhadap

terciptanya kesempatan kerja yang luas, tingkat penguasaan teknologi,

kemampuan atau kapasitas sumber daya manusia, dan tingkat pendapatan

masyarakat. Banyak contoh yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam melihat

keberadaan penanaman modal berbagai negara. Dengan tidak adanya kebijakan

yang jelas dalam pengaturan penanaman modal mengakibatkan keberadaan

penanaman modal dianggap tidak memberikan kontribusi atau keuntungan bagi

negara penerima modal (host country). Bahkan sebaliknya, keberadaan

penanaman modal hanya dianggap sebagai parasit dalam sistem perekonomian

sebuah negara. Bercermin dari kasus yang terjadi di hampir semua Negara

Amerika Latin dimana keberadaan penanaman modal hanya menjadi alat bagi

penguasa untuk memeperkaya diri dan terjadinya pengurasan sumber daya alam

yang begitu massif sehingga menimbulkan rasa kebencian dan antipati masyarakat

Amerika Latin yang mendalam terhadap PMA di negara mereka. Untuk itu,

mereka dengan tegas menolak keberadaan PMA di negara mereka dan

menganggap hanya mengisap kekayaan negara mereka.60Bercermin dari kasus

59

Aminuddin Ilmar,Op.Cit, hlm.59.

60

(25)

yang terjadi di Negara Amerika Latin terhadap keberadaan penanaman modal,

khususnya modal asing tersebut maka sudah seharusnya pemerintah Indonesia

membuat suatu kebijakan dasar dalam pengembangan penanaman modal

Indonesia guna mengatur dan mengarahkan penanaman modal, khususnya modal

asing agar sejalan dan bersesuaian dengan kepentingan dan kebutuhan dasar

masyarakat serta kepentingan pembangunan ekonomi nasional.61

1. Kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif

bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional.

Kehadiran UUPM mempertegas dan memperjelas kebijakan pengaturan

penanaman modal di Indonesia.62 Dalam ketentuan bab 3 Pasal 4 diatur tentang kebijakan dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha

nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing

perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal.

Kebijakan dasar penanaman modal diwujudkan dalam bentuk rencana umum

penanaman modal sesuai dengan landasan pikir serta asas dan tujuan yang

ditetapkan.63 Kebijakan penanaman modal dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh BKPM. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan penanaman modal sangat bergantung

pada ketertiban dalam membuat peraturan-peraturan pelaksanaannya dan hal ini

sangat krusial dalam keberhasilan pelaksanaan setiap undang- undang.64

61

Ibid., hlm.61.

62

Ibid., hlm.62.

63

Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta :Sinar Grafika, 2010), hlm.74.

64

(26)

Adapun kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang

kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian

nasional seperti :65

a. memberikan perlakuan sama bagi penanam modal dalam negeri dan asing

dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;

b. menjamin kepastian hukum berusaha, dan keamanan berusaha bagi

penanam modal sejak proses pengurusan perizinan hingga berakhirnya

kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, pemerintah juga mengeluarkan beberapa paket kebijakan

ekonomi jilid I, jilid III, dan jilid IV pada tahun 2015;

c. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan

pada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Hal ini dilakukan

dengan mengatur kemitraan antara PMA dan PMDN dengan UMKM-K

serta menambah 48 bidang usaha yang dicadangkan untuk kemitraan

tersebut.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam kebijakan untuk

menciptakan ekonomi makro yang kondusif dalam berbagai paket kebijakan

ekonomi. Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I September 2015, kebijakan yang

dikeluarkan antara lain :66

a. Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi,

debikroratisasi, serta penegakan hukum akan kepastian usaha. Hal ini

dilakukan dengan merombak 89 peraturan yang tidak relevan atau

menghambat daya saing industri negara.

65

Aminuddin Ilmar, Op.Cit, hlm.62.

66

(27)

b. Menyiapkan 17 Rancangan Peraturan Pemerintah, 11 Rancangan

Peraturan Presiden, 2 Rancangan Instruksi Presiden, 63 Rancangan

Peraturan Menteri dan 5 Aturan Menteri.

c. Penyederhanaan izin dan memperbaiki prosedur kerja perizinan.

d. Memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.

e. Peningkatan kualitas pelayanan penanaman modal.

f. Menggunakan pelayanan yang berbasis elektronik.

g. Memperbaiki dan mempermudah iklim usaha serta kualitas pengurusan

perizinan dan syarat berusaha dan investasi.

Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III, kebijakan yang dikeluarkan

adalah :67

a. Penurunan tarif atau harga.

b. Penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal dengan

merevisi Peraturan Menteri Agraria dan Tata ruang No.2 Tahun 2015

tentang Standar pelayanan dan pengaturan Agraria. Hak guna usaha lahan

yang selanjutnya disebut HGU seluas 200 ha yang sebelumnya 30-90 hari

dipersingkat menjadi 20 hari kerja. HGU diatas 200 ha dikenakan 30-90

hari diubah menjadi 45 hari kerja.

Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV, kebijakan yang dikeluarkan

adalah :68

a. Menentukan formula upah minimum provinsi.

b. Penerima kredit usaha rakyat yang selanjutnya disebut KUR merupakan

perorangan atau karyawan yang melakukan kegiatan usaha produktif,

67

Ibid.

68

(28)

calon TKI yang akan bekerja ke luar negeri dan membuka usaha, serta

anggota keluarga buruh yang berpenghasilan tetap dan melakukan

kegiatan usaha produktif.

c. Lembaga pembiayaan ekspor untuk membiayai usaha kecil dan menengah.

2. Kebijakan untuk mempercepat peningkatan penanaman modal

Undang-undang penanaman modal menggabungkan PMA dan PMDN

dalam suatu undang-undang yang didasarkan pada asas kesetaraan bagi semua

investor. Kebijakan dasar investasi dalam UUPM dimaksud adalah memberikan

perlakuan yang sama antara investor dalam negeri dengan investor asing dengan

tetap memperhatikan kepentingan nasional. UUPM menegaskan bahwa

penanaman modal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas kepastian

hukum, keterbukaan, akuntabilitas dan perlakuan yang sama bagi investor dalam

negeri maupun asing, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandiriaan, dan keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional.69

Adapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mempercepat

peningkatan penanaman modal dalam paket kebijakan ekonomi, yaitu :70

a. Mendorong pembangunan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan

membuka peluang investasi yang lebih besar di sektor properti.

b. Mempercepat layanan perizinan investasi di Indonesia yang terdiri dari

izin investasi di kawasan industri 151-180 hari dan di luar kawasan

industri dengan mengeluarkan kebijakan bahwa investasi di kawasan

industri bisa dijalankan setelah mendapat perizinan badan usaha dengan

69

Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal (Bandung : PT.Alumni, 2008), hlm.81.

70

(29)

waktu pengurusan perizinan paling lama 8 hari, lalu 11 perizinan lainnya

tidak diperlukan sebagai izin lagi, namun sebagai standar dan persyaratan.

c. Menyediakan layanan perizinan penanaman modal berupa akta pendirian

perusahaan, pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM (selanjutnya

disebut Kemenkumham) serta NPWP hanya selama 3 jam. Untuk izin

persetujuan nama perorangan, BKPM diminta untuk memiliki notaris

sendiri (inhouse notaries) agar investor tidak perlu bolak balik untuk

mengurus akta notaris.

d. Membentuk peraturan pemerintah tentang kawasan industri dan peraturan

menteri keuangan untuk harmonisasi fasilitas terhadap penanaman modal.

e. Penghilangan pajak berganda untuk Kontrak Investasi Kolektif (di

Singapore dikenal dengan Real Estate Investment Trust) untuk seluruh

perusahaan infrastruktur termasuk jalan toldan komplek pelabuhan.

Dalam rangka mereformasi perizinan investasi, BKPM melakukan

terobosan perizinan untuk mempermudah realisasi minat investasi di Indonesia,

dalam bentuk peluncuran Layanan Izin Investasi 3 Jam yang dilakukan sejak

tanggal 26 Oktober 2015. Izin investasi 3 jam adalah izin prinsip dengan kriteria

tertentu yang diproses dalam satu paket dengan penerbitan Akta Pendirian

Perusahaan dan Pengesahan Kemenkumham, NPWP, serta informasi ketersediaan

tanah (blocking tanah) dalam waktu 3 Jam. Adapun kriteria yang dapat

memanfaatkan layanan ini adalah sebagai berikut :

a. Rencana investasi paling sedikit Rp100.000.000.000,00 (Seratus Milyar

Rupiah).

(30)

c. Permohonan disampaikan oleh calon pemegang saham dengan cara datang

langsung ke PTSP Pusat di BKPM (catatan: salah satu calon pemegang

saham mewakili calon pemegang saham lainnya dengan melampirkan

surat kuasa. Surat kuasa dari salah satu pemegang saham berisi kuasa

untuk mengurus Izin Investasi dan menghadap notaris).

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa kebijakan penanaman

modal dalam UUPM dilakukan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional

yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian

nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Kebijakan tersebut

dilakukan dengan cara memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal baik

asing maupun dalam negeri, menjamin perlindungan dan kepastian hukum

penanaman modal di Indonesia, penyederhanaan prosedur perizinan, membuka

kesempatan bagi perkembangan UMKM-K dan meningkatkan kualitas pelayanan

penanaman modal di Indonesia. Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah pusat

yang dikoordinasikan dengan pemerintah daerah sesuai dengan otonomi daerah

Referensi

Dokumen terkait

tif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan penilaian, tanggapan,saran-saran, dan angket yang diperoleh yang diperoleh dari reviu ahli desain pembelajaran, ahli

Pada hari ini Jum’at tanggal SATU bulan SEPTEMBER tahun DUA RIBU DUA BELAS, dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 09.00 WIB, kami Panitia untuk pekerjaan tersebut

[r]

[r]

Kolaka. Alamat

Sistem Informasi Persediaan Obat Menggunakan Hypertext Prepocessor (PHP)n dan Database Mysql Pada Apotik Harapan Mulya. Ade Dyah Heryani,

Dari pengujian tersebut, nilai yang dihasilkan metode fuzzy sugeno dalam menentukan kebutuhan energi, karbohidrat, lemak dan protein mendekati kebutuhan standar

Tenaga kerja dan Transm igrasi Kabupat en Pesisir Selat an adalah. sebagai berikut